Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Proyek merupakan kombinasi dari kegiatan-kegiatan (activities) yang saling
berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum
seluruh tugas dapat diselesaikan secara tuntas dalam periode waktu tertentu
(temporer). Salah satu aspek dalam manajemen proyek adalah management waktu
dan sumberdaya.
Proyek dikatakan berhasil jika tujuan yang ditetapkan tercapai dan
memenuhi standar mutu, waktu dan biaya. Secara garis besar, perencanaan proyek
yang terdiri dari penjadwalan, rencana, anggaran biaya dan mutu ini berfungsi
sebagai dasar utama yang akan mengantarkan suatu proyek kepada keberhasilan.
Penjadwalan merupakan salah satu komponen hasil perencanaan dalam hal kinerja
sumberdaya berupa durasi proyek, biaya, tenaga kerja, material dan pelaksanan
kerja direncanakan sedemikian rupa, namun pada praktik di lapangan kerap kali
tidak sesuai dengan perencanaan yang ditentukan. Sehingga sering terjadi
keterlambatan proyek. Keterlambatan yang melebihi batas akan dikenakan sanksi
yang berupa denda sebesar 1/1000 dari nilai kontrak per-harinya, menurut Pepres
No. 54 Tahun 2010 Pasal 120.
Salah satu alternatif untuk memperpendek durasi pekerjaan adalah dengan
melakukan percepatan pekerjaan (crashing). Crashing adalah suatu proses yang
disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua
kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada
jalut kritis (Sebastian, 2015).
Karena untuk mempercepat pekerjaan membutuhkan penambahan dana
guna menambah jumlah pekerja dan shift kerja. Penambahan jam kerja saja dirasa
tidak memenuhi produktivitas yang diinginkan, karena semakin lama durasi
pekerja melakukan pekerjaan, maka sebanding juga dengan penurunan tingkat

1
2

produktivitasnya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu penambahan pekerja, maka


pekerjaan yang ditanggung oleh pekerja sebelumnya akan lebih ringan dan
produktivitas akan naik. Sehingga pelaksana perlu melakukan pertimbangan
bagaimana memperpendek durasi proyek dengan penambahan biaya yang tidak
signifikan.
Upaya untuk menganalisa biaya dan waktu untuk melakukan percepatan
salah satunya dengan metode Precende Diagrams Method melakukan percepatan
pada proyek pekerjaan. Setiap percepatan yang dilakukan akan dianalisa
kebutuhan biaya dari percepatan tersebut. Dari beberapa pekerjaan yang telah
dilakukan percepatan (Crashing) dan dianalisa kebutuhan biayanya yang dapat
ditentukan pekerjaan yang tepat dan paling ekonomis untuk dilaksaknakan
crashing.
Dengan adanya percepatan ini diharapkan dapat membuat proyek tersebut
selesai tepat waktu atau bahkan lebih cepat daripada perencanaan awal

Berdasarkan latar belakang di atas, yang mendasari pembahasan dan


penulisan tugas akhir ini, maka penulis akan mencoba untuk membuat sebuah
karya tulis ilmiah dengan judul “Analisa Percepatan Proyek Menggunakan
Metode Precedence Diagrams Dengan Penambahan Tenaga Kerja dan Shift
Kerja Di Sulawesi Tengah”.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam karya tulis propoasal tugas akhir ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak optimasi biaya konstruksi dengan penerapan Metode PDM
dengan penambahan tenaga kerja dan shift kerja pada proyek di Provinsi
Sulawesi Tengah.?
2. Sejauh mana efesiensi penerapan Metode PDM dengan penambahan tenaga
kerja dan shift kerja pada proyek konstruksi di Sulawesi Tengah.?

I.3 Tujuan Penelitan


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
3

1. Untuk mengetahui biaya optimum proyek dengan penerepan metode PDM


dengan penambahan tenaga kerja dan shift kerja di Sulawesi Tengah.
2. Untuk Mengetahui sejauh mana efesiensi proyek dengan penerapan metode
PDM dengan penambahan tenaga kerja dan shift kerja di Sulawesi Tengah.

I.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang yang dapat diperoleh ialah, memberi pengetahuan
dan informasi pada pelaksanaan proyek dan juga terhadap pengembangan ilmu
manajemen khususnya dibidiang teknik sipil tentang manajemen proyek
pengendalian waktu proyek, sehingga dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang
sesuai dengan rencana kerja

I.5 Batasan Masalah


Agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan, maka diberikan batasan
pada penelitian ini. Beberapa batasan dalam penelitian ini adalah :
1. Pada penelitian ini alat bantu penjadwalan yang digunakan adalah metode
Precende Diagrams Method.
2. Proyek konstruksi yang ditinjau adalah proyek pekerjaan jalan raya yang ada di
Sulawesi Tengah
4

BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

II.1 LANDASAN TEORI


II.1.1 Proyek
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan untuk melaksanakan tugas yang
sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut dapat berupa
membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan
pengembangan. (Ir. Iman Soeharto, 1995).

Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :

 Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
 Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses
mencapai tujuan diatas telah ditentukan.
 Bersifat sementara, dakan arti umumnya dibatasi oleh selesainya
tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
 Nourutin, tidak berulang – ulang. Jenis dan intensitas kegiatan
berubah sepanjang proyek berlangsung.

Proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa


dibutuhkan pemberdayaan sumber dayanya yang tersedia, yang
diorganisasi untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan penting tertentu.
Aktivitas atau kegiatan – kegiatan pada proyek merupakan sebuah
jaringan, yang dimulai sejak dituangkannya pemikiran, direncanakan,
kemudian dilaksanakan, sampai benar – benar memberikan hasil yang
sesuai dengan perencanaan awal. Hingga pada akhirnya kita akan dapat
melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian
5

mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling


ketergantunganm, secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.

II.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)


Telah disebutkan bawa tiap proyek memiliki tujuan khusus,misalnya rumah
tinggal, jembatan, atau instalasi pabrik. Dapat pula berupa produk hasil kerja
penelitian dan pengembangan. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah
ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal
serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan diatas disebut dengan tiga kendala
( triple constraint ).( gambar 2.1)

Biaya = Anggaran

Jadwal = Waktu Mutu = Kinerja

Gambar 2.1 Triple Constraint

 Anggaran
Anggaran proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi
anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan
jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek
tetapi dipecah bagi komponen-komponennya, atau per periode tertentu (misalnya
per kwartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian,
penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per
periode.

 Jadwal
Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal
akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka
6

penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan.


 Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut
berupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik harus
mampu beroperasi secara memuaskan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Jadi, memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang
dimaksudkan atau sering disebut dengan fit for the intended use.

II.1.3 Jenis – jenis proyek


Dilihat dari komponen kegiatan utama maka macam proyek dapat
dikelompokkan menjadi :

 Proyek Engineering-Konstruksi
komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian
kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. Proyek
macam ini, misalnya pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan,
jalan raya, fasilitas industri, dan lain- lain.
 Proyek Engineering-Manufactur
Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru. Jadi,
produk tersebut adalah hasil usaha kegiatan proyek. Atau dengan
kata lain proyek manufaktur merupakan proses untuk
menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain
engineering, pengembangan produk, ( produk development ),
pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi
produk yang dihasilkan. Contoh untuk ini adalah pembuatan ketel
uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan mobil, dan lain
sebagainya. Bila kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang,
rutin, dan menghasilkan produk yang sama dengan terdahulu, maka
kegiatan ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai proyek.
 Proyek penelitian dan pengembangan
Proyek penelitian dan pengembangan ( research & development )
7

bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka


menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir,
proyek ini sering kali menempuh proses yang berubah-ubah
demikian pula dengan lingkup kerjanya. Agar tidak melebihi
anggaran atau jadwal secara substansial maka perlu diberikan
batasan yang ketat perihal masalah tersebut.
 Proyek pelayanan manajemen
Banyak perusahaan memerlukan proyek macam ini. Diantaranya :
- Merancang sistem informasi manajemen, meliputi
perangkat lunak maupun perangkat keras.
- Merancang program efisiensi dan penghematan.
- Diverifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.

Proyek tersebut tidak membuahkan hasil dalam bentuk fisik, tetapi


laporan akhir.

 Proyek Kapital
Berbagai badan usaha atau pemerintah memiliki kriteria tertentu
untuk proyek kapital. Hal ini berkaitan dengan penggunaan dana
kapital ( istilah akntansi ) untuk investasi. Proyek kapital umumnya
meliputi mateial dan peralatan ( mesin-mesin ), manufaktur
(pabrikasi ) dan konstruksi pembangunan fasilitas produksi.

II.1.4 Manajamen Biaya

Manajemen biaya proyek (Project Cost Management) melibatkan semua


proses yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan
penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal
utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya
dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:

1. Perencanaan Sumber Daya.


Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan
8

sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan


jumlahnya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses
inisangat berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.

2. Estimasi Biaya.
Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek
dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan
biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan
kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek.
Sedangkan nilai kontrak merupakan keputusan dari segi bisnis di mana
perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan salah satu
pertimbangan dari keputusanyang diambil.

3. Penganggaran Biaya.
Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk
masing- masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses
estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk
menilai kinerja proyek.

4. Pengendalian Biaya.
Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya
aktual pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua
penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik
sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.

II.1.5 Manajemen Waktu

Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management)


memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan
waktu penyelesaian proyek (PMI 2000). Ada lima proses utama dalam
9

manajemen waktu proyek, yaitu:

1. Pendefinisian Aktivitas.
Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang
harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek
(project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan
semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi
hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).

2. Urutan Aktivitas.
Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan
dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas
harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal
sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat
digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau
dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk
proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar,
yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

3. Estimasi Durasi Aktivitas.


Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi
yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan
yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas
semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai
input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.

4. Pengembangan Jadwal.
Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas
dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal
proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan
10

estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

5. Pengendalian Jadwal.
Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah
kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah
direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal
adalah:
a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal
dan Pmemastikan perubahan yang terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari
perencanaan awal proyek.

II.1.6 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang
dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek
dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material
serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek.

Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar


kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu pelaksanaan evaluasi proyek.

Menurut Husen (2009), secara umum penjadwalan mempunyai


manfaat- manfaat seperti berikut:
1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai
batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.
2. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara
sistematis dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap
sumber daya dan waktu.
3. Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.
4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan
harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.
11

5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.


6. Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

Adapun langkah-langkah dalam menentukan penjadwalan proyek,


yaitu (Soeharto, 1999):
1. Identifikasi aktivitas (Work Breakdown Structure)
2. Penyusunan urutan kegiatan
3. Perkiraan kurun waktu
4. Penyusunan jadwal

II.1.7 Penyusunan Urutan Kegiatan


Setelah diuraukan menjadi komponen-komponen, lingkup proyek disusun
kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan (jaringan
kerja).
Di dalam penyusunan urutan kegiatan adalah bagaimana meletakkan
kegiatan tersebut di tempat yang benar, apakah harus bersamaan, setelah
pekerjaan yang lain selesai atau sebelum pekerjaan yang lain selesai. Pada
penyusunan urutan kegiatan sendiri ada beberapa informasi yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Technological constraints, yang meliputi metode konstruksi,
prosedur dan kualitas.
2. Managerial constraints, yang meliputi sumber daya, waktu,
biaya, dan kualitas.
3. External constraints, yang meliputi cuaca, peraturan, dan bencana
alam.

II.1.8 Perkiraan Kurun Waktu (Durasi)


Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing komponen kegiatan
diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan
yang bersangkutan, juga perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut.
12

II.1.9 Penyusunan Schedule


Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah diberi
kurun waktu kemudian secara keseluruhan dianalisa dan dihitung kurun waktu
penyelesaian proyek, sehingga dapat diketahui jadwal induk dan jadwal untuk
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Di dalam penyusunan jadwal masukan-masukan yang diperlukan yaitu
jenis- jenis aktivitas, urutan setiap aktivitas, durasi waktu aktivitas, kalender
(jadwal hari), milestones dan asumsi-asumsi yang diperlukan.
Ada beberapa metode penjadwalan proyek konstruksi yang sering
digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing
metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Pertimbangan penggunaan
metode- metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai
terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja
biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel–
variabel yang mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu,
keselamatan kerja, ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang
terlibat. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan
evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan.
II.1.10 Time Schedule Curve S (Kurva S)
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm
atas pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.
Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan
bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh
kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai
kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari
sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan proyek.
Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan
tindakankoreksi dalam pengendalian proses pengendalian proyek. Tetapi
informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek.
Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan,
13

misalnya metode barchart atau network planning dengan memperbaharui sumber


daya maupun waktu pada masing-masing pekerjaan.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing
kegiatan pada suatu metode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu
vertical sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva
S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya
masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar,
lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan
bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat perhitungan persentase
berdasarkan biaya per item pekerjaan/kegiatan dibagi total anggaran atau
berdasarkan volume rencana dari komponen kegiatan terhadap volume total
kegiatan.
Secara umum langkah-langkah menyusun kurva S adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan.
2. Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan
dibagi biaya total pekerjaan dikalikan 100%.
3. Setelah bobot masing-masing item dihitung, lalu distribusikan
bobot pekerjaan selama durasi masing-masing aktivitas.
4. Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu
tertentu,dijumlahkan secara kumulatif.
5. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu y
(ordinat)dalam grafik dan waktu pada sumbu x (absis).
6. Dengan menghubungkan semua titik didapat kurva S.

Pada umumnya kurva S diplot pada barchart, dengan tujuan


untukmempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu
jangka waktu tertentu pengamatan progress pelaksanaan proyek.
Bentuk dari kurva-S dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini,
14

Gambar 2.2 Contoh Kurva-S


II.1.11 Diagram Batang (Bar Chart)
Bar Chart adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk
menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan. Bar Chart
menggambarkan rencana dan pelaksanaan nyata sejumlah kegiatan yang
ditunjukkan dengan sakala waktu secara horizontal. Bar Chart dapat membantu
dalam mempercepat pengaturan dan pengalokasian sumber daya dari berbagai
kegiatan.

Keuntungan Penggunaan Bar Chart: (Tubagus Header Ali, 1992).


1. Meskipun berisi sejumlah informasi, Bar Chart mudah untuk
dimengerti.
2. Jika jadwal memerlukan pembaharuan yang berulang – ulang, Bar
Chart mudah ditangangi sepanjang keperluan kegiatan tidak
berubah atau tidak ada jadwal secara menyeluruh.
3. Bar Chart menyajikan gambar yang jelas dari status proyek yang
bersangkutan.

Kelemahan pemakaian Bar Chart :

1. Kurang memberikan gambaran dan ketergantungan antara satu


kegiatan dengan kegiatan yang lain.
2. Tidak dapat diketahui kegiatan mana yang kritis.
3. Sulit dimonitor penyimpangan pada pertengahan kegiatan.
4. Tidak dapat mengetahui adanya tenggang waktu untuk kegiatan
yang tidak kritis.
15

No pekerjaan Waktu (minggu)


1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan
2 Pelaksanaan
3 Penyelesaian
Gambar 2.3 Contoh Bar Chart

Bar Chart dilengkapi dengan bobot tiap pekerjaan dalam persentase (%).
Dari kurva-S dapat diketahui persentase (%) pekerjaan yang harus dicapai pada
waktu tertentu. Untuk menentukan bobot tiap pekerjaan maka harus dihitung
terlebih dahulu volume pekerjaan dan biayanya, serta nominal dari seluruh
kegiatan pekerjaan tersebut. Kurva-S ini sangat efektif untuk mengevaluasi dan
mengendalikan waktu dan biaya proyek.
Pada jalur bagian bawah ada persentase rencana untuk tiap satuan waktu
dan persentase kumulatif dari rencana tersebut. Di samping itu, ada persentase
realisasi untuk tiap satuan waktu dari persentase kumulatif dari realisasi
tersebut. Persentase kumulatif rencana dibuat sehingga membentuk kurva-S.
berbentuk huruf S karena kegiatan proyek lazimnya pada periode awal dan akhir
berlangsung lambat. Pengembangan ini dinamakan kurva-S. Persentase
kumulatif realisasi adalah hasil nyata dilapangan. Hasil realisasi dari pekerjaan
suatu waktu dapat dibandingkan dengan kurva rencana. Jika hasil realisasi
berada di atas kurva-S, maka terjadi prestasi, namun jika berada di bawah
kurva-S terjadi keterlambatan proyek. Dengan membandingkan kurva-S
realisasi dengan kurva-S rencana, penyimpangan yang terjadi dapat segera
terlihat jelas. Oleh karena itu kurva-S mampu menampilkan kurva-S mampu
menampilkan secara visual penyimpangan yang terjadi dan pembuatannya
relatif cepat dan mudah, maka metode pengendalian dengan kurva-S dipakai
secara luas dalam pelaksanaan proyek.
Pada penerapannya, Bar Chart dan Kurva-S digabung menjadi satu.
Seperti terlihat pada gambar 2.4 dibawah ini
PEKER BIAYA BOBOT WAKTU (MINGU)
JAAN (JUTA) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 3 1.5 1.5
A

7 7 2 5
16

B
5 5 1 4
C

15 15 2 2 2 4 5
D

5 5 1 1 2 1
E

20 20 4 4 4 8
F

5 5 2 3
G

5 5 1 3 1
H

15 15 6 7 2
I

5 5 3 1 1
J

7.5 7.5 4 3.5


K

2.5 2.5 2.5


L

5 5 3 2
M

100% 100%
% 1.5 6 6 6 6 6 9 17 8 8 7 5 5 4.5 3 2
ENCAN KUMULATIF 1.5 7.5 13.5 19.5 25.5 31.5 40.5 57.5 65.5 73.5 80.5 85.5 90.5 95 98 100

EALISA KUMULATIF

Gambar 2.4 Bar Chart dan Kurva-S

II.1.12 Jaringan Kerja


Jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan,
menjadwalkan, dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek (Nurhayati, 2010).
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langka
penyempurnaan metode bagan balok, karena dapat memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan seperti:
1. Berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek.
2. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya
dengan penyelesaian proyek.
3. Apabila terjadi kelambatan dalam pelaksanaan tertentu, bagaimana
pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara
menyeluruh.
17

Disamping itu, jaringan kerja berguna untuk (Imam Soeharto, 1999):


1. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar
komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks.
2. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis
3. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.
II.1.13 Network Diagram (Diagram Jaringan)
Diagram jaringan merupakan teknik yang digunakan untuk memperlihatkan
prngurutan aktivitas. Sebuah diagram jaringan adalah tampilan mengenai
hubungan logis antara aktivitas-aktivitas proyek atau urutan antara aktivitas-
aktivitas proyek. Disamping itu diagram jaringan adalah logika model yang
menggambarkan hubungan antara masing-masing kegiatan serta menjelaskan
arus operasi sejak awal hingga selesainya kegiatan-kegiatan proyek.

Diagram jaringan mempunyai dua peranan, yakni pertama sebagai alat


perencanaan proyek dan kedua sebagai ilustrasi secara grafik dari kegiatan-
kegiatan suatu proyek. Oleh karena itu diagram dari suatu diagram jaringan harus
mempunyai gambaran tentang dimulainya dari awal kegiatan sampai
diselesaikannya kegiatan tersebut.

Terdapat dua format utama diagram jaringan yaitu:


1. Activity On Arrow (AOA).
2. Activity On Node (AON).
CPM dan PERT adalah jaringan kerja dengan aktivitas pada arrow (AOA)
sedangkan PDM adalah jaringan kerja dengan aktivitas pada node (AON).

II.1.14 PDM (Precendence Diagrams Method)


Precendence Diagram Method (PDM) adalah jaringan kerja dengan
aktivitas pada node AON (Activity On Node). Di sini kegiatan di tulis di dalam
node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai
petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan
18

demikian Dummy yang dalam CPM dan PERT merupakan tanda yang penting
untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan.

Aturan dasar CPM dan AOA (Activity On Arrow) mengatakan bahwa


suatu kegiatan boleh dimulai setelah pekerjaan terdahulu (Predecessor) selesai,
maka untuk proyek dengan rangkaian yang tumpang tindih dan berulang-ulang
akan memerlukan garis dummy yang banyak sekali, sehingga tidak praktis dan
kompleks.

Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk
kotak segi empat. Kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan demikian harus
dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan event (peristiwa)
merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node mempunyai dua peristiwa yaitu
peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node dibagi-bagi menjadi bagian-bagian
kecil berisi keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan
dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah
kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan
selesainya kegiatan (ES,LS,EF,LF) dan lain-lain.

Gambar 2.5 Node PDM

Keterangan:
ES = waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start)
EF = waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish)
LS = waktu mulai paling akhir suatu kegiatan (Latest Start)
LF = waktu selesai paling akhir suatu kegiatan (Latest Finish)
D = waktu yang di perlukan untuk melaksanakan kegiatan (durasi)
TF = Total Float yaitu waktu tenggang total untuk suatu aktivitas atau
keterlambatan yang diperbolehkan untuk suatu kegiatan agar tidak
19

mengganggu waktu penyelesaian aktivitas secara keseluruhan.


i = no aktivitas atau aktivitas

1. Konstrain, Lead dan Lag


Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan suatu garis dari
node satu ke node berikutnya. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu
awal atau mulai (start) dan akhir atau selesai (finish), maka ada 4 macam
konstrain yaitu awal ke awal (start to start), awal ke akhir (start to finish),
akhir ke awal (finish to start) dan akhir ke akhir (finish to finish). Pada garis
konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (Lead) atau
terlambat (Lag).

2. Konstrain, Mulai ke mulai (start to start/SS)

Konstrain mulai ke mulai memberikan penjelasan hubungan antara


mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu atau SS (i-j)
= b yang berarti (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai.
Konstrain seperti ini digunakan bila sebelum kegiatan terdahulu (i) selesai
100% maka kegiatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) boleh mulai setelah
bagian tertentu dari kegiatan (i)

Gambar 2.6 Hubungan Kegiatan Start to start


3. Konstrain mulai ke akhir (Start to Finish/SF)
Konstrain mulai ke akhir menjelaskan hubungan antara selesainya suatu
kegiatan tergantung mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) =
d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan terdahulu (i)
20

dimulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai
sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan.

Gambar 2.7 Hubungan Kegiatan Start to Finish


4. Konstrain akhir ke mulai (Finish to Start)
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan FS (i-j) = a yang
berarti kegiatan (j) mulai a hari setelah kegiatan terdahulunya (i) selesai.

Gambar 2.8 Hubungan Kegiatan Finish to Start

5. Konstrain Akhir ke akhir (Finish to Finish)

Konstrain akhir ke akhir memberikan penjelasan hubungan antara selesainya


suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan dengan FF (i-j)
= c, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah kegiatan terdahulu (i) selesai.
Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%
sebelum kegiatan yang terdahulu telah c hari selesai. Besar angka c tidak boleh
melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (j).
21

Gambar 2.9 Hubungan Kegiatan Finish to Finish

6. Hitungan ke muka
Tujuan dari hitungan ke muka pada PDM adalah untuk menentukan waktu
mulai paling awal (Earliest Start) yang terjadi dan waktu selesai paling awal
(Earliest Finish). hitungan ke muka berlaku untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.
2. Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan bergabung.
3. Notasi (i) bagi kegiatan pendahulu dan notasi (j) untuk kegiatan
berikutnya.
4. Waktu awal dianggap nol.
Adapun rumus yang digunakan dalam hitungan ke muka ini yaitu:
1. Untuk aktivitas awal

ESA = 0

2. Untuk aktivitas dengan hubungan FS


ESj = EFi + Fsij
EFj = ESj + Dj
3. Untuk aktivitas dengan hubungan SF
ESj = ESi + SFij - Dj
EFj = ESj + Dj
4. Untuk aktivitas dengan hubungan SS
ESj = ESi + SSij
EFj = ESj + Dj
5. Untuk aktivitas dengan hubungan FF
ESj = EFi + FFij – Dj
22

EFj = ESj + Dj
6. Jika suatu aktivitas tidak hanya tergantung pada satu aktivitas tetapi lebih
dari satu, maka:
ESi = max (ESkj)
EFj = max (ESkj) + Dj
Dimana, k = 1,2, 3, ,n aktivitas yang berakhir pada aktivitas j
Contoh hitungan ke muka:

Gambar 2.10 Hubungan Hitungan ke muka

Tinjauan hubungan aktivitas 4 dengan aktivitas 1:

ES4 = EF1 + FS14 – D4 = 17 + 1 – 11 = 7

EF4 = ES4 + D4 = 7 + 11 = 18

Tinjauan hubungan aktivitas 4 dengan aktivitas 2:

ES4 = EF2 + FS24 = 19 + 0 = 19

EF4 = ES4 + D4 = 19 + 11 = 30

Tinjauan hubungan aktivitas 4 dengan aktivitas 2:

ES4 = EF3 + FS34 = 14 + 3 = 17

EF4 = ES4 + D4 = 17 + 11 = 28
23

Dari hitungan di atas, maka ES4 dan EF4 yang di ambil adalah:

ES4 = max (ES4) = 19

EF4 = max (EF4) = 30

7. Hitungan ke Belakang

Hitungan ke belakang diselesaikan dengan menghitung durasi dari kanan ke


kiri diagram. Hitungan ke belakang digunakan untuk menghitung LS dan LF.
Hitungan ke belakang berlaku untuk hal-hal berikut ini:

1. Menentukan LS, LF dan kurun waktu float.


2. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung maka diambil LS terkecil.
3. Notasi (i) bagi kegiatan yang ditinjau dan notasi (i) kegiatan
berikutnya.

Adapun rumus yang digunakan dalam hitungan ke muka ini yaitu:

1. Untuk aktivitas awal

LF = EF

2. Untuk aktivitas dengan hubungan FS

LFi = LFj - FSij LSi = LFi - Di

3. Untuk aktivitas dengan hubungan SF

LFi = LFj - SFij + Di LSi = LFi - Di

4. Untuk aktivitas dengan hubungan SS

LFi = LSj – Ssij + Di LSi = LFi - Di

5. Untuk aktivitas dengan hubungan FF

LFi = LFi - FFij LFi = LFi - Di

6. Jika suatu aktivitas tidak hanya tergantung pada satu aktivitas tetapi
lebih dari satu, maka:
24

LFi = max (LFki)

LSi = max (LSki) - Di

Dimana, k = 1,2, 3, ,n aktivitas yang berakhir pada aktivitas i

Contoh hitungan ke Belakang:

Gambar 2.11 Contoh Hitungan ke Belakang

Tinjauan hubungan aktivitas 1 dan 2:


LF1 = LS2 – FS12 = 35 – 4 = 31
LS1 = LF1 – D1 = 31 – 8 = 26
Tinjauan hubungan aktivitas 1 dan 3:
LF1 = LS3 – FS13 = 34 – 0 = 34
LS1 = LF1 – D1 = 34 – 8 = 26
Tinjauan hubungan aktivitas 1 dan 4:
LF1 = LS2 – SS14 + D1 = 30 – 2 + 8 = 36
LS1 = LF1 – D1 = 36 – 8 = 28

8. Lintasan Kritis
Jalur dan lintasan kritis pada PDM mempunyai sifat yang sama dengan metode
jaringan AOA, yaitu:
25

1. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama :

ES = LS.

2. Waktu Selesai paling awal dan akhir harus sama :

EF = LF.

3. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu


selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal :
LF – ES = D
4. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan
tersebut secara utuh dianggap kritis.

II.1.15 Penambahan Tenaga Kerja


Penambahan jumlah tenaga kerja akan mempengaruhi efisiensi proyek jika
direncanakan dengan realistis dan memperhatikan beberapa faktor, yaitu daya
tampung lokasi pekerjaan, kemudahan dan keleluasaan untuk melakukan
pekerjaan, pengawasan terhadap tenaga kerja, dan keamanan kerja. Dalam
melakukan analisis waktu crash proyek, waktu normal setiap kegiatan yang akan
ditinjau dapat diambil dari time schedule kondisi normal yang sudah ada.
Produktivitas normalnya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus dibawah
ini (Soeharto, 1997):

Pn = V / Dn

Dimana :

Pn = Produktivitas Normal

V = Volume Pekerjaan

Dn = Durasi Normal

Setelah didapatkan produktivitas normal dari masing – masing pekerjaan,


produktivitas crash dapat dihitung dengan cara :

Pp perhari = Pn perhari + P akibat penambahan tenaga kerja


26

Dimana :

Pp = Produktivitas Percepatan (Crash)

Pn = Produktivitas Normal

P = Produktivitas

Dengan produktivitas crash tersebut dapat ditentukan durasi crash untuk


tiap pekerjaan dengan rumus :

Dp = V / Pp

Dimana :

Dp = Durasi Percepatan (Crash)

V = Volume Pekerjaan

Pp = Produktivitas Percepatan (Crash)

II.1.16 Shift Kerja


Pemakaian Shift kerja diharapkan menambah produktivitas proyek sebab
jumlah jam kerja yang bertambah dengan tenaga kerja yang berbeda. Jumlah Shift
ditentukan berdasarkan perjanjian pelaksana dengan pihak owner serta dengan
memperhatikan lingkungan sekitar proyek. Produktivitas yang terjadi akibat
pemakain shift kerja dapat dihitung dengan rumus berikut :

Produktivitas percepatan (Crashing) = Prod. Harian Normal x Jumlah Shift

Penelitian ini menggunakan dua shift kerja dengan waktu kerja tiap shift
maksimal 8 jam/hari termasuk jam istirahat. Selain itu, jam kerja akumulatif tiap
shift tidak boleh lebih dari 40 jam /minggu, hal tersebut dalam UU No 13. Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Dengan cara tersebut diatas, untuk setiap kegiatan yang termasuk dalam
jalur kritis akan didapatkan durasi crash-nya.
27

II.2 TINJUAN PUSTAKA


II.2.1 Penelitian Terdahulu
1. Totok Rudianto., (2003) telah mekakukan penelitian yang berjudul
Pengendalian Waktu dan Biaya Proyek Sarana Kehidupan Beragama
Propinsi Riau. Tahun Angaran 2003 dengan Metode PDM. Penelitian
ini bertujuan untuk dapat melakukan perencanaan suatu proyek dengan
waktu dan biaya yang optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Metode PDM. Hasil yang didapatkan Penyelesaian crash
program I (pertama) dari 157 hari dengan percepatan 36 hari, waktu
penyelesaian crash 121 hari. Crash Program II (kerdua) dari 121 hari
dengan waktu percepatan 24 hari, waktu penyelesaian crash 97 hari.
2. Wahyuningrum., (2005) telah melakukan penelitian yang berjudul
Analisis Network Planning untuk mengoptimalkan biaya langsung
proyek dengan menggunakan Precedence Diagram Method (PDM).
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis perhitungan waktu serta biaya
total tenaga kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Precedence Diagram Method (PDM). Penelitian berhasil
meyelesaikan proyek 102 hari, pendekatan dengan metode PDM dengan
waktu alternatif 1 menghasilkan waktu penyelesaian proyek 80 hari dan
metode PDM alternatif 2 menghasilkan waktu penyelesaian proyek 95
hari.
3. Andi Rachmat Bactiar, (2007) telah melakukan penelitian yang berjudul
Aplikasi Jaringan Untuk Menentukan Waktu Guna Pengendalian
Biaya Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Metode PDM. Penelitian ini
bertujuan untuk merencanakan penjadwalan proyek dari segi waktu, biaya
dan sumber daya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Precedence Diagram Method (PDM). Penelitian ini berhasil
mendapatkan bertambahnya tenaga kerja yang diperlukan maka terdapat
penambahan biaya upah tenaga untuk penyelesaian proyek selama 187 hari
menmjadi Rp 52.429.000,00 dari biaya semula sebesar Rp 50.350.000,00.
28

II.2.2 Perbedaan dan Kesamaan Peneliti Terdahulu Dengan Penelitian Yang


Akan Dilakukan
Adapun perbedaan dan kesamaan penelitian yang akan penulis lakukan
dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian yang dilakukan Totok Rudianto., (2003) membahas dan


menganalisa tentang Pengendalian Waktu dan Biaya Proyek Sarana
Kehidupan Beragama Propinsi Riau. Tahun Angaran 2003 dengan
Metode PDM. Studi kasus yaitu pembangunan proyek Sarana Kehidupan
Beragama di Propinsi Riau. Sementara itu didalam penulisan ini, penulis
mencoba untuk membahas dan menganalisis tentang Analisa Percepatan
Proyek Menggunakan Metode Precedence Diagrams Dengan
Penambahan Tenaga Kerja dan Shift Kerja Di Sulawesi Tengah dengan
menggunakan metode yang sama yaitu Precedence Diagrams Method.
Perbedaanya adalah studi kasus pada penelitan yang dilakukan Totok
Rudianto., (2003) yaitu pembangunan Sarana Kehidupan Beragama Di
Propinsi Riau. Sementara studi kasus didalam penulisan ini pekerjaan
konstruksi Jalan.
2. Pada Penelitian yang dilakukan Wahyuningrum., (2005) membahas dan
menganalisa tentang Analisis Network Planning untuk mengoptimalkan
biaya langsung proyek dengan menggunakan Precedence Diagram
Method (PDM). Membahas tentang Network Planing biaya optimal tenaga
kerja dengan menggunakan Metode (PDM). Sedangkan penulis mencoba
melakukan penelitian berjudul Analisa Percepatan Proyek Menggunakan
Metode Precedence Diagrams Dengan Penambahan Tenaga Kerja dan
Shift Kerja Di Sulawesi Tengah menganalisa percepatan proyek
penambahan tenaga kerja dengan menggunakan Metode PDM di Sulawesi
tengah pada pekerjaan konstruksi jalan.
3. Pada Penelitian yang dilakukan Andi Rachmat Bactiar., (2007) membahas
dan menganalisa tentang Aplikasi Jaringan Untuk Menentukan Waktu
Guna Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Metode
PDM. Membahas tentang aplikasi jaringan untuk menentukan waktu
29

proyek menggunakan metode PDM. Sedangkan Penulis mencoba


melakukan penelitian berjudul Analisa Percepatan Proyek Menggunakan
Metode Precedence Diagrams Dengan Penambahan Tenaga Kerja dan
Shift Kerja Di Sulawesi Tengah menganalisa percepatan proyek
penambahan tenaga kerja dengan menggunakan Metode PDM di Sulawesi
tengah pada pekerjaan konstruksi jalan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, serta Objek penelitian yang
akan ditinjau adalah perkiraan/estimasi biaya pada paket-paket pekerjaan
pembangunan jalan di Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah.

III.2 Sumber Data


Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data Schedule Bar Chart dan S Curva.
2. Data RAB.
3. Jumlah Tenaga Kerja.
4. Upah harian tenaga kerja.

III.3 Metode Pengumpulan Data


Pengambilan data di ambil langsung dari proyek pekerjaan konstruksi jalan
yang ada di Sulawesi Tengah.

III.4 Metode Analisis Data


Dari data-data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis data
sebagai berikut:
1. Membuat network diagram dengan metode PDM.
2. Melakukan Crash programme pada pekerjaan-pekerjaan yang kritis.
30

III.5 Tahapan Penelitian


1. Pengumpulan data berupa data schedule Bar Chart dan S Curve, data
RAB, jumlah tenaga kerja dan upah harian tenaga kerja.
2. Setelah semua data diperoleh kemudian data schedule Bar Chart dan S
Curve diolah menjadi sebuah jaringan kerja dalam bentuk PDM
(Precedence Diagram Method) dengan waktu normal.
3. Setelah PDM diperoleh kemudian dilakukan Crash biaya dan waktu.
4. Crash dilakukan dengan 2 tahap yaitu Crash penambahan tenaga kerja dan
Crash Shift Kerja
5. Setelah melakukan ketiga crash tersebut, kemudian membandingkan di
antara ketiga crash yang mana paling optimal.
31

III.6 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Penelitian Pendahuluan dan studi pustaka


(Pemahaman Konsep Jaringan Kerja)

Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data berupa:


1.Data Schedule Bar Chart dan S Curva.
2.Data RAB.
3.Jumlah Tenaga Kerja.
4.Upah harian tenaga kerja.

Membuat jaringan kerja dengan


metode PDM

Percepatan durasi proyek dengan metode


Predence Diagrams Method :
2.Penambahan Tenaga Kerja
3.Shit Kerja
32

Crash yang optimal

Kesimpulan dan Saran

Selesai PUSTAKA
DAFTAR
Rudianto, T. (2004). Pengendalian Waktu dan Biaya pada Proyek
Sarana Kehidupan Beragama Provinsi Riau Tahun Anggaran
2003 dengan metode PDM. Tugas Akhir.
Soeharto, Iman. (1995). Manajemen Proyek Dari Konseptual
sampai Operasional. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Wahyuningrum. (2005). Analisis Network Planning Untuk
Mengoptimalkan Biaya Langsung Proyek dengan
Menggunakan PDM. Tugas Akhir.
Nurhayati. (2010). Manajemen Proyek. Graha Ilmu.
Backtiar, a.R. (2007). Aplikasi Jaringan Untuk Menentukan Waktu
Proyek Guna Pengendalian Biaya Tenaga Kerja. Tugas Akhir.
Faisol, A. (2013). PDM. Rekayasa Perencanaan dan Pengendalian
Proyek.
https://jurnal.uns.ac.id/matriks/article/view/36876/24102
33

Anda mungkin juga menyukai