Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan konstruksi pada saat ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat dan mempunyai peranan penting dan stratetegis dalam pembangunan
nasional, untuk dapat bersaing ditengah kompetitifnya perusahaan-perusahaan
jasa konstruksi maka setiap perusahaan harus dapat memperhatikan ketepatan,
keefektifan, efisiensi dan ekonomis dalam pengerjaan pembangunan konstruksi.
Dalam dunia konstruksi telah diatur kententuan mengenai biaya, mutu dan waktu
dalam kontrak kerja yang harus dikerjakan sesuai permintaan dalam kontrak
tersebut. maka dalam hal itu saat sebelum melakukan pekerjaan konstruksi ada
sebuah pengendalian proyek dalam perencanaan proyek konstruksi. Berkaitan
dengan masalah proyek, maka keberhasilan pada pelaksanaan proyek tepat pada
waktunya merupakan tujuan yang penting baik bagi pemilik proyek maupun
kontraktor. Proyek konstruksi pada umumnya pasti memiliki batas waktu
pengerjaan sehingga setiap pekerjaan konstruksi harus dibuat penjadwalan untuk
menghindari keterlambatan proyek, keterlambatan proyek sendiri sering terjadi
karena adanya permasalahan cuaca, kondisi di lapangan ataupun perencanaan
yang kurang baik.
Pada proyek Ruas Jalan Cibitung - Lebak adanya keterlambatan pada saat
pengerjaannya dikarenakan adanya keterlambatan mobilisasi bahan bahan dan
juga cuaca hujan deras mengakibatkan beberapa pekerjaan diberhentikan,
penjadwalan yang digunakan juga hanya menggunakan metode Kurva S ataupun
Barchart sebagai alat control penjadwalan proyek sedangkan penggunaan Kurva
S ataupun Barchart sendiri memiliki kekurangan yaitu hanya terbatas untuk
menilai kemajuan proses ataupun hubugnan antar kegiatan kurang jelas. Oleh
karena itu penulis membuat skripsi dengan permasalahan yang ada dengan
berjudul “Analisa Percepatan Proyek Menggunakan Metode Time Cost Trade
Off Dengan Penambahan Jam Kerja Lembur Optimum (Studi Kasus: Ruas
Jalan Cibitung - Lebak)”.
Keterlambatan proyek sendiri bisa dianstisipasi dengan menggunakan
metode percepatan, dalam pelaksanaannya namun tetap harus memperhatikan
faktor biaya dan mutu. Prtumbuhan biaya yang dikeluarkan seminimum mungkin
dengan penjadwalan yang lebih optimum tanpa harus mengurangi dan tetap
memperhatikan standar mutu. Percepatan (crashing) pelaksanaan dapat dilakukan
dengan mengadakan penambahan jam kerja, alat bantu yang lebih produktif,
penambahan jumlah pekerja, menggunakan material yang lebih cepat
pemasangannya, dan metode konstruksi yang lebih cepat. Untuk mendapatkan
kontrol yang lebih baik pihak kontraktor dapat menerapkan Time Cost Trade Off
(TCTO). TCTO dapat membantu dalam menyusun perencanaan penyelesaian
proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Dalam hal ini metode TCTO
sebagai alat kontrol pengawasan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Di dalam
analisa TCTO ini dengan berubahnya waktu penyelesaian proyek maka berubah
pula biaya yang akan dikeluarkan. Apabila waktu pelaksanaan dipercepat maka
biaya langsung proyek akan bertambah dan biaya tidak langsung proyek akan
berkurang (M. Priyo & A. Sumanto, 2016).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapa waktu percepatan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
sesuai target rencana dengan menerapkan metode Time Cost Trade Off?
2. Berapa biaya langsung dan biaya tidak langsung yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan asrama Ruas Jalan Cibitung - Lebak hasil
analisa Time Cost Trade Off?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menghitung waktu percepatan yang diperlukan untuk menyelesaik
pekerjaan Ruas Jalan Cibitung - Lebak dengan melakukan penjadwalan
ulang dengan menerapkan metode Time Cost Trade Off.
2. Menghitung Ruas Jalan Cibitung - Lebak akibat percepatan dengan
metode Time Cost Trade Off.
1.4. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di proyek Pembangunan Ruas Jalan Cibitung -
Lebak.
2. Percepatan dilakukan dengan menambahkan jam kerja lembur 3 jam dan
penambahan shift kerja.
3. Alternatif yang akan digunakan adalah penambahan jam kerja lembur 3
jam, dan Shift kerja.
4. Analisa harga satuan tidak memperhitungkan pekerjaan mekanikal.
5. Penelitian ini menggunakan microsoft project dalam menganalisis jalur
kritis (critical path), dan menggunakan microsoft excel untuk membantu
dalam perhitungan percepatan (crashing) durasi dan biaya proyek
6. Asumsi yang digunakan acuannya baik dan tidak ada masalah terhadap
penyediaan dari sumber daya, material, maupun pekerja.
7. Metode PDM digunakan untuk menentukan jalur kritis (critical path)
pada penjadwalan proyek.
8. Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri No.102/MEN/VI/2004 untuk menjadi
acuan total maksimum penambahan jam kerja lembur.

1.5. Keaslian Penelitian


Skripsi yang berjudul “Analisa Percepatan Proyek Menggunakan
Metode Time Cost Trade Off Dengan Penambahan Jam Kerja Lembur
Optimum (Studi Kasus: Ruas Jalan Cibitung - Lebak)”.)” penelitian ini tidak
lepas dengan keaslian yang bermaksud menunjukkan data yang real dan sampel
yang sesuai dengan data penelitian yang dilakukan dilapangan. Keaslian
penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai
karakteristik yang relatif sama, meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek,
jumlah dan metode analisis yang digunakan.

1.6. Plagiat
Penulis menyatakan bahwa skriiipsi yang berjudul “Analisa Percepatan
Proyek Menggunakan Metode Time Cost Trade Off Dengan Penambahan
Jam Kerja Lembur Optimum (Studi Kasus: Ruas Jalan Cibitung - Lebak)”.
merupakan hasil karya penulis sendiri, bukan melainkan hasil orang lain
(plagiat), penyalinan kalimat, paraphrase, jika dalama penulisan skripsi ini
ditemukan kesamaan kalimat atau kutipan, penulis telah menyertakan daftar
Pustaka sebagai literatur penelitian.

1.7. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
1 Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang percepatan dengan
menggunakan Metode Time Cost Trade Off
2 Dengan Metode Time Cost Trade Off kita bisa membandingkan
metode yang digunakan lebih optimum dalam percepatan atau tidak.
b. Manfaat Praktis
1 Penelitian ini dapat digunakan untuk bahan referensi penelitian
selanjutnya
2 Dapat digunakan sebagai alternatif yang efisien dalam pelaksanaan
kosntruksi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Proyek


Sebuah proyek merupakan suatu upaya atau aktivitas yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting
dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Nurhayati, 2010). Manajemen proyek
adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan, pengorganisasian,
pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk dapat mencapai tujuan-
tujuan proyek. Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah
ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi
oleh waktu, dan seringkali juga di batasi oleh sumber pendanaan), untuk
mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik dan pada umumnya untuk
menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang mempunyai nilai
tambah.
Proyek selalu bersifat sementara atau temporer dan sangat kontras dengan
bisnis pada umumnya (Operasi-Produksi), dimana Operasi-Produksi mempunyai
sifat perulangan (repetitif), dan aktivitasnya biasanya bersifat permanen atau
mungkin semi permanen untuk menghasilkan produk atau layanan (jasa/servis).
Pada prakteknya, tipe manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan
kemampuan teknis dan keputusan manajemen strategis yang spesifik.
Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai sasaran-sasaran dan
tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami
sebelumnya. Pada umumnya batasan-batasan itu adalah ruang lingkup pekerjaan,
waktu pekerjaan dan anggaran pekerjaan. Dan hal ini biasanya disebut dengan
"triple constrains" atau "tiga batasan". Dengan semakin meningkatnya kesadaran
akan harkat dan martabat individu dalam menjalankan proyek, maka batasan ini
kemudian berkembang dengan ditambahkan dengan batasan keempat yaitu faktor
keselamatan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimasikan dan
pengalokasian semua sumber daya dan mengintegrasikannya untuk mencapai
tujuan proyek yang telah ditentukan.
1.7.1. Aspek-aspek Dalam Manajemen Proyek
Dalam manajemen proyek ada beberapa aspek aspek penting yang harus
diperhatikan, seperti:
a. Manajemen Integrasi Proyek, Manajemen Integrasi Proyek (Project
Integration Management) adalah kumpulan aktivitas dan proses yang
diperlukan untuk mengidentifikasi, mendefinisi, mengombinasi,
menyatukan dan mengoordinasi berbagai proses dan aktivitas manajemen
proyek dalam suatu proses yang berkesinambungan di dalam group Proses
Manajemen Proyek (PMBOK, 2017).
b. Manajemen Ruang Lingkup Proyek, Manajemen ruang lingkup proyek
menjadi aspek yang harus diperhatikan karena menjadi batasan apa yang
akan dikerjakan sebuah proyek.
c. Manajemen Waktu, Manajemen waktu proyek adalah rangkaian proses
perencanaan, penjadwalan, pemantauan dan pengendalian seluruh
kegiatan proyek. Manajemen waktu juga sebagai alat untuk mengelola
waktu atau durasi, pencapaian, dan aktivitas untuk mencapai sebuah
tujuan.
d. Manajemen Biaya, manajemen biaya adalah sebuah metode yang
menggunakan teknologi untuk mengukur biaya dan produktivitas melalui
siklus hidup penuh proyek tingkat perusahaan.
e. Manajemen Mutu, Manajemen mutu adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk menjaga tingkat kualitas yang diinginkan oleh
perusahaan. Tindakan ini mencakup rangkaian aktivitas lain seperti
menentukan standar kualitas, peraturan yang diperlukan, dan aspek lain
yang dapat menentukan kualitas produk atau jasa.
f. Manajemen Pengadaan (Procurement), Manajemen pengadaan adalah
suatu proses yang menjamin tersedianya barang maupun jasa dari luar
yang dibutuhkan oleh proyek. Perencanaan pengadaan, yaitu menetapkan
apa saja yang perlu disediakan, dan kapan harus dilakukan. Memilih
pemasok dan menetapkan kontrak kesepakatan kerja.
g. Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen sumber daya
manusia adalah upaya perusahaan untuk mengelola sumber daya
manusia yang dimiliki, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan.
h. Manajemen Komunikasi, Manajemen komunikasi adalah proses
penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan
unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Diwan, 1999)
i. Manajemen Risiko, manajemen risiko adalah usaha guna
menghindari risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan
melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi.
1.7.2. Tujuan Manajemen Proyek
Tujuan dibuatnya manajemen proyek adalah mengefisiensikan hal-hal
dari segi biaya, sumber daya dan waktu, dapat mengontrol proyek menjadi lebih
baik, sehingga pelaksanaan proyek berhasil sesuai scope yang telah ditentukan.
Manajemen proyek juga bertjuan untuk mengoptimalkan potensi sumber
daya yang ada, mengatasi risiko atau mengurangi risiko yang akan terjadi,
Menyusun perencanaan dengan tepat, menjaga kualitas dan integrasi, mengatur
abggaran, menuntaskan proyek tepat waktu.
Menurut Ismael (2013), manajemen proyek memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Agar semua rangkataian kegiatan tersebut tepat waktu
b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi di luar
dari perencanaan biaya yang telah direncanakan
c. Kuallitas sesuai dengan persyaratan
d. Proses kegiatan sesuai dengan persyaratan
1.7.3. Fungsi Manajemen Proyek
Fungsi manajemen proyek juga membantu pekerja dapat memanfaatkan
sumber daya seminim mungkin, namun tetap memberikan hasil kinerja secara
maksimal, termasuk mengenai kualitas, waktu, serta keselamatannya.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. (Setiyarto Djoko, Y dan Filastri,
2015).
a. Ruang lingkup (Scoping), fungsi scoping adalah melingkupi batasan-
batasan ranah pekerjaan yang harus dikerjakan agar proyek terselesaikan
b. Perencanaan (Planning),fungsi planning adalah mengidentifikasi tujuan
proyek yang diingankan, mengurangi peluang munculnya resiko,
mengantisipasi pekerjaan agar selesai tepat waktu.
c. Estimasi, estimasi adalah bentuk dari perencanaan proyek yang mencakup
perkiraan pada biaya proyek secara kuantitatif, sumber daya yang
digunakan, hingga durasi penyelasaian proyek.
d. Penjadwalan (Schedulling), penjadwalan berfungusi menyusun daftar
kegiatan waktu mulai dan selesai dari tiap pekerjaan, durasi penyelesaian
yang ideal dan penanggung jawab untuk setiap jenis pekerjaan.
e. Directing, directing berpusat gaya kepemimpinan atas sebuah proyek
yang mencakup penginstruksian, pembimbingan, dan melatih komunikasi
tim agar meraih tujuan proyek yang harus mereka capai
f. Pengawasan (Controlling), pengawasan adalah kegiatan pengendalian
yang berlangsung dalam proyek agar berjalan sesuai rencana atau tidak
menyimpang.
1.8. Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi
terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga
produktivitas (Forsyth, 2019). Manajemen waktu dalam proyek sangat penting
karena setiap menjadi salah satu acuan dalam triple constain
1.8.1. Pengelolaan Manajemen Waktu
Menurut Haynes (1994), pengelolaan waktu secara efektif dan efisien
dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan Waktu, perencanaan waktu merupakan penentuan waktu
yang tepat agar sesuai dan tepat dengan tujuan yang direncanakan
berkaitan dengan waktu, maka rencana membuat jadwal bisa harian,
mingguan, dan bulanan
b. Pengorganisasian Waktu, pengorganisasian waktu adalah kegiatan
mengidentifikasi, mengelompokkan, menganalisis kegiatan dan
mengelola waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
c. Pengawasan Waktu, setelah melakukan perencanaan dan
pengorganisasian waktu perlu dilakukannya pengawasan agar apa yang
telah direncanakan dapat berjalan sesuai rencana.
1.8.2. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan.
Yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek
dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material
serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek.
Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan
dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan proyek juga merupakan tahap
penerjemahan dari suatu perencanaan ke dalam suatu diagram yang sesuai
dengan skala waktu yanf dapat berupa:
a. Bar Chart, Bar Chart atau biasa di sebut diagram batang adalah
sekumpulan dari list kegiatan yang telah di rancang dalam arah kolom
vertical, sedangkan pada waktudi susunpada arah horizontal. Pada
durasi kegiatan dapat di gambarkan dengan jelas oleh panjangnya
diagram batang. Terdapat sumbu x dan y pada bagan, dimana masing
masing sumbu menjelakan uraian yang berbeda. Sumbu x menyatakan
durasi yang di butuhkan dalam menyelesaikan suatu kegiatan dengan
satuan harian, mingguan ataupun bulanan. Sedangkan sumbu y
menggambarkan uraian kegiatan atau suatu jenis pekerjaan dari
lingkup suatu proyek.
Gambar 2.1 Contoh Barchart
b. Network Planning, bila jenis kegiatan yang akan dikerjakan tergolong
kecil, membutuhkan waktu yang sedikit, dan tidak melibatkan banyak
individu maupun instansi maka perencanaan sederhana dalam
selembar kertas ataupun hanya diingat dalam kepala dapat dikatakan
cukup. Lain lagi bila kegiatannya kompleks, misal perencanaan
pembangunan pabrik peremuk atau pembuatan dokumen perijinan,
maka perencanaan yang bersifat detail dan terperinci merupakan hal
yang sangat dianjurkan. Salah satu alat (tool) dalam manajemen
proyek adalah network planning. Network planning adalah salah satu
model yang digunakan dalam penyelanggaraan proyek yang
produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada
dalam network diagram proyek yang bersangkutan. (Tubagus Haedar
Ali, 1995).

Gambar 2.2 Contoh Network Planning


c. Kurva S, kurva S adalah sebuah grafik matematis yang
menggambarkan data kumulatif sebuah proyek. Seperti biaya atau
durasi waktu kerja (man hours) yang telah digunakan, ataupun
persentase (%) waktu pekerjaan diselesaikan. Dalam manajemen
proyek, kurva satu ini berfungsi melacak perkembangan atau
kemajuan sebuah proyek. Di mana, dalam iklim bisnis yang
mengedepankan nilai kecepatan, pengerjaan proyek haruslah berjalan
dan diselesaikan sesuai jadwal dan anggaran yang telah ditetapkan.
Dalam penggunaannya secara umum, kurva ini digunakan untuk
mengukur kemajuan pengerjaan proyek, mengevaluasi kinerja, hingga
sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perkiraan arus kas.
Kurva S banyak digunakan karena mampu menampilkan data
kumulatif real-time dari berbagai elemen proyek dan
membandingkannya dengan data yang diproyeksikan. Jika ada elemen
dalam proyek yang terlihat harus dievaluasi, maka hal itu juga dapat
teridentifikasi melalui Kurva S ini.

Gambar 2.3 Contoh Kurva S


1.9. Network Planning
Untuk dapat menyelesaikan suatu proyek, perusahaan harus mempunyai
perencanaan serta penjadwalan yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada
saat proses penyelesaian. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghindari atau mengatasi permasalahan keterlambatan tersebut adalah dengan
menggunakan Network Planning. Network planning (Jaringan Kerja) pada
prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang
digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network.
Dengan adanya jaringan kerja ini dapat mempermudah pekerjaan mana
yang dapat didahulukan untuk diselesaikan sehingga aktivitas setiap pekerjaan
bisa berjalan sesuai perencanaan. Adapun pendapat dari para ahli tentang
Network Planing sebagai berikut:
a. Menurut Irham Fahmi (2014;128), “Jaringan kerja merupakan suatu
kondisi dan situasi yang dihadapi oleh seorang manajer dengan
menempatkan analisis pada segi waktu (time) dan biaya (cost) sebagai
latar belakang (background) dalam setiap membuat keputusan,
khususnya keputusan yang berkaitan dengan jaringan”.
b. Menurut Nurhayati (2010:53), “Jaringan Kerja adalah suatu alat yang
digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengawasi
kemajuan dari suatu proyek”.
c. Menurut Muhardi (2011:315), “Network Planning adalah suatu
perencanaan dan pengendalian proyek yang menggambarkan
hubungan kebergantungan antara setiap pekerjaan yang digambarkan
dalam diagram Network”.
1.9.1. Simbol dan Ketentuan Dalam Network Planning
Dalam menggambarkan suatu network digunakan tiga buah simbol
menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2011:177), adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Simbol dan Kegunaan Network Planning
Simbol Keterangan

→ Menyatakan sebuah kegiatan atau


aktivitas. Kegiatan disini didefinisikan
(tanda panah) sebagai hal yang memerlukan duration
(jangka waktu tertentu) dalam
pemakaian sejumlah resource (sumber
tenaga, peralatan, material biaya).
Baik panjang maupun kemiringan
anak panah ini sama sekali tidak
mempunyai arti. Jadi tidak perlu
menggunakan skala. Kepala anak
panah menjadi pedoman arah tiap
kegiatan, yang menunjukan bahwa
suatu kegiatan dimulai dari permulaan
dan berjalan maju sampai akhir
dengan arah dari kiri ke kanan.

Menyatakan sebuah kejadian atau


peristiwa atau event. Kejadian (event)
disini didefinisikan sebagai ujung atau
(lingkaran)
pertemuan dari suatu atau berapa
kegiatan
Menyatakan dummy. Dummy disini
berguna untuk membatasi mulainya
kegiatan. Seperti halnya kegiatan
biasa, panjang dan kemiringan
(anak panah terputus-putus) dummy ini juga tidak berarti apa-apa
sehingga tidak perlu berskala.
Bedanya dengan kegiatan biasa ialah
bahwa dummy tidak mempunyai
duration (jangka waktu tertentu)
karena tidak memakai atau
menghabiskan sejumlah resources
Sumber: Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2011:177)
Dalam pelaksanaanya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti
aturan-aturan sebagai berikut:
a. Setiap kegiatan harus mempunyai identitas tersendiri yang
dinyatakan oleh nomor start event dan nomor finish event
b. Diantara dua event yang sama hanya boleh digambarkan satu
anak panah
c. Aktivitas harus mengalir dari nomor terendah ke nomor
tertinggi
d. Diagram hanya memiliku sebuah initial event dan sebuah
terminal event
1.9.2. Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan
Hubungan atau ketergantungan antar symbol dan kegiatan menurut Tjutju Tarliah
Dimyati dan Ahmad Dimyati (2011:18), dinyatakan sebagai berikut:
a. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dimulai,
maka hubungan antara kedua baguab tersebut daoat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2.4 Hubungan jika kegiatan A harus diselesaikan sebelum


kegiatan B
Kegiatan A bisa juga ditulis (1,2) dan kegiatan B (2,3)
b. Jika kegiatan C, D, dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai,
maka:

Gambar 2.5 Hubungan jika kegiatan C,D dan E harus diselesaikan


sebelum kegiatan F
c. Jika Kegiatan G dan H harus selesai sebelum kegiatan I dan J, maka:
Gambar 2.6 Hubungan jika kegiatan G dan H harus diselesaikan sebelum
kegiatan I dan J
d. Jika Kegiatan K dan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai,
tetapi kegiatan N sudah boleh dimulai bila kegiatan L sudah selesai,
maka:

Gambar 2.6 Hubungan Kegiatan K dan L harus selesai sebelum kegiatan


M dapat dimulai, tetapi kegiatan N sudah boleh dimulai bila kegiatan L sudah
selesai
e. Jika kegiatan P,Q dan R mulai selesai pada lingkaran kejadian yang sama,
maka kita tidak boleh menggambarkannya sebagai berikut:

Gambar 2.7 Contoh penggambaran yang tidak boleh jika kegiatan P,Q dan R
mulai selesai pada lingkaran kejadian yang sama
Karena gambar diatas berarti bahwa kegiatan (31,32) itu adalah kegiatan
P atau Q atau R. untuk membedakan ketiga kegiatan itu masing-masing
harus digunakan dummy sebagai berikut:

Gambar 2.8 Contoh penggambaran yang boleh jika kegiatan P,Q dan R mulai
selesai pada lingkaran kejadian yang sama
Kegiatan:
P = (31,32) P = (32,34)
Q = (31,34) atau Q = (31,34)
R = (31,33) R = (33,34)
Dalam hal ini tidak menjadi soal dimana saja diletakan dummy-dumy
tersebut.
1.10. Predence Digrhaming Method
Metode Precedence Diagram (PDM) adalah teknik representasi visual
yang menggambarkan aktivitas yang terlibat dalam suatu proyek. Metode ini
adalah metode membangun diagram jaringan jadwal proyek yang menggunakan
kotak/simpul untuk mewakili aktivitas dan menghubungkannya dengan panah
yang menunjukkan ketergantungan. Precedence Diagram Method (PDM) juga
adalah sebuah metode penjadwalan proyek dimana kegiatan dituliskan didalam
node yang umumnya berbentuk segi empat, dengan anak panah sebagai petunjuk
hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Konstrain menunjukkan
hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node
berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node (Laksito,
2005).
Diagram PDM mirip dengan teknik diagram AON dan berdasarkan pada
4 hubungan dasar fundamental, yaitu:

Gambar 2.9 Diagram PDM 4 prinsid fundamental


Beberapa ketentuan dalam PDM yang mengunakan 4 prinsip fundamental
adalah sebagai berikut:
a. Finish-to-start (FS): Hubungan akhir-ke-mulai merupakan hubungan
yang paling sering terjadi diantara aktivitas dan menandakan adanya
sebuah hubungan logis. Berdasarkan gambar di atas, Task B tidak bisa
dimulai sampai Task A selesai.
b. Start-to-start (SS): Hubungan mulai-ke-mulai merupakan hubungan yang
terjadi ketika diantara aktivias yang terjadi, keduanya dapat ataupun harus
terjadi diwaktu yang sama. Meskipun mulai di waktu yang sama, kedua
aktivitas tersebut dapat selesai di waktu yang berbeda.
c. Finish-to-finish (FF): Hubungan akhir-ke-akhir terjadi apabila diantara
dua aktivitas yang terjadi memiliki waktu selesai atau berakhir yang sama,
meskipun waktu mulai mereka maupun durasi aktivitas berlangsung
tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila kedua
aktivitas FF telah selesai, maka aktivitas selanjutnya dapat dimulai.
d. Start-to-finish (SF): Hubungan mulai-ke-akhir merupakan hubungan yang
paling jarang terjadi dan paling dapat digantikan dengan hubungan finish-
to-start yang memiliki kebalikan dengan hubungan SF. Berdasarkan
gambar diatas, Task A tidak dapat berakhir hingga Task B dimulai.
Keuntungan dari penggunaan PDM ini ketika menyusun jadwal proyek
adalah manajer proyek dapat dengan mudah menentukan waktu tunggu dan jeda
dari berbagai aktivitas. Disamping itu, lead time juga memungkinkan adanya
kegiatan yang bertabrakan satu sama lain.
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh
sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering
disebut juga Activity On Node (AON). Kegiatan dalam PDM diwakili oleh
sebuah lambang yang mudah diidentifikasi.

Berikut adalah beberapa istilah yang terdapat pada PDM:


a. TE = E adalah waktu paling awal dari suatu aktivitas yang dapat terjadi
(Earliest Time of Occurance).
b. TL = L adalah waktu paling akhir dari suatu aktivitas yang boleh terjadi
(Latest Allowable Event / Occurance Time).
c. ES, adalah waktu mulai paling awal suatu aktivitas (Earliest Start Time).
d. EF, adalah waktu selesai paling awal suatu aktivitas (Earliest Finish
Time).
e. LS, adalah waktu paling akhir aktivitas boleh dimulai (Latest Allowable
Start Time).
f. LF, adalah waktu paling akhir aktivitas boleh selesai dimulai (Latest
Allowable Finish Time).
g. D, adalah kurun waktu dari suatu aktivitas, yang pada umumnya
dinyatakan dalam satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
1.10.1. Pengertian Lag
Link lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network
planning. Perhitungan lag dapat dilakukan denga cara:
a. Melakukan perhitungan ke depan untuk mendapatkan nilai-nilai Earliest
Start (ES) dan Earliest Finish (EF)
b. Hitung besarnya lag
c. Buatlah garis gada untuk lag yang nilainya = 0
d. Hitung Free Folat (FF) dan Total Float (TF)

Lag ij = ESj – Efi


FFi = minimum (lag ij)
TFi = minimum ( lag ij + TFj)

1.10.2. Identifikasi Jalur Kritis


Jalur kritis adalah jalur yang memiliki durasi terpanjang yang melalui
jaringan. Arti penting dari jalur kritis adalah bahwa jika kegiatan yang terletak
pada jalur kritis tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan otomatis juga akan tertunda. Untuk mengidentifikasi kegitan yang
bersifat kritis dan kemudian jalur kritis dapat dilakukan perhitungan kedepan
(forward analysis) dan perhitungan kebelakang (backward analysis).
Perhitungan kedepan dilalkukan untuk mendapatkan besarnya Earliest
Start dan Earliest Finish. Yang merupakan predecessor adalah kegiatan I,
sedangkan kegiatan yang dianalisa adalah kegiatan J.

Gambar 2.10 Forward analysis


Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij
EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi +FFij atau ESj + Dj

Keterangan:
a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan
maka diabil nilai terbesar
b. Jika tidak ada diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable
maka ESj dihitung dengan cara berikut;

ESj = Efj-Dj
Perhitungan kebelakang dilakukan untuk mendapatkan besarnya latest
start dan latest finish. Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J

Gambar 2.11 Backward analysis


Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:
LFi = LFj + FFij atau LFi = LSj + FSij
LSi = LSj + SSij atau LSi = LFj + SFij atau LFi + Di
Keterangan:
a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan
maka diambil nilai terkecil
b. Jika tidak ada/diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable
maka LFj dihitung dengan cara berikut
LFj = LSi + Di
Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:
a. Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)
b. Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)
c. Latest Finish (LF) – Earliest Start (ES) = Durasi Kegiatan
1.10.3. Spliting
Sebuah kegiatan yang dapat atau harus dihentikan untuk sementara pada
suatu saat dan kemudian dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian dinamakan
kegiatan splitable. Adapun kegiatan non-splitable adalah kegiatan yang harus
dilaksanakan dan tidak diizinkan untuk berhenti ditengah pelaksanaannya.
1.10.4. Float
Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam
suatu kegiatan sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau
diperlambat secara sengaja atau tidak disengaja. Akan tetapi, penundaan tersebut
tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya.Float dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free float.
Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau
perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek
secara keseluruhan.
Free Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untu keterlambatan atau
perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan
yang angsung mengikutinya.
1.11. Percepatan Waktu Proyek (Crashing)
Crashing Project merupakan tindakan untuk mengurangi durasi
keseluruhan pekerjaan setelah menganalisa alternatif-alternatif yang ada dari
jaringan kerja. Bertujuan untuk mengoptimalisasikan waktu kerja dengan biaya
terendah (Taufiqur Rahman, 2013:1)
Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash
Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash duration) yaitu
suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan
tidak efektif lagi. Durasi percepatan (crashing) maksimum suatu aktivitas adalah
durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih
mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto,
Iman. 1999).
Salah satu cara percepatan waktu penyelesaian proyek konstruksi adalah
dengan menambah jam kerja (lembur). Penambahan jam kerja lembur dilakukan
dengan penambahan 1 jam, 2 jam, dan 3 jam penambahan. Dengan adanya
penambahan jam kerja maka akan mengakibatkan pengurangan produktivitas
tenaga kerja, yang disebabkan oleh faktor kelelahan dari tenaga kerja. Berikut
merupakan grafik dari indikasi penurunan produktivitas pekerja terhadap
penambahan jam kerja :

Gambar 2.12 Hubungan antara biaya dan waktu pada keadaan normal (Soeharto,
Iman. 1999)

Gambar 2.13 Hubungan antara biaya dan waktu pada keadaan dipercepat
(Soeharto, Iman. 1999)
Gambar 2.14. Hubungan antara biaya dan waktu pada keadaan normal dan
dipercepat (Soeharto, Iman. 1999)
1.11.1. Produktivitas Kerja
Produktivitas tenaga keIja dari sudut manajemen sumber daya manUSla,
diartikan sebagai kemampuan dalam berproduksi yang terkadang didefinisikan
pula sebagai perbandingan antara keluaran I volume pekeIjaan dengan
sumberswnber yang digunakan dalam.menghasilkan keluaran tersebut.
Produktivitas berkaitan dengari efisiensi penggunaan swnber atau masukan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Dalam bidang konstruksi produktivitas merupakan
perbandingan antara keluaran berupa volume hasil pekerjaan yang diselesaikan
dengan masukan yang dapat berupa tenaga keIja yang digunakan (man-days) atau
dapat berupa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
(workhours).
Untuk menghitung rumus produktifitas kerja adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi profuktifitas kerja adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat kemampuan kerja
b. Tingkat kemampuan pimpinan dalam memberikan motivasi kerja
1.11.2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai pengertian
sebagai berikut:
a. Manusia yang bekeIja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga
personil, pekerja atau karyawan).
b. Potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan
keberadaannya (eksistensi).
c. Potensi yang berfungsi sebagai modal (non materia dan non finansial)
di dalam organisasi,
Untuk mewujudkan eksistensi organisasi Banyaknya latar belakang yang
berbeda dari para tenaga kerja, menimbulkan keragaman tenaga kerja. Di
Indonesia, yang agak menonjol adalah perbedaan berdasarkan jenis ke1amin dan
usia. Selain itu pengalaman keIja, tingkat pendidikan, upah dan komposisi tenaga
kerja juga perlu diperhatikan (Hadari Nawawi, 1997). Dalam hal ini yang
dimaksud dengan tenaga keIja adalah tukang yang bekeIja di lapangan suatu
proyek konstruksi (pekerja kasar)
1.12. Hubungan Antara Waktu dan Biaya
Menurut Soeharto, Imam (1999) biaya total proyek adalah penjumlahan
dari biaya langsung dan biaya tak langsung yang digunakan selama pelaksanaan
proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi)
penyelesaian proyek, keduanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan
proyek. Meskipun tidak dapat dihitung dengan rumus tertentu, tetapi umumnya
makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang
diperlukan.
Gambar 2.15 Hubungan biaya dan waktu
Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik yang
dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik A dan titik B disebut kurva
waktu-biaya.
1.13. Biaya Tambahan Pekerja
Dengan penambahan waktu kerja (lembur), maka tentu biaya untuk
pekerja konstruksi akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
KEP. 102/MEN/VI/2004 menyatakan upah penambahan kerja bervariasi, untuk
penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah
1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja
berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Adapun perhitungan untuk biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan
sebagai berikut, yaitu:
a. Normal ongkos pekerja perhari = produktivitas harian x harga satuan
upah pekerja
b. Normal ongkos pekerja perjam = produktivitas perjam x harga satuan
upah pekerja
c. Biaya lembur pekerja = 1,5 x upah normal untuk jam kerja lembur
pertama + 2 x n x upah sejam normal untuk jam kerja lembur
berikutnya Dimana: n = jumlah penambahan jam kerja
d. Crash Cost pekerja perhari = (8 jam x normal cost pekerja) + (n x
biaya lembur perjam)
e. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu
aktifitas persatuan waktu) Cost Slope = 𝑐𝑟𝑎𝑠ℎ 𝑐𝑜𝑠𝑡−𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 �
1.14. Metode Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost Trade Off)
Time cost trade off adalah suatu proses yang disengaja, sistematik, dan
analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam suatu
proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis (Ervianto,
2004). Di dalam metode time cost trade off ini akan membuat adanya perubahan
waktu penyelesaian pada proyek yang juga berpengaruh terhadap perubahan
biaya yang akan dikeluarkan. Jika waktu pelaksanaan proyek dipercepat maka
biayaya langsung proyek juga akan bertambah dan biaya tidak langsung proyek
akan berkurang.
Tujuan dari metode ini adalah mempercepat waktu penyelesaian proyek
dan menganalisis sejauh mana waktu dapat dipersingkat dengan penambahan
biaya yang minimum terhadap kegiatan yang dapat dipercepat waktu
pekerjaannya. Sehingga dapat diketahui percepatan yang paling maksimum dan
biaya yang paling minimum. Metode ini memberikan solusi alternatif kepada
perencana proyek untuk menyusun perencanaan yang terbaik sehingga dapat
mengoptimalkan waktu dan biaya dalam penyelesaian proyek.
Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan
penekanan waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya yang ditimbulkan
seminimal mungkin.
Disamping itu harus diperhatikan pula bahwa penekanannya hanya
dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang ada pada lintasan kritis. Apabila
penekanan dilakukan pada kegiatan yang tidak berada di lintasan kritis, maka
waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan berkurang. (Soeharto, 1995).
1.14.1. Variabel-Variabel Metode Time Cost Trade OFF
Time Cost Trade Off adalah suatu metode untuk mempercepat durasi
proyek dengan menambahkan variabel / alternatif tertentu seperti jam kerja,
tenaga kerja alat. (Andrianto, 2011)
a. Penambahan Jam Kerja (Lembur)
Kerja lembur (working overtime) dapat dilakukan dengan menambah
jam kerja perhari, tanpa menambah pekerja. Penambahan ini bertujuan
untuk memperbesar produksi selama satu hari sehingga penyelesaian
suatu aktivitas akan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan didalam
penambahan jam kerja adalah lamanya waktu yang bekerja seseorang
dalam suatu hari, maka produktivitas orang tersebut akan menurun
karena terlalu Lelah.
b. Penambahan Tenaga Kerja
Penambahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai penambahan jumlah
pekerja dalam satu unit pekerja untuk melaksanakan suatu aktifitas
tertentu tanpa menambahkan jam kerja. Dalam penambahan jumlah
jam kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia
papakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga
kerja pada suatu aktivitas tidak boleh menggangu pemakaian tenaga
kerja untuk aktifvitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang
sama. Selain itu, harus diimbangi dengan penambahan tenaga
pengawasan karena ruang kerja yang kurang akan menurunkan
produktivitas kerja.
c. Pergantian atau Penambahan Peralatan
Penambahan peralatan dimaksudkan untuk menambah produktivitas.
Namun, perlu diperhatikan adanya penambahan biaya langsung untuk
mobilitas dandemobilitas alat tersebut. Durasi proyek juga dapat
dipercepat dengan pergantian peralatanyang mempunyai produktivitas
yang lebih tinggi. Juga perlu diperhatikan luas lahan untuk
menyediakan tempat bagi peralatan tersebut dan pengaruhnya
terhadap produktivitas terhadap tenaga kerja.
Cara-cara tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi,
misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus penambahan jumlah tenaga
kerja, biasanya disebut giliran (shift), dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore
berbeda dengan unit pekerja untuk sore sampai malam hari. Pada penelitian ini
percepatan yang dilakukan dengan metode pertukaran waktu dan biaya (Time
Cost Trade Off) dalam batasan masalah hanya memusatkan pada penambahan
jam kerja (lembur).
Menurut Soeharto (1997), berikut ini adalah penguraian prosedur
mempersingkat waktu:
a. Memperhitungkan waktu penyelesaian proyek dan mengidentifikasi
float dengan menggunakan periode normal.
b. Menetapkan biaya normal tiap-tiap aktivitas.
c. Menetapkan biaya dipersingkat tiap-tiap aktivitas.
d. Mengalkulasi cost slope tiap-tiap komponen aktivitas.
e. Memperpendek kurun waktu aktivitas, diawali pada kegiatan kritis
dengan cost slope paling rendah.
f. Jika dalam rangkaian mempersingkat durasi proyek membentuk
lintasan kritis baru, maka percepat aktivitas-aktivitas kritis yang
memiliki gabungan cost slope paling rendah.
g. Melanjutkan memperpendek waktu aktivitas hingga titik proyek
dipersingkat.
h. Membuat tabulasi waktu versus biaya, gambarkan dalam grafik dan
hubungkan titik normal (waktu dan biaya normal), titik yang terbentuk
setiap kali mempersingkat aktivitas sampai dengan Titik Proyek
Dipersingkat (TPD).
i. Pada grafik di atas gambarkan kalkulasi dari biaya tidak langsung dari
proyek.
j. Untuk mendapatkan biaya total sebelum periode yang diinginkan
maka jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung.
k. Pada grafik biaya total, periksa periode penyelesaian proyek dengan
biaya terendah periksa untuk mencapai waktu optimal
1.15. Microsoft Office Project
Untuk melakukan pengolahan data manajemen proyek diperlukan tool
yang tepat, dalam proses penjadwalan menggunakan metode Prescedence
Diaghram Method aplikasi yang tepat adalah Microsoft Office Project.
Secara garis besar Microsoft Office Project dapat memungkinkan
penggunananya untuk membuat rencana proyek, membuat laporan, membuat
jadwal dan mengelompokan sumber daya, hingga dapat melakukan kolaborasi.
Bahkan dapat menentukan prioritas proyek mana yang harus diselesaikan saat
menggunakan Microsot Project.
Beberapa fitur yang tersedia di Microsoft Office Procet adalah sebagai
berikut:
a. Kalender
b. Kolaborasi
c. Reporting
Microsoft office project memiliki keunggulan seperti:
a. Tampilan yang ituitif
b. Akses mudah
c. Menyajikan template
Program Microsoft Project memiliki beberapa macam tampilan layar, namun
sebagai default setiap kali membuka file baru, yang akan ditampilkan adalah
Gantt Chart View.

Gambar 2.16 Gantt Chart View MSProject


a. Task adalah salah satu bentuk lembar kerja dalam Microsoft Project yang
berisi rincian pekerjaan suatu proyek.
b. Duration merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan.
c. Start merupakan waktu tanggal dimulainya suatu pekerjaan sesuai
perencanaan jadwal proyek
d. Finish Dalam Microsoft Project tanggal akhir pekerjaan disebut finish,
yang akan diisi secara otomatis dari perhitungan tanggal mulai (start)
ditambah lama pekerjaan (duration)
e. Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu pekerjaan
dengan pekerjaan lain.
f. Resources Sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material
dalam Microsoft Project disebut dengan resources.
g. Baseline adalah suatu rencana baik jadwal maupun biaya yang telah
disetujui dan ditetapkan.
h. Gantt Chart merupakan salah satu bentuk tampilan dari Microsoft Project
yang berupa batang-batang horisontal yang menggambarkan
masingmasing pekerjaan beserta durasinya.
i. Tracking adalah mengisikan data yang terdapat di lapangan pada
perencanaan yang telah dibuat.
Dalam Microsoft Project mengenal 4 macam hubungan antar pekerjaan, yaitu :
a. FS (Finish to Start). Suatu pekerjaan baru boleh dimulai jika pekerjaan
yang lain selesai.
b. FF (Finish to Finish). Suatu pekerjaan harus selesai bersamaan dengan
selesainya pekerjaan lain.
c. SS (Start to Start). Suatu pekerjaan harus dimulai bersamaan dengan
pekerjaan lain.
d. SF (Start to Finish). Suatu pekerjaan baru boleh diakhiri jika pekerjaan
lain dimulai.

Gambar 2.17 Hubungan antara pekerjaan


1.15.1. Langkah-Langkah Mengolah Data Microsoft Project
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam input data dalam Microsoft Project
secara ringkas yaitu:
a. Menuliskan keterangan pekerjaan ke dalam kolom task name
b. Mengatur jam kerja harian dengan memilih bar tools>change working
time. Kemudian klik Work Weeks>Details. Pada kolom Select day(s),
pilih hari yang akan diganti jam kerjanya, kemudian atur waktunya pada
kolom set day(s) to these specific working times.
c. Mengatur hirarki kegiatan dengan cara memblok beberapa pekerjaan
kemudian klik Project>Outline>Indent.
d. Menuliskan durasi tiap pekerjaan ke dalam kolom duration. Kemudian
pada kolom predecessors , diatur hubungan antar pekerjaan sesuai dengan
rencana proyek
e. Menampilkan kegiatan kritis dengan cara pada bar gantt chart tools, klik
format, kemudian pada kolom bar styles, beri tanda centang pada pilihan
critical tasks. Akan terlihat kegiatan yang berbeda warna pada tampilan
gantt chart. Dalam mode default, tampilan berwarna merah merupakan
tampilan kegiatan yang berada pada lintasan kritis
1.16. Penelitian Terdahulu
1.16.1. Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja
Optimum Pada Proyek Konstruksi
Frederika (2010) Melakukan penelitian Analisis Percepatan Pelaksanaan
Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek Konstruksi. Tujuan
penelitian tersebut adalah analisis keterlambatan proyek sehingga mempercepat
waktu pelaksanaan proyek dan menganalisis sejauh mana waktu dapat
dipersingkat dengan penambahan biaya minimum terhadap kegiatan yang bisa
dipercepat kurun waktu pelaksanaannya sehingga dapat diketahui percepatan
yang paling maksimum dan biaya yang paling minimum. Metode yang
dipergunakan adalah dengan penambahan jam kerja, dari satu jam sampai empat
jam tanpa adanya penambahan tenaga kerja. Perhitungan dimulai dengan mencari
lintasan kritis dengan menggunakan Microsoft Project kemudian dilakukan
crashing untuk mendapatkan cost slope kegiatan yang berada pada lintasan kritis,
selanjutnya dilakukan analisis dengan metode pertukaran waktu dan biaya (Time
Cost Trade Off Analysis). Hasil dari analisis yang didapatkan adalah biaya
optimum pada penambahan satu jam kerja dengan pengurangan biaya dan waktu
masingmasing sebesar Rp. 784.104,16 dan 8 hari, sedangkan waktu optimum
didapatkan pada penambahan dua jam kerja, dengan pengurangan waktu dan
biaya masing-masing sebesar 14 hari dan Rp. 700.377,35. Artinya, percepatan
dengan biaya optimum didapat pada penambahan satu jam kerja dan waktu
optimum didapat pada penambahan dua jam kerja.
1.16.2. Pengaruh Jam Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek
Dengan Time Cost Trade Off Analysis
Penelitian ini dilakukan oleh Yana, Program Studi Teknik Sipil
Universitas Udayana Bali pada tahun 2009. Dengan studi kasus pada Proyek
Rehabilitas Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali.
Penelitian ini dilakukan karena percepatan proyek tidak dapat dilaksanakan tanpa
adanya suatu perencanaan yang baik. Alternatif yang bisa digunakan untk
melakukan percepatan proyek adalah dengan melaksanakan lembur kerja. Proyek
Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
dipilih karena adanya permintaan dari pihak dinas untk melakukan percepatan
penyelesaian proyek lebih awal dari waktu rencana dalam kontrak. Metode yang
digunakan oleh Yana menggunakan analisa pertukaran Biaya dan Waktu (Time
Cost Trade Off Analysis). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa percepatan
proyek dengan waktu percepatan maksimal dengan biaya percepatan yang
minimal. Hasil penelitian ini diperoleh waktu penyelesaian proyek optimum yaitu
117 hari dengan biaya total proyek Rp 1.018.549.188,40. Sedangkan waktu
penyelesaian normal 150 hari dengan biaya total proyek Rp. 1.025.250.107,10.
Jadi terjadi pengurangan durasi selama 33 hari dan penghematan biaya sebesar
Rp 6.700.919,00.
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1. Jenis Penelitian


1.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan tentang
optimalisasi biaya dan waktu proyek yang dimana akan dilakukan percepatan
durasi waktu proyek dengan cara menambah waktu jam kerja lembur dan
penambahan shift kerja dengan analisa kuantitatif. Tujuannya agar
mendapatkan perubahan biaya dan waktu ( time cost trade off ) yang nantinya
akan di analisis menggunakan metode penjadwalan yaitu, Precedence
Diagram Method (PDM) untuk mendapatkan pekerjaan yang berada pada
lintasan kritis dan dilakukan Crashing, sehingga akan didapatkan jumlah
biaya untuk melakukan percepatan durasi proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan total waktu dan biaya
setelah dilakukan Crashing, Mencari pekerjaan yang berada di jalur kritis ,
menentukan hasil dari kedua alternatif di proyek , menetukan hasil
perbandingan optimaliasasi kedua alternatif penambahan jam kerja dan shift
kerja, dan menjadi masukan bahan pertimbangan bagi kontraktor yang akan
melakukan percepatan.
1.3. Tempat dan Waktu
1.3.1. Tempat Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Ruas Jalan Cibitung - Lebak


1.3.2. Waktu Penelitian
28 April 2023 sampai dengan selesai.
1.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan berupa melakukan
wawancara tidak terstruktur kepada kontraktor, observasi data dan juga
pengolahan data proyek
1.4.1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan secara langsung.
Biasanya data ini didapatkan secara langsung oleh peneliti di lapangan. Adapun
data primer pada penelitian ini adalah:
Wawancara dilakukan bersama dengan manager ataupun staff yang
terkait. Fungsi wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mencari tau
permasalahan yang terjadi pada saat di lapangan sehingga dari wawancara ini
bisa didapatkan informasi dan data yang akan dianalisis di penelitian ini.
1.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah dokumen
pengawasan terhadap pengendalian mutu pada proyek yang telah selesai. Data
sekunder yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah:
a. Rencana anggaran Biaya, RAB diperlukan untuk melakukan pemampatan
setelah menyusun diagram panah. RAB proyek berisi tentang volume,
harga satuan dan harga tiap-tiap pekerjaan.
b. Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP), di dalam analisa harga satuan
dapat dilihat jumlah bahan, jumlah tenaga kerja, harga bahan dan upah
tenaga kerja untuk setiap pekerjaan.
c. Jadwal dan Kurva S Proyek, Jadwal proyek dan Kurva S diperlukan untuk
mengetahui waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek dan
mengetahui jadwal masing-masing aktivitas pekerjaan di lapangan. jadwal
proyek dan Kurva S sangat membantu dalam menentukan durasi tiap-tiap
aktivitas dan waktu penyelesaiannya. Data Jadwal Proyek dan Kurva S
akan diolah untuk membuat Network Planning untuk kemudian menjadi
acuan dalam mencari Lintasan Kritis (Critical Path). Jadwal Proyek dan
Kurva S dipakai sebagai acuan durasi normal proyek (normal duration).
1.5. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Crashing dan
menggunakan alat bantu Software Microsoft Project & Microsoft Excel. Dengan
cara menguraikan setiap pekerjaan, durasi dan sumber daya yang sudah
ditentukan didalam penjadwalan serta RAB lalu data-data tersebut akan di
masukan kedalam program Microsoft Project. Agar memudahkan penulis untuk
mencari total biaya dan waktu dengan menggunakan metode Crashing.
Yang diruaikan dengan beberap tahapn penelitian sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti tentang keterlambatan yang dialami dalam
sebuah pryek konstruksi
2. pencarian referensi bertujuan untuk memperleh informasi berupa data
dasar teori, metode analisis yang didapat dari berbagai sumber
3. pengumpulan data
Pengumpulan data ini digunakan untuk membantu proses analisis
4. pengolahan data dan analisis data
Pada tahap pengolahan data dan analisis data memiliki tahapan sebagai
berikut:
a. Membuat network diagram
b. Menentukan/ menguraikan item pekerjaan
c. Menentukan hubungan antar kegiatan (predesesor dan Suksesor)
d. Menentukan durasi
e. Menentukan jalur kritis
f. Menghitung biaya normal masing-masing kegiatan
g. Menerapkan skenario crashing
h. Membandingkan hasil skenario crashing
5. menarik kesimpulan dan saran
1.6. Bagan Alir

1.7. Bagan Alir Metode PDM dengan Microsoft Project

Pekerjaan dan Durasi

Menetukan Predecessor dan


subcessor

Menentukan constraint

\
Output

Output Jalur kritis

Anda mungkin juga menyukai