Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan pembangunan pada suatu proyek harus memiliki perencanaan,
pengorganisasian, serta pengendalian yang baik supaya kualitas dari proyek
tersebut optimal dari segi waktu dan biaya. Pengendalian waktu yang tepat dapat
menghasilkan biaya yang optimal. Aspek penting dalam pengendalian proyek
adalah keuangan, anggaran biaya serta manajemen sumber daya manusia itu
sendiri. Jika ketiga aspek tersebut tidak terkendali dengan baik, maka akan
menimbulkan suatu problem yaitu keterlambatan atau pembengkakan biaya
proyek. Penyebab keterlambatan yang sering terjadi adalah situasi proyek yang
selalu berubah-ubah, seperti perubahan design, pengaruh cuaca, dan kurang
terpenuhinya kebutuhan pekerja, material atau peralatan serta kesalahan
perencanaan dan spesifikasi, keterlambatan ini dapat diatasi dengan melakukan
percepatan dalam pelaksaanaanya, tetapi harus tetap memperhatikan faktor biaya.
Salah satucara yang biasa dilakukan adalah dengan penambahan sumber daya dan
peralatan serta perubahan metode pelaksanaan sehingga dapat memperpendek
waktu proyek yang berakibat biaya pelaksanaan proyek meningkat.

Proyek pembangunan gedung Sekolah Dasar 003 yang terletak di waru kabupaten
Penajam Paser Utara merupakan salah satu proyek yang mengalami
keterlambatan, dimana proyek ini seharusnya selesai dalam 140 hari kalender,
dengan biaya Rp. 2.122.803.000,- (dua milyar seratus duapuluh dua delapanratus
tiga ribu rupiah).. Proyek ini mengalami keterlambatan dikarenakan metode
pelaksanaan yang digunakan tidak diperhitungkan secara tepat. Sehingga
diperlukan perhitungan metode yang tepat dalam mengoptimasi penambahan jam
lembur dan penambahan jam kerja pada proyek tersebut. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode pertukaran waktu dan biaya (time cost trade off-
TCTO), metode ini memberikan alternatif kepada perencana proyek untuk dapat
menyusun perencanaan yang terbaik sehingga upaya pengoptimalan waktu dan
biaya dalam menyelesaikan proyek dapat lebih optimal.

1
Berdasarkan latar belakang diatas, pada penelitian ini akan dilakukan optimalisasi
waktu dan biaya pada proyek pembangunan gedung sekolah dasar 003 yang
terletak di waru kabupaten penajam paser utara, diharapkan dengan dilakukannya
optimalisasi waktu dan biaya, proyek ini dapat selesai dengan waktu dan biaya
yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa besarnya perubahan waktu dan biaya pelaksanaan proyek antara
sebelum dan sesudah penambahan jam kerja?
2. Berapakah besarnya perubahan antara waktu dan biaya pelaksanaan proyek
sebelum dan sesudah penambahan tenaga kerja?
3. Berapakah durasi optimal proyek pembangunan SD 003 di kecamatan Waru
kabupaten Penajam Paser Utara?
4. Berapakah total biaya pelaksanaan proyek pembangunan SD 003 di kecamatan
Waru kabupaten Penajam Paser Utara dengan durasi proyek optimal?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah sebagai beriut
1. Untuk mengetahui besarnya perubahan waktu dan biaya pelaksanaan proyek
antara sebelum dan sesudah penambahan jam kerja
2. Untuk mengetahui besarnya perubahan antara waktu dan biaya pelaksanaan
proyek sebelum dan sesudah penambahan tenaga kerja
3. Untuk mengetahui durasi optimal proyek pembangunan SD 003 di kecamatan
Waru kabupaten Penajam Paser Utara
4. Untuk mengetahui total biaya pelaksanaan proyek pembangunan SD 003 di
kecamatan Waru kabupaten Penajam Paser Utara dngan durasi proyek
optimal

2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bisa menjadi bahan pertimbangan pada saat akan melakukan pekerjaan
konstruksi lainnya.
2. Memberi kesimpulan baru agar pada waktu yang akan datang dapat
dikembangkan lebih lanjut.
3. Memberikan manfaat kepada perusahaan sebagai saran dan masukan.

1.5 Batasan Masalah


Penelitian ini mempunyai batasan – batasan sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dikhususkan pada masalah perencanaan dan pengendalian
waktu dan biaya dengn metode Time Cost Trade Off (TCTO)
2. Penelitian tidak membahas permasalahan keterlambatan pekerjaan dengan
sangat detail yang terjadi dilapangan.
3. Penelitian ini hanya menganalisa pekerjaan bangunan sekolah.
4. Pembuatan efesiensi waktu dan biaya menggunakan metode dan TCTO.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi pada penelitian ini terletak di jalan provinsi km. 25 kabupaten penajam
paser utara.

3
Gambar I.1 Lokasi Penelitian
Sumber : Google Maps

Gambar I.2 Pembersihan Lahan


Sumber: Foto Dokumentasi

4
5
1.7 Waktu Penelitian
Tabel I.1 Rencana Kegiatan

Bulan
N
Kegiatan November- Desember Januari, februari, maret April, mei, juni Juli- Agustus September
o
1 2 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2 3 4
1 Pembuatan proposal
2 Asistensi proposal
3 Seminar proposal
4 Pengolahan data dan Asistensi
5 Seminar Hasil
6 Perbaikan Skripsi
7 Sidang akhir
8 Perbaikan skripsi

6
1.8 Sistemmatika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini disusun sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
manfaat penelitian, batsan masalah, dan sistematikan penelitian.
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan materi dasar penganalisaan dan metode –
metode yang digunakan dalam konsep biaya dan waktu, sistem
pengendalian proyek serta varian biaya dengan jadwal berdasarkan
buku literature.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian
untuk penyelesaian studi berdasarkan pada pendekatan teori yang
digunakan.
BAB 4 ANALISA HASIL
Pada bab ini menyajikan kondisi umum proyek, proses dan hasil
analisa dari data yang diperoleh sehubung dengan topic studi.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran pada hasil analisa yang telah
dilakukan dan diharapakan dapat dijadikan bahan perbaikan pada
proyek selanjut nya

7
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

II.1 Tinjaun Umum


Proyek dapat diartikan sebagai kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
lokasi sumber daya tertentu. Proyek harus diselesaikan dalam jangka waktu
terbatas sesuai dengan kesepakatan. Apabila tidak ditangani dengan benar,
kegiatan dalam proyek akan mengakibatkan munculnya berbagai dampak negatif
yang pada akhirnya bermuara pada kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang dicita-citakan (Istimawan Dipohusodo, 1995).

Dalam proses mencapai tujuan ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya
(anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Dari segi
teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran
tersebut dapat dipenuhi.

II.2 Proyek Konstruksi


Proyek adalah suatu upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran
dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dan serta sumber
daya yang tersedia, yang harus di selesaikan dalam jangka waktu tertentu
(Dipohusodo, 1995).

Proyek adalah kegiatan sekali lewat, dengan waktu dan sumber daya terbatas
untuk mencapai hasil akhir yang telah ditentukan, misalnya produk atau fasilitas
produksi. Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 2001).

Proyek adalah suatu rangkaian aktifitas yang dapat direncanakan yang didalamnya
menggunakan sumber-sumber keuangan, tenaga kerja dan lain-lainnya untuk

8
mendapatkan manfaat atau hasil yang akan datang. Aktifitas proyek ini
mempunyai saat mulai dan saat berakhir (Ervianto, 2003).

Detail tahapan umum proyek konstruksi sebagai berikut:

Gambar II.1 Tahapan Proyek Konstruksi


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019.

II.2.1 Sasaran Proyek Konstruksi


Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi di mulai dengan
penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan) dan untuk
memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan diperlukan pengendalian.

Menurut Soeharto (2001), dalam proses mencapai tujuan dalam suatu proyek,
telah ditentukan batasan, yaitu besar biaya (anggaran) yang di alokasikan dan
jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan itu disebut tiga kendala
(Triple Constraint) yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek dapat pula
dilihat pada gambar II.2 sebagai berikut:

Gambar II.2 Batasan Untuk Mencapai Sasaran Proyek


Sumber: Soeharto 1997.

9
(Triple Constraint) bersifat tarik menarik (tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya) karena saling mempengaruhi. Dari segi teknis, menjadi tolok ukur
keberhasilan proyek sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu
diperlukan suatu pengaturan yang baik dengan menerapkan manajemen proyek
sehingga perpaduan antara ketiganya dapat terwujud sesuai harapan.

II.3 Biaya Proyek Kosntruksi


Dalam suatu konstruksi proyek, total biaya proyek terdiri dari dua jenis biaya,
yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan proyek, yaitu biaya langsung dan
biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan
menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Sedangkan biaya tidak langsung
adalah biaya untuk segala sesuatu yang tidak merupakan komponen permanen
hasil akhir proyek, tetapi dibutuhkan dalam rangka proses pembangunan proyek
(Johan dkk, 1998).

II.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost)


Menurut Tjaturono (2006), mendefinisikan biaya langsung yaitu biaya yang
berkaitan langsung dengan volume pekerjaan yang dilaksanakan, antara lain
terdiri dari biaya material dan upah. Hubungan antara biaya langsung dengan
waktu pelaksanaan merupakan garis non linear, yang menggambarkan
perbandingan terbalik anara keduanya. Sedangkan menurut Luthan & Syafriandi
(2005) bahwa yang termasuk dalam biaya langsung adalah yaitu:
1. Biaya bahan; dengan memperhatikan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas
bahan yang dibutuhkan dapat dilakukan perhitungan biaya untuk bahan.
2. Biaya tenaga kerja; biaya diperhitungkan dengan memperkirakan keahlian
dan jumlah yang dipakai untuk melaksanakan setiap kegiatan proyek.
3. Biaya sub kontraktor; biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan
tertentu yang dilaksanakan oleh pihak lain.
4. Biaya peralatan pada proyek umumnya biaya peralatan ini digolongkan
sebagai jenis biaya tersendiri, biaya tersebut dapat merupakan sewa atau
biaya penyusutan peralatan.

10
Dengan demikian bila mempersingkat waktu pelaksanaan akan mengakibatkan
meningkatnya biaya. Hubungan biaya langsung dengan waktu pelaksanaan
merupakan garis non linear, yang menggambarkan perbandingan terbalik antara
keduanya. Hubungan antara waktu dan biaya langsung dapat dilihat pada gambar
II.3 sebagai berikut:

Biaya

Waktu
Gambar II.3 Hubungan Waktu Dengan Biaya Langsung
Sumber: Tjaturono 2006

II.3.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)


Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) juga disebut biaya overhead proyek, yaitu
biaya yang berkaitan dengan lamanya waktu pelaksanaan pekerjaan. Namun biaya
ini tidak berkaitan dengan volume pekerjaan yang dilaksanakan, biaya tidak
langsung tersebut antara lain:
1. Biaya pengeluaran umum (general overhead); misalnya biaya oprasional
kantor seperti pembelian utilitas, sewa akuntan, dan gaji karyawan.
2. Biaya pengeluaran Proyek (project overhead); misalnya supervisi lapangan
(site supervisi) utilitas lapangan (site utility), asuransi proyek (project
insurance), dan biaya penjadwalan (scheduling cost).

Hubungan biaya tidak langsung dengan waktu pelaksanaan merupakan garis linear
yang berbanding lurus, yang berarti semakin lama pelaksanaan proyek maka biaya
tidak langsung akan semakin meningkat, dan sebaliknya. Hubungan antara biaya
tidak langsung dengan biaya waktu pelaksanaan dapat dilihat pada gambar II.4
sebagai berikut:

11
Biaya

Waktu
Gambar II.4 Hubungan Waktu Dengan Biaya Tidak Langsung
Sumber: Tjaturono
2006

II.4 Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah suatu teknik yang digunakan untuk merencanakan,
mengerjakan, dan mengendalikan aktivitas suatu proyek untuk memenuhi kendala
waktu dan biaya proyek (Muslich, 2009). Teknik ini berorientasi pada pencapaian
tujuan, di mana tujuan tersebut mungkin pembangunan gedung, pembukaan
kantor baru, atau pengendalian kegiatan penelitian dan pengembangan.
Manajemen proyek merupakan perencanaan dan pengawasan (Jamshid Parvizian,
2004).

Suatu proses manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:


1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisiran (organizing)
3. Pengarahan (directing)
4. Pengkoordinasian (coordinating)
5. Pengendalian (controlling)

Manajemen proyek juga menjadi penjadwalan dan pengawasan dari kegiatan-


kegiatan proyek untuk mencapai tujuan performansi, biaya dan waktu, untuk
lingkup kerja yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber daya secara
efisien dan efektif.

12
Menurut Heizer (2009:87) membagi tiga fase utama manajemen proyek yang
meliputi:
1. Perencanaan, fase ini mencakup penentuan sasaran, pendefinisian proyek dan
pengorganisasian tim.
2. Penjadwalan, fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan untuk aktivitas
khusus dan menghubungkan setiap aktivitas satu dengan aktivitas lain.
3. Pengendalian, di sini perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan
anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser
atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu
dan biaya.

II.4.1 Tahapan Manajemen Proyek


1. Pendefinisian proyek (project definition)
Mendefinisikan tujuan proyek dan factor-faktor yang harus dipertimbangkan
agar proyek dilaksanakan tersebut berhasil dengan kualitas yang diinginkan.
2. Inisiasi proyek (project inisiation)
Perencanaan awal terhadap sumber daya yang akan digunakan sebelum suatu
poyek dimulai.
3. Perencanaan proyek (project planning)
Menguraikan dengan jelas bagaimana sebuah proyek harus dijalankan pada
tahap ini akan terlihat jelas pentingnya segitiga manajemen proyek yaitu
wktu, biaya dan ruang lingkup suatu proyek.
4. Pelaksanaan proyek (project execution)
Melakukan pekerjaan agar proyek yang dimaksud berhasil seseuai dengan
keinginan.
5. Pemantauan dan pengendalian proyek (project monitoring and control)
Pengambilan langkah-langkah yang diperlukan sehingga pengoprasian proyek
berjalan dengan lancer.
6. Penutupan proyek (project closing)
Menerima hasil akhir dri proyek dan menghentikan semua sumber daya.

13
II.4.2 Aspek – Aspek Dalam Manajemen
1. Aspek Keuangan
Masalah ini berkaitan dengan pembiayaan dan pembelanjaan proyek,
biasanya berasal dari modal sendiri, pinjaman bank atau investor dalam
jangka pendek atau panjang, pembiayaan prosek sangat krusial bila proyek
berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit yang membutuhkan
analisis keuangan yang cermat dan terencana.
2. Aspek Anggaran Biaya
Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama
proyek berlangsung, perencanaan yang matang dan terperinci akan
memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan anggaran yang direncanakan, sebaliknya akan terjadi
peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses perencanaan salah.
3. Aspek manajemen sumber daya manusia
Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi sumber daya manusia
selama proyek berlangsung yang fluktuatif, agar tidak menimbulkan masalah
yang kompleks perencanaan sumber daya manusia yang didasarkan atas
organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-
langkah proses staffing sdm, deskripsi kerja, perhitungan beban kerja,
deskripsi wewenang dan tanggung jawab sdm serta penjelasan tentang sasarn
dan tujuan proyek.
4. Aspek manajemen produksi
Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir proyek, hasil proyek negatif bila
proses dan pengendalianya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka
dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas sumber daya
manusia, meningkatkan efesiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan
produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.
5. Aspek harga
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga yang
dapat merugikan peruahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan
biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.

14
6. Aspek evektifitas dan efesiensi
Masalah ini dapat merugikan bila produk yang dihasilkan tidak terpenuhi atau
tidak efektif dapat juga terjadi bila factor efesiensi tidak terpenuhi, sehingga
biaya produksi membutuhkan biaya yang besar. Aspek pemasaran masalah ini
timbul berkaitan dengan faktor eksternal berkaitan dengan pesaingan harga,
strategi promosi, mutu produk serta analisis pasar yang salah terhadap produk
yang dihasilkan.
7. Aspek mutu
Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan terhadap pelanggan.
8. Aspek waktu
Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang
direncanakan serta dapat menguntungkan bila dipercepat.

II.4.3 Fungsi Manajemen Proyek


Menurut beberapa ahli ilmu manajemen, fungsi manajemen proyek yaitu
perencana, organisasi, pelaksana, pengendalian (planning, organizing,
acactuating, controlling) (Goerge R. Terry).
1. Perencanaan (Planning)
Suatu tindakan pengambilan data, informasi, asumsi atau fakta yang dipilih
untuk masa mendatang. PMBOK (Project Management Body of Knowledge)
membuat area ilmu manajemen bagi perencanaan.
2. Perencanaan lingkup proyek, yaitu suatu batasan-batasan proyek dan
penggambaran proyek.
a. Perencanaan mutu, yaitu menentukan standar mutu proyek yang akan
digunakan dan menentukan usaha yang diperlukan untuk mencapainya.
b. Perencanaan waktu dan penyusunan, yaitu menetapkan waktu
penyelesaian proyek.
c. Perencanaan biaya, yaitu langkah-langkah untuk memperkirakan biaya
yang diperlukan dan mengetahui dan mempertimbangkan beberapa pilihan
agar mendapatkan biaya yang paling ekonomis.

15
d. Perencanaan SDM, yaitu perencanaan sumber daya manusia dan non
manusia. Sumber daya manusia yaitu meliputi tenaga kerja, organisasi
proyek dan lain-lain. Sumber daya non manusia yaitu pengadaan material
dan peralatan yang akan digunakan.
e. Organisasi (Organizing)
Suatu tindakan pengumpulan kegiatan manusia berdasarkan tugasnya
masing-masing dan saling berhubungan satu sama lain dengan sesuai tata
cara yang berlaku dengan mencapai tujuan bersama.
f. Pelaksana (Actacting)
g. Upaya untuk menggerakkan anggota organisasi sesuai kemauan dan usaha
mereka bertujuan mencapai keberhasilan perusahaan. Fungsi dari
actacting adalah mengkoordinasikan pelaksana kegiatan dan memberikan
pengarahan, penugasan dan motivasi untuk anggota organisasi.
3. Pengendalian (Controlling)
Usaha yang teristimatis dari perusahaan untuk mencapai tujuannya, membuat
tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting. Manfaat dari
controlling adalah memperkecil kemungkinan akan terjadi kesalahan dari segi
kualitas, kuantias, biaya maupun waktu.

II.4.4 Pengawasan dan Pengendalian Proyek


Pengawasan adalah suatu proses pengevaluasi perbaikan terhadap pelaksanaan
kegiatan proyek dengan pedoman pada standar peraturan yang berlaku agar hasil
kegiatan peroyek sesuai dengan perencanaan. Pengendalian adalah usaha yang
sistematis untuk menemukan standar yang sesuai dengan perencaaan merancang
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, pengambilan
tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif
dan efisien dalam rangka menapai keberhasilan perencana.

16
Proses pengawasan dan pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-
langkah berikut:
1. Menentukan sasaran.
2. Menentukan standar dan kriteria sebagai acuan dalam rangka mencapai
sasaran.
3. Merancang atau menyusun informasi.
4. Mengumpulkan data info hasil implementasi (pelaksanaan dari apa yang telah
direncanakan).
5. Pelaksanaan pekerja sesuai dengan perencanaan.
6. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan dengan standar, kriteria, dan
sasaran yang telah ditentukan.

Setelah mengetahui prosesnya, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi unsur-


unsur pengawasan dan pengendalian yang juga merupakan sasaran proyek, yaitu:
1. Pengawasan dan pengendalian biaya proyek (Cost Control).
2. Pengawasan dan pengendalian mutu proyek (Quality Control).
3. Pengawasan dan pengendalian waktu proyek (Time Contr ol).

II.4.5 Metode Penjadwalan Proyek


Dalam penyelesaian sebuah pekerjaan konstruksi, penjadwalan merupakan salah
satu hal yang sangat penting dan perlu di perhatikan. Dalam penjadwalan tidak
hanya pengalokasian waktu yang tersedia yang dipertimbangkan, tapi juga
mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan lain agar pnyelesaian suatu proyek
dapat optimal dengan adanya penjadwalan dapat diketahui jadwal rencana serta
kemajuan proyek. Dari sana akan diketahui apakah proyek telah berjalan dengan
baik atau tidak, dan apakah telah sesuai dengan yang direncanakan. Penjadwalan
dibuat atau tidak, dan apakah telah sesuai dengan yang direncanakan.
Penjadwalan dibuat dengan mengikuti perkembangan dalam pelaksanaan proyek,
karena satu proyek dengan proyek karena satu proyek dengan proyek yang lainnya
berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar didapat penjadwalan yang realistis sesuai
dengan kondisi proyek yang ada sehingga alokasi sumber daya serta durasi
waktunya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek. Dalam proses penjadwalan,

17
penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan haruslah dibuat dengan detil
agar dapat membantu evaluasi proyek.

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang dapat digunakan dalam


mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Penggunaan metode ini tergantung dari kebutuhan
proyek serta hasil dan tujuan yang ingin dicapai dalam suau proyek.

Berikut beberapa metode penjadwalan yang sering digunakan dalam penjadwalan


suatu proyek.
1. Diagram Balok Atau Barchart
Diagram batang yang disebut gantt chart, sesuai dengan nama orang yang
pertama kali mengembangkannya adalah suatu diagram yang terdiri dari
sekumpulan garis-garis yang menunjukan saat mulai dan saat selesai yang
direncanakan untuk item-item pekerjaan di dalam proyek. Sebelum pelaksanaan
pekerjaan biasanya pemilik (owner) pekerjaan mengharuskan kontraktor untuk
menyerahkan jadwal induk rencana pelaksanaan yang memperlihatkan saat mulai
dan selesainya proyek. Isi dari penjadwalan kegiatan proyek pada umumnya
adalah:
a. Jenis pekerjaan yang dikerjakan.
b. Waktu kapan suatu pekerjaan dimulai dan berakhir.
c. Bobot dari masing-masing pekerjaan yang dinyatakan dalam persentase
terhadap harga dari seluruh pekerjaan.

Keunggulan bar chart adalah sederhana dan mudah dipahami

Gambar II.5 Bagan Balok / Bar Chart


Sumber: Wulfram, 2003

18
2. Kurva S
Kurva S merupakan suatu alat yang dipakai oleh pihak kontraktor sebagai suatu
sarana untuk mengendalikan pekerjaan proyek. Penjadwalan waktu suatu proyek
yang menggunakan Bar Chart dapat dihubungkan dengan kurva S dan menjadi
suatu acuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegunaannya antara lain dapat
digunakan untuk mengetahui apakah waktu yang sudah berjalan sesuai dengan
rencana.

Menurut Luthan & Syafriandi (2005), disebut kurva S karena bentuknya yang
menyerupai huruf S. Hal tersebut terjadi karena pada awal proyek (kegiatan
persiapan) besarnya biaya yang dikeluarkan per satuan waktu cenderung rendah,
kemudian meningkat cepat pada pertengahan proyek (kegiatan konstruksi), dan
menurun rendah kembali pada akhir proyek (penyelesaian akir), seperti terlihat
pada gambar II.5 berikut:

Gambar II.6 Kurva S


Sumber: Luthan & Syafriandi 2005.

Kurva S tersebut diatas bila dilihat secara grafis menggambarkan kemajuan kerja
(bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal.
Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap sejumlah uang yang telah

19
dikeluarkan oleh proyek. Perbandingan kurva S rencana dengan kurva S
pelaksanaan, dapat diketahui kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat,
ataupun lebih cepat dari rencana. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek
dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut.
3. Metode Penjadwalan Linier
Metode ini sangat efektif digunakan pada proyek dengan kegiatan yang berulang
dan jumlah kegiatan yang relatif sedikit misalnya pada proyek industri
manufaktur. Metode ini digunakan karena menggunakan sumber daya manusia
yang relatif sedikit dan kegiatan yang dilakukan pekerjaan yang dilakukan relatif
sedikit.

II.5 Pengendalian Biaya Proyek


Menurut R.J. Mockler (1972), pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk
menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang suatu
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, kemudian
mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar semua sumber daya
digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Teknik metode pengendalian biaya serta jadwal proyek yang tepat, akan mampu
mengungkapkan terjadinya penyalahgunaan pada saat pelaksanaan suatu
pembangunan. Untuk pengendalian biaya dan jadwal terdapat dua macam teknik
dan metode, yaitu identifikasi varians dan konsep nilai hasil (Earned Value
Concept).

II.5.1 Identivikasi Varians


Metode Analisis Varians adalah metode untuk mengendalikan biaya dan jadwal
suatu kegiatan proyek konstruksi. Dalam metode ini identifikasi dilakukan dengan
membandingkan jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan terhadap anggaran.

II.6 Konsep Presedence Diagram Method (PDM)


Menurut Ervianto (2005) kelebihan Precedence Diagram Method (PDM)
dibandingkan dengan CPM adalah PDM tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy

20
sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana. Hal ini dikarenakan
hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan (Arianto, 2010). Pada PDM juga dikenal adanya konstrain. Satu
konstrain hanya dapat menghubungkan dua node, karena setiap node memiliki
dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau selesai = (F).
Maka di sini terdapat empat macam konstrain (Soeharto,1999dalam Arianto,
2010), yaitu:
1. Konstrain selesai ke mulai – Finish to Start (FS) Konstrain ini memberikan
penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya
kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS (i-j) = a yang berartikegiatan (j)
mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.
2. Konstrain mulai ke mulai – Start to Start (SS) Memberikan penjelasan
hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan
terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b
hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila sebelum
kegiatan terdahulu selesai 100 % maka kegiatan (j) boleh mulai setelah
bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai.
3. Konstrain selesai ke selesai – Finish to Finish (FF). Memberikan penjelasan
hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan
terdahulu. Atau FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c
hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah
selesainyasuatu kegiatan mencapai 100% sebelum kegiatan yang terdahulu
telah sekian (=c) hari selesai.
4. Konstrain mulai ke selesai – Start to Finish (SF) Menjelaskan hubungan
antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan
dengan SF (i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari
kegiatan (i) terdahulu mulai.

II.7 Teknik Perhitungan PDM


Menurut wulfram I. ervianto (2002), PDM merupakan sebuah lambing segi empat
karena letak kegiatan ada dibagian node sehingga sering disebut juga activity on
node (AON).

21
Kelebihan precedence diagram method disbanding arrow diagram adalah:
1. Tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan
menjadi lebih sederhana
2. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan menambah jumlah kegiatan.

Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi,
misalnya sebagai berikut:

Gambar II.7 Alternatif 1, lambing kegiatan


Sumber: wulfram I. Ervianto (2002)

Gambar II.8 Alternatif 2, lambing kegiatan


Sumber: wulfram I. Ervianto (2002)
Keterangan:
ES: Earliest Start
LS: Latest Start
EF: Earliest Finish
LF: Latest Finish
Berikut adalah rumus untuk perhitungan PDM adalah (Amani, 2012):
1. Perhitungan maju
a. Hubungan kegiatan finish to finish
EFj = EFi + FFi .....
ESj = EFj - Dj
b. Hubungan kegiatan finish to start
ESj = EFi + FSij ........

22
EFj = ESj + Dj
c. Hubungan kegiatan start to start
ESj = ESi + SSij .....
EFj = ESj + Dj
d. Hubungan kegiatan start to finish
EFj = ESi + SFij .....
ESj = EFj - Dj
2. Perhitungan mundur
a. Hubungan kegiatan finish to finish
LFi = LFj–FFij
LSi = LFi - Di
b. Hubungan kegiatan finish tostart
LFi = LSj–FSij
LSi = LFi - Di
c. Hubungan kegiatan start to start
LSi = LSj–SSij
LFi = LSi + Di
d. Hubungan kegiatan start to finish
LSi = LFj–SFij
LFi = LSi + Di
3. Suatu kegiatan dikatakan kritis, apabila:
a. waktu mulai paling awal dan paling akhir sama ES = LS
b. waktu selesai paling awal dan akhir harus sama EF = LF
c. kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai
paling akhir dengan waktu mulai paling awal LF – ES = D

d. Total float = 0 = LF - EF = LS – ES

Hubungan dalam metode ini ditunjukan oleh garis penghubung, yang dapat
dimulai dari kegiatan kiri kekanan atau dari kegiatan atas ke bawah. Akan tetapi
tidak pernah dijumpai akhir dari garis penghubung ini di kiri sebuah kegiatan. Jika
kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan
pula maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya

23
merupakan kegiatan fiktif/dummy misalnya untuk kegiatan awal di tambahkan
kegiatan start dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan finish

Gambar II.9 Kegiatan fiktif


Sumber: wulfrang I. Ervianto (2002)

II.7.1 Jalur Kritis


Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan menentukan jalur kritis dapat
dilakukan dengan perhitungan jalur ke depan (forward analysis) dan perhityngan
kebelakang (backward analysis) perhitungan kedepan dilakukan untuk
mendapatkan besarnya earliest start (ES) dan earliest finish (EF) yang merupakan
kegiatan I, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah J.

Gambar II.10 Hubungan kegiatan I dan kegiatan J


Sumber: wulfram I, Ervianto (2002)

besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:

24
1. ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij
2. EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj

Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam yang masuk dalam suatu
kegiatan maka ambil nilai terbesar, jika tidak ada/diketahui FSij atau SSij dan
kegiatan nonsplitable maka ESj dihitung dengan cara berikut dengan cara ESj =
EFj – Dj.

Perhitungan ke belakang (backward analysis) dilakukan untuk mendapat besarnya


latest start (LS) dan latest finish (LF). Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan
j, sedangkan kegiata yang dianalisis adalah kegiatan i.

II.7.2 Analyisi Waktu Tunda (Float)


Float didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan
sehingga memungkinkan kegiatan tersebut ditunda atau diperlambat baik sengaja
maupun tidak disengaja. Tetapi penundaan tersebut tidak mengakibatkan proyek
terlambat. Float dibedakan menjadi tiga jenis yaitu total float (TF), free float (FF)
dan independent float (IF). Total float adalah sejumlah waktu perlambatan atau
keterlambatan tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan, Free float adalah lamanya waktu menunda tanpa mempengaruhi
total float pekerjaan sesudahnya, independent float adalah lamanya menunda
tanpa mempengaruhi total float sebelum dan sesudahnya.

II.7.3 Hubungan Antar Aktivitas (kosntrain)


Menurut soeharto (2001), lead time adalah sebuah aktivitas di belakangan selesai
(penumpukan aktivitas) sedangkan lag time adalah hubungan aktivitas dimulai
sekian waktu sesudah aktivitas dibelakang selesai (penundaan aktivitas). Lead
time digunakan untuk menjelaskan hubungan start to start (SS) dan start to finish
(FF).
menurut catapult (1996), untuk menginput data kontrain ke dalam program
Microsoft office project, perlu diperhatikan bahasa pemograman yang mampu
dipahami oleh software tersebut, berdasarkan kaidah:
pkon ± n days … … … … … … … … … … … … … … … … … … ….. 1

25
Dimana:
P: Nomor ID (urut) pekerjaan lain yang berhubungan
kon: kontrain (SS, SF, FS, FF).
± : tanda untuk lama hari menunggu (+) atau mempercepat, (-) sebelum pekerjaan
dahulu (pilih salah satu).

n : lama hari menunggu atau mempercepat.

Gambar II.11 Konstrain pada PDM


Sumber: soeharto (2001)

II.7.4 Network Planning


Menurut Djojowirono (2005), network planning merupakan cara atau teknik
dalam perencanaan dan pengawasan suatu proyek, network planning ini
bermanfaat untuk:
1. Mengetahui logika ketergantungan dari kegiatan yang satu dengan kegiatan
lainya
2. Menunjukan dengan jelas waktu-waktu penyelesaian yang kritis dan tidak
kritis, memungkinkan dapat dicapainya pelaksanaan proyek yang lebih
ekonomi dipandang dari segi pembiayaan

26
3. Terdapat kepastian dalam penggunaan sumber-sumber tenaga, bahan-bahan
dan peralatan.

II.7.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


RAB adalah rencana pengeluaran biaya proyek yang dianalisis dari perincian
macam pekerjaan, volume pekerjaan yang dikalikan harga satuan. RAB
diperlukan untuk melakukan pemampatan setelah menyusun network diagram.

Menurut Ibrahim (2001) rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek
adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek
tersebut. Pada dasarnya anggaran biaya ini merupakan bagian terpenting dalam
menyelenggarakan pembuatan bangunan itu. Membuat anggaran biaya berarti
menaksir atau memperkirakan harga dari suatu barang, bangunan atau benda.

Biaya-biaya yang tercantum dalam RAB merupakan real cost dari pelaksanaan
proyek. Harga bahan dan upah untuk masing-masing daerah tidak sama sehingga
untuk proyek bangunan yang sama di lokasi daerah yang berbeda mempunyai
nilai anggaran biaya yang berbeda.

Setelah proyek berjalan, setiap pengeluaran yang terjadi dicatat sesuai dengan
butir-butir yang ada dalam RAB dan dijadikan Realisasi Biaya Pekerjaan (RBP).
Jumlah penggunaan dana proyek dalam RBP ini seharusnya lebih kecil atau
paling tidak sama dengan yang tercantum dalam RAB, agar didapat keuntungan
perusahaan. Namun dalam usaha memperoleh keuntungan ini mestinya tidak
mengurangi kualitas dan kuantitas hasil kerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
pengendalian biaya untuk mencapai tujuan tersebut.

II.7.6 Perhitungan Volume


Perhitungan volume pekerjaan adalah bagian paling esensial dalam tahap
perencanaan proyek konstruksi. Pengukuran kuantitas/volume pekerjaan

27
konstruksi merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas
item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di
lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui
berapa banyak biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi
tersebut.

II.7.7 Analisa Harga Satuan


Harga satuan adalah perkalian antara koefisien pekerjaan dengan harga upah atau
bahan. Harga satuan pekerjaan merupakan faktor yang berpengaruh besar
terhadap biaya proyek. Analisis harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal
perhitungan rencana anggaran biaya yang di dalamya terdapat angka yang
menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. Untuk
mendapatkan daftar harga baik bahan maupun upah dapat diperoleh melalui
berbagai media antara lain:
a. Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
b. Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.
c. Jurnal-jurnal harga bahan dan upah.
d. Bappenas.
e. Survei harga di lokasi proyek.

Setelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisis harga satuan pekerjaan
yang dapat dilakukan dengan perhitungan ataupun dengan menggunakan buku
analisis BOW ataupun SNI untuk mendapatkan harga koefisien masing-masing
pekerjaan, sehingga kemudian akan dapat dilakukan perhitungan RAB.

II.8 Produktivitas Kerja


Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan input, atau dapat
dikatakan sebagai rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang
digunakan. Didalam proyek konstruksi, rasio dari produktivitas adalah nilai yang
diukur selama proses kontruksi; yang dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga
kerja, biaya material, metode, dan alat. Kesuksesan dari suatu proyek konstruksi
salah satunya tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya, dan pekerja

28
adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah yang
diberikan sangat tergantung pada kecakapan masing-masing pekerja dikarenakan
setiap pekerja memiliki karakter masing-masing yang berbeda-beda satu sama
lainnya.

II.8.1 Penambahan Jam Kerja (Lembur)


Salah satu strategi untuk mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah dengan
menambah jam kerja (lembur) para pekerja. ini sangat sering dilakukan
dikarenakan dapat memberdayakan sumber daya yang sudah ada dilapangan dan
cukup dengan mengefisienkan tambahan biaya yang akan dikeluarkan oleh
kontraktor. Biasanya waktu kerja normal pekerja adalah 7 jam (dimulai pukul
08.00 dan selesai pukul 16.00 dengan satu jam istirahat), kemudian jam lembur
dilakukan setelah jam kerja normal selesai.

Penambahan jam kerja (lembur) bisa dilakukan dengan melakukan penambahan 1


jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan.
Semakin besar penambahan jam lembur dapat menimbulkan penurunan
produktivitas, indikasi dari penurunan produktivitas pekerja terhadap penambahan
jam kerja (lembur) dapat dilihat pada Gambar II.11 dibawah ini.

Gambar II.12 Grafik Indikasi Penurunan Produktifitas Akibat Penambahan Jam Kerja
Sumber: Soeharto, 1997.

29
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut ini:
Volume
1. Produktivitas Harian = (II.1)
Normal Duration

Produktivitas Harian
2. Produktivitas tiap Jam = (II.2)
7 Jam
3. Produktivitas harian sesudah Crash
= (Jam kerja perhari x Produktivitas tiap jam) + ( a x b x Produktivitas
tiap jam) (II.3)

Keterangan:
a = Lama penambahan tenaga kerja
b = Koefisien penurunan produktivitas akibat penambahan jam kerja
(Lembur)

Volume
4. Crash Duration = (II.4)
Produktivitas harian sesudah crash

Tabel II.1 Nilai koefisien penurunan produktivitas


Penurunan Indeks Prestasi Kerja
Jam Lembur
Produktivitas (%)

1 Jam 0,1 90

2 Jam 0,2 80

3 Jam 0,3 70

4 Jam 0,4 60
Sumber: Soeharto, 1997.

II.8.2 Penambahan Tenaga Kerja


Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang
kerja yang tersedia apakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan
tenaga kerja pada suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja

30
untuk aktivitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu,
harus diimbangi pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan pengawasan yang
kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.

Perhitungan untuk penambahan tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut ini:


1. Jumlah tenaga kerja normal:
(Koefisien Tenaga Kerja x Volume)
= (II.5)
Normal Duration

2. Jumlah tenaga kerja dipercepat:


(Koefisien Tenaga Kerja x Volume)
= (II.6)
Crash Duration

Dari rumus di atas maka akan diketahui jumlah pekerja normal dan jumlah
penambahan tenaga kerja akibat percepatan durasi proyek.

II.8.3 Biaya Tambahan (Crash Cost)


Penambahan waktu kerja akan menambah besar biaya untuk tenaga kerja dari
biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal
diperhitungkan bahwa upah penambahan kerja bervariasi. Pada penambahan
waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah
perjam waktu normal dan pada penambahan jam kerja berikutnya maka pekerja
akan mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.

Perhitungan untuk biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
1. Normal ongkos pekerja perhari
= Produktivitas harian × Harga satuan upah pekerja
2. Normal ongkos pekerja perjam
= Produktivitas perjam × Harga satuan upah pekerja
3. Biaya lembur pekerja

31
= 1,5 × upah sejam normal untuk penambahan jam kerja (lembur)
pertama + 2 × n × upah sejam normal untuk penambahan jam
kerja (lembur) berikutnya
Keterangan:
n = jumlah penambahan jam kerja (lembur)
4. Crash cost pekerja perhari
= (Jam kerja perhari × Normal cost pekerja) + (n × Biaya lembur
perjam)
5. Cost Slope
= Crash Cost – Normal Cost Durasi Normal – Durasi Crash

II.8.4 Hubungan Antar Biaya dan Waktu


Biaya total proyek sama dengan penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya total proyek sangat bergantung dari waktu penyelesaian proyek.
Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada Gambar II.12. Pada
gambar menunjukkan kondisi normal, Gambar II.12 memperlihatkan bahwa
semakin besar penambahan jumlah jam kerja (lembur) maka akan semakin cepat
waktu penyelesain proyek, akan tetapi sebagai konsekuesinya maka terjadi biaya
tambahan yang harus dikeluarkan akan semakin besar.

Gambar II.13 Grafik Hubungan Waktu-Biaya Normal dan Dipersingkat untuk Satu Kegiatan
Sumber: Soeharto, 1997.

II.8.5 Durasi

32
Menurut Soeharto (1997), durasi adalah waktiu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu aktifitas dalam satuan waktu tertentu, baik hari (day),
maupun jam (hour). Durasi dapat digunakan dalam persamaan berikut:
D=V ( N × P ×W ) (II.7)
Dimana:
D = durasi
V = volume setiap pekerjaan
N = jumlah kelompok kegiatan
P = produktifitas
W = jam kerja perhari

II.9 Microsoft project


Microsoft ptoject professional merupakan software administrasi proyek yang
digunakan untuk melakukan perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan
pelaporan data proyek. Kemudahan penggunaan dan keleluasaan lembar kerja
serta cakupan unsur-unsur proyek menjadikan software ini sangat mendukung
proses administrasi sebuah proyek, Microsoft project 2007 memberikan unsur-
unsur manajemen proyek yang sempurna dengan memadukan kemudahan
penggunaan, kemampuan dan fleksibilitas sehingga penggunaanya dapat
mengatur proyek secara lebih efisien dan efektif.

II.10 Time Cost Trade Off (TCTO)


TCTO adalah kompresi jadwal untuk mendapatkan proyek yang lebih
mengutungkan dari segi waktu (durasi), biaya, dan pendapatan. Tujuannya adalah
memampatkan proyek dengan durasi yang dapat diterima dan meminimaliskan
biaya total proyek. Pengurangan durasi proyek dilakukan dengan memilih
aktivitas tertentu.

Menurut Ervianto (2004) pengertian TCTO adalah suatu proses yang disengaja,
sistematik, dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan
dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengoptimasi pengaruh

33
percepatan proyek terhadap biaya yang harus dikeluarkan adalah dengan metode
Time Cost Trade Off (TCTO). Dalam TCTO akan dapat diketahui/dihitung
percepatan yang paling maksimum dan biaya yang paling minimum.

Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan percepatan
penyeleseian waktu proyek. Cara-cara tersebut antara lain:
1. Penambahan jumlah jam kerja (kerja lembur).
2. Penambahan tenaga kerja.
3. Pergantian atau penambahan peralatan.
4. Pemilihan sumber daya manusia yang berkualitas.
5. Penggunaan metode konstruksi yang efektif

Cara-cara tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi,


misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus penambahan jumlah tenaga
kerja, biasa disebut giliran (shift), dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore
berbeda dengan unit pekerja untuk sore sampai malam.

Setelah diketahui lintasan kritisnya, maka dapat dilakukan analisis pertukaran


biaya dan waktu dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan crash duration untuk seluruh aktivitas.
2. Menghitung crash cost untuk seluruh aktivitas.
3. Menghitung cost slope serta pemilihan cost slope terendah pada lintasan
kritis.

Analisis TCTO yang diuraikan sebagai berikut:


a. Menyusun jaringan kerja proyek, mencari lintasan kritis dan menghitung
cost slope aktivitas.
b. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan
mempunyai cost slope terendah.
c. Menyusun kembali jaringan kerja.
d. Mengulangi langkah kedua, dimana langkah kedua akan berhenti bila
terjadi penambahan lintasan kritis dan bila terdapat lebih dari satu lintasan
kritis, maka langkah kedua dilakukan secara serentak pada semua lintasan
kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan.

34
e. Langkah dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana
aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin dikompres
lagi) sehingga pengendaliannya biaya telah optimum.

Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan kompresi


durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi biaya
seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya langsung,
karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan pengurangan durasi.
Sebaliknya, biaya tidak langsung akan berkurang apabila waktu penyelesaian
proyek semakin cepat. Adapun hungan biaya langsung, biaya tidak langsung, dan
biaya total terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar II.13.

Gambar II.14 Grafik Hubungan Antara Total Biaya, Biaya Langsung dan Tidak langsung
dengan waktu
Sumber: Soeharto, 1997.

Di dalam perencanaan suatu proyek disamping variabel waktu dan sumber daya,
variabel biaya (cost) mempunyai peranan yang sangat penting. Biaya (cost)
merupakan salah satu aspek penting dalam manjemen, dimana biaya yang timbul
harus dikendalikan seminim mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan
faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian
proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan.

Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat daripada waktu
normalnya. Dalam hal ini pimpinan proyek dihadapkan kepada masalah
bagaimana mempercepat penyelesaian proyek dengan biaya minimum. Oleh
karena itu perlu dipelajari terlebih dahulu hubungan antara waktu dan biaya.

35
Analisis mengenai pertukaran waktu dan biaya disebut dengan Time Cost Trade
Off ( Pertukaran Waktu dan Biaya).

Di dalam analisa time cost trade off ini dengan berubahnya waktu penyelesaian
proyek maka berubah pula biaya yang akan dikeluarkan. Apabila waktu
pelaksanaan dipercepat maka biaya langsung proyek akan bertambah dan biaya
tidak langsung proyek akan berkurang.

Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan percepatan
penyeleseian waktu proyek. Cara-cara tersebut antara lain:
a. Penambahan jumlah jam kerja (kerja lembur).
Kerja lembur (working time) dapat dilakukan dengan menambah jam kerja
perhari, tanpa menambah pekerja. Penambahan ini bertujuan untuk
memperbesar produksi selama satu hari sehingga penyelesaian suatu
aktivitas pekerjaan akan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan di dalam
penambahan jam kerja adalah lamanya waktu bekerja seseorang dalam
satu hari. Jika seseorang terlalu lama bekerja selama satu hari, maka
produktivitas orang tersebut akan menurun karena terlalu lelah.

b. Penambahan tenaga kerja


Penambahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai penambahan jumlah
pekerja dalam satu unit pekerja untuk melaksanakan suatu aktivitas
tertentu tanpa menambahkan jam kerja. Dalam penambahan jumlah tenaga
kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia apakah
terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga kerja pada
suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja untuk
aktivitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu,
harus diimbangi pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan
pengawasan yang kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.

c. Pergantian atau penambahan peralatan


Penambahan peralatan dimaksudkan untuk menambah produktivitas.
Namun perlu diperhatikan adanya penambahan biaya langsung untuk
mobilitas dan demobilitas alat tersebut. Durasi proyek dapat dipercepat
dengan pergantian peralatan yang mempunyai produktivitas yang lebih

36
tinggi. Juga perlu diperhatikan luas lahan untuk menyediakan tempat bagi
peralatan tersebut dan pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja.

d. Pemilihan sumber daya manusia yang berkualitas


Sumber daya manusia yang berkualitas adalah tenaga kerja yang
mempunyai produktivitas yang tinggi dengan hasil yang baik. Dengan
mempekerjakan tenaga kerja yang berkualitas, maka aktivitas akan lebih
cepat diselesaikan.

e. Penggunaan metode konstruksi yang efektif


Metode konstruksi berkaitan erat dengan sistem kerja dan tingkat
penguasaan pelaksana terhadap metode tersebut serta ketersedian sumber
daya yang dibutuhkan.

Cara-cara tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi,


misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus penambahan jumlah tenaga
kerja, biasa disebut giliran (shift), dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore
berbeda dengan dengan unit pekerja untuk sore sampai malam.

37
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah penelitian Non-
eksperimental yang membutuhkan analisa dan data perbandingan menggunakan
metode percepatan.

III.2 Subyek dan Obyek Penelitian


Subyek dalam penelitian ini adalah merupakan least costs scheduling pada
jaringan kritis yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
suatu keputusan untuk melakukan percepatan waktu pada suatu pekerjaan
sehingga didapat biaya yang optimal.

Yang menjadi objek penelitian adalah pembangunan Gedung Sekolah Dasar 003,
Kec. Waru Penajam Paser Utara.

Alasan pemilihan objek ini karena pembangunan Gedung Sekolah Dasar 003,
Kec. Waru Penajam Paser Utara, mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya
sehingga waktu dan biaya tidak optimal.

38
III.3 Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Presedence Diagram
Method (PDM) dan Time Cost Trade Off (TCTO) untuk mengkaji penyimpangan
dan indeks produktivitas kerja serta memperkirakan biaya dan jadwal akhir
penyelesaian proyek. Aplikasi metode Presedence Diagram Method (PDM) dan
Time Cost Trade Off (TCTO).

III.3.2 Sumber Data


Data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Pengumpulan data primer yang di dapatkan dari melakukan peninjauan
terlebih dahulu dan melakukan pengamatan di lapangan. Penelitian ini
didapat secara langsung dari data apa yang terjadi dilapangan. Dan
melakukan observasi yaitu pencatatan secara langsung di lapangan saat
melakukan Praktik Kerja Lapangan.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder ini merupakan data pendukung yang di pakai
saat melakukan penelitian. Sumber yang dapat di pakai untuk mengumpulkan
data bersal dari surat-surat perusahaan seperti:
a. Denah dan Gambar proyek
b. Daftar kegiatan (time sheduling).
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB).

III.3.3 Pengolahan Data


Setelah data-data yang dibutuhkan telah lengkap, setelah itu melakukan
pengolahan data dengan penambahan 2 jam kerja (lembur) yang akan dilakukan
perbandingan waktu dan biaya secara optimal dengan menggunakan dua metode
yang akan dibandingkan untuk menentukan hasil yang optimal.

39
1. Metode I
Dengan menggunakan data perusahaan akan ditambahkan 2 jam kerja lembur
untuk menentukan penambahan jumlah tenaga kerja jika ditambahkan 2 jam
lembur untuk mendapatkan hasil waktu dan biaya yang optimal.
2. Metode II
Menyusun ulang jaringan (network diagram) untuk menghasilkan
perhitungan durasi pekerjaan, jumlah tenaga kerja, dan rencanaa anggaran
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

III.4 Alur Pikir Penelitian

40
Mulai

Latar Belakang

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Tinjaun Pustaka

 Tinjauan umum
 Proyek Konstruksi
 Manajemen Proyek
 Pengendalian Biaya Proyek
 Konsep Presedence Diagram
Method
 Teknik Perhitungan PDM
 Produktivitas Kerja
 Microsoft Project 2007
 Time Cost Trade Off (TCTO)

Pengumpulan Data

Data Primer Data Skunder

1. Observasi 1. Denah dan Gambar Proyek


2. Time Scheduling
3. Rencana Anggaran Biaya

A
Gambar III.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

41
A

Pengolahan Data Menggunaka Metode TCTO

Percepatan Dengan Metode


TCTO

Menentukan Lintasan Kiritis

Lintasan
Kritis

Produktivitas Jam Kerja


Normal

Tentukan Maksimal
Crashing

Maksimal
Crashing

Asumsi Crashing

Percepatan Dengan Penambahan


Percepatan Penambahan Jam Kerja
Jumlah Tenaga Kerja

1. Hitung Durasi Percepatan 1. Kapasitas Tenaga Kerja


2. Tentukan Waktu Lembur 2. Hitung Jumlah Tenaga Kerja Normal
3. Upah atau Lembur 3. Upah Normal
4. Slope Biaya 4. Hitung Jumlah Tenaga dipercepat
5. Slope biaya Crashing 5. Upah dipercepat
6. Slope Biaya
7. Slope Biaya Craashing

Waktu dan Biaya Waktu dan Biaya

B
Lanjutan Gambar III.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

42
B

Analisa Waktu dan Biaya Optimum


(Perbandingan Existing dan TCTO)

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Lanjutan Gambar III.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

43
Daftar Pustaka

Kisworo, R. W., Fajar Sri Handayani, & Sunarmasto. (2017). Analisis Percepatan
Proyek Menggunakan Metode Time Cost Trade Off Dengan Penambahan
Jam kerja Lembur Dan Jumlah Alat.

M.Fauzan, Burhanuddin, & Zulfahmi. (2016). Optimalisasi Rencana Anggaran


Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Dengan Precendece Diagram Method
(PDM), Volume 6 No 2.

Maddepungeng, A., Irma Suryan, & Dede Hermawan. (2015). Analisis Optimasi
Biaya dan Waktu Dengan Metode TCTO ( Time Cost Trade Off), Volime 4
No 1.

Priyo, M., & Muhammad Raa'uf Aulia. (2015). Aplikasi Metode Time Cost Trade
Off pada Proyek Konstruksi, Volume 18 No 1.

saputra, I. G. (2001). Penjadwalan Proyek Dengan Precendece Diagram Method


(PDM) Dan Ranked Position Weight Method (RPWM), Volume 15 No 1.

Setiawan, b. b. (2012, Desember 1). Analisis Pertukaran Waktu Dan Biaya


Dengan Metode Time Cost Trade Off (TCTO) Pada Proyek Pembangunan
Gedung di Jakarta, Vol. 4 No. 1.

Suherman, & Amarina Ilma. (2016). Analisis Penjadwalan Proyek Menggunakan


PDM dan Pert Serta Crash Project, Volume 2 No 1.

44

Anda mungkin juga menyukai