Disusun Oleh :
DELVIS LIENATHA
NIM. 1318154043
1
Program. Metode Crash Program adalah metode yang berfungsi untuk
percepatan proyek dengan mereduksi durasi aktivitas yang berada dalam jalur
kritis dan cenderung memiliki konsekuensi penambahan biaya akibat
penambahan sumber daya dandurasi kerja. Dengan menggunakan metode
crashing dapat diketahui sejauh mana durasi proyek dapat dipercepat dengan
penambahan biaya yang minimal.
Proyek Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur, berada pada
Jln.Wailola yang merupakan jalan Utama kota Bula. Dengan total anggaran
sebesar Rp.19.690.134.950,00 serta durasi pekerjaan selama 290 hari kalender
(22 April 2021 – 17 Desember 2021) sesuai dengan isi kontrak kerja. Pada saat
melakukan penelitian, dari hasil laporan kemajuan pekerjaan hingga minggu ke-
35 Proyek Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur sebesar 65,47% dari
rencana awal yang seharusnya 100%. Dimana secara fisik pembangunan baru
mencapai pekerjaan pengecatan. Keterlambatan terjadi karena adanya kendala
cuaca dan juga adanya kerlambatan dalam pengiriman material yang dikirim dari
Surabaya langsung ke Kecamatan Bula, Seram Bagian Timur. Dengan adanya
keterlambatan pada poyek ini maka akan dilakukan evaluasi tentang
pengendalian waktu dan biaya pada pekerjaan struktur proyek untuk
mendapatakan optimalisasi kinerja waktu dan biaya. Dengan demikian saya
tertarik untuk mengangkat judul Analisa Percepatan Proyek Dengan
membandingkan Metode Crashing Program dan fast track Pada Proyek
Pembangunan Rusun Polres Seram Bagian Timur.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana menentukan pekerjaan yang masuk dalam lintasan kritis di
penjadwalan proyek pada pekerjaan ?
2. Berapa besar percepatan waktu dan biaya Pada pekerjaan Proyek
Pembangunan Rusun Polres ,Seram Bagian Timur Dengan metode crashing
program dan metode fast-track?
3. Berapa besar perbandingan antara waktu Dan biaya normal dengan sesudah
Menggunakan metode crashing program dan metode Fast-track ?
3
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini
terdiri dari:
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang ilmu atau teori yang sesuai dengan
topik penelitian dan menjadi landasan untuk memperkuat hasil penelitian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Yana (2009) Iramutyn (2010) Anggraeni (2016)
Mendapatkan Untuk menentukan Untuk melakukan
waktu durasi (waktu) percepatan pada
penyelesaian optimum proyek
pelaksanaan pelaksanaan proyek Pembangunan
proyek setelah dan membandingkan Hotel Grand
Tujuan dilakukan waktu dan biaya Keisha, Yogyakarta
Penelitian percepatan dan sebelum dan yang mengalami
mengetahui sesudah crashing keterlambatan
perubahan biaya waktu pelaksanaan
akibat penambahan proyek
jam kerja untuk
mencapai biaya
optimum
Proyek
Proyek pemeliharaan
Rehabilitasi Ruang Gedung dan Proyek
Objek Penelitan Pertemuan Dinas bangunan rumah Pembangunan
Pertanian Tanaman sakit Orthopedi Hotel Grand Keisha
PanganProvinsi Prof.Dr.R.Soeharso Yogyakarta
Bali SurakartaHospital
5
Hasil penelitian ini Dari penelitian Dari hasil
diperoleh waktu tersebut hasil perhitungan
penyelesaian perhitungan menunjukan
proyek optimum diperoleh durasi percepatan
yaitu 117 hari optimum proyek menggunakan
Hasil penelitian dengan biaya total yaitu 49 hari (57 alternatif tenaga
proyek Rp hari kalender) dari kerja dan shift kerja
1.018.549.188,40. durasi normal 74 dapat mengurangi
Sedangkan waktu hari (90 hari durasi selama 34
penyelesaian kalender) hari atau sebesar
normal 7,76 %
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber
daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam mencapai hasil
akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal
sebagai tiga kendala (triple constraint) (Rani, 2016).
c. Membutuhkan organisasi
6
lain dapat memenuhi ketiga batasan tersebut. Untuk mencapai hal itu, maka
proyek perlu dikelola dengan manajemen baik sehingga dapat terselesaikan
sesuai perencanaan awal.
7
2.1.2 Penjadwalan Proyek
8
1. Sumber daya manusia ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan
keahliannya terkait dengan proyek. Contohnya, programmer, engineer
mesin, tukang les, pengawas, derektur pemasaran dll.
2. Material Proyek mencakup spektrum luas : misalnya bahan-bahan kimia
untuk proyek ilmiah, pondasi untuk proyek konstruksi. survei data untuk
pemasaran, dll.
3. Peralatan, yang biasanya digunakan untuk menunjukan tipe, ukuran dan
jumlahnya, dalam beberapa kasus, peralatan dapat ditukar tempatkan
untuk perbaikan jadwal, tetapi tidak selalu. Peralatan sering dianggap
sebagai pembatas. Kesalahan yang paling sering adalah asumsi adanya
sumber daya berlebi dalam proyek.
4. Modal Kerja, dalam stuasi proyek tertentu seperti kontruksi, modal kerja
di perlukan sebagai sumber daya karena jumlahnya yang terbatas. Jika
modal kerja udah tersedia, menejer proyek dapat bekerja pada beberapa
pekerjaan secara bersamaan. Berkaitan dengan faktor ketersediaan
sumber daya, hal lain yang perlu di perhatikan adalah fluktuasi
penggunaan tenaga kerja dan peralatan, untuk menghindari kebutuhan
yang naik dan turun secara tajam, adalah dengan mengadakan pemerataan
sumber daya. Dalam penerapannya, metode penjadwalan recources dapat
dikukan melalui metode Trial and Error dan komputerisasi (Tjolia, 1990).
2.1.3. Komponen Biaya Proyek
Biaya yang dipergunakan pada pekerjaan proyek konstruksi, secara umum
dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu Biaya atau modal tetap (fixed
capital) dan biaya atau modal kerja (working capital) atau dengan kata lain biaya
proyek atau investasi = modal tetap + modal kerja. Adapun manfaat diadakannya
pengelompokan biaya yang akan dipergunakan dalam proyek konstruksi ini
adalah fungsi kegunaannya pada saat pengkajian aspek ekonomi dan pendanaan.
9
a. Modal Tetap
Menurut Imam Soeharto dalam buku Manajemen Proyek, disebutkan bahwa
modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun
atau menghasilkan produk proyek yang diinginkan, mulai dari pengeluaran studi
kelayakan, desain – engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai
instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Secara lebih detail, modal tetap
dibagi lagi menjadi dua yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).
1. Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang diperlukan langsung untuk
mendapatkan sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek.
Ketika durasi proyek ditentukan/dipercepat, biaya langsung akan lebih tinggi
dibandingkan durasi proyek yang dikembangkan dari waktu normal untuk
aktifitas.
Unsur – unsur yang termasuk biaya langsung adalah :
a. Biaya Material
b. Biaya Upah Pekerja
c. Biaya Peralatan
10
Unsur – unsur biaya tidak langsung adalah :
1. Gaji pegawai
Termasuk dalam unsur biaya ini adalah harga maupun honor
pegawai/karyawan tetap dan tidak tetap yang terlibat dalam proyek ini yang
dibebankan ke dalam pembiayan proyek ini.
2. Biaya umum perkantoran
Termasuk dalam unsur biaya ini ialah sewa gedung, biaya transport, rekening
listrik, air, telepon, pajak dal lain-lain.
3. Biaya pengadaan sarana umum
perincian jelas pengeluaran biayanya adalah untuk pembangunan bangunan
sementara, instalasi umum dan lain-lain.
2.1.4. Kurva S
11
rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal
proyek (Husen, 2009).
12
dibagi total anggaran atauberdasarkan volume rencana dari komponen
kegiatan terhadap volume total kegiatan (Husen, 2009).
2.1.5.Time Schedule
Time schedule (jadwal pelaksana) adalah suatu alat pengendali prestasi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan atau pengerjaan
suatu proyek dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Di sini menerangkan
kapan waktu selesainya pekerjaan, waktu yang dibutuhkan pekerjaan atau durasi
kerja dan perkiraan waktu selesainya pekerjaan.
Baik untuk pekerjaan pembangunan rumah, gedung, kantor, jalan raya,
jembatan dan konstruksi bangunan sipil lainnya sangat membutuhkan
penjadwalan yang sesuai. Secara umum, jadwal ini dituangkan dalam bentuk bar
chart dan network planning.
Bentuk bar chart sangat sering digunakan dalam penyajian data jadwal
pelaksanaan. Diharapkan dengan menggunakan bentuk ini dapat memudahkan
saat penyajian dalam bentuk selanjutnya. Jadwal pelaksanaan dapat dibuat dalam
bentuk harian, mingguan bahkan bulanan. Hal tersebut tergantung pada lamanya
waktu rencana pelaksanaan dalam sebuah suatu pekerjaan proyek. Sebagai
contoh untuk pekerjaan dengan durasi 2 mingguan sampai 1 bulanan akan cocok
bila dibuat dengan jadwal pelaksanaan harian. Jika pekerjaannya memiliki durasi
waktu selama 2 bulan hingga 1 tahun, bisa dibuat dengan jadwal pelaksanaan
mingguan. Dan terhadap pekerjaan yang durasinya lebih lama sangat cocok
untuk dibuat dalam jadwal pelaksanaan bulanan. Semuanya dapat dibuat
bervariasi tergantung dari kebutuhan kelengkapan data yang akan ditinjau dan
dipantau progresnya yang akan dicapai.
Project schedule biasanya dibuat oleh manajer proyek untuk membuat dan
mengatur tugas para pekerja proyek serta memberitahukan kepada organisasi
bagaimana para pekerja proyek tersebut akan dijalankan. Pada umumnya, jadwal
ini berbentuk seperti kalender yang dihubungkan, sebelum membuat jadwal
13
pastikan telah membuat WBS terlebih dahulu, jika tak ada maka jadwal akan
terkesan tidak tertata atau mengada-ada.
b. Bagi Kontraktor, RAB dibuat yang paling utama adalah sebagai estimasi
harga guna kepentingan penawaran pada suatu pelangan. Selanjutnya
dalam proses konstruksi RAB berguna dan sangat penting bagi
pengendalian proyek, khususnya pengendalian biaya.
14
pengalaman ataupun oleh aturan – aturan yang berlaku. Variabel tersebut
kebanyakan bersifat intangibles yang sulit untuk dinyatakan dalam nilai numerik,
apalagi dihitung secara matematis. Meskipun demikian, perlu adanya pegangan
atau tolak ukur untuk memperhitungkan produktifitas tenaga kerja bagi proyek
yang hendak ditangani yaitu untuk mengukur hasil guna atau efisiensi kerja
misalnya dengan membandingkannya terhadap suatu patokan yang dipakai.
15
4. Kerja lembur
Kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40 jam per minggu
tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun hal
ini akan menurunkan efisiensi kerja. Dalam memperkirakan waktu
penyelesaian dengan mempertimbangkan kerja lembur, perlu diperhatikan
kemungkinan kenaikan total – orang.
5. Ukuran besarproyek
16
menyelesaikan suatu pekerjaan dipersempit, dan biaya yang dikeluarkan untuk
mempercepat selesainya pekerjaan itu ditekan serendah mungkin (Levin dan
Kirkpatrick, 1977).
Critical Path Method pertama kali diperkenalakan oleh ahli matematika dari
perusahaan DU-Pont bekerjasama dengan Rand Corporation oleh team
engineer. Critical Path Method terdiri dari anak panah (arrow) dan
lingkaran/segiempat (node). Anak panah (arrow) menggambarkan
kegiatan/aktifitas sedangkan segiempat (node) menggambarkan kejadian
(Event). Kejadian (Event) di awal dari anak panah disebut node “I” , sedangkan
kejadian (Event) di akhir anak panah disebut node “J”.
Setiap actifity on arrow merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan
sehingga kegiatan (Event) “J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian
(Event) “I” kegiatan berikutnya. Bentuk diagram ini juga disebut dengan I-J
diagram. Penggambaran Cr
itical Path Methodmenggunakan simbol yang dapat berbentuk segi empat atau
lingkaran. Simbol-simbol ini dapat digunakan asal disertai legenda yang
menjelaskan tentang apa yang dimaksud oleh pembuatnya. Di bawah ini adalah
gambar contoh penggambaran CPM untuk satu item pekerjaan.
17
Gambar 2.3.diagram CPM untuk satu item pekerjaan
(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)
Keterangan :
Setiap kegiatan diwakili oleh satu dan hanya satu anak panah dalam jaringan
kerja, atau di antara dua pekerjaanyang sama hanya boleh digambarkan satu anak
panah. Lihat gambar di bawah ini :
18
Gambar 2.4.aturan penyusunan CPM
(Sumber : Bangun, T.D., Irwan, H., dan Purabasari, A., 2016)
Nama suatu kejadian dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor pekerjaan.
Setiap lingkaran pekerjaan diberi nomor sedemikian rupa, sehingga tidak
terdapat lingkaran yang berulang kembali agar tidak terjadi circularity.
Kegiatan harus dimulai dari kejadian yang bernomor rendah ke kejadian
bernomor tinggi.
1. Pehitungan EET (Earliest Event Time)
Untuk menghitung besarnya nilai EET digunakan perhitungan kedepan
(Forwoard Analysis), dimulai dari kegiatan paling awal dan dilanjutkan dengan
kegiatan berikutnya. Berikut ini adalah Gambar diagram CPM dan Rumus
perhitungan EET.
19
2. Perhitungan LET (Latest Event Time)
Untuk menghitung besarnya nilai LET digunakan perhitungan kebelakang
(Backward Analysis), dimulai dari kegiatan paling akhir dan dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan sebelumnya. Berikut ini adalah Gambar diagram CPM dan
Rumus cara perhitungan LET.
20
d. Total Float (TF)
Jumlah penundaan maksimum yang dapat diberikan pada suatu kegiatan tanpa
menghambat penyelesaian keseluruhan proyek. Untuk perhitungan total float
dapat dilihat pada Rumus dibawah :
TF = LET2 – EET1-durasi
TF = LET3 – EET2-durasi
21
Tujuan utama dari program mempersingkat waktu adalah memperpendek
jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya yang minimal
(Soeharto, 1995).
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan biaya suatu
kegiatan, maka dipakai definisi sebagai berikut (Soeharto, 1995):
1. Kurun waktu normal Adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan
adanya kerja lembur dan usaha khusus lainnya, seperti menyewa peralatan
yang lebih canggih.
2. Biaya normal Adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan dengan kurun waktu normal. Terdapat biaya Normal Bahan dan
biaya Normal Upah.
Koefisien =
22
4. Biaya untuk waktu dipersingkat (crash cost) Adalah jumlah biaya langsung
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.
23
Seringkali dalam crashing terjadi “trade-off”, yaitu pertukaran waktu dengan
biaya.
1. Cari total biaya langsung untuk lama proyek yang telah dipilih, contoh:
biaya pegawai dan peralatan.
2. Cari total biaya tidak langsung untuk lama proyek yang telah dipilih, contoh:
biaya konsultansi dan administrasi.
3. Jumlahkan biaya langsung dan tidak langsung untuk lama proyek yang telah
dipilih tersebut.
24
b. Komponen waktu
c. Komponen biaya
3. Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope), yaitu biaya langsung untuk
menyelesaikan aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu
terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas) dalam satuan
waktu terkecil yang ditentukan, dengan menggunakan persamaan:
25
d. Grafik linear waktu dan biaya
Dari komponen waktu dan biaya tersebut terdapat hubungan linear seperti yang
digambarkan dalam grafik berikut ini
26
Catatan:
Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah aktivitas yang:
- Masih bisa dilakukan crash, dan
- Mempunyai biaya crash terkecil per satuan waktu.
Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih satu aktivitas
sedemikian rupa sehingga:
- Setiap aktivitas yang dipilih masih bisa dilakukan crash, dan
- Biaya crash total per satuan waktu dari semua aktivitas yang
dipilih merupakan yang terkecil
5. Perbaharui semua waktu kegiatan, jika batas waktu yang di inginkan telah
tercapai, maka berhenti. Jika tidak, ulangi langkah ke tiga.
27
7. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru,
maka percepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope
biaya terendah.
11. Jumlahkan biaya langsung dan tidak langsung untuk mencari biaya total.
2. Metode Shift
Sistem shift adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang
untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan
pekerjaan (Muchinsky, 1997). Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang
paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecenderungan semakin
meningkatnya permintaan barang-barang produksi. Sistem ini dipandang akan
28
mampu meningkat produktivitas suatu perusahaan yang mengggunakannya.
20 Menurut Landy (dalam Muchinsky, 1997), jadwal kerja shift adalah adanya
pengalihan tugas atau pekerjaan dari satu kelompok karyawan atau pekerja
pada kelompok karyawan atau pekerja yang lain. Sedangkan menurut Riggio
(1990), mendefinisikan kerja shift sebagai suatu jadwal kerja dimana setiap
karyawan secara bergantian datang ke tempat kerja agar kegiatan operasional
tetap berjalan.
Kapasitas Kerja =
29
Jumlah Tenaga Kerja =
30
e. Memungkinkan adanya interaksi sosial dengan teman kerja.
f. Menyediakan fasilitas kegiatan olah raga seperti permainan
bola basket, khususnya untuk pekerja shift malam.
g. Musik yang tidak monoton selama bekerja shift malam sangat
berguna. Untuk proyek ini, penulis melakukan sistem shift
mengikuti jadwal normal proyek yang dilaksanakan 7 hari
tanpa libur dan jumlah jam shift malam sama dengan jumlah
jam shift pagi. Untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa
diperhitungan poin d di atas, agar kesiapan manajemen lebih
longgar dan ada waktu pekerja untuk beristirahat.
3. Kondisi lokasi proyek Lokasi bangunan mempunyai dampak penting
pada waktu pelaksanaan proyek, karena lokasi proyek berdampak pada
ketersediaan sumber daya seperti material, alat dan waktu. Untuk
penelitian ini, proyek berada di Jalan Raya Tajem – Maguwoharjo
Kabupaten Sleman. Sehingga untuk melaksanakan sistem shift tidak ada
kendala karena lokasi di tempat strategis.
31
Sistem shifting sangat bergantung pada kesiapan material. Agar
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa mengalami hambatan
dari segi pengadaan material, maka pengadaan material harus dilakukan
dengan cara yang efektif dan efisien. Pengadaan yang efektif berkaitan
dengan ketepatan dalam mutu, jumlah, waktu, harga, sumber material,
dan lokasi pengiriman.
32
Kerja lembur mengakibatkan penurunan produktivitas. Produktivitas
pekerja akan menurun 0,1 dan prestasi kerja akan menurun 10 % setiap
bertambah satu jam lembur.
A=
B=
33
2.3.4. Proses Crashing (Percepatan)
Mempercepat pelaksanaan suatu proyek harus dirancang terlebih
dahulu. Hal ini dapat menghasilkan suatu percepatan durasi yang baik. Perlu
diperhatikan keseimbangan dalam merancang walaupun mungkin dengan
konsekuensi menambah sumber daya manusia. Tetapi selama menambah
sumber daya manusia masih lebih murah dibandingkan dengan pembayaran
extra akibat keterlambatan proyek, maka penambahan sumber daya manusia
tersebut kiranya dapat di perhitungkan.
Kegiatan dalam suatu proyek dapat dipercepat dengan berbagai cara, yaitu:
34
Indrasurya, 2002; Tjaturono and Mochtar, 2009) Ketentuan dalam
menerapkan Fast Track Langkah-langkah atau ketentuan yang harus dilakukan
dalam penerapan metode fast track terhadap aktivitas-aktivitas pada lintasan
kritis (Tjaturono, 2014) :
1. Aktivitas pada lintasan kritis diterapkan prinsip parallel system atau
penyelesaian aktivitas satu dengan aktivitas lain yang didasarkan pada
prinsip start to start.
2. Penjadwalan harus logis antara aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
sehingga cukup realistis untuk dilaksanakan (meliputi: tenaga kerja,
produktivitas, bahan, alat, teknis, dan dana).
3. Melakukan fast-track hanya pada lintasan kritis saja, terutama pada
aktivitas –aktivitas yang memiliki durasi panjang.
4. Waktu terpendek yang akan dilakukan fast-track ≥ 2 hari.
5. Hubungan antara aktivitas kritis yang akan di fasttrack:
a) Apabila durasi i < durasi j, maka aktivitas kritis j dapat dilakukan
setelah durasi aktivitas i telah ≥ 1 hari dan aktivitas i harus selesai
lebih dulu atau bersama-sama.
b) Apabila durasi i > durasi j, maka aktivitas j dapat dimulai bila sisa
durasi aktivitas i ≤ durasi aktivitas j. Kedua aktivitas tersebut
selayaknya dapat selesai secara bersama-sama.
6. Periksa float yang ada pada aktivitas yang tidak kritis, apakah masih
memenuhi syarat dan tidak kritis setelah fast-track dilakukan.
7. Apabila setelah dilakukan fast-track tahap awal, lintasan kritis bergeser,
lakukan langkah-langkah yang sama pada aktivitas-aktivitas di lintasan
kritis yang baru. hal ini dilakukan secara berulang-ulang sampai beberapa
tahap dan mencapai waktu jenuh yaitu sampai tidak ada lagi aktifitas-
aktifitas yang dapat di fast track, hitung waktu yang diperoleh setelah
dilakukan fast track dengan beberapa tahap sampai waktu jenuh.
8. Percepatan selayaknya dilakukan tidak lebih dari 50% dari waktu
normal. Penerapan fast-track untuk mereduksi durasi lebih dari 50%
35
seringkali justru menghasilkan pembengkakan biaya yang sangat besar
sehingga fast-track menjadi tidak lagi ekonomis dan efisien. Perlu
diperhatikan bahwa pada pembiayaan proyek dengan penerapan metode
fast track, yang dihitung adalah pembiayaan pelaksanaan
aktivitasaktivitas pada lintasan kritis maupun aktivitas pada lintasan yang
tidak kritis seperti halnya pada pembiayaan normal. Tidak ada
penambahan jumlah tenaga kerja dan biaya pada masing-masing aktivitas
baik pada aktivitas pada lintasan kritis maupun pada aktivitas tidak kritis
(Tjaturono and Mochtar, 2009).
Keuntungan Fast Track:
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi
PENELITIAN
37
Bagian Timur.
b. Nilai Kontrak : Rp.19.690.134.950,00,
c. Kontraktor Pelaksana : PT. BUMI ACEH CITRA PERSADA
KSO. PT. PILAR INDO SARANA
d. Konsultan : CV.RESPACE
3.3 Jenis Data
Adapun jenis data yang dipakai dalam penulisan ini adalah :
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung atau
observasi dilapangan berupa dokumentasi pada proyek pembangunan
Rusun Polres Seram Bagian Timur.
b. Data Sekunder
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari pihak PT. BUMI
ACEH CITRA PERSADA KSO. PT. PILAR INDO SARANA selaku
kontraktor pelaksana berupa rencana anggaran biaya (RAB), timeschedule,
kurva S, barchart, daftar harga satuan upah.
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan pada sebuah objek secara
langsung dan detail untuk mendapatkan informasi yang benar terkait objek
tersebut.
b. Metode Wawancara
Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam pengembangan system
informasi kehadiran mahasiswa maka dilakukan wawancara terhadap
pengawas maupun pekerja yang ada di lokasi. wawancara yang dilakukan
38
untuk mencari data yang di butuhkan demi kebutuhan yang diperlukan yang
belum tercukupi dari sistem.
c. Kepustakaan
Dengan cara pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan untuk
mencari referensi - referensi yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku – buku maupun internet.
39
3.7 Metode Analisa Data
Langkah – langkah menganalisa data menggunakan Metode Crashing
Program:
Mulai
IdentifikasiMasalah
Pengumpulan Data
Selesai
Gambar3.2Flow ChartPenelitian
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
= 40.02 m3/hari
Produktifitas normal/jam =
= 4.45 m3/jam
Produktifitas jam lembur = 2 × produktifitas normal/jam × 0,6
= 2 × 4.45 m3/jam × 0,6
= 5.335 m3/jam
Produktifitas harian percepatan = produktifitas harian + produktifitas jam lembur
= 40.02 m3/hari + 5.335 m3/jam
= 45.351 m3/jam
Dengan cara yang sama didaptkan hasil perhitungan produktifitas harian normal dan
percepatan dapat dilihat pada Lampiran 2
Crash Duration =
= 6.54 hari
Upah normal/jam = harga satuan × produktifitas normal/jam
= Rp 254,418.87,- × 22.01 m2/jam
= Rp 5,600,737.36,-
Upah normal/hari = upah normal/jam × 9 jam
= Rp 5,600,737.36,- × 9 jam
= Rp 50,406,636.22,-
Upah 2 jam lembur/ hari = (1,5 × upah normal/jam) + (2×upah normal/jam)
=(1,5× Rp 5,600,737.36,-)+(2× Rp 5,600,737.36,-)
= Rp 19,602,580.75,-
Upah percepatan/hari = upah normal/hari + upah 2 jam lembur/hari
= Rp 50,406,636.22,- + 19,602,580.75,-
= Rp 70,009,216.97,-
Crash cost = upah percepatan/hari × crash duration
= Rp 70,009,216.97,-× 6.54 hari
= Rp 1,040,576,375.79,-
Cost Slope =
= Rp 96,469,136.97,-
Dengan cara yang sama perhitungan crash duration, crash cost kegiatan kritis dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan crash duration, crash cost dan cost slope
Normal
Crash
Uraian
Biaya Normal Biaya Dipercepat Cost Slope
Pekerjaan
Pek
Persiapan 21 Rp456,560,976.30 19 Rp559,511,000.37 Rp41,670,247.84
Lapangan
Pek
Standar
Oprasional 14 Rp68,458,724.02 12 Rp83,277,848.06 Rp8,526,526.72
Kegiatan
(K3)
Pek
Struktur Rp1,378,337,659.2 Rp1,589,400,275.5
21 17 Rp59,209,101.47
Lantai 5 7
Dasar
Pek
Rp2,060,496,111.4 Rp2,525,117,783.6 Rp141,045,864.7
Struktur 28 25
2 0 7
Lantai 02
Pek
Struktur 14 Rp49,424,868.59 12 Rp60,569,691.90 Rp6,766,499.87
Top Atap
Pek
Dinding Rp2,822,771,628.2 Rp3,459,278,956.1
56 49 Rp96,612,719.42
Bata 4 8
Ringan
Pek
Pengecata 28 Rp506,458,725.12 25 Rp620,660,202.35 Rp34,668,305.59
n
Pek
Instalasi
28 Rp307,478,658.20 25 Rp376,812,081.13 Rp21,047,646.25
Air Kotor
dan Hujan
Pek Power
28 Rp246,845,344.83 25 Rp302,506,550.04 Rp16,897,151.58
House
Sumber : Lienata, D. 2022
= Rp 2,411,036.93
Setelah mendapat nilai profit dan biaya overhead, maka selanjutnya dapat
menghitung biaya langsung dan biaya tidak langsungnya.
1. Biaya langsung = 90 % × total biaya proyek
= 90 % × Rp Rp. 19,690,134,950.00
= Rp 17,721,121,455.00
2. Biaya tidak langsung = profit + biaya overhead
= Rp 1,378,309,446.50 + Rp 590,704,048.50
= Rp 1,969,013,495.00
3. Biaya total = direct cost + indirect cost
=Rp 17,721,121,455.00+ Rp 1,969,013,495.00
= Rp. 19,690,134,950.00
2. Kondisi dipercepat
1. Biaya langsung = biaya langsung normal + cost slope terkecil
= Rp 17,721,121,455.00 + Rp 6,766,499.87
= Rp 17,727,887,954.87
2. Biaya tidak langsung = (durasi crashing × overhead per hari) +
profit
= (215 × Rp 2,411,036.93) +
Rp1,378,309,446.50
= Rp. 518,352,245.08
3. `Total biaya sesudah crashing
= biaya langsung + biaya tidak langsung
= Rp17,727,887,954.87+Rp. 518,352,245.08
= Rp 18,246,240,199.95
Untuk perhitungan biaya langsung dan tidak langsung pada kondisi normal
dan kondisi percepatan dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Perbandingan Durasi dan Biaya Proyek
Durasi (hari)
Biaya
Biaya langsung Total biaya
tidak langsung
Proyek
215 Rp 17,727,887,954.87 Rp. 518,352,245.08 Rp 18,246,240,199.95
dipercepat
Rp Rp Rp
Selisih 30 6,766,499.87 1,450,661,249.92 1,443,894,750.05
Dari hasil analisis Crash Program yang dilakukan dengan Penambahan Jam kerja
Lembur, ternyata proyek dapat dipercepat selama 30 hari. Sehingga durasi proyek
yang semula 245 hari kerja menjadi 215 hari kerja dari durasi awal. Akibat
percepatan ini biaya langusng proyek mengalami kenaikan yang semula Rp
17,721,121,455.00 dalam 245 hari menjadi Rp 17,727,887,954.87 dalam 215 hari.
Hal ini dikarenakan durasi proyek setelah crashing lebih singkat dan mempengaruhi
biaya tidak langsung yang mengalami penurunan dari Rp 1,969,013,495.00 menjadi
Rp518,352,245.08. Sehingga berpengaruh terhadap biaya total proyek, yang semula
Rp. 19,690,134,950.00
Hasil analisis ini menunjukan bahwa dengan dilakukannya penambahan 2 jam kerja
lembur menyebabkan biaya total proyek menjadi turun.
Berikut dibawah ini ditampilkan grafik pengaruh durasi proyek terhadap
biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost) dan biaya total
proyek.
1. Pengaruh durasi terhadap biaya langsung (direct cost)
Dari gambar diatas, dapat diketahui setelah proyek mengalami crashing yang
sebelumnya berdurasi 245 hari menjadi 215 hari terjadi kenaikan biaya langsung
(direct cost) sebesar Rp 6.766.499,87.
Dari gambar diatas, dapat diketahui setelah proyek mengalami crashing yang
sebelumnya berdurasi 245 hari menjadi 215 hari, terjadi penurunan biaya tidak
langsung (Indirect Cost) yaitu Rp 1.969.013.495,00 menjadi Rp 518.352.245,08
dengan selisih biaya Rp 1.450.661.249,92.
(A) = 21 hari
(B) = 14 hari
Pada ketentuan metode fast track, item pekerjaan yang dilihat hanya
yang berada pada lintasan kritis, durasi dipercepat selayaknya kurang dari 50%,
maka dari itu untuk memudahkan perhitungan diasumsikan terlebih dahulu
percepatan durasi sebesar 50%
A = 21 hari
B = 14 hari
A = 50% x 21 hari
= 11 hari
Percepatan untuk pekerjaan selanjutnya hanya diperbolehkan selama 11
hari karena harus kurang dari 50% pekerjaan awal
Dari perhitungan diatas dapat diartikan bahwa pekerjaan (A) sudah
mencapai 11 hari, maka pekerjaan (B) dapat dimulai
Dari analisa yang dilakukan metode fast track yang diterapkan didapat percepatan
waktu untuk studi kasus kali ini adalah 95 hari dari durasi normal 245 hari sehingga
durasi penyelasaian proyek menjadi 150 hari.
4.5.1. Menghitung Biaya Setelah Dilakukan Fast-Track
Perhitungan pembiayaan proyek setelah penerapan metode fast track sama
seperti perhitungan biaya proyek konvensional. Tidak ada penambahan jumlah tenaga
kerja dan biaya pada setiap aktivitasaktivitas kritis maupun tidak kritis. Penggunaan
standar biaya bahan dan lainnya masih tetap berdasarkan yang ditetapkan oleh pihak
kontraktor. Namun, adanya pelaksanaan aktivitas-aktivitas kritis yang dilakukan
secara tumpang tindih hingga mereduksi 95 hari kerja menyebabkan pengurangan
biaya pada biaya tidak langsung setelah diterapkannya metode fast track. Adapun
pengurangan biaya tidak langsung tersebut adalah sebagai berikut :
1. Durasi normal = 245 hari
2. Rencana anggaran biaya = Rp.19.690.134.950,00
Seperti yang telah diuraikan diatas, biaya tidak langsung didapat dari bobot
profit 7% dan bobot overhead 3%. Sehingga untuk mengetahui total biaya tidak
langsung adalah sebagai berikut:
Setelah dilakukan fast track pada proyek, maka penambahan biaya yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Azzam, 2016. Analisis Percepatan Proyek Pembangunan Java Village Resort Dengan
Menambahkan Tenaga Kerja dan Jam Kerja. Tugas Akhir. (Tidak
diterbitkan), Universitas Islam Indonesia.
Budiono, 2006. Simulasi Waktu dan Biaya Pada Konstruksi PIER Pada Jalan Layang
Suprapto Jakarta. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hanna, 2008. Impact Of Shift Work On Labor Productivity For Labor Intensive
Contractor. Journal Of Construction Engineering And Management.
Onibala, Tjakra, Pratasis. 2018. Optimasi Waktu dan Biaya dengan Metode Crash.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 16, No. 69.