Anda di halaman 1dari 62

ANALISA PERCEPATAN PROYEK DENGAN MEMBANDINGKAN

METODE CRASHING PROGRAM DAN FAST TRACK


( Studi Kasus : Proyek RUSUN POLRES Seram Bagian Timur )

Disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan kelulusan


pada program sarjana Terapan
Prodi Menejemen proyek konstruksi

POLITEKNIK NEGERI AMBON

Disusun Oleh :

DELVIS LIENATHA
NIM. 1318154043

PRODI D4 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI AMBON
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proyek merupakan sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu
dan sumberdaya yang terbatas untuk menghasilkan suatu output. Keterbatasan
waktu dan sumberdaya mendorong perusahaan harus dapat menyelesaikan
proyek sebelum atau tepat pada waktu yang telah disepakati dalam kontrak dan
produk yang dihasilkan harus sesuai dengan rencana. Proyek dikatakan berhasil
jika tujuan yang ditetapkan tercapai dan memenuhi standar mutu, waktu dan
biaya.
Penjadwalan proyek menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam
manajemen proyek karena disusun untuk mencapai target waktu penyelesaian
proyek dan untuk menghindari terjadinya keterlambatan pada proyek yang akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila terjadi keterlambatan pada aktivitas
yang berada di jalur kritis maka proyek menjadi terlambat dimana penyelesaian
proyek bergeser dari waktu yang direncanakan.
Proyek Rusun Polres Seram Bagian Timur memiliki banyak item
kegiatan. Kegiatan- kegiatan dalam proyek tersebut saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Dalam hubungan kegiatan tersebut akan membentuk
beberapa lintasan. Diantara sekian banyak lintasan pasti akan muncul suatu
lintasan yang memiliki lintasan dengan total durasi pekerjaan yang harus dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan atau bisa disebut
sebagai lintasan kritis.
Lintasan kritis dalam suatu proyek jika kegiatan yang terletak pada
lintasan kritis tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan otomatis juga akan tertunda. Restrukturisasi terhadap penjadwalan
proyek sangat diperlukan sebagai solusi untuk mengatasi masalah keterlambatan.
Bentuk dari restruktsi pada proyek yaitu berupa percepatan proyek. Metode
manajemen proyek yang dapat mempercepat proyek yaitu Metode Crash

1
Program. Metode Crash Program adalah metode yang berfungsi untuk
percepatan proyek dengan mereduksi durasi aktivitas yang berada dalam jalur
kritis dan cenderung memiliki konsekuensi penambahan biaya akibat
penambahan sumber daya dandurasi kerja. Dengan menggunakan metode
crashing dapat diketahui sejauh mana durasi proyek dapat dipercepat dengan
penambahan biaya yang minimal.
Proyek Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur, berada pada
Jln.Wailola yang merupakan jalan Utama kota Bula. Dengan total anggaran
sebesar Rp.19.690.134.950,00 serta durasi pekerjaan selama 290 hari kalender
(22 April 2021 – 17 Desember 2021) sesuai dengan isi kontrak kerja. Pada saat
melakukan penelitian, dari hasil laporan kemajuan pekerjaan hingga minggu ke-
35 Proyek Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur sebesar 65,47% dari
rencana awal yang seharusnya 100%. Dimana secara fisik pembangunan baru
mencapai pekerjaan pengecatan. Keterlambatan terjadi karena adanya kendala
cuaca dan juga adanya kerlambatan dalam pengiriman material yang dikirim dari
Surabaya langsung ke Kecamatan Bula, Seram Bagian Timur. Dengan adanya
keterlambatan pada poyek ini maka akan dilakukan evaluasi tentang
pengendalian waktu dan biaya pada pekerjaan struktur proyek untuk
mendapatakan optimalisasi kinerja waktu dan biaya. Dengan demikian saya
tertarik untuk mengangkat judul Analisa Percepatan Proyek Dengan
membandingkan Metode Crashing Program dan fast track Pada Proyek
Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana menentukan pekerjaan yang masuk dalam lintasan kritis di
penjadwalan proyek pada pekerjaan ?
2. Berapa besar percepatan waktu dan biaya Pada pekerjaan Proyek
Pembangunan Rusun Polres ,Seram Bagian Timur Dengan metode crashing
program dan metode fast-track?
3. Berapa besar perbandingan antara waktu Dan biaya normal dengan sesudah
Menggunakan metode crashing program dan metode Fast-track ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan adalah :
1. Menentukan pekerjaan yang masuk dalam lintasan kritis di penjadwalan
proyek.
2. Menganalisa Biaya dan waktu untuk melakukan percepatan.
3. Menentukan perbandingan dari percepatan yang di lakukan.

1.4 Ruang Lingkup


1. Penelitian ini dibatasi pada proyek pembangunan Rusun Polres, Seram Bagian
Timur
2. Penelitian ini hanya memfokuskan pada percepatan pengerjaan denganMetode
Crashing Program dengan menambahkan jam kerja pada pembangunan
Rusun Polres, Seram Bagian Timur
3. Analisa dilakukan pada item pekerjaan yang masuk dalam Lintasan Kritis
4. Mengasumsikan bahwa cuaca tetap Baik.
5. diasumsikan percepatan durasi dengan Metode Fast Track sebesar 50%

3
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini
terdiri dari:

BAB I. PENDAHULUAN, pada bagian ini menguraikan tentang Latar Belakang,


Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang ilmu atau teori yang sesuai dengan
topik penelitian dan menjadi landasan untuk memperkuat hasil penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN, menjelaskan secara rinci gambaran objek


penelitian, metode yang dipakai untuk menganalisa hasil dan proses-proses
penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN : Meliputi, Gambaran Umum Proyek,
Analisa Lintasan Kritis Menggunakan CPM, Perhitungan Dengan Metode
Crashing Program, Analisis biaya langsung dan tidak langsung, dan Analisa
Menggunakan Metode Fast-Track.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Yana (2009) Iramutyn (2010) Anggraeni (2016)
Mendapatkan Untuk menentukan Untuk melakukan
waktu durasi (waktu) percepatan pada
penyelesaian optimum proyek
pelaksanaan pelaksanaan proyek Pembangunan
proyek setelah dan membandingkan Hotel Grand
Tujuan dilakukan waktu dan biaya Keisha, Yogyakarta
Penelitian percepatan dan sebelum dan yang mengalami
mengetahui sesudah crashing keterlambatan
perubahan biaya waktu pelaksanaan
akibat penambahan proyek
jam kerja untuk
mencapai biaya
optimum
Proyek
Proyek pemeliharaan
Rehabilitasi Ruang Gedung dan Proyek
Objek Penelitan Pertemuan Dinas bangunan rumah Pembangunan
Pertanian Tanaman sakit Orthopedi Hotel Grand Keisha
PanganProvinsi Prof.Dr.R.Soeharso Yogyakarta
Bali SurakartaHospital

5
Hasil penelitian ini Dari penelitian Dari hasil
diperoleh waktu tersebut hasil perhitungan
penyelesaian perhitungan menunjukan
proyek optimum diperoleh durasi percepatan
yaitu 117 hari optimum proyek menggunakan
Hasil penelitian dengan biaya total yaitu 49 hari (57 alternatif tenaga
proyek Rp hari kalender) dari kerja dan shift kerja
1.018.549.188,40. durasi normal 74 dapat mengurangi
Sedangkan waktu hari (90 hari durasi selama 34
penyelesaian kalender) hari atau sebesar
normal 7,76 %

2.1.1 Proyek Konstruksi

Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber
daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam mencapai hasil
akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal
sebagai tiga kendala (triple constraint) (Rani, 2016).

Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam 3 (tiga) dimensi, yaitu:

a. Proyek bersifat unik

b. Membutuhkan sumber daya (resource)

c. Membutuhkan organisasi

Standar keberhasilan pencapaian suatu proyek dapat dilihat dari 3 (tiga)


batasan yang sering disebut sebagai tiga kendala (triple constrain), yaitu sesuai
biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu / spesifikasi yang ditetapkan dan
jadwal yang harus dipenuhi. Batasan-batasan tersebut memiliki hubungan tarik-
menarik karena saling mempengaruhi. Sebuah proyek dikatakan berhasil jika
dapat selesai dengan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu atau dengan kata

6
lain dapat memenuhi ketiga batasan tersebut. Untuk mencapai hal itu, maka
proyek perlu dikelola dengan manajemen baik sehingga dapat terselesaikan
sesuai perencanaan awal.

Jenis Proyek Konstruksi adalah sebagai berikut :


a. Proyek Bangunan Perumahan atau Bangunan Pemukiman (Residential
Construction)
Adalah suatu proyek pembangunan perumahan atau pemukiman
berdasarkan pada tahapan pembangunan yang serempak dengan penyediaan
prasarana penunjang. Jenis proyek bangunan perumahan atau pemukiman ini
sangat membutuhkan perencanaan yang baik dan matang untuk infrastruktur
yang ada dalam lingkungan pemukiman tersebut seperti jalan, air bersih,
listrik dan lain sebagainya.

b. Konstruksi Bangunan Gedung (Building Construction)


Adalah tipe proyek konstruksi yang paling banyak dikerjakan. Tipe
konstruksi bangunan ini menitik beratkan pada pertimbangan konstruksi,
teknologi praktis, dan pertimbangan pada peraturan.

c. Proyek Konstruksi Teknik Sipil (Heavy Engineering Construction)


Adalah proses penambahan infrastruktur pada suatu lingkungan terbangun
(built environment). Pemilik proyek (owner) biasanya pemerintah baik pada
tingkat nasional atau daerah. Pada proyek ini elemen desain, finansial dan
pertimbangan hukum tetap menjadi pertimbangan penting, walaupun proyek
ini lebih bersifat non-profit dan mengutamakan pelayanan masyarakat (public
services). Contoh proyek konstruksi yang termasuk pada jenis proyek teknik
sipil ini antara lain proyek pembangkit listrik, proyek jalan raya, proyek rel
kereta api, proyek pembuatan bendungan, dan lain sebagainya.

7
2.1.2 Penjadwalan Proyek

Setiap proyek memiliki batasan waktu dalam penyelesaiannya. Agar proyek


dapat berjalan dengan efektif dan terarah dengan waktu yang terbatas maka perlu
adanya pengaturan waktu dan jadwal kegiatan-kegiatan yang terlibat di
dalamnya. Proses pengaturan waktu dan jadwal dalam proyek sering disebut
sebagai proses penjadwalan. Penjadwalan memiliki peran penting dalam
penyelenggaraan proyek. Dalam proses ini semua kegiatan diatur dan dirangkai
sedemikian rupa dengan urutan-urutan yang berkesinambungan dan disertai
keterangan yang jelas mengenai waktu kapan dimulai dan diakhirinya setiap
kegiatan.

Penjadwalan proyek meliputi urutan dan membagi waktu untuk seluruh


kegiatan proyek. Pendekatan yang dapat digunakan diantaranya adalah Diagram
Gantt. Penjadwalan proyek membantu dalam :

1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan


proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara
kegiatan.
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap
kegiatan.
4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya
dengan cara hal-hal kritis pada proyek.
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan
proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating
selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar
alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan
proyek. Berikut ini adalah sumber daya proyek yang yang berkaitan dengan
penjadwalan proyek :

8
1. Sumber daya manusia ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan
keahliannya terkait dengan proyek. Contohnya, programmer, engineer
mesin, tukang les, pengawas, derektur pemasaran dll.
2. Material Proyek mencakup spektrum luas : misalnya bahan-bahan kimia
untuk proyek ilmiah, pondasi untuk proyek konstruksi. survei data untuk
pemasaran, dll.
3. Peralatan, yang biasanya digunakan untuk menunjukan tipe, ukuran dan
jumlahnya, dalam beberapa kasus, peralatan dapat ditukar tempatkan
untuk perbaikan jadwal, tetapi tidak selalu. Peralatan sering dianggap
sebagai pembatas. Kesalahan yang paling sering adalah asumsi adanya
sumber daya berlebi dalam proyek.
4. Modal Kerja, dalam stuasi proyek tertentu seperti kontruksi, modal kerja
di perlukan sebagai sumber daya karena jumlahnya yang terbatas. Jika
modal kerja udah tersedia, menejer proyek dapat bekerja pada beberapa
pekerjaan secara bersamaan. Berkaitan dengan faktor ketersediaan
sumber daya, hal lain yang perlu di perhatikan adalah fluktuasi
penggunaan tenaga kerja dan peralatan, untuk menghindari kebutuhan
yang naik dan turun secara tajam, adalah dengan mengadakan pemerataan
sumber daya. Dalam penerapannya, metode penjadwalan recources dapat
dikukan melalui metode Trial and Error dan komputerisasi (Tjolia, 1990).
2.1.3. Komponen Biaya Proyek
Biaya yang dipergunakan pada pekerjaan proyek konstruksi, secara umum
dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu Biaya atau modal tetap (fixed
capital) dan biaya atau modal kerja (working capital) atau dengan kata lain biaya
proyek atau investasi = modal tetap + modal kerja. Adapun manfaat diadakannya
pengelompokan biaya yang akan dipergunakan dalam proyek konstruksi ini
adalah fungsi kegunaannya pada saat pengkajian aspek ekonomi dan pendanaan.

9
a. Modal Tetap
Menurut Imam Soeharto dalam buku Manajemen Proyek, disebutkan bahwa
modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun
atau menghasilkan produk proyek yang diinginkan, mulai dari pengeluaran studi
kelayakan, desain – engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai
instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Secara lebih detail, modal tetap
dibagi lagi menjadi dua yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).

1. Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang diperlukan langsung untuk
mendapatkan sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek.
Ketika durasi proyek ditentukan/dipercepat, biaya langsung akan lebih tinggi
dibandingkan durasi proyek yang dikembangkan dari waktu normal untuk
aktifitas.
Unsur – unsur yang termasuk biaya langsung adalah :

a. Biaya Material
b. Biaya Upah Pekerja
c. Biaya Peralatan

2. Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang berhubungan dengan
pengawasan, administrasi, konsultan, pengarah kerja, bunga dan pengeluaran
umum diluar biaya konstruksi. Biaya ini tidak tergantung pada volume pekerjaan
tetapi bergantung pada jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Biaya tidak
langsung akan naik apabila waktu pelaksanaan semakin lama, namun semua
pengurangan pada waktu seharusnya mengakibatkan pengurangan biaya tidak
langsung.

10
Unsur – unsur biaya tidak langsung adalah :

1. Gaji pegawai
Termasuk dalam unsur biaya ini adalah harga maupun honor
pegawai/karyawan tetap dan tidak tetap yang terlibat dalam proyek ini yang
dibebankan ke dalam pembiayan proyek ini.
2. Biaya umum perkantoran
Termasuk dalam unsur biaya ini ialah sewa gedung, biaya transport, rekening
listrik, air, telepon, pajak dal lain-lain.
3. Biaya pengadaan sarana umum
perincian jelas pengeluaran biayanya adalah untuk pembangunan bangunan
sementara, instalasi umum dan lain-lain.

Grafik 2.1. Hubungan antara waktu dan biaya


(Sumber : Samudra, Muhammad Alfian, 2018)

2.1.4. Kurva S

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T Haanumm


atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir
proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,
waktu, dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai presentase kumulatif
dari seluruh kegiatan proyek. Virtualisasi kurva S dapat memberikan informasi
mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal

11
rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal
proyek (Husen, 2009).

Indikasi tersebut dapat menjaadi informasi awal guna melakukan


tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut
tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih
lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misal metode
bagan balok atau Network Planning dengan memperbarui sumber daya maupun
waktu pada masing- masing kegiatan.

Untuk membuat kurva S, jumlah presentase kumulatif bobot masing-


masing kegiatan pada suatu peiode diantara durassi proyek diplotkan terhadap
sumbu vertikal sehingga apabila hasilnya dihubungkan dengan garis maka akan
membentuk kurva S.

Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal


biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah
cukup besar,lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil seperti
terlihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kurva S


(Sumber : Samudra, Muhammad Alfian, 2018)

Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat


berupa perhitungan presentase berdasarkan biaya per item atau kegiatan

12
dibagi total anggaran atauberdasarkan volume rencana dari komponen
kegiatan terhadap volume total kegiatan (Husen, 2009).

2.1.5.Time Schedule
Time schedule (jadwal pelaksana) adalah suatu alat pengendali prestasi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan atau pengerjaan
suatu proyek dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Di sini menerangkan
kapan waktu selesainya pekerjaan, waktu yang dibutuhkan pekerjaan atau durasi
kerja dan perkiraan waktu selesainya pekerjaan.
Baik untuk pekerjaan pembangunan rumah, gedung, kantor, jalan raya,
jembatan dan konstruksi bangunan sipil lainnya sangat membutuhkan
penjadwalan yang sesuai. Secara umum, jadwal ini dituangkan dalam bentuk bar
chart dan network planning.
Bentuk bar chart sangat sering digunakan dalam penyajian data jadwal
pelaksanaan. Diharapkan dengan menggunakan bentuk ini dapat memudahkan
saat penyajian dalam bentuk selanjutnya. Jadwal pelaksanaan dapat dibuat dalam
bentuk harian, mingguan bahkan bulanan. Hal tersebut tergantung pada lamanya
waktu rencana pelaksanaan dalam sebuah suatu pekerjaan proyek. Sebagai
contoh untuk pekerjaan dengan durasi 2 mingguan sampai 1 bulanan akan cocok
bila dibuat dengan jadwal pelaksanaan harian. Jika pekerjaannya memiliki durasi
waktu selama 2 bulan hingga 1 tahun, bisa dibuat dengan jadwal pelaksanaan
mingguan. Dan terhadap pekerjaan yang durasinya lebih lama sangat cocok
untuk dibuat dalam jadwal pelaksanaan bulanan. Semuanya dapat dibuat
bervariasi tergantung dari kebutuhan kelengkapan data yang akan ditinjau dan
dipantau progresnya yang akan dicapai.
Project schedule biasanya dibuat oleh manajer proyek untuk membuat dan
mengatur tugas para pekerja proyek serta memberitahukan kepada organisasi
bagaimana para pekerja proyek tersebut akan dijalankan. Pada umumnya, jadwal
ini berbentuk seperti kalender yang dihubungkan, sebelum membuat jadwal

13
pastikan telah membuat WBS terlebih dahulu, jika tak ada maka jadwal akan
terkesan tidak tertata atau mengada-ada.

2.1.6.Diagram Jaringan Kerja


Network diagram menyatakan logika ketergantungan antar kegiatan dalam
proyek dan menyatakan urut-urutan kejadian yang terjadi selama
penyelenggaraan proyek. Dengan network diagram dapat segera dilihat kaitan
suatu kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga apabila suatu kegiatan
terlambat, maka dengan segera dapat dilihat kegiatan apa saja yang dipengaruhi
oleh keterlambatan tersebut dan berapa besar pengaruhnya. Selain itu dengan
network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan mana saja atau lintasan-
lintasan mana saja yang kritis, sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya
dapat ditetapkan skala prioritas dalam menangani masalah-masalah yang timbul
selama penyelenggaraan proyek.

2.1.7. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)


Fungsi dan manfaat Rancangan Anggaran Biaya (RAB) adalah sebagai
berikut:

a. Bagi pemilik (owner), RAB dibuat setidaknya sebagai alat bantu


menentukan biaya investasi modal yang diperlukan, mengatur perputaran
pembiayaan dan juga kelayakan ekonomi proyek.

b. Bagi Kontraktor, RAB dibuat yang paling utama adalah sebagai estimasi
harga guna kepentingan penawaran pada suatu pelangan. Selanjutnya
dalam proses konstruksi RAB berguna dan sangat penting bagi
pengendalian proyek, khususnya pengendalian biaya.

2.1.8.Produktifitas Tenaga Kerja

Mengingat bahwa pada umumnya proyek berlangsung dalam kondisi yang


berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya dilengkapi
dengan analisis produktifitas dan indikasi variabel yang mempengaruhinya.
Variabel ini misalnya disebabkan oleh lokasi geografi, iklim, keterampilan,

14
pengalaman ataupun oleh aturan – aturan yang berlaku. Variabel tersebut
kebanyakan bersifat intangibles yang sulit untuk dinyatakan dalam nilai numerik,
apalagi dihitung secara matematis. Meskipun demikian, perlu adanya pegangan
atau tolak ukur untuk memperhitungkan produktifitas tenaga kerja bagi proyek
yang hendak ditangani yaitu untuk mengukur hasil guna atau efisiensi kerja
misalnya dengan membandingkannya terhadap suatu patokan yang dipakai.

Variabel – variabel yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja lapangan


dapat dikelompokan :

1. Kondisi fisik lapangan dan Sarana bantu

Kondisi fisik geografis lokasi proyek, tempat penampungan tenaga kerja


yang terawat serta sarana bantu berupa peralatan konstruksi, amat
berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Kondisi fisik ini dapat
berupa Iklim musim atau keadaan cuaca, keadaan fisik lapangan dan sarana
bantu.

2. Kepenyeliaan, Perencanaan dan Koordinasi

Yang dimaksud dengan penyelia disini adalah segala sesuatu yang


berhubungan langsung dengan tugas pengelolaan para tenaga kerja,
memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas, termasuk menjabarkan
perencanaan dan pengendalian menjadi langkah – langkah pelaksanaan jangka
pendek.

3. Komposisi kelompok kerja

Komposisi kelompok kerja berpengaruh terhadap produktifitas tenaga


kerja secara keseluruhan.Yang dimaksud dengan komposisi kelompok kerja
adalah : perbandingan jam-orang penyedia dan pekerja yang dipimpinnya atau
perbandingan jam-orang untuk disiplin – disiplin kerja dalam kelompok kerja.

15
4. Kerja lembur

Kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40 jam per minggu
tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun hal
ini akan menurunkan efisiensi kerja. Dalam memperkirakan waktu
penyelesaian dengan mempertimbangkan kerja lembur, perlu diperhatikan
kemungkinan kenaikan total – orang.

5. Ukuran besarproyek

Menunjukan bahwa besar suatu proyek (dinyatakan dalam jam-orang)


juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan. Semakin besar
ukuranproyek,maka produktivitas akan semakin menurun,dan sebaliknya.

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Secara umum, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


produktivitas pekerja sebagai berikut:

1. Kualitas dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan


proyek.
2. Tingkat keahlian pekerja
3. Latar belakang pendidikan dan lingkungan hidup pekerja
4. Kemampuan tenaga kerja dalam menganalisis sebuah kondisi
5. Struktur pekerjaan, keahlihan dan umur
2.2. CPM (Critical Path Method)

Metode Jalur Kritis (Critical Path Method–CPM) yakni metode untuk


merencanakan dan mengendalikan proyek-proyek, merupakan sistem yang paling
banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip
pembentukan jaringan. CPM adalah suatu teknik perencanaan dan pengendalian
yang dipergunakan dalam proyek yang mempunyai data biaya dari masa lampau
(past cost data). CPM dipergunakan dengan tujuan agar biaya penyelesaian suatu
proyek dapat ditekan serendah mungkin dalam arti yang dibutuhkan untuk

16
menyelesaikan suatu pekerjaan dipersempit, dan biaya yang dikeluarkan untuk
mempercepat selesainya pekerjaan itu ditekan serendah mungkin (Levin dan
Kirkpatrick, 1977).

Dalam jaringan CPM menggunakan pendekatan activity on arrow (AOA), yang


menggunakan anak panah sebagai simbol dari kegiatan.

X = Kegiatan “membuat saluran”

Gambar 2.2 . Anak Panah Sebagai Simbol Kegiatan


(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)

Critical Path Method pertama kali diperkenalakan oleh ahli matematika dari
perusahaan DU-Pont bekerjasama dengan Rand Corporation oleh team
engineer. Critical Path Method terdiri dari anak panah (arrow) dan
lingkaran/segiempat (node). Anak panah (arrow) menggambarkan
kegiatan/aktifitas sedangkan segiempat (node) menggambarkan kejadian
(Event). Kejadian (Event) di awal dari anak panah disebut node “I” , sedangkan
kejadian (Event) di akhir anak panah disebut node “J”.
Setiap actifity on arrow merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan
sehingga kegiatan (Event) “J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian
(Event) “I” kegiatan berikutnya. Bentuk diagram ini juga disebut dengan I-J
diagram. Penggambaran Cr
itical Path Methodmenggunakan simbol yang dapat berbentuk segi empat atau
lingkaran. Simbol-simbol ini dapat digunakan asal disertai legenda yang
menjelaskan tentang apa yang dimaksud oleh pembuatnya. Di bawah ini adalah
gambar contoh penggambaran CPM untuk satu item pekerjaan.

17
Gambar 2.3.diagram CPM untuk satu item pekerjaan
(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)

Keterangan :

 Lingkaran disebut juga node menunjukkan berawalnya suatu pekerjaan


ataupun berakhirnya suatu pekerjaan
 Garis panah (arrow) menunjukkan pekerjaan, arah panah ke
suatu node menunjukkan urutan antar pekerjaan. Jika garisnya tebal berarti
lintasan kritis (critical path). Jika garisnya putus-putus berarti pekerjaannya
semu (dummy), secara alogika pekerjaan tersebut ada tetapi dalam kenyataannya
tidak ada sehingga durasinya pun nol
 EETi : (Earliest Event Time i) Saat paling awal pekerjaan dimulai
 EETj : (Earliest Event Time j) Saat paling dini pekerjaan berakhir
 LETi : (Latest Event Time i) Saat paling lambat pekerjaan dimulai
 LETj : (Latest Event Time j) Saat paling lambat pekerjaan berakhir
 Durasi : Lama pekerjaan berlangsung
 N : Nomor pengidentifikasian node

Dalam penyusunan Critical Path Method, simbol-simbol diatas tersebut digunakan


dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut.

 Setiap kegiatan diwakili oleh satu dan hanya satu anak panah dalam jaringan
kerja, atau di antara dua pekerjaanyang sama hanya boleh digambarkan satu anak
panah. Lihat gambar di bawah ini :

18
Gambar 2.4.aturan penyusunan CPM
(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)

 Nama suatu kejadian dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor pekerjaan.
Setiap lingkaran pekerjaan diberi nomor sedemikian rupa, sehingga tidak
terdapat lingkaran yang berulang kembali agar tidak terjadi circularity.
 Kegiatan harus dimulai dari kejadian yang bernomor rendah ke kejadian
bernomor tinggi.
1. Pehitungan EET (Earliest Event Time)
Untuk menghitung besarnya nilai EET digunakan perhitungan kedepan
(Forwoard Analysis), dimulai dari kegiatan paling awal dan dilanjutkan dengan
kegiatan berikutnya. Berikut ini adalah Gambar diagram CPM dan Rumus
perhitungan EET.

Gambar 2.5.diagram CPM


(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)

EET 2 = EET1 + durasi A EET 3 = EET2 + durasi B


Apabila pada pehitungan EET pada suatu kegiatan terdapat hasil lebih dari
satu maka dipilih yang paling besar.

19
2. Perhitungan LET (Latest Event Time)
Untuk menghitung besarnya nilai LET digunakan perhitungan kebelakang
(Backward Analysis), dimulai dari kegiatan paling akhir dan dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan sebelumnya. Berikut ini adalah Gambar diagram CPM dan
Rumus cara perhitungan LET.

Gambar 2.6. diagram CPM


(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)

Rumus perhitungan LET :


LET 2 = LET1 – durasi A
LET 3 = LET2 – durasi B
Apabila pada pehitungan LET pada suatu kegiatan terdapat hasil lebih dari
satu maka dipilih yang paling kecil.
3. Penundaan (Float)
Float adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi
keterlambatan suatu aktivitas yang non kritis. Berikut ini adalah Gambar diagram
CPM dan rumus perhitungan float :

Gambar 2.7.diagram CPM


(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)

20
d. Total Float (TF)
Jumlah penundaan maksimum yang dapat diberikan pada suatu kegiatan tanpa
menghambat penyelesaian keseluruhan proyek. Untuk perhitungan total float
dapat dilihat pada Rumus dibawah :
TF = LET2 – EET1-durasi
TF = LET3 – EET2-durasi

e. Free Float (FF)


Penundaan yang masih dapat diberikan pada suatu kegiatan tanpa
mengakibatkan penundaan kegiatan-kegiatan berikutnya. Untuk perhitungan free
float dapat dilihat pada Rumus dibawah :
FF = EET2 – EET1-durasi
FF = EET3 – EET2-durasi

f. Independent Float (IF)


Penundaan yang dapat diberikan pada suatu kegiatan tanpa mengakibatkan
penundaan kegiatan-kegiatan setelahnya. Untuk perhitungan Independent float
dapat dilihat pada Rumus dibawah :
IF = EET2 – LET1-durasi
IF = EET3 – LET2-durasi

2.3 Metode Crashing


Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost dalam
menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dengan biaya yang paling
ekonomis dari kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Ervianto, 2004).
Crashing dilakukan agar pekerjaan selesai dengan pertukaran silang waktu dan
biaya dengan menambah jumlah shift kerja, jumlah jam kerja, jumlah tenaga
kerja, jumlah ketersediaan bahan serta memakai peralatan yang lebih produktif
dan metode instalasi yang lebih cepat sebagai komponen biaya direct cost.

21
Tujuan utama dari program mempersingkat waktu adalah memperpendek
jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya yang minimal
(Soeharto, 1995).
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan biaya suatu
kegiatan, maka dipakai definisi sebagai berikut (Soeharto, 1995):
1. Kurun waktu normal Adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan
adanya kerja lembur dan usaha khusus lainnya, seperti menyewa peralatan
yang lebih canggih.
2. Biaya normal Adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan dengan kurun waktu normal. Terdapat biaya Normal Bahan dan
biaya Normal Upah.

Rumus Biaya Normal

Koefisien =

Total Biaya Normal = Koefisien x Biaya Normal x Volume pekerjaan

3. Kurun waktu dipersingkat (crash time) Adalah waktu tersingkat untuk


menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih mungkin. Disini dianggap
sumber daya bukan merupakan hambatan.

Rumus menghitung Durasi crashing =

(Sumber : Samudra, Muhammad Alfian, 2018)

22
4. Biaya untuk waktu dipersingkat (crash cost) Adalah jumlah biaya langsung
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.

Rumus Total Upah Tenaga Kerja


= ((upah shift pagi + upah shift malam) x durasi proyek x jumlah tenaga kerja)

Gambar 2.8. Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu


kegiatan.

(Sumber :Ermis Vera Iramutyn. 2010)

Cost Slope dengan adanya percepatan durasi pelaksanaan pada aktivitas


tertentu, maka akan terjadi pertambahan biaya akibat percepatan durasi tersebut.
Pertambahan biaya percepatan tersebut tergantung besarnya durasi percepatan
yang direncanakan serta total biaya setelah percepatan. Cost slope (slope biaya)
adalah pertambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan
waktu. (Soeharto, 1995).

Cost slope (slope biaya) =

Crashing Project merupakan tindakan untuk mengurangi durasi keseluruhan


proyek setelah menganalisa alternatif-alternatif yang ada (dari jaringan kerja).
Bertujuan untuk mengoptimalisasikan waktu kerja dengan biaya terendah.

23
Seringkali dalam crashing terjadi “trade-off”, yaitu pertukaran waktu dengan
biaya.

a. Pertukaran (Trade-Off) Waktu dan Biaya

Dapat digambarkan dalam bentuk grafik waktu–biaya (seperti pada


Gambar dibawah). Digunakan untuk membandingkan alternatif tambahan biaya
untuk manfaatnya. Yang paling sulit untuk membuat grafik ini adalah mencari
total biaya langsung untuk lama proyek tertentu dalam jangka waktu yang
relevan.

Gambar 2.9 grafik waktu-biaya


(Sumber: Andrea Saputra A.P, As’ad Munawir, Indradi Wijatmiko, 2017:1)
Terdapat tiga langkah yang diperlukan untuk mengkonstruksikan grafik waktu
biaya, yaitu:

1. Cari total biaya langsung untuk lama proyek yang telah dipilih, contoh:
biaya pegawai dan peralatan.
2. Cari total biaya tidak langsung untuk lama proyek yang telah dipilih, contoh:
biaya konsultansi dan administrasi.
3. Jumlahkan biaya langsung dan tidak langsung untuk lama proyek yang telah
dipilih tersebut.

24
b. Komponen waktu

Dalam crashing project, terdapat dua komponen waktu, yaitu:

1. Waktu Normal (Normal Time), yaitu penyelesaian aktivitas dalam kondisi


normal.
2. Waktu Akselerasi (Crash Time), yaitu waktu terpendek yang paling mungkin
untuk menyelesaikan aktivitas.
Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Waktu Akselerasi,
dengan persamaan:

c. Komponen biaya

Dalam crashing project, terdapat tiga komponen biaya, yaitu:

1. Biaya Normal (Normal Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan


aktivitas pada kondisi normal.
2. Biaya Akselerasi (Crash Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan
aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu terpendek yang
paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas). Dari dua komponen tersebut
dapat diperoleh Total Biaya Akselerasi, dengan persamaan:

3. Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope), yaitu biaya langsung untuk
menyelesaikan aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu
terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas) dalam satuan
waktu terkecil yang ditentukan, dengan menggunakan persamaan:

25
d. Grafik linear waktu dan biaya

Dari komponen waktu dan biaya tersebut terdapat hubungan linear seperti yang
digambarkan dalam grafik berikut ini

Gambar 2.10 Hubungan linear


(Sumber: Andrea Saputra A.P, As’ad Munawir, Indradi Wijatmiko, 2017:2)

e. Langkah penggunaan crashing project

Untuk melakukan crashing pada sebuh proyek, terdapat langkah-langkah


untuk menyelesaikannya, yaitu:

1. Gambar diagram jaringan untuk setiap kejadian


2. Hitung total waktu akselerasi, total biaya akselerasi, dan biaya akselerasi per
unit waktu untuk setiap kejadian.
3. Tentukan garis edar kritis dan lamanya waktu proyek.
4. Pilih aktivitas pada garis edar kritis yang memiliki biaya akselerasi minimal,
dan kurangi waktu aktivitas tersebut semaksimal mungkin.

26
Catatan:
 Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah aktivitas yang:
- Masih bisa dilakukan crash, dan
- Mempunyai biaya crash terkecil per satuan waktu.
 Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih satu aktivitas
sedemikian rupa sehingga:
- Setiap aktivitas yang dipilih masih bisa dilakukan crash, dan
- Biaya crash total per satuan waktu dari semua aktivitas yang
dipilih merupakan yang terkecil
5. Perbaharui semua waktu kegiatan, jika batas waktu yang di inginkan telah
tercapai, maka berhenti. Jika tidak, ulangi langkah ke tiga.

2.3.1.Ringkasan Prosedur Mempersingkat Durasi Proyek

Prosedur untuk mempersingkat durasi proyek menurut Soeharto, (1995)


adalah sebagai berikut:

1. Menghitung waktu penyelesaian proyek dan identifikasi float dengan CPM,


memakai kurun waktu normal.

2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.

3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.

4. Menghitung slope biaya masing-masing komponen kegiatan.

5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang


mempunyai slope biaya terendah.

6. Setiap kali selesai mempercepat kegiatan, teliti kemungkinan adanya float


yang mungkin dapat dipakai untuk mengulur waktu kegiatan yang
bersangkutan untuk memperkecil biaya.

27
7. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru,
maka percepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope
biaya terendah.

8. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik TPD (Titik


Proyek Dipersingkat).

9. Buat tabulasi biaya versus waktu.

10. Hitung biaya tidak langsung proyek.

11. Jumlahkan biaya langsung dan tidak langsung untuk mencari biaya total.

2.3.2. Metode Percepatan Durasi


Terdapat 3 metode dalam percepatan durasi, yaitu:

1. Metode Lembur (Overtime)


Kerja lembur atau Overtime adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
karyawan, atas dasar perintah atasan, yang melebihi jam kerja biasa pada hari-
hari kerja, atau pekerjaan yang dilakukan pada hari istirahat mingguan
karyawan atau hari libur resmi. Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang
melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8
jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja
pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004). Waktu
kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam
dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.

2. Metode Shift

Sistem shift adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang
untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan
pekerjaan (Muchinsky, 1997). Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang
paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecenderungan semakin
meningkatnya permintaan barang-barang produksi. Sistem ini dipandang akan

28
mampu meningkat produktivitas suatu perusahaan yang mengggunakannya.
20 Menurut Landy (dalam Muchinsky, 1997), jadwal kerja shift adalah adanya
pengalihan tugas atau pekerjaan dari satu kelompok karyawan atau pekerja
pada kelompok karyawan atau pekerja yang lain. Sedangkan menurut Riggio
(1990), mendefinisikan kerja shift sebagai suatu jadwal kerja dimana setiap
karyawan secara bergantian datang ke tempat kerja agar kegiatan operasional
tetap berjalan.

Di Indonesia, sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift


dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima
hari shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift sore (16.00-24.00) dan lima hari
shift malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir shift
(Kyla, 2008).

3. Metode Penambahan Tenaga Kerja

Penambahan tenaga kerja adalah menambah jumlah tenaga kerja untuk


menyelesaikan suatu pekerjaan, sebagai salah satu alternatif antisipasi
keterlambatan proyek. Penambahan tenaga kerja ini dilakukan apabila
memang tersedia sumber daya manusia pada daerah tertentu Untuk
menentukan jumlah tenaga kerja (resource) yang akan digunakan pada proyek
pembangunan, maka dibutuhkan nilai kapasitas tenaga kerja untuk melakukan
pekerjaan. Kapasitas tenaga kerja per hari dapat dicari dengan menggunakan
rumus :

Kapasitas Kerja =

(Sumber : Samudra, Muhammad Alfian, 2018)

Setelah mendapatkan nilai kapasitas kerja per hari langkah selanjutnya


adalah menentukan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dengan
menggunakan rumus :

29
Jumlah Tenaga Kerja =

(Sumber : Samudra, Muhammad Alfian, 2018)

Untuk melakukan kerja sistem shift harus memperhatikan kondisi-kondisi


yang memungkinkan, seperti :

1. Ketersediaan tenaga kerja. Secara umum,tenaga kerja yang dibutuhkan


untuk kerja sistem shift harus ada dan tidak boleh kurang. Kondisi ini
jelas mempengaruhi sistem karena bila tidak adanya tenaga kerja tentu
tidak mungkin dapat terlaksananya kerja sistem shift. Dan apabila
kurang mencukupi jumlah yang direncanakan, pekerjaan tentu tidak
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai target. Untuk proyek ini penulis
anggap ketersediaan tenaga kerja melimpah. Sehingga setiap pekerjaan
kritis dapat dilakukan sistem shift.

2. Kesiapan manajemen Yang menurut Tayari dan Smith (1997) sendiri


ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk manajemen kerja shift
adalah sebagai berikut :

a. Jika memungkinkan lamanya kerja shift malam dikurangi tanpa


mengurangi kompensasi dan benefit lainnya.
b. Jumlah karyawan shift malam yang diperlukan seharusnya
dikurangi untuk mengurangi jumlah hari kerja pekerja shift
malam.
c. Lamanya kerja shift tidak melebihi 8 jam.
d. Tiap shift siang atau malam seharusnya diikuti dengan paling
sedikit 24 jam libur dan tiap shift malam dengan paling sedikit
2 hari libur, sehingga pekerja dapat mengatur kebiasaaan tidur
mereka.

30
e. Memungkinkan adanya interaksi sosial dengan teman kerja.
f. Menyediakan fasilitas kegiatan olah raga seperti permainan
bola basket, khususnya untuk pekerja shift malam.
g. Musik yang tidak monoton selama bekerja shift malam sangat
berguna. Untuk proyek ini, penulis melakukan sistem shift
mengikuti jadwal normal proyek yang dilaksanakan 7 hari
tanpa libur dan jumlah jam shift malam sama dengan jumlah
jam shift pagi. Untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa
diperhitungan poin d di atas, agar kesiapan manajemen lebih
longgar dan ada waktu pekerja untuk beristirahat.
3. Kondisi lokasi proyek Lokasi bangunan mempunyai dampak penting
pada waktu pelaksanaan proyek, karena lokasi proyek berdampak pada
ketersediaan sumber daya seperti material, alat dan waktu. Untuk
penelitian ini, proyek berada di Jalan Raya Tajem – Maguwoharjo
Kabupaten Sleman. Sehingga untuk melaksanakan sistem shift tidak ada
kendala karena lokasi di tempat strategis.

4. Kesiapan material Material merupakan bahan pembentuk bangunan.


Oleh karena itu diperlukan pengelolaan atau manajemen yang optimal.
Pengelolaan material merupakan kegiatan yang mencakup fungsi
perencanaan kebutuhan, penetapan anggaran, pemilihan sumber,
pengangkutan, penyimpanan, dan pengawasan barang dengan optimal
karena material merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
keberhasilan suatu proyek konstruksi. Dengan mengendalikan bahan
konstruksi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan kita akan mampu
memberikan keuntungan dalam banyak hal, diantaranya peningkatan
produktifitas tenaga kerja, mencegah timbulnya kehilangan material,
efisiensi tenaga kerja, dan mencegah cashflow yang negative. (Eddy
Herjanto,2007)

31
Sistem shifting sangat bergantung pada kesiapan material. Agar
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa mengalami hambatan
dari segi pengadaan material, maka pengadaan material harus dilakukan
dengan cara yang efektif dan efisien. Pengadaan yang efektif berkaitan
dengan ketepatan dalam mutu, jumlah, waktu, harga, sumber material,
dan lokasi pengiriman.

5. Urut-urutan pekerjaan yang memungkinkan Urutan pekerjaan ini


berhubungan dengan penjadwalan.Dalam penjadwalan, setiap kegiatan
harus memperkirakan durasi yang dipertimbangkan berdasarkan jenis
pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja,
serta produktifitas pekerja. Dalam melakukan sistem shift, harus
memprioritaskan kegiatan yang kritis atau mendekati kritis dengan
sumber daya maksimum (sanggup untuk dicrash) dan total float paling
rendah. Bila ketersediaan sumber daya terbatas dan ketersediaannya
tidak tercukupi, maka durasi proyek menjadi lebih lambat dari yang
direncanakan. Sehingga crash yang dilakukan tidak akan memberi
dampak yang besar.

2.3.3. Penambahan Sumber Daya


Penambahan sumber daya dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:

a. Penambahan Jam Kerja (Kerja Lembur)


Penambahan jam kerja dapat dilakukan dengan cara menambah jam
kerja setiap harinya, tanpa menambah jumlah tenaga kerja. Kerja lembur
mengandung bahaya dan pekerjaan akan sangat berat. Oleh sebab itu kerja
lembur harus mendapat tambahan lebih besar dari upah kerja normal. Selain
itu perlu disediakan peralatan tambahan lainnya seperti lampu, keamanan
kerja, fasilitas kesehatan dan peningkatan pengawasan kualitas akibat
menurunnya kemampuan kerja pekerja (Setyorini dan Wiharjo, 2005).

32
Kerja lembur mengakibatkan penurunan produktivitas. Produktivitas
pekerja akan menurun 0,1 dan prestasi kerja akan menurun 10 % setiap
bertambah satu jam lembur.

Tabel 2.1. Koefisien produktifitas pada jam kerja lembur

No Penurunan Indeks Presatasi Kerja Presentase Koefisien


Produktifitas (per jam) prestasi kerja pengurangan
(%) produktifitas
a b c = b*a d e = 100% - d
1 0,1 0,1 10 0,9
2 0,1 0,2 20 0,8
3 0,1 0,3 30 0,7
4 0,1 0,4 40 0,6
(Sumber : frederika, ariany. 2010)

Produktifitas tiap jam, harian, sesudah crash dirumuskan sebagai berikut:

Produktifitas Harian (A)

A=

Produktifitas tiap jam

B=

33
2.3.4. Proses Crashing (Percepatan)
Mempercepat pelaksanaan suatu proyek harus dirancang terlebih
dahulu. Hal ini dapat menghasilkan suatu percepatan durasi yang baik. Perlu
diperhatikan keseimbangan dalam merancang walaupun mungkin dengan
konsekuensi menambah sumber daya manusia. Tetapi selama menambah
sumber daya manusia masih lebih murah dibandingkan dengan pembayaran
extra akibat keterlambatan proyek, maka penambahan sumber daya manusia
tersebut kiranya dapat di perhitungkan.

Kegiatan dalam suatu proyek dapat dipercepat dengan berbagai cara, yaitu:

1. Dengan mengadakan shift pekerjaan, berarti biaya tambahan berupa


biaya untuk penerangan, makan dan lain sebagainya.

2. Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur).

3. Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktif.

4. Menambah jumlah pekerja.

5. Dengan menggunakan material yang dapat lebih cepat


pemasangannya.

6. Menggunakan metode konstruksi lain yang lebih cepat.

2.3.5. Fast Track


Fast Track Terkadang dimungkinkan untuk melakukan penyusunan ulang
logika jaringan kerja sehingga kegiatan-kegiatan kritis dilakukan secara
paralel menggantikan cara pengerjaan yang seri. Salah satu metode yang
paling umum dalam melakukan penyusunan ulang hubungan kegiatan-
kegiatan ini adalah dengan mengganti hubungan finish-to-start menjadi
hubungan start-to-start (Nurhayati, 2010).
Metode fast track merupakan metode pengelolaan penjadwalan proyek
konstruksi dengan melakukan pelaksanaan aktivitas secara paralel sehingga
waktu pelaksanaan lebih cepat dari perencanaan awal (Tjaturono and

34
Indrasurya, 2002; Tjaturono and Mochtar, 2009) Ketentuan dalam
menerapkan Fast Track Langkah-langkah atau ketentuan yang harus dilakukan
dalam penerapan metode fast track terhadap aktivitas-aktivitas pada lintasan
kritis (Tjaturono, 2014) :
1. Aktivitas pada lintasan kritis diterapkan prinsip parallel system atau
penyelesaian aktivitas satu dengan aktivitas lain yang didasarkan pada
prinsip start to start.
2. Penjadwalan harus logis antara aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
sehingga cukup realistis untuk dilaksanakan (meliputi: tenaga kerja,
produktivitas, bahan, alat, teknis, dan dana).
3. Melakukan fast-track hanya pada lintasan kritis saja, terutama pada
aktivitas –aktivitas yang memiliki durasi panjang.
4. Waktu terpendek yang akan dilakukan fast-track ≥ 2 hari.
5. Hubungan antara aktivitas kritis yang akan di fasttrack:
a) Apabila durasi i < durasi j, maka aktivitas kritis j dapat dilakukan
setelah durasi aktivitas i telah ≥ 1 hari dan aktivitas i harus selesai
lebih dulu atau bersama-sama.
b) Apabila durasi i > durasi j, maka aktivitas j dapat dimulai bila sisa
durasi aktivitas i ≤ durasi aktivitas j. Kedua aktivitas tersebut
selayaknya dapat selesai secara bersama-sama.
6. Periksa float yang ada pada aktivitas yang tidak kritis, apakah masih
memenuhi syarat dan tidak kritis setelah fast-track dilakukan.
7. Apabila setelah dilakukan fast-track tahap awal, lintasan kritis bergeser,
lakukan langkah-langkah yang sama pada aktivitas-aktivitas di lintasan
kritis yang baru. hal ini dilakukan secara berulang-ulang sampai beberapa
tahap dan mencapai waktu jenuh yaitu sampai tidak ada lagi aktifitas-
aktifitas yang dapat di fast track, hitung waktu yang diperoleh setelah
dilakukan fast track dengan beberapa tahap sampai waktu jenuh.
8. Percepatan selayaknya dilakukan tidak lebih dari 50% dari waktu
normal. Penerapan fast-track untuk mereduksi durasi lebih dari 50%

35
seringkali justru menghasilkan pembengkakan biaya yang sangat besar
sehingga fast-track menjadi tidak lagi ekonomis dan efisien. Perlu
diperhatikan bahwa pada pembiayaan proyek dengan penerapan metode
fast track, yang dihitung adalah pembiayaan pelaksanaan
aktivitasaktivitas pada lintasan kritis maupun aktivitas pada lintasan yang
tidak kritis seperti halnya pada pembiayaan normal. Tidak ada
penambahan jumlah tenaga kerja dan biaya pada masing-masing aktivitas
baik pada aktivitas pada lintasan kritis maupun pada aktivitas tidak kritis
(Tjaturono and Mochtar, 2009).
Keuntungan Fast Track:

a) Mempercepat fungsi infrastruktur yang bersangkutan.


b) Memberikan keuntungan finansial dari pemanfaatan infrastruktur tersebut.
c) Mereduksi penjadwalan.
Kelemahan Fast Track:

a) Menambah risiko kesalahan pekerjaan.


b) Menambah sumber daya

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian


Pada studi kasus kali ini, penelitian dilakukan pada proyek Pembangunan
Rusun Polres Seram Bagian Timur, Jl. Wailola, Kecamatan Bula, Kabupaten
Seram Bagian Timur, Maluku.

Lokasi
PENELITIAN

Gambar 3.1.PetaLokasi Proyek, (Sumber : Google Maps).


(Diakses : 27 Juni 2022 / 19:43:21)

3.2 Data Umum Proyek


Adapun data umum proyek ini adalah:
a. Pekerjaan Proyek : Pembangunan Gedung Rusun Polres Seram

37
Bagian Timur.
b. Nilai Kontrak : Rp.19.690.134.950,00,
c. Kontraktor Pelaksana : PT. BUMI ACEH CITRA PERSADA
KSO. PT. PILAR INDO SARANA
d. Konsultan : CV.RESPACE
3.3 Jenis Data
Adapun jenis data yang dipakai dalam penulisan ini adalah :
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung atau
observasi dilapangan berupa dokumentasi pada proyek pembangunan
Rusun Polres Seram Bagian Timur.
b. Data Sekunder
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari pihak PT. BUMI
ACEH CITRA PERSADA KSO. PT. PILAR INDO SARANA selaku
kontraktor pelaksana berupa rencana anggaran biaya (RAB), timeschedule,
kurva S, barchart, daftar harga satuan upah.

3.4 Teknik pengumpulan data


Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan pada sebuah objek secara
langsung dan detail untuk mendapatkan informasi yang benar terkait objek
tersebut.

b. Metode Wawancara
Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam pengembangan system
informasi kehadiran mahasiswa maka dilakukan wawancara terhadap
pengawas maupun pekerja yang ada di lokasi. wawancara yang dilakukan

38
untuk mencari data yang di butuhkan demi kebutuhan yang diperlukan yang
belum tercukupi dari sistem.

c. Kepustakaan
Dengan cara pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan untuk
mencari referensi - referensi yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku – buku maupun internet.

3.5 Sumber Data


Adapun data yang diperoleh untuk penulisan ini bersumber dari metode
pustaka dari buku-buku dan dari pihak proyek Pembangunan Rusun Polres,
Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

3.6 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atausifat ataunilai dari orang,
objek atau kegiatan yang dapat di tarik kesimpulan(Sugiono2003 )

1). Variabel Dependen( Y ) ialah variabel yang di jadikansebagai faktor


yang di pengaruhi oleh sebuah atausejumlah variabellain. Pada penelitian
Ini yang menjadi Variabel dependen ialah :
Y = Percepatan Proyek
2). Variabel Independen( X ) ialah variabel yang berperan memberi pen-
garuh kepada variable lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel in-
dependen adalah :
X1 = PenambahanJam kerja (Lembur )
X2 = Shift
X3 = Penambahan Tenaga Kerja
X4 = Biaya
Variabel penelitian dapat di formulasikan sebagai berikut :
f(Y) = X1 + X2 + X3 + X4

39
3.7 Metode Analisa Data
Langkah – langkah menganalisa data menggunakan Metode Crashing
Program:

a) Mengumpulkan data-data proyek seperti: RAB, kurva S, , analisa


harga satuan, yang sudah direncanakan pada saat penawaran, laporan
kemajuan fisik pekerjaan proyek setiap minggunya.
b) Membuat urutan aktivitas dan hubungan yang logis antara aktivitas
yang ada dan cukup realistis untuk dilaksanakan.
c) Menentukan Lintasan Kritis
d) Setelah diketahui aktivitas-aktivitas yang berada dilintasan kritis,
selanjutnya dilakukan analisis percepatan waktu pada aktivitas-
aktivitas di lintasan kritis.
e) Menghitung biaya crash cost dari setiap aktivitas-aktivitas di lintasan
kritis
f) Menghitung nilai slope masing-masing kegiatan
g) Menghitung total cost normal dan total cost setelah crash program.
3.8 Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah atau proses penelitian akan lebih jelas disajikan dalam
diagram alir sebagai berikut:

Mulai

IdentifikasiMasalah

Proyek Pembangunan Rusun Polres, Seram Bagian Timur mengalami


keterlambatan sehingga dilakukan percepatan dengan menggunakan metode
crashing program dan fast tract

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder:

- Dokumentasi - Time Schedule, Kurva S


- Rab
- Analisa Harga Satuan Pekerja

Selesai

Gambar3.2Flow ChartPenelitian
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Proyek


Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan studi kasus pada
Proyek Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur. Penelitian ini digunakan
pada proyek tersebut akibat dalam pelaksanaan proyek tersebut terjadi keterlambatan
yang diperoleh dan terbukti didalam Time Schedule. Dimana harus dilakukan
percepatan yang berguna untuk mencegah terjadinya keterlambatan bahkan bisa
membuat proyek selesai lebih cepat daripada durasi proyek yang ditentukan. Didalam
penelitian ini percepatan yang dilakukan hanya untuk pekerjaan-pekerjaan kritis
didalam proyek saja. Berikut gambaran proyek yang akan dijadikan sebagai bahan
penelitian :
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Rusun Polres Seram Bagian
Timur
b. Lokasi Proyek : Kec. Bula, Kab. Seram Bagian Timur, Maluku
c. Nomor Kontrak :02/PPK/SPP-PEMB/POLRES-SBT/IV/2021
Tanggal Kontrak : 22 April 2021
d. Kontraktor Pelaksana : PT. Bumi Aceh Citra Persada
KSO. PT. Pilar Indo Sarana
e. Konsultan : CV. Respace
f. Nilai Kontrak : Rp. 19.690.134.950,00.-
g. Tahun Anggaran : 2021
h. Waktu Pelaksana : 135 Hari

4.2. Analisa Lintasan Kritis Menggunakan CPM


Penggunaan metode Critical Path Method (CPM) dalam penentuan lintasan
kritis ini sangat disarankan. Sebelum melakukan analisa dengan CPM penulis
menguraikan kegiatan-kegiatan dengan durasi, yang telah diuraikan didalam table 4.1
dibawah ini :

Tabel 4.1 Uraian Kegiatan dan Durasi didalam Proyek


No
Uraian Pekerjaan Kode Kegiatan Durasi (Minggu)

1 Pek Persiapan Lapangan A 3


2 Pek Standar Oprasional Kegiatan (K3) B 2
3 Pek Struktur Bawah C1 2
4 Pek Struktur Lantai Dasar C2 3
5 Pek Struktur Lantai 01 C3 3
6 Pek Struktur Lantai 02 C4 3
7 Pek Struktur Lantai Dak Atap C5 3
8 Pek Struktur Top Atap C6 1
9 Pek Dinding Bata Ringan D1 7
10 Pek Penutup Dinding dan Lantai D2 2
11 Pek Kusen, Pintu, Jendela dan Aksesorisnya D3 5
12 Pek Langit – Langit (Rangka + Plafon) D4 1
13 Pek Rangka dan Penutup Atap D5 2
14 Pek Alat – Alat Sanitar D6 3
15 Pek Pengecatan D7 3
16 Pek Besi D8 1
17 Pek Instalasi Air Bersih E1 3
18 Pek Instalasi Air Kotor dan Hujan E2 3
19 Pek Instalasi Listrik E3 1
20 Pek Pemadam Kebakaran E4 1
21 Pek MATV E5 1
22 Pek Power House F1 3
23 Pek Instalasi Air Limbah F2 1
24 Pek Landscape G 1
(Sumber : Lienata, D. 2022)
Pada tabel 4.1 uraian pekerjaan dapat dibuat diagram network setelah
dilakukan perhitungan maju dan mundur dengan menggunkan metode CPM
didapatkan jalur kritis yang terdapat pada tabel 4.2 kegiatan kritis pada CPM dibawah
ini.
Tabel 4.2 Kegiatan yang berada pada jalur kritis

Paling Awal Paling Akhir


Durasi
KODE Total Free Jalur
NO
KEGIATAN
(Minggu Seles
Mulai Selesai Mulai Float Float Kritis
) ai
(ES) (EF) (LS)
(LF)
1 A 3 0 0 3 3 0 0 Kritis
2 B 2 3 3 5 5 0 0 Kritis
Non
3 C1 2 3 3 5 6 1 1
Kritis
4 C2 3 5 5 8 8 0 0 Kritis
Non
5 C3 4 5 6 9 10 1 1
Kritis
6 C4 4 8 8 12 12 0 0 Kritis
Non
7 C5 4 9 10 14 14 1 1
Kritis
8 C6 2 12 12 14 14 0 0 Kritis
9 D1 8 14 14 22 22 0 0 Kritis
Non
10 D2 4 22 25 26 27 1 1
Kritis
Non
11 D3 4 14 14 18 21 3 3
Kritis
Non
12 D4 4 18 21 22 25 3 3
Kritis
Non
13 D5 2 14 14 19 14 -2 -2
Kritis
Non
14 D6 4 22 22 26 22 -4 -4
Kritis
15 D7 4 30 30 34 34 0 0 Kritis
16 D8 1 34 34 35 35 0 0 Kritis
Non
17 E1 4 22 22 26 22 -4 -4
Kritis
18 E2 4 22 22 26 26 0 0 Kritis
Non
19 E3 5 18 21 26 26 3 3
Kritis
Non
20 E4 1 31 34 35 35 3 3
Kritis
Non
21 E5 1 30 30 31 34 3 3
Kritis
22 F1 4 26 26 30 30 0 0 Kritis
Non
23 F2 1 26 29 30 30 3 3
Kritis
Non
24 G 1 26 26 26 29 2 2
Kritis
Sumber : Lienata, D. 2022

Menghitung Total Float, Free Float dan Jalur Kritis


Untuk masing-masing aktivitas :
Total Float = Late Finish – Early Start – Durasi
Free Float = Early Finish – Early Start – Durasi
Jalur Kritis adalah jalur yang melewati aktivitas dimana Total Float = Free Float = 0,
artinya jalur dimana setiap aktivitas tidak memiliki waktu kelonggaran, baik total
float maupun free float.Jalur kritis = A – B – C2 – C4 – C6 – D1 – D7 – D8 - E2 –
F1 atau 3 – 2 – 3 – 4 – 2 – 8 – 4 – 1 – 4 - 4 dengan umur proyek selama 35 Minggu

4.3. Perhitungan dengan menggunakan Metode Crashing


1.3.1 Perhitungan Produktifitas Harian, Normal dan Percepatan
Perhitungan produktifitas harian normal pada pekerjaan beton K-300
Volume pekerjaan = 44.93 m3
Harga satuan = Rp 1,640,224.45,-
Durasi Normal = 1.12 hari
Normal Cost = harga satuan × volume
= Rp 1,640,224.45,- × 44.93 m3
= Rp 2,821,186.05

Produktifitas harian normal =

= 40.02 m3/hari

Produktifitas normal/jam =

= 4.45 m3/jam
Produktifitas jam lembur = 2 × produktifitas normal/jam × 0,6
= 2 × 4.45 m3/jam × 0,6
= 5.335 m3/jam
Produktifitas harian percepatan = produktifitas harian + produktifitas jam lembur
= 40.02 m3/hari + 5.335 m3/jam
= 45.351 m3/jam
Dengan cara yang sama didaptkan hasil perhitungan produktifitas harian normal dan
percepatan dapat dilihat pada Lampiran 2

4.3.2 Perhitungan Crash duration, Crash cost, dan Cost slope


Perhitungan crash duration pada pekerjaan persiapan yang berada pada jalur kritis
sebagai berikut :
Pekerjaan Dinding Bata Ringan (Pek. Pasangan Dinding Bata Ringan)
Normal cost = Rp 373,423,296.44,-
Durasi normal = 7.41 hari
Produktifitas normal/hari = 198.12 m2/hari
Produktifitas normal/jam = 22.01 m2/jam
Produktifitas lembur/jam = 26.42 m2/jam
Produktifitas harian percepatan = 224.54 m2/jam

Crash Duration =

= 6.54 hari
Upah normal/jam = harga satuan × produktifitas normal/jam
= Rp 254,418.87,- × 22.01 m2/jam
= Rp 5,600,737.36,-
Upah normal/hari = upah normal/jam × 9 jam
= Rp 5,600,737.36,- × 9 jam
= Rp 50,406,636.22,-
Upah 2 jam lembur/ hari = (1,5 × upah normal/jam) + (2×upah normal/jam)
=(1,5× Rp 5,600,737.36,-)+(2× Rp 5,600,737.36,-)
= Rp 19,602,580.75,-
Upah percepatan/hari = upah normal/hari + upah 2 jam lembur/hari
= Rp 50,406,636.22,- + 19,602,580.75,-
= Rp 70,009,216.97,-
Crash cost = upah percepatan/hari × crash duration
= Rp 70,009,216.97,-× 6.54 hari
= Rp 1,040,576,375.79,-

Cost Slope =

= Rp 96,469,136.97,-
Dengan cara yang sama perhitungan crash duration, crash cost kegiatan kritis dapat
dilihat pada lampiran.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan crash duration, crash cost dan cost slope
Normal

Crash

Uraian
Biaya Normal Biaya Dipercepat Cost Slope
Pekerjaan

Pek
Persiapan 21 Rp456,560,976.30 19 Rp559,511,000.37 Rp41,670,247.84
Lapangan
Pek
Standar
Oprasional 14 Rp68,458,724.02 12 Rp83,277,848.06 Rp8,526,526.72
Kegiatan
(K3)
Pek
Struktur Rp1,378,337,659.2 Rp1,589,400,275.5
21 17 Rp59,209,101.47
Lantai 5 7
Dasar
Pek
Rp2,060,496,111.4 Rp2,525,117,783.6 Rp141,045,864.7
Struktur 28 25
2 0 7
Lantai 02
Pek
Struktur 14 Rp49,424,868.59 12 Rp60,569,691.90 Rp6,766,499.87
Top Atap
Pek
Dinding Rp2,822,771,628.2 Rp3,459,278,956.1
56 49 Rp96,612,719.42
Bata 4 8
Ringan
Pek
Pengecata 28 Rp506,458,725.12 25 Rp620,660,202.35 Rp34,668,305.59
n

Pek Besi 7 Rp28,973,980.90 6 Rp35,507,329.53 Rp7,933,351.91

Pek
Instalasi
28 Rp307,478,658.20 25 Rp376,812,081.13 Rp21,047,646.25
Air Kotor
dan Hujan
Pek Power
28 Rp246,845,344.83 25 Rp302,506,550.04 Rp16,897,151.58
House
Sumber : Lienata, D. 2022

4.4. Analisis biaya langsung dan tidak langsung


Setelah dilakukan analisa percepatan selesai dan mendapatkan durasi
percepatan, maka selanjutnya menghitung total dari biaya proyek pada kondisi
normal dan pada kondisi percepatan. Biaya total proyek tersebut terdiri dari biaya
langsung dantidak langsung sebagai berikut :
1. Tahap normal :
Durasi normal = 245 hari
Total biaya proyek = Rp.19,690,134,950.00
a. Profit = Total biaya proyek × 7 %
= Rp. 19,690,134,950.00× 7%
= Rp 1,378,309,446.50
b. Biaya overhead = Total biaya proyek × 3 %
= Rp. 19,690,134,950.00× 3%
= Rp 590,704,048.50

Overhead per hari =


=

= Rp 2,411,036.93

Setelah mendapat nilai profit dan biaya overhead, maka selanjutnya dapat
menghitung biaya langsung dan biaya tidak langsungnya.
1. Biaya langsung = 90 % × total biaya proyek
= 90 % × Rp Rp. 19,690,134,950.00
= Rp 17,721,121,455.00
2. Biaya tidak langsung = profit + biaya overhead
= Rp 1,378,309,446.50 + Rp 590,704,048.50
= Rp 1,969,013,495.00
3. Biaya total = direct cost + indirect cost
=Rp 17,721,121,455.00+ Rp 1,969,013,495.00
= Rp. 19,690,134,950.00

2. Kondisi dipercepat
1. Biaya langsung = biaya langsung normal + cost slope terkecil
= Rp 17,721,121,455.00 + Rp 6,766,499.87
= Rp 17,727,887,954.87
2. Biaya tidak langsung = (durasi crashing × overhead per hari) +
profit
= (215 × Rp 2,411,036.93) +
Rp1,378,309,446.50
= Rp. 518,352,245.08
3. `Total biaya sesudah crashing
= biaya langsung + biaya tidak langsung
= Rp17,727,887,954.87+Rp. 518,352,245.08
= Rp 18,246,240,199.95

Untuk perhitungan biaya langsung dan tidak langsung pada kondisi normal
dan kondisi percepatan dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Perbandingan Durasi dan Biaya Proyek
Durasi (hari)

Biaya
Biaya langsung Total biaya
tidak langsung

Proyek Rp. 19,690,134,950.00


245 Rp 17,721,121,455.00 Rp 1,969,013,495.00
normal

Proyek
215 Rp 17,727,887,954.87 Rp. 518,352,245.08 Rp 18,246,240,199.95
dipercepat

Rp Rp Rp
Selisih 30 6,766,499.87 1,450,661,249.92 1,443,894,750.05

(Sumber : Lienata, D, 2022)

Dari hasil analisis Crash Program yang dilakukan dengan Penambahan Jam kerja
Lembur, ternyata proyek dapat dipercepat selama 30 hari. Sehingga durasi proyek
yang semula 245 hari kerja menjadi 215 hari kerja dari durasi awal. Akibat
percepatan ini biaya langusng proyek mengalami kenaikan yang semula Rp
17,721,121,455.00 dalam 245 hari menjadi Rp 17,727,887,954.87 dalam 215 hari.
Hal ini dikarenakan durasi proyek setelah crashing lebih singkat dan mempengaruhi
biaya tidak langsung yang mengalami penurunan dari Rp 1,969,013,495.00 menjadi
Rp518,352,245.08. Sehingga berpengaruh terhadap biaya total proyek, yang semula
Rp. 19,690,134,950.00
Hasil analisis ini menunjukan bahwa dengan dilakukannya penambahan 2 jam kerja
lembur menyebabkan biaya total proyek menjadi turun.
Berikut dibawah ini ditampilkan grafik pengaruh durasi proyek terhadap
biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost) dan biaya total
proyek.
1. Pengaruh durasi terhadap biaya langsung (direct cost)

Gambar 4.1 Pengaruh Durasi Terhadap Biaya Langsung (Direct Cost)


(Sumber : Lienatha D, 2022)

Dari gambar diatas, dapat diketahui setelah proyek mengalami crashing yang
sebelumnya berdurasi 245 hari menjadi 215 hari terjadi kenaikan biaya langsung
(direct cost) sebesar Rp 6.766.499,87.

2. Pengaruh durasi proyek terhadap biaya tidak langsung (indirect cost).


Gambar 4. 2 Pengaruh Durasi Terhadap Biaya Tidak Langsung (Indirect
Cost)
(Sumber : Lienatha,D 2022)

Dari gambar diatas, dapat diketahui setelah proyek mengalami crashing yang
sebelumnya berdurasi 245 hari menjadi 215 hari, terjadi penurunan biaya tidak
langsung (Indirect Cost) yaitu Rp 1.969.013.495,00 menjadi Rp 518.352.245,08
dengan selisih biaya Rp 1.450.661.249,92.

4.5. Analisa Menggunakan Metode Fast-Track


Untuk mengatasi masalah utama dalam proyek yaitu keterlambatan, maka
perlu diterapkan Metode Fast Track terhadap semua pekerjaan yang ada, sehingga
waktu penyelesaian proyek bisa dipercepat. Hasil penjadwalan dengan program bantu
Microsoft Project 2020 menghasilkan aktivitas pekerjaan yang berada pada lintasan
kritis. Percepatan menggunakan Metode Fast Track dilakukan pada aktivitas yang
berada di lintasan kritis. Di dalam menganalisis dengan menggunakan metode fast
track ada dua tinjauan yang dikhususkan pada studi kasus ini yaitu menghitung waktu
atau durasi dan biaya pada pelaksanaan proyek.

(Tjaturono, 2006) Ketentuan dan syarat penerapan metode fast-track adalah


sebagai berikut:
1. Penerapan metode fast-track hanya dilakukan pada pekerjaan yang berada
pada lintasan kritis
2. Waktu terpendek yang akan dilakukan fast-track ≥ 2 hari
3. Percepatan yang dilakukan selayaknya tidak boleh lebih dari 50% waktu
normal.

IV.1.1 Menghitung Waktu Penjadwalan Dengan Metode Fast-Track


Pada kondisi normal, durasi pekerjaan (tanpa percepatan) adalah 35 minggu
atau 245 hari. Agar pekerjaan proyek tidak mengalami keterlambatan maka di
dilakukan fast track pada aktivitas pekerjaan yang berada di lintasan kritis. Pada tahap
ini dilakukan dengan prinsip start to start (SS), start to finish (FS), start to finish (SF),
finish to finish (FF), dengan melihat ketergantungan pekerjaan (Lag Time)

a) Perhitungan percepatan pada pekerjaan (A) Persiapan Lapangan dengan durasi


pekerjaan 21 hari dimana pekerjaan ini diikuti oleh pekerjaan (B) Standar
Oprasional Kegiatan (K3) dengan durasi pekerjaan 14 hari dengan predecessor
normal finish to start (FS) dimana setelah pekerjaan (A) Persiapan Lapangan
selesai maka pekerjaan (B) Standar Oprasional Kegiatan (K3) dimulai.

(A) = 21 hari

(B) = 14 hari

Pada ketentuan metode fast track, item pekerjaan yang dilihat hanya
yang berada pada lintasan kritis, durasi dipercepat selayaknya kurang dari 50%,
maka dari itu untuk memudahkan perhitungan diasumsikan terlebih dahulu
percepatan durasi sebesar 50%
A = 21 hari
B = 14 hari

A = 50% x 21 hari
= 11 hari
Percepatan untuk pekerjaan selanjutnya hanya diperbolehkan selama 11
hari karena harus kurang dari 50% pekerjaan awal
Dari perhitungan diatas dapat diartikan bahwa pekerjaan (A) sudah
mencapai 11 hari, maka pekerjaan (B) dapat dimulai

Tabel 4.1 Perhitungan Percepatan Waktu Pada Pekerjaan Kritis


DURASI DURASI PREDECESSOR
NO URAIAN PEKERJAAN 50% x b
(MINGGU) (HARI) NORMAL
a b 50% x b
1 A 3 21 - 11
2 B 2 14 A 7
3 C2 3 21 B 11
4 C4 4 28 C1 14
5 C6 2 14 C1 7
6 D1 8 56 C2 28
7 D7 4 28 C3 14
9 D8 1 7 C4,C5 4
12 E2 4 28 D1 14
14 F1 4 28 D4 14
Sumber : Lienatha, D. 2022

Dari analisa yang dilakukan metode fast track yang diterapkan didapat percepatan
waktu untuk studi kasus kali ini adalah 95 hari dari durasi normal 245 hari sehingga
durasi penyelasaian proyek menjadi 150 hari.
4.5.1. Menghitung Biaya Setelah Dilakukan Fast-Track
Perhitungan pembiayaan proyek setelah penerapan metode fast track sama
seperti perhitungan biaya proyek konvensional. Tidak ada penambahan jumlah tenaga
kerja dan biaya pada setiap aktivitasaktivitas kritis maupun tidak kritis. Penggunaan
standar biaya bahan dan lainnya masih tetap berdasarkan yang ditetapkan oleh pihak
kontraktor. Namun, adanya pelaksanaan aktivitas-aktivitas kritis yang dilakukan
secara tumpang tindih hingga mereduksi 95 hari kerja menyebabkan pengurangan
biaya pada biaya tidak langsung setelah diterapkannya metode fast track. Adapun
pengurangan biaya tidak langsung tersebut adalah sebagai berikut :
1. Durasi normal = 245 hari
2. Rencana anggaran biaya = Rp.19.690.134.950,00

Seperti yang telah diuraikan diatas, biaya tidak langsung didapat dari bobot
profit 7% dan bobot overhead 3%. Sehingga untuk mengetahui total biaya tidak
langsung adalah sebagai berikut:

1) Profit = Total biaya proyek x 7%


= Rp.19.690.134.950,00 x 7%
= Rp1,378,309,446.50
2) Biaya overhead = Total biaya proyek x 3%
= Rp.19.690.134.950,00 x 3%
= Rp590,704,048.50
Setelah mendapatkan nilai profit dan biaya overhead , maka selanjutnya dapat
menghitung biaya langsung dan biaya tidak langsung:

1) Direct cost = 90% x Total biaya proyek


= 90% x Rp.19.690.134.950,00
= Rp17,721,121,455.00

2) Indirect cost = Profit + Biaya overhead


= Rp1,378,309,446.50 + Rp590,704,048.50
= Rp1,969,013,495.00
3) Indirect cost per hari = Biaya tidak langsung : durasi normal
= Rp1,969,013,495.00 : 245
= Rp8,036,789.78

Setelah dilakukan fast track pada proyek, maka penambahan biaya yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:

1) Biaya yang tereduksi = Indirect cost x durasi fast track


= Rp1,969,013,495.00 x 95
= Rp20,726,457.84
Total indirect cost = Indirect cost – biaya yang tereduksi
= Rp1,969,013,495.00 - Rp20,726,457.84
= Rp1,948,287,037.16

2) Total biaya fast track = Direct cost + Indirect cost


=Rp17,721,121,455.00 + Rp1,948,287,037.16
= Rp19,669,408,492.16
Penghematan biaya
= Biaya normal – Biaya fast track
= Rp19,690,134,950.00 - Rp19,669,408,492.16
= Rp20,726,457.84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan tentang penerapan metode


CPM, didapatkan lintasan kritis pada pekerjaan Pek Persiapan Lapangan, Pek
Standar Oprasional Kegiatan (K3), Pek Struktur Lantai Dasar, Pek Struktur
Lantai 02, Pek Struktur Top Atap, Pek Dinding Bata Ringan, Pek Pengecatan,
Pek Besi, Pek Instalasi Air Kotor dan Hujan dan Pek Power House
2. Durasi waktu penyelesaian dengan metode crashing dapat mereduksi waktu
sebesar 30 hari dari durasi awal proyek yaitu 245 hari. Biaya proyek
mengalami penurunan sebesar Rp 1,443.894.750,05 dari biaya keseluruhan
proyek yaitu Rp 19,690,134,950.00. Sedangkan hasil analisa dengan metode
fast track, Durasi waktu penyelesaian dapat mereduksi waktu sebesar 95 hari
dari durasi awal proyek yaitu 245 hari. Biaya proyek mengalami penghematan
sebesar Rp20,726,457.84 dari biaya keseluruhan proyek yaitu Rp
19,690,134,950.00.

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan alternatif berbeda seperti


penambahan shift kerja dan tenaga kerja
2. Melakukan pengecekan ulang terhadap durasi secara berkala setiap ada
pengubahan data.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, 2016. Analisis Percepatan Proyek Menggunakan Metode Crashing


dengan Penambahan Tenaga Kerja dan Shift Kerja. Tugas Akhir. (Tidak
diterbitkan), Universitas Sebelas Maret.

Azzam, 2016. Analisis Percepatan Proyek Pembangunan Java Village Resort Dengan
Menambahkan Tenaga Kerja dan Jam Kerja. Tugas Akhir. (Tidak
diterbitkan), Universitas Islam Indonesia.
Budiono, 2006. Simulasi Waktu dan Biaya Pada Konstruksi PIER Pada Jalan Layang
Suprapto Jakarta. Jakarta : Universitas Indonesia.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi – Jilid I.


Yogyakarta: Kanisius.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi – Jilid II.


Yogyakarta: Kanisius.

Ervianto, 2002. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Pertama. Yogyakarta : Salemba


Empat.

Ervianto, 2003. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi.

Ervianto, 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta :


Salemba Empat.

Ervianto, 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi.

Frederika, 2010. Analisis Percepatan Pelaksanaan dengan Menambah Jam Kerja


Optimum pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan
Super Villa, Peti Tenget-Bandung), (Journal Online). ProyekKonstruksi,
diakses pada 23 April 2017.

Hanna, 2008. Impact Of Shift Work On Labor Productivity For Labor Intensive
Contractor. Journal Of Construction Engineering And Management.

Husen, 2009. Manajemen Proyek : Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengandalian


Proyek. Yogyakarta : Andi.
Husen, 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta : Andi. Iramutyn, 2010. Optimasi
Waktu Dan Biaya Dengan Metode Crash. Tugas Akhir. (Tidak
diterbitkan), Universitas Sebelas Maret.

Kerzner, 2000. Project Management A System Approach to Planning, Schedulling


and Controlling. Singapore.

Mora, Li. 2001. Penerapan Manajemen Proyek di Bidang Konstruksi. Jakarta:


Erlangga.

Ningrum, Hartono, Sugiyarto. 2017. Penerapan Metode Crashing dalam Percepatan


Durasi Proyek dengan Alternatif Penambahan Jam Lembur dan Shift
Kerja (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Hotel Grad Keisha,
Yogyakarta). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 8, No.3.

Onibala, Tjakra, Pratasis. 2018. Optimasi Waktu dan Biaya dengan Metode Crash.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 16, No. 69.

Anda mungkin juga menyukai