Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

PENGENDALIAN PROYEK
MATA KULIAH :

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK


(TSP 441 : 2 SKS)

Dosen Pengajar :

AHMAD RIDUAN, ST, MT

Di kerjakan Oleh :

Nama : Sheilla Saidina Ba’sar


NPM : 21 22201 0014
NON REGULER
TEKNIK SIPIL

YAYASAN PENDIDIKAN HAJI MUHAMMAD ROESLI


KALIMANTAN SELATAN
UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manajemen proyek itu suatu disiplin ilmu pada era tahun 1950-an,
Amerika bangsa yang pertama kali menggunakan ilmu manajemen proyek.
Henry Gantt dapat dikatakan bapak dari ilmu manajemen proyek, dan
namanya pun menjadi metode yang digunakan, bernama “Gantt Chart”. Perlu
diingat bahwa mempelajari Manajemen Proyek itu tidak terlalu sulit, karena
didalamnya terdapat hal-hal yang terbiasa dilakukan oleh manusia, hanya
ditambahkan sedikit logika dan aturan yang khusus. Sedangkan Proyek itu
usaha yang harus dilakukan dari awal hingga akhir pada suatu kejadian, yang
mempunyai batasan waktu – anggaran – sumber daya yang dibutuhi oleh
pelanggan.
Meski pada akhir tujuan dari adanya proyek adalah untuk memuaskan
pelanggan.“Maksudnya begini ketika ada suatu perusahaan besar maupun
kecil me manajemen proyek, yang terpenting adalah waktu yang tepat dalam
membuat dan memustuskan prediksi, serta penggunaan sumber daya dan
laporan dalam penyampaian produk atas hasil dari proyek yang dijalankan.”
Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa itu adalah “proyek”? Diperlukan
beberapa ciri-ciri/karakteristik dari proyek, yaitu : ada sasaran/tujuan,
memiliki rentang waktu/deadline, waktu biaya dan syarat kerja yang lengkap,
berurutan dari a hingga z, terkadang merupakan sesuatu event/kejadian yang
sebelumnya belum pernah dilakukan.
Sebagai mahasiswa sistem informasi kita dituntut untuk memahami
bagaimana manajemen proyek sistem informasi itu agar ilmu ini bisa di
implementasikan dalam kehidupan nyata.
Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang manajemen proyek sistem
informasi maka selanjutnya akan dibahas lebih mendetail mulai dari
pengertian hingga metodologi umum pelaksanaan proyek sistem informasi.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian proyek ?
2. Apa sajakah macam-macam proyek ?
3. Bagaimanakah tata urutan perencanaan proyek ?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian- pengertian manajemen,
proyek dan manajemen proyek
2. Mengetahui kebijakan dan perencanaan proyek

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Proyek


Proyek adalah sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar
permintaan dari seorang pebisnis atau pemilik pekerjaan yang ingin mencapai
suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan
keinginan dari pada pebisnis atau pemilik proyek dan spesifikasi yang ada.

Pengertian manajemen proyek menurut para ahli :


 Pengertian manajemen proyek menurut H. Kerzner : Manajemen proyek
adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka
pendek yang telah ditentukan.
 Pengertian manajemen proyek menurut Hughes dan Cotteral (2002;8-9)
manajemen proyek adalah suatu cara untuk menyelesaikan masalah yang
harus dipaparkan oleh user, kebutuhan user harus terlihat jelas dan harus
terjadi komunikasi yang baik agar kebutuhan user bisa diketahui.
 Pengertian manajemen proyek menurut PMBOK (Project Management
Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso (2009:3) manajemen
proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), ktrampilan (skills), alat
(tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.
 Pengertian manajemen proyek menurut Schawalbe (2004;8) manajemen
proyek merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan, skill, tools, dan teknik
untuk aktifitas suatu proyek dengan maksud memenuhi atau melampaui
kebutuhan stakeholder dan harapan dari sebuah proyek.
 Pengertian manajemen proyek menurut Wulfram I. Ervianto (2003:19)
Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) samapi

4
selesainya proyek untuk menjamin biaya proyek dilaksanakan tepat waktu,
tepat biaya, dan tepat mutu.
 Pengertian manajemen proyek menurut Chase, Aquilano, Jacobs (2001;58)
Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengarahan,
dan pengaturan sumber daya (manusia, peralatan, bahan baku) untuk
mempertemukan bagian teknik, biaya dan waktu suatu proyek.

Manajemen proyek merupakan suatu usaha merencanakan, mengorganisasi,


mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi sumber daya organisasi yang
dimiliki perusahaan sehingga mencapai sasaran dan tujuan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.

2.2 Macam-macam Proyek


Dilihat dari komponen kegiatannya, proyek dapat dibedakan menjadi :

1. Proyek Engineering-Konstruksi

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan,
desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. Proyek seperti ini contohnya
pembangunan gedung, jembatan, jalan raya, fasilitas industri dan lain-lain.

2. Proyek Engineering-Manufaktur

Proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Jadi


produk tersebut adalah hasil usaha kegiatan proyek. Kegiatan utamanya
meliputi desain engineering, pengembangan produk (product development),
manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.
Contohnya seperti pembuatan generator listrik, mesin pabrik, kendaraan. Bila
kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang, rutin dan menghasilkan
produk yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan ini tidak lagi
diklasifikasikan sebagai proyek.

5
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Proyek ini bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka


menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar proses akhir, proyek ini
seringkali menempuh proses yang berubah-ubah, demikian pula dengan
lingkup kerjanya. Proyek ini dapat berupa proyek yang meningkatkan dan
memperbaiki mutu produk. Contoh : Proyek membuat robot yang difungsikan
untuk membantu pekerjaan rumah tangga, penelitian mengenai ditemukannya
bibit unggul dari suatu tanaman.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah.


Proyek ini bisa berupa : perusahaan merancang reorganisasi, ,perancangan
struktur organisasi, merancang sistem informasi manajemen, meliputi
perangkat lunak ataupun perangkat keras, merancang program efisiensi dan
penghematan, serta melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambil
alihan.

5. Proyek kapital

Kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini biasanya digunakan oleh sebuah
badan usaha atau pemerintah. Proyek ini biasanya berupa pengeluaran biaya
untuk pembebasan tanah, pembelian materiil, pembelian peralatan,
pemasangan fasilitas, desain mesin dan konstruksi guna pembangunan
instalasi pabrik/gedung baru.

Pada kenyataan yang sesungguhnya tidak mudah memilah-milah macam


proyek berdasarkan criteria diatas karena seringkali satu proyek mengandung
macam-macam komponen kegiatan dengan bobot(harga, atau jam, orang)
yang tidak jauh berbeda. Sebagai contoh, proyek instalasi pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU). Dari segi pembangunannya dapat digolongkan sebagai
proyek engineering-konstruksi. Namun bila dilihat komponen utamanya
seperti ketel uap, generator listrik, turbin uap, dan peralatan lainnya yang

6
semuanya melibatkan engineering-manufaktur, maka secara keseluruhan
kegiatan manufaktur akan memiliki bobot(biaya) tidak jauh berbeda dari
kegiatan konstruksi, bahkan mungkin lebih. Atas dasar itulah pengelompokan
seperti diatas tidak boleh diartikan secara sempit karena memang tidak
terdapat batas yang jelas, tetapi hendaknya dilihat dari komponen kegiatan
yang diperkkirakan memiliki bobot terbesar.

2.3 Tata Urutan Perencanaan Proyek

Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang


mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala
program teknis dan administratif agar dapat di implementasikan.

Filosofi Perencanaan :
1. Aman : keselamatan terjamin
2. Efektif : produk perencanaan berfungsi sesuai yang diharapkan
3. Efisien : produk yang dihasilkan hemat biaya
4. Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan

Tujuan perencanaan proyek :


1. Mempermudah perumusan permasalahan proyek
2. Menentukan metode atau cara yang sesuai
3. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir
4. Mendapatkan hasil yang optimum

Manfaat Perencanaan tersebut bagi proyek yaitu :


1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan
2. Mengetahui kegiatan yang perlu menjadi perhatian (kegiatan kritis)
3. mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus
menyelesaikanya.

7
Setelah kontrak proyek ditandatangani, maka perusahaan harus memberi
wewenang untuk melakukan perencanaan sebagai berikut :

1. Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan‐kebutuhannya. Dalam hal ini


perlu ditentukan hasil akhir proyek, waktu, biaya dan
performansi (cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu
tertentu.) yang ditargetkan.

2. Pekerjaan‐pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan


proyek harus diuraikan dan didaftar.

3. Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen‐departemen


yang ada, subkontraktor yang diperlukan dan manajer manajer yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang ada.

4. Jadwal untuk setiap aktifitas pekerjaan dibuat yang memperlihatkan


waktu tiap aktifitas dan batas selesai.

5. Ramalan mengenai waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek.

Alat-alat perencanaan :
1. Work breakdown structure (WBS) untuk menentukan pekerjaan-
pekerjaan yang ada dalam proyek
2. Matriks tanggung jawab untuk menentukan organisasi proyek ,
orang-orang kunci dan tanggung jawabnya.
3. Gantt charts untuk mennunjukkan jadwal induk proyek, dan
jadwal pekerjaan secara detail

8
4. Jaringan kerja (network) untuk memperlihatkan urutan pekerjaan,
kapan dimulai, kapan selesai, kapan proyek secara keseluruhan akan
selesai.

Organisasi dan Penyusunan Tim Proyek

Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur unsure-


unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,
material, dana, dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk
mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.

Proses mengorganisir proyek mengikuti urutan berikut :


a. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan
b. Mengelompokkan pekerjaan
c. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan
d. Mengetahui wewenang, dan tanggung jawab serta melakukan pekerjaan
e. Menyusun mekanisme koordinasi

Agar proses diatas berlangsung dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam
bentuk struktur organisasi. Struktur ini akan menggambarkan hubungan
formal, bentuk bentuk struktur formal yang terkenal adalah fungsional,
produk, area dan matriks

a. Organisasi fungsional
Dalam organisasi proyek fungsional, susunan organisasi proyek dibentuk dari
fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Mereka yang mengerjakan
pekerjaan sejenis dikelompokkan dalam satu unit yang dinamakan bidang atau
departemen. Dengan maksud yang sama bidang dipecah lagi menjadi subunit
yang lebih kecil.

9
Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam organisasi proyek ini antara
lain memudahkan pengawasan dan kepenyeliaan karena personil melapor
hanya pada 1 atasan, adanya potensi meningkatkan keterampilan dan keahlian
individu serta kelompok untuk menjadi spesialis pada bidangnya, konsentrasi
perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang bersangkutan,
penggunaan sumberdaya yang semakin efisien sebagai akibat pekerjaan yang
sejenis dan berulang-ulang, memudahkan pengendalian kinerja personil serta
biaya jadwal dan mutu produk.

Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemui dalam organisasi proyek


fungsional antara lain cenderung memprioritaskan kinerja dan keluaran
(output) masing-maisng bidang. Hal ini dapat mengurangi perhatian tujuan
perusahaan secara menyeluruh, sulit mengkoordinasi dan mengintegrasikan
pekerjaan yang multidisiplin dan melibatkan banyak pihak di luar organisasi
dan kurangnya jalur komunikasi horizontal.

TATA URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

UNTUK LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH (DAN SWASTA)

Suatu pekerjaan memiliki standar acuan tersendiri sesuai dengan


Dokumen Rencana Kerja (RKS) atau Dokumen Lelang/Tender. Di dalam
dokumen tersebut, telah dimuat hal-hal yang terkait dengan suatu pekerjaan
sebelum, sedang, dan setelah dilaksanakan. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas
tentang dokumen tender. Namun akan membahas pelaksanaan pekerjaan di
lapangan setelah Pemenang Tender menandatangani SPK dan Pengajuan Uang
Muka (jika ada). Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara umum adalah:

1. Rapat PraKonstruksi (RPK)

Rapat yang diusulkan oleh salah satu dari para Pihak yang terdapat di dalam
Kontrak suatu Pekerjaan. Rapat ini bisa diusulkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau bisa juga diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana Pekerjaan.

10
Rapat ini dihadiri oleh semua pihak yang terkait pekerjaan: PPK beserta Direksi
Pekerjaan, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas.

Hal-hal yang dibahas di dalam RPK adalah antara lain: 1) Pengukuran


Ulang (Uitzet), 2) Pembuatan Laporan Pekerjaan, 3) Tata Cara Opnam, 4)
Prosedur Penagihan Prestasi Pekerjaan, 5) Serah Terima Pekerjaan, dan lain-lain.
Di bawah ini akan disinggung masing-masing secara singkat dan sederhana.

2. Pengukuran Ulang Lapangan (Uitzet)

Pengukuran Ulang Lapangan di awal suatu pekerjaan untuk memastikan


berapa besar perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan dari perencanaan yang
ada. Suatu perencanaan masih mengandung galat. Pelaksana Pekerjaan, Direksi
Lapangan, dan Konsultan Pengawas harus memastikan lagi legalitas kepastian
pekerjaan. Pengukuran ulang ini menghasilkan Laporan MC-0 yang dilampiri
Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Kurva S, Foto Pekerjaan 0%, dan Lampiran-
lampiran yang diperlukan. Semua dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran
Ulang ini wajib disetujui oleh para pihak.

Besarnya perubahan yang ditemukan dibuatkan Dokumen Perubahan.


Dokumen perubahan bisa berbentuk Dokumen Tambah Kurang (Change Contract
Order) atau Dokumen Tambahan (Addendum). Hal ini tergantung mazab yang
digunakan di suatu satuan kerja. Selain itu, terkadang Dokumen Perubahan ini
bisa berbentuk serial sepanjang pekerjaan dilaksanakan, sehingga tim yang
diusulkan dalam Dokumen Perubahan ini pun disesuaikan dengan tingkat
perubahan yang dialami. Semakin berat tingkat perubahan, maka Tim yang
diusulkan (dibentuk) semakin lengkap dan lintas sektoral. Jika perubahan hanya
kecil, maka Tim yang dibentuk cukup sesuai dengan yang ada di Dokumen
Kontrak. Jika perubahan yang ditemukan besar bahkan berpengaruh terhadap
pasal-pasal dalam Kontrak, maka harus melibatkan Bidang Hukum, Perencanaan,
dan lain-lain. Selain itu, dokumen perubahan yang besar, diperlukan Justifikasi
Teknis dan Tim Negosiasi Harga. Dokumen Perubahan tidak akan dibahas pada

11
kesempatan ini, karena terdapat berbagai pendapat tentang dokumen perubahan
(tambah-kurang) sesuai jenis kontrak, tingkat perubahan, dan kepentingan
pekerjaan.

3. Pembuatan Laporan Pekerjaan:

Dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang dipakai

No Uraian Bobot Prestasi Pekerjaan* Harga Jumlah Bobot Hari ini Sisa
(%) (%) Bobot
Hari Hari s.d.
(%)
Lalu Ini Hari
ini

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6x7 9=8/∑Px100** 10=9-


3

∑8 ∑9 ∑10

sebagai Acuan dalam pembuatan Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva
S:

a. Laporan Harian

Laporan yang dibuat dari data prestasi pekerjaan harian yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana. Laporan ini memuat sekurang-kurangnya:
1) Identitas Pekerjaan
2) Hari ke…. Minggu ke… dan Bulan ke….

12
3) Isi Laporan Harian:
a) Laporan Utama
b) Daftar Tenaga Kerja yang terlibat.
c) Daftar Peralatan yang digunakan.
d) Cuaca.
e) Alasan Percepatan/Kelambatan Pekerjaan.
4) Laporan Utama:
a) Acuan RAB Uitzet
b) Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
c) Bobot Prestasi Pekerjaan Hari Lalu, Hari Ini, dan Total Bobot Prestasi
d) Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Capaian Bobot Prestasi Pekerjaan
sampai dengan Hari ini.

e) Format Laporan Harian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:

* Prestasi Pekerjaan didapat dari input lapangan, **∑P = Total Nilai Paket
Pekerjaan

f) Para pihak yang bertanda tangan di dalam laporan harian: Petugas Lapangan
dari masing-masing Kontraktor Pelaksana, Petugas Lapangan yang ditunjuk oleh
PPK (PPTK), dan Petugas Lapangan Konsultan Pengawas (bila ada).

b. Laporan Mingguan

Laporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1 (satu) minggu.


Hal-hal yang dimuat dalam Laporan Mingguan antara lain:

1) Identitas Pekerjaan

2) Minggu ke…. Bulan ke…

3) Laporan Utama:

a) Acuan Laporan Harian 7 hari dalam minggu yang bersangkutan.

b) Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.

13
c) Bobot Prestasi Pekerjaan Minggu Lalu, Minggu Ini, dan Total Bobot Prestasi

d) Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi


Pekerjaan sampai dengan Minggu ini.

e) Format Laporan Mingguan dapat dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Bobot Prestasi Pekerjaan* Harga Jumlah Bobot Minggu Sisa


(%) ini (%) Bobot
Minggu Minggu s.d.
(%)
Lalu Ini Minggu
ini

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6x7 9=8/∑Px100** 10=9-


3

∑8 ∑9 ∑10

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Hari ke-7 tiap Minggu, **∑P = Total Nilai
Paket Pekerjaan

c. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan Mingguan. Hal-hal yang dimuat


dalam Laporan Bulanan adalah antara lain:

1) Identitas Pekerjaan

2) Minggu ke….

14
3) Laporan Utama:

a) Acuan Laporan Mingguan (4 Minggu) dalam bulan yang bersangkutan.

b) Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.

c) Bobot Prestasi Pekerjaan Bulan Lalu, Bulan Ini, dan Total Bobot Prestasi

d) Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi


Pekerjaan sampai dengan Bulan ini.

Format Laporan Bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Bobot Prestasi Pekerjaan* Harga Jumlah Bobot Bulan Sisa


(%) ini (%) Bobot
Bulan Bulan s.d.
(%)
Lalu Ini Bulan
ini

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6x7 9=8/∑Px100** 10=9-


3

∑8 ∑9 ∑10

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Minggu tiap Bulan, **∑P = Total Nilai Paket
Pekerjaan

15
d. Kurva S

Jadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang
paling umum digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang
dimuat dalam Kurva S adalah antara lain: Identitas Pekerjaan, Para Pihak yang
bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Kepala Dinas, PPK (PPTK), Konsultan
Supervisi (Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana.

No Kode Uraian Bo Prestasi Pekerjaan* Ket.


Pekerjaa bot (%)
M1 M2 M3 M4 Mn
n (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 n

1 6=4/2 100

5=4/2

2 6=4/3 7=4/3 8=4/3

3 7=4 50

4 7=4/2 8=4/2

16
n 8=4/2 n=4/2 0

Rencana 100 ∑M1 ∑M2 ∑M3 ∑M4 ∑Mn


Prestasi %
Pekerjaa
n

Akumul ∑M1 ∑(M1 ∑(M1 ∑(M1 ∑(M1


asi +M2) +M2+ +M2+ +M2
Renc. M3) M3+M +M3
Prestasi 4) +M4
Pek. +Mn)

Realisasi Input Input Input Input Input


Prestasi
Pekerjaa
n**

Deviasi

*Dibagi sesuai dengan kebutuhan waktu yang tersedia, **Input diambil dari
Laporan Mingguan, Minggu terakhir.

Kurva S dipakai untuk melihat progress pekerjaan harian, mingguan, dan


bulan. Dengan melihat deviasinya, dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat atau
mendahului dari target. Target yang dimaksud adalah jadual sesuai dengan kurva
Rencana Prestasi Pekerjaan. Direksi pekerjaan, konsultan supervisi, dan
kontraktor pelaksana dapat mengetahui sejak dini tentang prestasi pekerjaan agar
dapat dikoordinasikan dengan para pihak untuk mencegah masalah-masalah.

Ciri suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva


realisasi prestasi pekerjaan berada di bawah garis rencana. Sebaliknya, suatu
pekerjaan mendahului (lebih cepat), apabila garis realisasi berada di atas kurva S
rencana. Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan biasanya < -10%. Kalau

17
keterlambatan (deviasi) sudah mencapai -10%, konsultan supervisi dan PPK
sudah member surat peringatan kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.

4. Opname Pekerjaan (Pemeriksaan Pekerjaan di Lapangan):

a. Kuantitatif

Opnam kuantitatif adalah opnam volume yang dikerjakan di lapangan


(realisasi). Hal-hal yang diperlukan dalam opnam kuantitatif adalah: Dokumen
Kontrak, Dokumen Perubahan, RAB Awal, RAB Perubahan, Gambar Rencana,
Gambar Perubahan, dan Gambar As Built Drawing. Namun yang utama dalam
opnam kuantitatif adalah bahwa volume harus sesuai dengan RAB terakhir yang
telah disepakati. Bila kontrak unit price, maka harga akan menjadi acuan utama.
Harga tidak boleh berubah walaupun volume terjadi perubahan. Tapi bila kontrak
lunsum, maka volume akan menjadi acuan dan tidak boleh berubah.

b. Kualitatif

Opnam kualitatif adalah pemeriksaan mutu (kualitas) suatu pekerjaan. Hal-hal


yang diperlukan dalam opnam kualitatif adalah antara lain: Dokumen Kontrak,
Dokumen Perubahan, Spesifikasi Teknis, Rencana Mutu Kontrak, Sertifikasi-
sertifikasi yang Dipakai sebagai Standarisasi, Uji Laboratorium, Uji (test)
Lapangan, Mutu Pekerjaan di lapangan, Estetika, dan hal-hal yang terkait dengan
kualitas pekerjaan.

c. Pembenahan (Revisi)

Hal-hal yang ditemukan baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas


pekerjaan, dituangkan dalam Dokumen Pembenahan (Revisi). Dokumen
Pembenahan harus dikerjakan sesuai kesepakatan para pihak, karena hal ini terkait
dengan Pengakuan suatu pekerjaan. Bila pekerjaan belum tuntas direvisi, maka
akan berpengaruh terhadap penagihan pekerjaan.

d. Pengakuan pasca Pembenahan

18
Apabila pekerjaan sudah sesuai dengan kuantitas dan kualitas maka
laporan-laporan harian, mingguan, bulanan, dan dokumen-dokumen, perlu
disetujui oleh para pihak sesuai tingkatan jabatan di pekerjaan, yang dituangkan
dalam tanda tangan dan stempel instansi. Hal ini akan dipakai untuk proses
penagihan.

5. Penagihan Prestasi Pekerjaan:

Penagihan mengacu pada dokumen kontrak apakah menggunakan Termjn


atau Monthly Certificate (MC). Dalam tulisan ini, tidak dibahas tentang kedua hal
ini, namun yang akan dibahas adalah pembuatan laporan prestasi pekerjaan:

a. Penagihan 0% (biasa disebut MC-0 atau Termjn 0)

Diajukan setelah atau berbarengan ketika Kontraktor Mengajukan Uang


Muka sebagai lampirannya. Bentuk laporan harian, mingguan, bulanan, dan
Kurva S telah dibahas pada awal tulisan ini. Dokumen lain biasanya diikutkan
dalam MC-0/Termjn 0 ini adalah Foto Proyek 0, gambar rencana kerja (setelah
perubahan) dan Rencana Mutu Kontrak (Metodologi Pekerjaan).

b. Penagihan 50% (biasa disebut MC-50 atau Termjn 50)

Penagihan 50% ini dilakukan ketika prestasi pekerjaan di lapangan harus


sudah mencapai minimal 60%. Syarat-syarat yang diperlukan dalam tagihan 50%
ini adalah Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S harus menunjukkan
lebih besar dari 50% (minimal 60%). Lampiran-lampirannya adalah Foto Proyek
50%, As Built Drawing 50%, Dokumen Perubahan, dan Dokumen-dokumen lain
yang dibutuhkan. Tagihan yang dibayarkan dikurangi DP yang telah diminta oleh
Kontraktor Pelaksana.

c. Penagihan 100% (biasa disebut MC-100 atau Termjin 100)

Tagihan 100% dilakukan ketika pekerjaan di lapangan telah mencapai


prestasi 100%. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi oleh Kontraktor Pelaksana
adalah antara lain Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S 100%.

19
d. Dokumen-dokumen lampiran untuk Penagihan:

1) Foto Proyek

2) Gambar Kerja

3) As Bulit Drawing

4) Spesifikasi

5) Sertifikasi Acuan

6) Uji Laboratorium

7) Uji Lapangan

8) Dokumen Perubahan (CCO/Addendum)

9) Dokumen Mutu Kontrak

10) Dokumen-dokumen lain yang terkait

6. Komunikasi antar Pihak di Lapangan

Komunikasi antar Pihak di lapangan sangat diperlukan untuk menjaga


koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antar pihak. Hal ini semata-mata untuk
mengendalikan suatu pekerjaan agar tepat waktu, tepat kuantitas, tepat kualitas,
dan tepat anggaran. Kompleksitas komunikasi disesuaikan dengan tingkat besaran
pekerjaan (kualifikasi pekerjaan). Namun ada dua alat yang biasa diperlukan
dalam komunikasi, yaitu: Direksi Kits dan Alat Komunikasi (Radio HT, HP,
LAN, dan Online).

Direksi Kits merupakan bukti otentik yang berupa catatan-catatan para


pihak terhadap penyelesaian (proses) pekerjaan. Variasi direksi kits, disesuaikan
dengan kualifikasi pekerjaan. Catatan-catatan yang dituangkan dalam buku direksi
misalnya digunakan sebagai catatan resmi yang harus ditindaklanjuti oleh para
pihak.

20
7. Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO)

Serah terima pekerjaan awal (PHO) adalah serah terima yang dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana ketika sudah selesai mengerjakan 100%. Syarat-syarat
yang harus dilakukan adalah Kontraktor Pelaksana mengajukan surat permohonan
pemeriksaan pekerjaan 100% yang sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
PPTK (Pejabat Teknis yang ditunjuk oleh PPK) kepada PPK. PPK akan membuat
surat balasan untuk memeriksa pekerjaan baik di lapangan maupun administrasi
(dokumen-dokumen) pendukungnya dengan membentuk Tim Pemeriksa
tambahan atau cukup dengan petugas-petugas yang sudah ada. Setelah pekerjaan
diperiksa, PPK membuat surat hasil pemeriksaan pekerjaan yang biasa dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Awal
(PHO). Setelah semuanya terpenuhi, Kontraktor Pelaksana menagihkan pekerjaan
95%, sisanya 5% ditagihkan setelah masa pemeliharaan selesai atau ditagihkan
dengan mengganti jaminan pemeliharaan.

8. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah tahap di mana Kontraktor Pelaksana melaksanakan


pemeliharaan terhadap hasil pekerjaan selama waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Kontrak. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan
harus sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas selama waktu
pemeliharaan khususnya, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan
memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan.

9. Serah Terima Pekerjaan Akhir (FHO)

Tahapan serah terima pekerjaan akhir (FHO) hampir sama dengan PHO,
dimulai dari surat serah terima pemeriksaan pekerjaan dari Kontraktor Pelaksana
kepada PPK. Lampiran-lampiran yang diserahkan antara lain berupa catatan-
catatan, analisis, uji lapangan, dan laboratorium paska pemeliharaan, dan prediksi
hasil pekerjaan terhadap umur rencana. Setelah diperiksa oleh para pihak, PPK

21
membuat Berita Acara Serah Terima Akhir (FHO) guna mengambil Uang Retensi
5%.

KONSEP PERENCANAAN TAHAPAN PELAKSANAAN

Pada masa pelaksanaan proyek,biasanya data-data yang terkumpul sudah cukup


lengkap dari berbagai aspek yang dipandang perlu, sehingga langkah-langkah
penentuan kebijakan pelaksanaan dan penyusunan rencana kerja yang lebih detail
sudah dapat dilakukan. Kegiatan pada tahapan ini biasanya dilakukan oleh
kontraktor yang dipilih memalui lelang/tender atau dapat berupa penunjukan
langsung.

Langsung-langkah perencanaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Melakukan kajian terhadap gambar rencana dan spesifikasi teknis proyek


yang ada , agar bila tidak sesuai dengan kondisi pelaksanaan dapat
disempurnakan dengan melakukan konfirmasi ke konsultan perencana.
2. Melakukan perhitungan yang teliti terhadap volume pekerjaan, kebutuhan
material, peralatan serta tenaga kerja yang digunakan.
3. Menyusun anggaran biaya pelaksanaan yang rici yang disesuaikan dengan
alokasi umber daya yang dibutuhkan dan dana yang tersedia.
4. Memilih jenis teknologi dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan.
5. Perumusan kegiatan dengan jadwal yang akurat dan terpadu
6. Selain di atas termasuk pula melakukan persiapan aspek administratif,
pegadaan serta pengorganisasian pihak-pihak yang terlibat, penyusunan
program kerja. Perencanaan pengelolaan risiko, perencana Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta perencanaan sistem informasi manajemen.

Dalam hubungannya dengan pengendalian, perencanaan yang baik tidak akan


berguna bila tidak digunakan secara efektif padaproses pengendalian dan tanpa

22
adanya perencanaan, pengendalian tidak dapat dilaksanakan. Setelah konsep
perencanaannya tersusun dengan baik, dilakukan persiapan-persiapan pelaksanaan
selama durasi proyek
Ponsel/SDM proyek diarahkan pimpinan proyek untuk pencapaian sasaran
proywk, dengan melakukan pengawasan, pemeriksaan, evaluasi serta tindakan
koreksi bila ada penyimpangan serta melakukan koordinasi lintas wewnng untuk
mengarahkan hierarki SDM di bawahnya berdasarkan pejabaran kerja yang telah
disepakati. Selama masa pelaksanaan proyek, semua sumber daya seperti biaya,
material, peralatan, serta tenaga kerja dikerahkan dalam pencapaian kinerja yang
maksimal demi kepuasan pelanggan serta keuntungan perusahaan.

PERENCANAAN TENAGA KERJA


Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan proyek,
harus memiliki kualifikasi, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan
kebutihan untuk mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan SDM dalam
suatu proyek mempertimbangkan juga perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek,
baik secara kualitas maupun kuantitas.
Proyek yang secara geografis berbeda biasanya membutuhkan pengelolaan dan
ketersediaan tenaga kerja yang juga berbeda. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan tenaga kerja adalah :

 Produktivitas tenaga kerja

 Jumlah tenaga kerja pada periode yag paling maksimal

 Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap

 Biaya yang dimiliki dan Jenis pekerjaan

Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam


menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan
waktu, jam atau hari.Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah
tenaga kerja beserta upah yang harus dibayarkan.

23
Contoh : Kempampuan kelompok pekerja untuk menyelasaikan suatu pekerjaan
dinding bata dengan produktivitas = 4 m²/hari. Volume pekerjaan dinding bata =
100 m². Tenaga kerja terdiri 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 1 orang
mandor, 1 tukang dan 1 pekerja.
 Durasi kegiatan pekerjaan dinding bata= Volume/Produktivitas = 100 m²/4
m²/hari = 35 hari ( kelompok tenaga kerja ) dan = 12.5 hari~13 hari ( bila
digunakan 2 kelompok tenaga kerja)
 Jumlah oranghari untuk 2 kelompok tenaga kerja (mandor, tukang dan
pekerja) = 2x3 org x 13 hari = 78 orang/hari
 Untuk 2 orang mandor, 2 orang tukang, 2 orang pekerja masing-masing
dibutuhkan selama = 78/6 = 13 orang/hari
 Biaya upah 2 mandor harus dikeluarkan dengan satuan upah, Rp.
60.000/hari dengan pengawasan pekerjaan 0.83 % perhari dan volume
100m², adalah = 2x13x0.0083 x Rp. 60.000 =Rp 12.948
 Biaya upah 2 tukang harus dikeluarkan dengan satuan upah, Rp
55.000/hari dengan melakukan pekerjaan 31.2% perhari dan volume
100m², adalah = 2x13 x 0.312 x Rp. 55000 = Rp 446.160
 Biaya upah 2 pekerja harus dikeluarkan dengan satuan upah, Rp
50.000/hari dengan melakukan pekerjaan pekerjaaan 31.2% perhari dan
volume 100m², adalah = 2x13 x 0.312 x Rp. 50000 = Rp 405.600

PERENCANAAN MUTU
Dalam upaya mencapai kesepahaman di antara konsumen dan produsen tentang
mutu produk dan pelayanannya, maka diperlukan standar yang mengatur
spesifikasi dan krieria dari produk dan jasa yang dihasilakn oleh produsen.
Beberapa negara telah mengeluarkan standar mutu, yang dibuat karena ada
tuntutan pasar terhadap mutu produk dan jasa yang dibeli konsumen, Beberapa di
antara mereka adalah Jerman [DIN (Deutsches Institut fiir Normung)] Jepang [JIS
Japan Industrial Standard)] Inggris [BSI (British Standards Institute), dan
Amerika [ANSI (American National Standards Institute)]. Di indonesia standar

24
mutu tersebut dinamakan SNI (Standar Nasional Indonesia). Dunia internasional
jug telah mengenal standar sistem mutu dan telah banyak dipakai di berbagai
negara, yaitu ISO 9000 (Internasional Organization for Standar~dization) yang
pertama kali diluncurkan pada tahun 1987 dan berkantor pusat di Swiss.

Menurut ISO 8402, Mutu didefinisikan sebagai berikut :


Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang memenuhi
kebutuhan pelanggan atau pemakai.

Sebagai salah satu tolok ukur dari sasaran dan tujuan proyek, persyaratan mutu
biasanya ditetapkan dlam suatu spesifikasi dan kriteria dari suatu perencanaan.
Perencanaan mutu dibuat agar produk akhir yang nantinya diperoleh sesuai
dengan tuntutan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, kita harus
mengidentifikasi persyaratan produk dan menentukan arah tindakan yang
menjamin terpenuhinya persyaratan dengan menyusun program penjaminan mutu
(quality assurance) dan pengendalian mutu (quality control).

Beberapa kontraktor proyek konstruksi di indonesia telah menggunakan standar


sistem mutu ISO 9000:2000 dalam usaha memenuhi tuntutan pemilik proyek yang
makin kritis dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik dari produk dan jasa
pelayanan kontraktor.

PERENCANAAN SISTEM MUTU

Perencanaan sistem mutu ISO 9000:2000 proyek merupaka implementasi


persyaratan 19 elemen dari ISO 9000:2000 agar dapat menjamin semua
persyaratan produk dapat dicapai, dengan lingkup sebagai berikut :

1. Rencana Mutu Proyek


Proses pemenuhan persyaratan yang berlaku dalam standar sistem ISO
9000:2000 terdiri atas bagian bagian berikut ini.

25
 Ruang Lingkup , terdiri atas dokumen yang berhubungan dengan sistem
mutu, otorisasi kontrak dan kondisi-kondisi mutu, diskripsi proyek,
organisasi proyek dan Persetujuan.
 Rancangan perencanaanmutu, terdisi atas kebijakan komponen
kempampuan produksi, Avaibility, reliability dan maintainability (ARM),
persetujuan desain, penerimaan pelanggan, keamanan, konfigurasi
manajemen, pengadaan, rencama penguji seta pengujian lapangan.
 Penjamin mutu, terdiri atas kebijakan, pelatihan, tinjauan, pengawasan
rutin, tinjauan rencana mutu.

2. Rencana Pengendalian Mutu


 Menetapkan tahapan pengendalian yang diperlukan, seperti cara-cara
pengendalian, kriteria penilaian, serta catatan yang diperlukan.
 Membuat rencana pengendalian mutu yang terpadu, dengan aktivitas-
aktivitas: membuat nomor tahapan, aktivitas yang dilakukan, informasi
yang digunakan, penanggung jawab aktivitas, kriteria pemeriksaan,
catatan/from yang dibutuhkan serta audit yang diperlukan.

Perencaan mutu bertujuan untuk mempersiapkan acuan-acuan bagi proses


pengendalian selma berlangsungnya proyek. Acuan-acuan ini didokumentasi
dengan menjabarkan secara akurat berbagai proses. Acuan ini resmi dibuat oleh
yang berwenang dan diselesaikan secara benar pada setiap operasi. Pada proyek
konstruksi, sistem mutu diterapkan dengan menggunakan ISI 9000:2000, yang
dilakukan dengan memenuhi persyaratan dan prosedur dari berbagai elemen
berikut:
 Tanggung Jawab Manajemen
 Sistem Mutu
 Tinjauan Kontrak
 Pengendalian Desain (tidak dipakai pada proyek konstruksi)
 Pengendalian Dokumen dan Data

26
 Pembelian
 Pengendalian Produk
 Identifikasi dan Kemampuan Telusur Produk
 Pengendalian Proses
 Inpeksi dan Pengujian
 Pengendalian Alat Inpeksi, Ukur dan Uji
 Status Inpeksi dan Uji
 Pengendalian Produk Tidak Sesuai
 Tindakan Koreksi dan Pencegah
 Penagangan, Penyimpanan, Pengemasan, Pengawetan, dan Penyerahan
 Pengendalian Rekaman Mutu
 Audit Mutu Internal
 Pelatihan
 Pelayanan
 Teknik Statistik

Dari ke-19 elemen ISO 90000:2000 (tanpa Pengendalian, Desain), dibuatkan


dokumentasinya yang terjadi atas tujuan, ruang lingkup, ketemuan dan prosedur,
syarat-syarat yang harus dipenuhi serta penanggung jawabnya dari pejabat proyek
yang berwenang, Kemudian dokumen-dokuemn tersebut diberi nomor, tanggal
berlakunya, revisi dan tanggalnya, review dokumen, keterangan diposisinya,
persetujuan unit-unit yang berwenang, serta tata cara pendistribusiannya.
Keberadaan dokumen tersebut juga perlu dipantau dengan adannya stempel
keterangan dari pusat pengendalian dokumen yang berada di kantor pusat
perusahaan. Penyimpanan dokumen disesuaikan dengan periode waktu dokumen
tersebut berlaku dan harus dimunaskan bila tidak mempunyai nilai informasi yang
penting dan telah kadaluarsa

27
Pada proyek konstruksi, masing-masing elemen standar sistem mutu ISO
9000:2000 tersebut. Kecuali Pengendalian Desain, diuraikan atas struktur
dokumentasi sistem mutu yang terdiri atas Manual Mutu, Prosedur dan Instruksi,
Kerja dan catatan atau form laporan yang berguna dalam pengendalian mutu dan
verifikasi.

PERENCANAAN MANAJEMEN RISIKO


Kita akan meninjau kembali proses manajamen risiko yang telah di bahas pada
bab sebelumnya untuk memperjelas tahapan-tahapan penentuan biaya manajemen
risiko dari proyek.

INDENTIFIKASI VARIABEL RISIKO


Pada tahapan ini hendaknya dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes,
Opportunity, Threat) terhadap konteks proyek dengan perusahaan. Selanjutnya
adalah menstrukturisasi berbagai variabel risiko yang didapat dari data-data
proyek terdahulu ataupun hasil curah gagasan (brainstorming) bersama tim
proyek, dan memasukkannya ke dalam kategori-kategori risiko sesuai dengan
karakteristik masing-masing variabel.

PENILAIAN RISIKO
Pada langkah ini, hal pertama yang dilakukan adalah evaluasi Tingkat Penting
Risiko (risk importance) cahaya dengan menilai seluruh variabel risiko
berdasarkan scoring dan pembobotan. Perhatikan contoh pada tabel berikut ini
[Abrab,2003].

28
Selanjutnya adalah menentukan porsi risiko beserta penanggung jawabnya yang
dilakukan dengan metode survei pada pakar serta instasi terkait. Hasilnya dapat
diuraikan seperti tabel 2.8 di bawah ini.

Langkah selanjutnya menentukasn biaya risiko terhadap masing-masing variabel


berdasarkan probabilitas kejadian risiko dan konsekuensinya. Misalkan dihitung
biaya risiko variabel Pembebasan Lahan, ditunjukan dengan menghitung
Expected Monetary Value (EMV). Sebagai contoh, asumsi-asumsi yang
digunakan adalah seperti berikut :
1. Di Indonesia, pembebasan lahan proyek pembangunan jalan tol sering
memunculkan kasus sengketa antara pemerintah, yang memberi ganti rugi,

29
dengan pihak penduduk sekitar jalan tol, penyelasaian ganti rugi sering
berlarut-larut.
2. Biasanya kesepakatan ganti rugi yang disetujui oleh masing-masing pihak
makan waktu yang cukup lama dan mempengaruhi biaya dan jadwal
proyek. Karena belum ada penelitian sebelumnya, probabilitas untuk
variabel ini diasumsikan 75%.
3. Konsekuensi yang harus dibayarkan untuk pembebasan lahan ini adalah,
dengan asumsi
 Luas area yang dibebaskan 12.287 m². Biaya per meter tanah adalah
Rp.1500.000
 Biaya pembebasan lahan adalah 12.287 x Rp.1500.000 =
Rp.18.430.500.000
 Konsekuensi akibat Pembebasan Lahan Terlambat di asumsikan sebesar
50% dari biaya Pembebasan Lahan, Rp. 9.215.250.000
Kerugian yang di akibatkan oleh Pembebasan Lahan Terlambat, yang bagi
investor berupa tambahan biaya, adalah sebesar:
EMV = Probabilitas x Konsekuensi
=75% x Rp. 9.215.250.000 = Rp. 6.911.437.500
Sesuai dengan PP NO. 6 Tahun 1990, biaya Pembebasan Lahan
memperhitungkan risiko keterlambatan jadwal dan biaya tambahan ganti
rugi. Karena seluruh biaya ditanggung pemerintah, maka investor harus
Menentukan Perkiraan Biaya Pengadaan Tanah dalam kontrak PKP yang
memuat klausul alokasi risiko sebagai landasan keuangan investor, dengan
cara sebagai berikut:
Biaya Pengadaan Tanah
= Biaya Pembebasan Lahan + Biaya Risiko Keterlambatan
= Rp. 18.430.500.000 + Rp. 6.911.437.500
= Rp. 25.431.939.500

30
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Proyek adalah sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar
permintaan dari seorang pebisnis atau pemilik pekerjaan yang ingin mencapai
suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan
keinginan dari pada pebisnis atau pemilik proyek dan spesifikasi yang ada.
Manajemen proyek merupakan suatu usaha merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi sumber daya
organisasi yang dimiliki perusahaan sehingga mencapai sasaran dan tujuan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
3.2 SARAN
Semoga pembaca dapat mengerti dan memahami pengertian dari proyek, tata cara
perencanaan proyek dan macam-macam proyek.

31

Anda mungkin juga menyukai