Anda di halaman 1dari 53

MANAJEMEN PROYEK INDUSTRI

RESUME JURNAL IMPLEMENTASI MANAJEMEN


PROYEK INDUSTRI

Oleh:

RACHMAT
91420009
1G171

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Proyek merupakan kumpulan kegiatan yang harus diselesaikan menurut
kriteria tertentu yang telah disepakati. Suatu proyek mempunyai sasaran (target)
tertentu dengan batasan-batasan mutu pekerjaan (performance), anggaran (cost),
dan jadwal (time).
Dalam suatu proyek, akan selalu mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal
pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan
proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan,
serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Hal-hal tersebut akan
dipertimbangkan dan direncanakan dengan matang serta diatur dengan Manajemen
Proyek.
Manajemen Proyek merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran
yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Manajemen Proyek secara khusus digunakan dalam hal pengelolaan suatu
pekerjaan khusus melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan untuk mencapai target tertentu dengan dana dan waktu yag terbatas
dengan sasaran yang telah ditentukan secara spesifik.
Manajemen Proyek ini sangat penting untuk diterapkan dan direncanakan dari
awal hingga akhir proyek tersebut dilaksanakan, karena dengan adanya manajemen
proyek ini, maka dapat mengatur seluruh sumber daya yang ada untuk
menghasilkan output proyek yang sebaik mungkin. Sumber daya yang dimaksud
disini dapat berupa sumber daya material, finansial (keuangan), sumber daya
manusia, dan sumber daya waktu.

2
Dalam penulisan ini diuraikan pengetahuan dan teori dasar menajamen
proyek, perencanaan dan penjadwalan proyek. Serta menyimpulkan inti manajemen
proyek yang terapkan pada beberapa jurnal manajemen proyek yang diteliti,
sehingga dapat mengetahui berbagai aspek-aspek penting yang diterapkan ketika
akan melakukan proyek dengan manajemen proyek yang diberlakukan untuk
mencapai tujuan dan output proyek yang sesuai dengan harapan pelaku proyek.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Dalam penulisan ini, masalah yang akan dibahas dan diuraikan dengan jelas
yaitu mengenai dasar-dasar pengetahuan proyek, ciri atau karakteristik proyek,
pelaku proyek, hingga kriteria keberhasilan suatu proyek, yang mana tidak lepas
dari pembahasan mengenai Manajemen Proyek yang diberlakukan terhadap suatu
proyek. Dan menguraikan berbagai manajemen proyek pada macam-macam proyek
yang diteliti berdasarkan studi pustaka jurnal manajemen proyek industri.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Terdapat beberapa tujuan penulisan ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami teori dasar tentang Proyek Industri
2. Mengetahui dan memahami prinsip dasar Manajemen Proyek Industri
3. Mengetahui dan memehami konsep perencanaan dalam Manajemen Proyek
4. Memahami penerapan dan peran Manajamen Proyek pada Proyek Industri

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 MANAJEMEN DAN PROYEK


2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen merupakan sebuah proses terpadu dimana individu-individu
sebagai bagian dari organisasi yang dilibatkan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan aktifitas-aktifitas, yang
kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus
menerus seiring dengan berjalannya waktu.
Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur
organisasi yang solid, maka pada organisasi tersebut seluruh aktifitasnya haruslah
berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah
untuk menuangkan konsep, ide-ide manajemen. Jadi dapat dikatakan bahwa
manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat
satu sama lainnya.

2.1.2 Definisi Proyek


Proyek yaitu kumpulan kegiatan yang harus diselesaikan menurut kriteria
tertentu yang telah disepakati. Proyek juga dapat diartikan sebagai kegiatan
sementara yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, dengan alokasi sumber
daya terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang telah digariskan.
Suatu proyek mempunyai sasaran (target) tertentu dengan batasan-batasan
mutu pekerjaan (performance), anggaran (cost), dan jadwal (time), yang dikenal
sebagai Triple Constraint.

4
Gambar 2.1 Triple Constraint

2.1.3 Jenis-jenis Proyek


Proyek umumnya memiliki keterbatasan pada kebutuhan yang dimana
bersifat mendesak, karena proyek memiliki tenggang waktu serta tuntutan
pengembangan dari suatu lokasi atau daerah tertentu, kebanyakan dari proyek-
proyek difasilitasi oleh pemerintahannya itu dikarenakan tingginya pengembangan
serta pembangunan yang sedang terjadi saat ini dan juga sebagian dari proyek itu
memiliki latar belakang guna mendapatkan manfaat ekonomis dari
pembangunannya dimana biaya dari pembangunan tersebut difasilitasi oleh pihak
swasta atau pihak-pihak yang tidak terkait dengan pemerintahan.
Pada tiap proyek memiliki tujuan atau karakteristik tersendiri dalam hal
kegiatan yang ingin dicapai menurut Abrar Husen (2011) menyebutkan bahwa
jenis-jenis proyek terbagi atas 7 yaitu:
1. Proyek Konstruksi
Kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design, engineering,
pengadaan dan kostruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung,
pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya, yang biasanya menyerapa kebutuhan
sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.

5
2. Proyek Industri Manufakur
Kegiatan utamanya adalah design engineering,pengemban gan
produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba terhadap produk serta
pemasaran. Produknya dapat berupa kendaraan, alat elektronik, bahan
tekstil, pakaian serta lainnya yang dapat diproduksi dalam jumlah massal,
penggunaannya dapat bersifat individu atau dapat digunakan orang banyak.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan utama pada proyek ini adalah melakukan penelitian dan
pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Proses
pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami
perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek
dapat berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau
metode produksi.
4. Proyek Padat Modal (Kapital)
Proyek ini berkaitan erat dengan penggunaan dana kapital
(Investasi). Proyek padat modal tidak selalu berarti padat tenaga kerja,
namun dapat saja proyek dengan teknologi tinggi yang membutuhkan biaya
besar dengan tenaga kerja secukupnya. Sebagai contoh adalah proyek
pembebasan lahan, pembelian material dan peralatan dengan jumlah besar,
pembangunan fasilitas produksi, dan lain sebagainya.
5. Proyek Pengembangan Produk Baru
Proyek ini merupakan gabungan antara proyek penelitian dan
pengembangan dengan proyek padat modal, lalu dilanjutkan dengan
mendirikan unit percobaan dalam bentuk pilot plan. Setelah hasil uji coba
berhasil dan dapat diproudksi secara massal, dilanjutkan dengan proyek
padat modal untuk membangun fasilitas produksi sesuai dengan kapasitas
yang diinginkan.

6
6. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek ini berkenaan dengan kegiatan-kegiatan spesifik suatu
perusahaan di mana produk akhirnya berupa jasa atau dalam bentuk
nonfisik. Laporan akhir dari proyek dapat dipakai oleh perusahaan pemilik
proyek sebagai rekomendasi untuk pedoman pelaksanaan, standar
operasional prosedur dari suatu pekerjaan, serta efisiensi pengelolaan suatu
pekerjaan. Contoh jenis proyek ini adalah proyek pengembangan sistem
informasi perusahaan, perbaikan efisiensi kinerja perusahaan, dan
sebagainya.
7. Proyek Infrastruktur
Proyek ini biasanya berkaitan dengan penyediaan kebutuhan
masyarakat secara luas dalam hal prasarana transportasi, pembangunan
waduk pembangkit tenaga listrik, pengairan sawah, sara instalasi
telekomunikasi dan penyedia sumber air minum. Biasanya proyek pada
modal dan pada karya yang mendapat bantuan pinjaman dari donator luar
negeri dengan peminjaman jangka panjangm yang pembayarannya serta
pengelolaan dananya dilakukan oleh pemerintah atau dapat juga dengan
investasi pihak swasta kemudian pemerintah memberi konsesi.

2.1.4 Sasaran Proyek


Setiap proyek mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti pembuatan
rumah tinggal, jalan dan jembatan, serta instalasi pabrik. Selama proses mencapai
tujuan tersebut terdapat tiga sasaran pokok dalam pengerjaan suatu proyek, yaitu
besarnya biaya yang dialokasikan, jadwal kegiatan, serta mutu yang harus dipenuhi.
Ketiga sasaran tersebut erat hubungannya dan saling terkait antara satu dengan
lainnya. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah disepakati
dalam kontrak, maka harus diikuti dengan kenaikan mutu yang berdampak pada
naiknya biaya rencana.

7
Sebaliknya apabila ingin menekan biaya, maka umumnya akan menurunkan
mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ukuran
keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut
terpenuhi.

2.1.5 Ciri dan Sifat Proyek


Suatu kegiatan proyek memeliki sifat dan ciri-ciri sebagai berikut.
• Bersifat Dinamis, jenis dan intensitas kegiatan cepat berubah dalam
kurun waktu yang relatif pendek.
• Berlangsung dalam kurun waktu terbatas (siklus proyek relatif pendek)
• Dalam kurun waktu tersebut intensitas kegiatan berubah-ubah naik turun
• Kegiatan harus diselesaikan dengan anggaran dan jadwal yang telah
ditentukan.
• Terdiri dari bermacam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai
disiplin ilmu.
• Multikompleks, melibatkan banyak oraganisasi dan diperparah dengan
adanya ketergantungan antar pekerjaan yang tidak sederhana.
• Pada tahap awal, karena banyak faktor yang belum menentu, sulit
mengadakan prakiraan berapa biaya dan waktu yang sesungguhnya
diperlukan untuk penyelesaian proyek.
• Berisiko tinggi.

2.1.6 Pemangku Kepentingan Proyek (Project Stakeholder)


Pemangku kepentingan proyek (stakeholder) merupakan setiap orang yang
terlibat dalam atau terkait dengan suatu aktivitas proyek, diantaranya adalah sebagai
berikut.
• Sponsor Proyek
• Manajer Proyek
• Tim Proyek
• Staff Pendukung

8
• Pelanggan (customer)
• Pengguna
• Pemasok
• Pesaing
Stakeholder merupakan orang-orang yang terlibat secara langsung, adapun
orang-orang yang secara tidak langsung dalam suatu proyek tentu saja adalah
masyarakat sekitar, serta lingkungan / alam. Itulah sebabnya dalam setiap proyek
maka diperlukan analisis AMDAL untuk mengetahui dampak proyek terhadap
lingkungan, dan juga perlu diperhatikan pengaruh proyek terhadap kelangsungan
hidup masyarakat sekitar.

2.1.7 Kriteria Keberhasilan Proyek


Suatu proyek dikatakan berhasil, jika memenuhi beberapa kriteria berikut.
• Selesai dalam waktu yang dialokasikan
• Biaya yang dikeluarkan tidak melebihi anggaran
• Kinerja proyek sesuai dengan yang diharapkan
• Dapat diterima oleh konsumen/pengguna
• Kita dapat menggunakan konsumen sebagai referensi
• Perubahan ruang lingkup proyek yang minimum (perubahan masih dapat
diterima oleh konsumen)
• Tidak mengganggu alur kerja utama perusahaan
• Tidak mengakibatkan perubahan budaya perusahaan

9
2.2 MANAJEMEN PROYEK
2.2.1 Definisi Manajemen Proyek
Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran
yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Terdapat beberapa definisi Manajemen Proyek, di antaranya yaitu:
1. Manajemen Proyek merupakan penerapan pengetahuan, keahlian, peralatan,
dan teknik dalam pengelolaan aktivitas proyek untuk memenuhi tuntutan
proyek.
2. Manajemen Proyek adalah pengelolaan suatu pekerjaan khusus melalui
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk
mencapai target tertentu dengan dana dan waktu yag terbatas. Suatu proyek
mempunyai awal dan akhir yang jelas.
3. Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan (planning),
mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling) sumber daya perusahaan untuk melaksanakan suatu kegiatan
jangka pendek dengan sasaran yang telah ditentukan secara spesifik. (H.
Kerzner: 1982).

2.2.2 Tujuan Manajemen Proyek


Di bawah ini merupakan beberapa tujuan manajemen proyek, yaitu:
1. Mengelola Risiko
Keberhasilan pelaksanaan proyek tak lepas dari ’trial and error’
selama menjalani prosesnya. Risiko bisa saja mengganggu keberlangsungan
suatu proyek, namun bukan berarti tidak bisa dikelola.
2. Memaksimalkan Potensi Tim
Kualitas sumber daya manusia turut mengambil peran penting dalam
melaksanakan proyek. Manajemen proyek menggerakkan setiap individu
agar dapat memainkan perannya dengan maksimal, mampu membuat

10
perencanaan yang baik serta memiliki kemampuan dalam mengelola
proyek.
3. Menciptakan Perencanaan yang Tepat
Tujuan manajemen proyek salah satunya adalah mengarahkan pada
perencanaan yang tepat mencakup seluruh proses awal hingga akhir dengan
memaksimalkan kualitas dan kapabilitas.
4. Memanfaatkan Peluang
Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk membantu mengelola
sebuah peluang untuk dimanfaatkan bagi perkembangan perusahaan tanpa
mengurangi nilai utama yang ingin dicapai perusahaan.
5. Mengelola dan Menjaga Integrasi
Membuat proyek tetap konsisten dan tetap berada pada jalur yang
tepat dibutuhkan integrasi antara sistem, proses bisnis, dan organisasi.
Kesinambungan antara 3 elemen tersebut membuat kunci dari nilai sebuah
proyek tetap terjaga, sehingga tujuan pun dapat tercapai. Disini Manajemen
Proyek berperan penting dalam mengidentifikasi dan mempertahankan
integrasi dari keseluruhan komponen yang terlibat dalam kepentingan
proyek.

2.2.3 Fungsi Manajemen Proyek


Fungsi-fungsi manajemen proyek, terumata pada proyek konstruksi, yaitu
meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan sebaiknya mencangkup penentuan berbagai cara yang
memungkinkan. Kemudian menentukan salah satu cara yang paling tepat
dengan mempertimbangkan semua kendala. Perkiraan dan jenis sumber
daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi meruapakan hal yang
penting untuk mencapai keberhasilan proyek sesuai dengan tujuan.
Kontribusi sumber daya dalam perencanaan memungkinkan perumusan
suatu atau beberapa rencana yang akan memberi gambaran secara

11
menyeluruh tentang metode konstruksi yang akan digunakan dalam
mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan oleh seorang pemimpin yang bertugas
membantu dan mengarahkan tim mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam
pekerjaan. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada organisasi adalah:
• Merencanakan dan menjadwalkan kegiatan-kegiatan untuk melakukan
koordinasi dalam menyelesaikan proyek tepat waktu.
• Membantu menetapkan standar dan metode untuk memperkirakan
kemajuan dan kinerja proyek.
• Menyususn dan memimpin pertemuan untuk menyelesaikan masalah
dan membuat keputusan dengan cara yang sistematis.
3. Pengisian Staff
Definisi dari pengisian staff adalah pengerahan, penempatan,
pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dengan tujuan dihasilkan kondisi
personal yang tepat (right people), tepat posisi (right position), serta waktu
yang tepat (right time).
4. Pengarahan
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Jika tahap
penempatan staf telah dilakukan dengan tepat, maka tim harus diberi tanda-
tanda atau penjelasan tentang lingkup pekerjaan dan kapan pekerjaan
tersebut harus diselesaikan. Dalam organisasi proyek terdapat biasanya
kepala proyek yang memiliki tugas utama yaitu memberi perintah kepada
staffnya untuk melakukan kegiatan agar dapat dilakukan dalam waktu
berurutan atau bersamaan.
5. Pengkoordinasian
Pemantauan prestasi kegiatan dilakukan sebagai jbahan untuk
melakukan langkah perbaikan, baik kondisi proyek dalam keadaan
terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus
diselesaikan bersama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek

12
tersebut sehingga diperlukan agenda acara yang mempertemukan semua
unsur. Kegiatan ini dinamakan langkah koordinasi.
6. Pengawasan
Pengawasan adalah proses penilaian selama pelaksaan kegiatan
dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan yang direncana, dengan
mengusahakan agar semua anggota kelompok melaksanakan kegiatan yang
berpedoman pada perencanaan serta mengadakan tindakan korelatif apabila
terjadi penyimpangan. Unsur pengawasan ini sangat erat hubungannya
dengan pengendalian, karena sebenarnya pengendalian selalu memerlukan
pengawasan yang merupakan umpan balik yang diperlukan untuk menjaga
proses pelaksanaan tetap berjalan yang benar sesuai dengan sasaran yang
akan dicapai.

2.2.4 Tahapan Manajemen Proyek


Berikut merupakan tahapan dalam Manajemen Proyek:
1. Identifikasi Proyek, yaitu mendefinisikan tujuan proyek dan faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan agar proyek yang dilaksanakan tersebut
berhasil dengan kualitas yang diinginkan.
2. Inisialisasi Proyek, yaitu perencanaan awal terhadap sumber daya yang akan
digunakan sebelum suatu proyek dimulai.
3. Perencanaan Proyek, yaitu menguraikan dengan jelas bagaimana sebuah
proyek harus dijalankan. Pada project planning ini, akan terlihat dengan
jelas pentingnya segitiga manajemen proyek yaitu waktu, biaya, dan ruang
lingkup suatu proyek.
4. Pelaksanaan Proyek, yaitu melakukan pekerjaan agar proyek yang
dimaksud tersebut berhasil sesuai dengan keinginan.
5. Pengendalian Proyek, yaitu pengambilan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengawasi dan mengendalikan proses berjalannya proyek sehingga
pengoperasian proyek berjalan dengan lancar.
6. Penutupan Proyek, yaitu tahap akhir dan proyek telah menghasilkan output
sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan pada proyek tersebut.

13
2.3 PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan
termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan
memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk
melaksanakan kegiatan (Soeharto, 1997).
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat
yang digunakan untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, dimana setiap aktivitas
harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis
(Callahan, 1992).

2.3.1 Rencana Kerja


Sebelum pelaksanaan pekerjaan proyek dimulai, biasanya didahului dengan
penyusunan rencana kerja yang disesuaikan dengan metode konstruksi yang akan
digunakan. Pihak pengelola proyek melalukan pendataan lokasi proyek guna
mendapatkan informasi detail untuk keperluan penyusunan rencana kerja.
Dalam menyususn rencana kerja, perlu dipertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut (Ervianto, 2002)
1. Keadaan Lokasi Proyek
2. Kemampuan Tenaga Kerja
3. Pengadaan Material yang dibutuhkan
4. Pengadaan Alat yang dibutuhkan
5. Gambar Kerja / Desain Produk Proyek
6. Kontunuitas Pelaksanaan Pekerjaan Proyek

2.3.2 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan memiliki dua fungsi utama yaitu Pengorganisasian dan
Pengendalian. Dalam melaksanakan suatu proyek, terdapat tiga faktor yang akan
menjadi tolak ukur utama keberhasilan suatu proyek, yaitu Biaya, Mutu/Kualitas,
dan Waktu. Oleh karena itu, dalam menjadwalkan suatu proyek, maka diperlukan

14
visi atau tujuan ke depan, untuk mencapai hasil yang maksimal pada ketiga tolak
ukur tersebut.
Proses penjadwalan perlu memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi
pembuatan jadwal proyek. Pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan
mengkaji 6 tahapan dalam proses penjadwalan yaitu (Praboyo, 1999):
1. Identifikasi Aktivitas Proyek
2. Estimasi Durasi Aktivitas Proyek
3. Penyusunan Rencana Kerja Proyek
4. Penjadwalan Aktivitas Proyek
5. Peninjauan Kembali dan Analisa terhadap Jadwal yang telah dibuat
6. Penerapan dan Evaluasi Penjadwalan

2.3.3 Konsep Perencanaan


1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang
mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala
program teknis dan administratif agar dapat di implementasikan. Tujuan
perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan
spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu, dan waktu
ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan.
Dalam perencanaan menganut 4 filosofi sebagai berikut.
a. Aman, artinya keselamatan terjamin
b. Efektif, artinya produk perencanaan berfungsi sesuai yang diharapkan
c. Efisien, artinya produk yang dihasilkan hemat biaya
d. Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan
2. Klasifikasi Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifikasi berdasarkan:
a. Bidang Fungsional
Perencanaan produksi, pemasaran, keuangan, personalia
b. Tingkatan Operasional
Perencanaan keseluruhan organisasi maupun satuan kerja

15
c. Sifat
Perencanaan kompleksitas, fleksibilitas, rahasia, dan lain sebagainya.
d. Waktu
Perencanaan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang
3. Manfaat Perencanaan
Beberapa manfaat perencanaan sebelum memulai proyek, diantaranya
adalah:
a. Penyesuaian terhadap lingkungan
b. Pemahaman seluruh operasi
c. Penempatan tanggung jawab
d. Mudah melakukan koordinasi
e. Mengurangi pekerjaan tak pasti
f. Menghemat waktu, usaha, dana
g. Tahapan Perencanaan
4. Perencanaan Strategik dan Operasional
Perbedaan perencanaan strategis dan operasional ditunjukan pada tabel di
bawah ini.

16
5. Kelemahan Perencanaan
Dibalik bermanfaatnya perencanaan agar proyek berjalan lancar, terdapat
beberapa kelemahan perencanaan, yaitu sebagai berikut.
a. Cenderung menunda pekerjaan, dengan dalih masih perlu direncanakan
dulu
b. Perlu waktu dan usaha yang “cukup” untuk membuat perencanaan
c. Membatasi inisiatif dan inovasi yang timbul sesaat, ketika perencanaan
telah ditetapkan
d. Perlu investasi waktu, uang dan orang
e. Membatasi pada pilihan yang penting rasional dan bebas resiko

2.4 KETERLAMBATAN PROYEK


2.4.1 Pengertian Keterlambatan
Pengertian keterlambatan menurut Ervianto (2005) adalah sebagai waktu
pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan
sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi
tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Menurut Levis dan Atherley (1996), jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan
harus selesai pada waktu yang telah ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu
tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan pekerjaan itu mengalami keterlambatan.
Hal ini akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan.
Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang
durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun keduanya. Adapun dampak
keterlambatan pada klien atau owner adalah hilangnya kesempatan untuk
menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatkan biaya langsung yang
dikeluarkan yang berarti bahwa bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan,
sewa peralatan dan lain sebagainya serta mengurangi keuntungan.

17
Menurut Proboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya
selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor,
karena dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa
yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek mengalami
keterlambatan apabila suatu pekerjaan tidak selesai atau belum bisa dilaksanakan
sesuai dengan waktu perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya dikarenakan
suatu alasan tertentu.

2.4.2 Penyebab Keterlambatan Proyek


Menurut Assaf (1995), faktor-faktor yang potensial untuk mempengaruhi
waktu pelaksannaan konstruksi, yang terdiri dari sembilan faktor yaitu:
1. Faktor bahan (material) terdiri dari :
a. Kekurangan bahan material
b. Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi
c. Keterlambatan pengirimin bahan
d. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan
e. Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan
f. Kelangkaan karena kekhususan
g. Ketidaktepatan waktu pelaksanaan
2. Faktor tenaga kerja (man power) terdiri dari :
a. Kekurangan tenaga kerja
b. Kemampuan tenaga kerja
c. Kesukuan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja
3. Faktor peralatan (equipment) terdiri dari :
a. Kerusakan peralatan
b. Kekurangan peralatan
c. Kemampuan mandor atau operator yang kurang
d. Keterlambatan pengiriman peralatan
e. Produktifitas peralatan
f. Kesalahan manajemen peralatan

18
4. Faktor keuangan (financing) terdiri dari :
a. Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan
b. Keterlambatan proses pembayaran oleh owner
c. Tidak adanya uang insentif untuk konntraktor, apabila waktu
penyelesaian lebih cepat dari jadwal
d. Situasi perekonomin nasional (krisis moneter)
e. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar
5. Faktor lingkungan (environment) terdiri dari :
a. Faktor sosial dan budaya
b. Pengaruh udara panas pada aktifitas konstruksi
c. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek
6. Faktor perubahan (change) terdiri dari :
a. Terjadi perubahan desain oleh owner
b. Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana
c. Kesalahan dalam penyelidikan tanah
d. Kondisi permukaan air bawah tanah di lapangan
e. Masalah geologi di lokasi
7. Faktor hubungan dengan pemerintah (government reletion) terdiri dari :
a. Perolehan ijin dari pemerintah
b. Perolehan ijin tenaga kerja
c. Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek
8. Faktor kontrak (contractual relationship) terdiri dari :
a. Konflik antara kontraktor dan konsultan
b. Tidak adanya kerja sama antara kontraktor dengan owner
c. Keterlambatan owner dalam pembuatan keputusan
d. Negosiasi dan perijinan pada kontrak
e. Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian dalam proyek.
f. Komunikasi yang kurang antara owner dengan perencana pada
perencanaan.
g. Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek
h. Organisasi yang jelek pada kontraktor dan konsultan

19
i. Kontrol kontraktor utama terhadap sub-kontraktor dalam pelaksanaan
pekerjaan
9. Faktor waktu dan control (scheduling and controlling) :
a. Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang
berjalan
b. Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek
c. Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek
d. Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksaan
konstruksi.
e. Masalah yang terjadi selama pelaksanaan
f. Tidak memenuhi perencanaan awal proyek
g. Persiapan dan ijin shop drawing
h. Menunggu ijin untuk control material

Sedangkan menurut Andy et al., (2003), faktor-faktor yang potensial untuk


mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi, yang terdiri dari tujuh (7) kategori,
antara lain:
1. Tenaga kerja (labors)
2. Bahan (materials)
3. Peralatan (equipments)
4. Karakteristik tempat (site characteristics)
5. Manajerial (managerials)
6. Keuangan (financial)
7. Faktor lainnya (other factors)

20
2.5 ANALISIS DATA MANAJEMEN PROYEK
2.5.1 Data, Pengukuran, dan Penelitian
Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan
fakta. Sedangkan pengukuran ialah proses atau cara mengukur. Pengukuran dapat
berupa skala pengukuran yang dimaksudkan untuk mengklasifikasi variabel yang
akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
langkah penelitian selanjutnya (Ridwan, 2008).
Research (penelitian) adalah berhati-hati, sabar, sistematis, tekun,
penyelidikan atau pemeriksaan pada beberapa bidang ilmu pengetahuan, berusaha
untuk pembakuan fakta atau prinsip.
Secara ringkas penelitian harus memenuhi :
a. Ada hal yang ingin diselidiki
b. Ada metode penelitian
c. Ada hasil penelitian berupa fakta/hukum/rumusan
Pengertian research (penelitian) yang paling sederhana adalah penelitian
dimulai apabila seseorang peneliti mempunyai suatu persoalan (pertanyaan) dimana
untuk menjawab persoalan tersebut peneliti bersangkutan tidak memiliki cukup
informasi.

2.5.2 Jenis Penelitian


Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan ”apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau
keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan
tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak
dimasudkan untuk menguji hipotesis (Arikunto, 2000).
Beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian
deskritif adalah penelitian survei (survey studies), studi kasus (case studies),
penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-
up studies), analisis dokumen (documentary analyses) dan penelitian korelasional
(correlation studies) (Arikunto, 2000). Penelitian kasus (studi kasus) biasanya

21
meliputi subyek yang jumlahnya terbatas (kadang-kadang hanya seorang subyek
atau sebuah unit), dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam tentang
sesuatu gejala. Dalam melakukan studi kasus, peneliti berusaha menggali latar
belakang yang dimiliki oleh subyek mengenai ”masa lalunya” (Arikunto, 2000).

2.5.3 Pengumpulan Data


Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
didapat dari sumber pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada
responden. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak
lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam
bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto, 2003).
Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara
penyebaran kuesioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara
interview/wawancara dengan responden oleh peneliti. Untuk data yang hasilnya
diperoleh melalui kuesioner, maka aspek yang penting adalah mendesain kuesioner
sebelum melakukan penelitian. Sebelum mendesain kuesioner, hal yang perlu
dilakukan adalah menentukan berapa jumlah proyek konstruksi yang akan diteliti.
Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis menggunakan sampel
dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003), sampel adalah
sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya, dimana populasi adalah keseluruhan unit
atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Penelitian lapangan bertujuan
untuk memperoleh jawaban penegasan setuju atau tidak setuju responden terhadap
pernyataan dalam kuesioner yang dibagikan (Proboyo, 1999).
Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna
tidak dapat dijadikan dalam operasi matematika seperti penambahan, pengurangan
maupun perkalian dan pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data kualitatif

22
adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka. Yang dimaksud dengan data nominal adalah
data yang hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori. Data nominal
disebut juga dengan data kategori. Data nominal dalam praktek statistik biasanya
akan dijadikan ’angka’, yaitu proses yang disebut kategori. Misal dalam pengisian
data, jenis kelamin lelaki dikategorikan sebagai ’1’ dan perempuan sebagai ’2’.
Kategori ini hanya sebagai tanda saja, jadi tidak dapat dilakukan operasi
matematika, seperti 1+2 atau 1-2 dan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
data ordinal adalah data yang mempunyai tingkatan data (Santoso, 2001).
Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu ditentukan skala
pengukuran. Maksud dari skala pengukuran adalah untuk mengklasifikasikan
variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran tersebut
antara lain : skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio. Selain
keempat jenis skala pengukuran tersebut, ternyaat skala interval yang sering
digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi
membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu:
1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian (skala
sikap, skala moral, test karakter, skala partisiasi sosial).
2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan
lingkungan sosial (skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga- lembaga
swadaya masyarakat / sosial, kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan
lain sebagainya).
Dari tipe-tipe skala pengukuran tersebut, yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala sikap. Bentuk-bentuk skala sikap yang sering digunakan ada lima
macam, yaitu ; Skala Likert, Skala Guttman, Skala Simantic Defferensial, Rating
Scale, dan Skala Thurstone. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala
Likert.

23
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian
gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian. Alternatif jawaban misalnya: Sangat Puas,
Puas, Cukup Puas, Kurang Puas, Tidak Puas. Ini ada sebagian ahli identik dengan
skala ordinal, tetapi juga ada yang berpendapat interval. Keduanya mempunya
alasan yang kuat dan tergantung persepsi masing-masing. Jika yang berpendapat
skala interval tanpa menggunakan transformasi (MSI), tetapi alternatif jawaban
responden 1-5 ini dikatakan ordinal, maka untuk persyaratan analisis parametik data
ordinal transformasi (MSI) ke data interval.
Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian
sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk
membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan
atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata (Riduwan, 2008)
Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan
tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu
dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala seperti :
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Netral (N)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat Tidak Setuju (STS)
Selain pilihan dengan lima skala tersebut diatas, kadang digunakan juga
skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa
beberapa karakteristik statistic kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut
ternyata sangat mirip.

24
2.5.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencakup segala hal,
termasuk benda-benda alam, dan bukan sekadar jumlah yang ada pada obyek
(Sugiyono, 2011)
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini
dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh
sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang
akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat
mewakili. Bila sampel tidak representative, maka dapat mengakibatkan kesimpulan
yang diambil tidak akan sesuai dengan kenyataan atau kesimpulan yang diambil
salah.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin
besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka
makin besar kesalahan generalisasi. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian
adalah antara 30-500. Bila sampel dibagikan dalam kategori (misalnya : pria-
wanita, pegawai negri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap
kategori minimal 30 (Sugiyono, 2011)

2.5.5 Teknik Sampling


Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan diproses, serta
tidak semua orang atau benda akan diteliti, melainkan cukup dengan
menggunakan sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara mengambil
sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan

25
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Secara umum ada dua macam teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian (Sugiyono, 2011), yaitu :
1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel random sampling, proportional
stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling,
dan area sampling.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tekniknya antara lain sebagi
berikut:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut, atau anggota
sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu dan ruang dengan
urutan seragam.
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Bila pada pengambilan sampel dilakukan secara kelompok
maka pengambilan sampel dibagi rata sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.
c. Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

26
d. Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan
sampel untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang ahli yang
patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang
diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus yang
mana aspek dari kasus tunggal yang representative diamati dan dianalisis.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampling
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling dalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penetuan sampel
pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang
ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti
mencarai orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi
data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak

27
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENERAPAN MANAJEMEN PROYEK


Penerapan Manajemen Proyek dari hasil studi dari beberapa jurnal
manajemen yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan Manajemen Proyek dalam Peningkatan Efisiensi dan
Efektifitas Sumber Daya Perusahaan

PERENCANAAN MANAJEMEN PROYEK DALAM


MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS
Judul
SUMBER DAYA PERUSAHAAN
(Studi Kasus: Qiscus Pte Ltd)
Penyusun Ganesstri Padma Arianie, Nia Budi Puspitasari

Tahun 2017

Penerbit J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 12 No. 3

Reviewer Rachmat

Dengan peningkatan dan perkembangan teknologi di era


ini, perusahaan Qiscus Pte Ltd yang merupakan perusahaan
yang bekerja di bidang IT terus mengalami peningkatan
Latar Belakang
permintaan proyek. Dengan peningkatan tersebut, maka
dibutuhkan Manajemen Proyek untuk meminiimalisir
kegagalan dan risiko proyek tidak terkendali.

Penelitian ini bertujuan untuk melaukan manajamen


aktivitas pada perusahaan untuk menghindari kegagalan dan
Tujuan risiko proyek. Dimana dengan melakukan manajemen yang
Penelitian baik, maka pengelolaan sumber daya, efisiensi, dan
efektifitas kinerja perusahaan akan meningkat, dan waktu
proyek pun dapat dipercepat (crasing).

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Work


Metode Breakdown Structure (WBS), Critical Path Method (CPM),
dan Program Evaluation and Review Technique (PERT).

28
Tahapan:
a. Menyusun aktivitas global proyek dalam bentuk
WBS
b. Membuat perencanaan / penjadwalan proyek dengan
CPM dan PERT
c. Mengidentifikasi komponen biaya untuk proyek
d. Menganalisis trae off dari penggunaan biaya normal
dan biaya percepatan proyek

1. WBS
Dari hasil WBS, didapatkan pada proyek ini
membutuhkan total 11 proses kegiatan.
2. CPM
Dari hasil CPM, didapatkan hasil dimana terdapat 2 jalur
kritis atau jalur terbaik. Pada jalur kritis pertama,
estimasi proyek selama 36 hari dan pada jalur kritis
kedua, estimasi proyek selama 34 hari saja. Tentu dengan
penambahan pekerja dan biaya untuk menggaji pekerja
tambahan
3. PERT
Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungan probabilitas menggunakan PERT,
didapatkan hasil bahwa kemungkinan 92,25% proyek
akan terselesaikan dalam 40 hari.
4. Estimasi Total Biaya Proyek
Untuk modal teknologi = sekitar Rp 32,5 Juta
Untuk modal SDM = sekitar Rp 15 Juta
5. Estimasi biaya crashing (percepatan proyek)
Untuk melakukan percepatan, maka membutuhkan biaya
Rp. 50 Juta, sehingga membutuhkan dana Rp. 2,5 Juta
untuk mempercepat proyek yaitu menjadi 38 hari dari
yang awalnya 40 hari.

Proyek ini memiliki total 11 kegiatan, dengan waktu


estimasi 40 hari dengan total biaya Rp 47,5 Juta. Sedangkan
Kesimpulan
jika dilakukan percepatan maka dapat selesai pada 38 hari
dengan total biaya Rp 50 Juta.

29
2. Manajemen Proyek Konstruksi pada Masa Pandemi COVID-19

PENERAPAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI


Judul PADA MASA PANDEMI COVID-
19 MENGGUNAKAN PENDEKATAN OHSAS 18001
Penyusun Prihadi Waluyo

Tahun 2020

Penerbit Jurnal Konstruksia Volume 12 No. 1

Reviewer Rachmat

Berdasarkan Instruksi Menteri PUPR No. 02/IN/M/2020


tentang Protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19,
dilakukan penelitian terkait kemungkinan Penerapan
Pekerjaan Proyek Konstruksi Pada Masa Pandemi Covid-19
Latar Belakang Menggunakan Pendekatan OHSAS 18001 (Occupational
Health and Safety Assessment Series) dengan memanfaatkan
pengalaman melaksanakan Gerakan 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin) di PT X yang terkait K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) atau Standar OHSAS 18001.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui


kemungkinan penerapan pekerjaan proyek konstruksi pada
masa pandemi Covid-19, untuk mencegah dan
Tujuan
meminimalisisr penyebaran Covid-19 sekaligus tetap
Penelitian
melaksanakan dan mengerjakan proyek hingga selesai
dengan lancar dan menghasilkan output seperti yang
diharapkan pelaku proyek.

Metode yang digunakan pada penlitian ini menggunakan


analisis penerapan program K3 dan 5R di PT. X dengan
pendekatan menggunakan standar OHSAS 180001 dan
statistik Tes U Mann-Whitney. Serta diteliti pengaruhnya
Metode
pada produktivitas karyawan yang bekerja pada proyek
konstruksi pada masa pandemi Covid-19

30
Tahapan:
e. Wawancara langsung terkait 5R (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
f. Penelitian laporan realisasi dan rencana kegiatan PT.
X dari laporan tahun pertama hingga ke-12
g. Tabel produktivitas
h. Analisis penerapan 5R pada karyawan
i. Tes U Mann-Whitney
j. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan tabel produktivitas yang dibuat, dimana


pada tahun ke-1 hingga ke-7 belum menerapkan 5R, dan dari
tahun ke-8 hingg ke-12 menerapkan 5R, terlihat bahwa
produktivitas meningkat secara pesat, yaitu hingga 5 kali
lipat.
Dinilai dari tes U Mann-Whitney, dihasilkan nilai p =
Hasil Penelitian
0,003 dimana nilai tersebut kurang dari a = 0,05, sehingga
hipotesis terebut dapat diterima, dan kemudian ditarik
kesimpulan dari 2 kategori tadi, dimana didapatkan hasil
bahwa ada pengaruh penerapan 5R terhadap produktivitas
karyawan, yang menyebabkan proyek konstruksi berjalan
lebih lancar dan menghasilkan output yang lebih baik.

Pengaruh penerapan 5R cukup besar, sehingga gugus tugas


Covid-19 pada area konstruksi dapat memanfaatkan prinsip
ini untuk diterapkan dalam Pekerjaan Proyek Konstruksi
Kesimpulan
pada Masa Pandemi Covid-19 menggunakan pendekatan
OHSAS 180001 untuk mengendalikan dan menminimalisir
potensi penularan Covid-19.

31
3. Manajamen Proyek Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji
(SPBE)

PENERAPAN MANAJEMEN PROYEK DENGAN


Judul METODE CPM (Critical Path Method) PADA PROYEK
PEMBANGUNAN SPBE
Surya Perdana , Arif Rahman2. Program Studi Teknik
1
Penyusun
Industri Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta
Tahun 2019

Penerbit Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3

Reviewer Rachmat

Sebuah perusahaan konstruksi yang bergerak di bidang


pembangunan infrastruktur SPBE memiliki proyek yang
begitu padat, sehingga dibutuhkan adanya manajemen
proyek yang baik dalam mengatur keseluruhan proyek demi
kelancaran proses pembangungan SPBE.
Latar Belakang Keterlambatan dalam menyelesaikan suatu proyek
merupakan masalah yang sering muncul dan dapat
berdampak kepada seluruh pekerjaan dalam suatu proyek.
Sebagai antisipasi terhadap keterlambatan tersebut, maka
perlu dilakukan perencanaan dengan beberapa alat
pengendalian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan


pemahaman kepada para karyawan perusahaan mengenai
Tujuan
manajemen proyek dengan metode Critical Path Method
Penelitian
(CPM) agar karyawan dapat menyelesaikan seluruh proyek
yang sedang berjalan dengan tepat waktu.

Metode yang digunakan pada penerapan Manajemen


Proyek dalam penelitian jurnal ini adalah Critical Path
Method (CPM).
Metode CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan
atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang
bersangkutan

32
Tahapan:
a. Survey / observasi
b. Persiapan sosialisasi manajemen proyek dengan
metode CPM
c. Penyuluhan kepada karyawan

Dari hasil penyuluhan dan pelatihan manajemen proyek


terhadap para karyawan, maka didapatkan hasil dimana para
karyawan mendapatkan wawasan pembuatan penjadwalan
proyek dengan baik dan dapat mengerjakan proyek tepat
waktu, dengan memahami konsep CPM, maka dapat
diaplikasikan untuk mempercepatan waktu penyelesaian
total proyek pembangunan yang sedang dilakukan.
Hasil Penelitian
Dengan penambahan wawasan/pengetahuan mengani
Manajemen Proyek dengan metode CPM, sehingga secara
keseluruhan proses kegiatan abdimas dapat terlaksana
dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, wawasan dan
motivasi para karyawan PT. RJM dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat yang telah


dilaksanakan di PT. RJM Kota Tangerang berjalan dengan
baik. Hasil dari pengabdian ini karyawan PT. RJM
mendapatkan wawasan mengenai bagaimana membuat
Kesimpulan
penjadwalan proyek dengan baik sehingga pengerjaan
proyek dapat tepat waktu dan mendapat pemahaman tentang
konsep CPM dengan baik, serta dapat mengaplikasikannya
dalam menjalankan suatu proyek

33
4. Manajemen Perencanaan Proyek Pembangunan Perpustakaan

OPTIMISASI PERENCANAAN PROYEK


PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN
Judul MENGGUNAKAN PDM DAN RESOURCE LEVELING
(STUDI KASUS PROYEK
PERPUSTAKAAN OLEH CV. MAJU INDAH)
Ifnu Bastian1, Sugiono2, Ceria Farela Mada Tantrika3.
Penyusun
Jurusan Teknik Industri: Universitas Brawijaya
Tahun 2016
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri Vol. 3 No.
Penerbit
1 Teknik Industri Universitas Brawijaya
Reviewer Rachmat

Perusahaan CV Maju Indah bergerak di bidang


konstruksi, dan sering mengalami keterlambatan dalam
penyelesaian proyek pembangunan. Dalam pelaksanaannya,
CV Maju Indah masih melakukan kegiatan acak, sehingga
mengabaikan kebutuhan dan potensi SDM yang seharusnya
Latar Belakang
bisa mengerjakan proyek dengan lebih cepat dan efisien.
Karena itu, perlu dicari metode perencanaan yang dapat
memastikan agar proyek pembangunan yang dilakukan CV
Maju Indah dapat dilakukan lebih cepat, efektif, dan efisien
dalam menggunakan seluruh sumber daya yang ada.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi


penyebab keterlambatan proyek pembangunan, dan
menerapkan perencanaan proyek dengan metode
Tujuan perencanaan Predence Diagram Method dan Resource
Penelitian Leveling. Yaitu untuk menjadwalkan kegiatan proyek secara
berurutan sesuai tingkatan kegiatan sehingga dapat
memaksimalkan manajemen proyek yang lebih baik dan
mendapatkan hasil akhir proyek yang lebih baik.

Metode penelitian pada jurnal ini menggunakan metode


deskriptif kuantitiatif. Dimana metode perencanaan yang
Metode
diterapkan yaitu Predence Diagram Method (PDM) dan
Resource Leveling.

34
Langkah penelitian:
a. Studi pustaka
b. Studi lapangan
c. Identifikasi masalah
d. Perumusan masalah
e. Penetapan tujuan spesifik
f. Pengumpulan data
g. Perhitungan maju dan Perhitungan mundur untuk
menentukan nilai ES, EF, LS, dan LF

1. Pembuatan Work Breakdown Structure


Untuk mengidentifikasi dan mengurutkan keseluruhan
proses kekgiatan proyek yang dilakukan
2. Menentukan hubungan overlapping
Untuk menentukan apakah terjadi overlapping pada tiap
proses yang telah diurutkan dengan WBS di atas, dalam
4 kategori yaitu SS, SF, FS, FF. Dimana S = start, F =
finish
3. Kebutuhan Waktu Proyek
Tiap proses kegiatan dalam proyek dibuat dalam tabel
dan ditentukan durasi atau waktu yang ditargetkan
Hasil Penelitian
4. Penentuan Lintasan Kritis
Penerapan PDM, dengan dilakukan perhitungan maju
dan perhitungan mundur untuk menentukan lintasan
kritis. Kegiatan yang tertanda kritis artinya pada proses
itu terjadi overlapping atau ketidaksesuaian dari jadwal
waktu yang ditentukan sebelumnya
5. Resource Leveling
Merupakan kegiaitan pemeratan SDM dimana proses
atau kekgiatan proyek kritis yang merupakan penyebab
keterlambatan, ditambahkan SDM nya agar proses lebih
cepat dan efisien.

Perenapan PDM pada proyek konstruksi pembangunan


perpusakaan dengan luas bangunan 56 m2- membutuhkan
waktu total selama 127 hari, sedangkan jika dilakukan tanpa
Kesimpulan perencaaan dan penjadwalan maka membutuhkan waktu
lebih lama, jika SDM terbatas dan tidak ada penjadwalan
PDM dan resouce leveling, maka diperkirakan proyek akan
mengalami keterlambatan hingga 236 hari.

35
5. Manajemen Proyek Remote Working di Masa Pandemi

STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA DI MASA


PANDEMI DAN NEW NORMAL MELALUI REMOTE
Judul
WORKING, EMPLOYEE PRODUCTIVITY, DAN
UPSKILLING FOR DIGITAL
Penyusun Ranisari Bimanti Esthi

Tahun 2020

Penerbit Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol. 1 No. 1

Reviewer Rachmat

Di masa pandemi ini, semua interaksi antar manusia


harus diwaspadai karena terdapat kemungkinan penularan
virus Covid-19 yang sangat berbahaya, sehingga muncullah
Latar Belakang
istilah Work From Home, namun dengan sistem yang baru
tentu dibutuhkan manajemen yang baru, salah satunya yaitu
terapan Remote Working pada perusahaan digital.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui strategi


Tujuan
pemimpin dalam menghadapi pendemi Covid-19 dan new
Penelitian
normal.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian


kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara, dan
kajian literasi. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008),
wawancara adalah pemberian kepada narasumber, kemudian
Metode
narasumber menjawab pertanyaan tersebut. Norman, K dan
Denzin (2009) menyatakan bahwa obsesrvasi dilakukan
dengan cara mencatat segala gejala yang terlihat dengan
bantuan instrumen yang telah ditentukan sebelumnya untuk
tujuan ilmiah dan juga tujuan lainnya

Hasil dari jurnal pengabdian masyarakat ini adalah


pemimpin melakukan tiga hal, yaitu menjalankan kerja jarak
Hasil Penelitian
jauh, mengelola produktivitas karyawan, dan meningkatkan
kemampuan karyawan dalam penggunaan digital.

36
Kepercayaan kepada karyawan untuk menjadi produktif.
Berikan kepercayaan kepada karyawan untuk melakukan
pekerjaan meskipun perusahaan tidak dapat melihat.
Produktivitas karyawan merupakan capaian karyawan
yang diukur dengan membandingkan antara jumlah barang
yang dihasilkan dan kualitas hasil kerja. Biasanya perusahaan
mewajibkan karyawan untuk mengikuti pelatihan minimal
sekali dalam setahun. Perusahaan perlu melakukan
pengecekan hasil kerja karyawan.
Namun saat pandemi berlangsung, semua karyawan
bekerja di rumah, maka perusahaan tetap harus melakukan
pengecekan secara rutin. Hal ini perlu dilakukan agar berkas
penting mengenai perusahaan yang dibawa karyawan ke
rumah tidak tercecer kemudian hilang. Itu sebabnya,
perusahaan menurunkan target kerja di setiap divisi agar tidak
stres karyawan karena targetnya tidak tercapai setiap
bulannya.

Para pemimpin telah melakukan strategi SDM di masa


pandemi dan new normal, dengan tiga cara, yaitu
Kesimpulan
menjalankan remote working, mengelola produktivitas
karyawan, dan upskilling for digital company.

37
6. Manajemen Proyek dengan Implementasi Metode Critical Path
Method Proyek Pembangunan Residence

IMPLEMENTASI METODE CRITICAL PATH METHOD


Judul
PADA PROYEK SYNTHESIS RESIDENCE KEMANG
Penyusun S. Ufa dan E. Suhendar

Tahun 2018

Penerbit Jurnal Optimasi Teknik Industri Vol 3 No. 1

Reviewer Rachmat

Dengan kenaikan harga tanah dan properti komersial,


maka proyek konstruksi di bidang properti, termasuk
pembangunan Synthesis Residence di daerah Kemang. Bagi
proyek skala besar, tentu perencanaan tidak main-main, maka
Latar Belakang
diperlukan penelitian pra-proyek untuk menentukan waktu
yang optimal, sumber daya yang diperlukan, serta
menganalisis perkiraan total biaya pada proyek Systhesis
Residence Kemang ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jaringan


kerja atau network jalur kritis, mengetahui waktu proyek
Tujuan yang optimal, serta menganalisis total biaya yang diperlukan
Penelitian untuk pembangunan proyek dengan menggunakan metode
penjadwalan yang digunakan yaitu Critical Path Method
(CPM)

Metode penjadwalan yang digunakan adalah metode


Critical Path Method (CPM).
Prosedur Penelitian:
a. Pengumpulan data dengan wawancara
b. Observasi langsung
Metode
c. Pengumpulan data (RAB, jadwal kerja, laporan
harian, gambar proyek)
d. Pengolahan data
e. Penentuan jalur kritis
f. Perhitungan waktu total proyek
g. Perhitungan total biaya proyek

38
Pada proyek ini ditemukan 2 jalur kritis yang berbeda,
yaitu jalur 1 A-B-E-F-G : Pekerjaan Persiapan dan Prasarana
Penunjang – Pekerjaan Capping Beam – Pekerjaan Raft
Foundation Tower 2 – Pekerjaan Retaining Wall Tower 3 -
Pekerjaan Retaining Wall Tower 3. Dan jalur kritis kedua
yaitu: A-C-E-F-G : Pekerjaan Persiapan dan Prasarana
Penunjang – Pekerjaan Galian Tanah Basament – Pekerjaan
Raft Foundation Tower 2 – Pekerjaan Retaining Wall Tower
Hasil Penelitian
3 - Pekerjaan Retaining Wall Tower 3.
Proyek membutuhkan wkatu 484 hari dengan total biaya
mencapai Rp 62,111 M. Dengan menggunakan CPM, maka
waktu proyek dapat dipercepat menjadi 369 hari saja, namun
membutuhkan SDM lebih dan total biaya akan bertambah
menjadi Rp 62,852 M. Dengan percepatan ini, maka
diharapkan tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan
proyek.

Pada penelitian ini ditemukan 2 jalur kritis, dan


membutuhkan waktu proyek hingga 484 hari. Namun dengan
Kesimpulan penerapan penjadwalan CPM dan percepatan dengan
penambahan SDM, maka hanya dibutuhkan 369 dan biaya
tambahan sekitar Rp 700 Juta.

39
7. Manajemen Proyek Penerapan Metode Jalur Kritis (CPM)
PENERAPAN METODE JALUR KRITIS DALAM
Judul PENYUSUNAN JADWAL PELAKSANAAN PROYEK
PEMBANGUNAN FASILITAS RUMAH KARYAWAN
Penyusun Elfitria Wiratmani, Galih Prawitasari

Tahun 2013

Penerbit Jurnal Faktor Exacta, Vol. 6 No. 1

Reviewer Rachmat

Salah satu masalah penting yang harus diperhatikan


adalah perusahaan BGA belum menerapkan metode Critical
Path Methode (CPM) pada setiap pembangunan proyek di
setiap lokasi perkebunan termasuk manajemen proyek yang
tidak sesuai dengan data penjadwalan proyek pembanguan
yang telah direncanakan. Jika penjadwalan proyek
Latar Belakang
pembangunan tidak sesuai, maka akan terjadi pertambahan
waktu pada proyek tersebut, sehingga perusahaan akan
mengalami keterlambatan dalam menyediakan fasilitas untuk
para karyawannya serta akan berpengaruh terhadap kinerja
dalam pengawasan kualitas perkebunan kelapa sawit sebagai
bahan produksinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun jadwal,


menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada proyek
pembangunan fasilitas rumah karyawan PT. Bumitama
Gunajaya Agro-Jakarta Selatan. Tujuan lainnya yaitu adalah
Tujuan
untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
Penelitian
menggunakan metode Critical Path Methode (CPM) dan
dibantu dengan Cost Slope (penambahan biaya) pada proyek
pembangunan fasilitas rumah karyawan PT. Bumitama
Gunajaya Agro Jakarta Selatan.

Metode penelitian yang digunakan pada jurnal ini adalah


sebagai berikut.
Metode 1. Pengumpulan data, menggunakan data sekunder dan data
yang sudah ada yang diperoleh langsung dari staff Civil
Engineering PT. Bumitama Gunajaya Argo-Jakarta
Selatan

40
2. Metode Critical path methode (CPM) untuk mengetahui
jalur kritis proyek
3. Analisis data
4. Metode pelaksanaam percepatan waktu (crashing) untuk
mengetahui waktu proyek yang dipercepat dan
diperhitungkan selisih waktu dan biaya yang dibutuhkan

Data yang ada dibuat network dengan metode critical


path methode (CPM) menggunakan waktu normal, kemudian
menentukan jalur kritis. Setelah perhitungan cost slope dan
hasil identifikasi jalur kritis dengan metode Critical Path
Methode (CPM). Dengan terlebih dulu mempercepat semua
kegiatan proyek secara serempak yang menghasilkan waktu
keseluruhan kegiatan proyek dapat dipersingkat. Sehingga
tidak terbentuk lintasan kritis yang baru karena sebelumnya
Hasil Penelitian telah dilakukan perhitungan cost slope, dengan salah satu
hasilnya durasi percepatan proyek lalu disesuaikan dengan
hasil lintasan kritis yang akan menghasilkan penambahan
biaya (cost slope).
Dapat dilihat dari hasil pengolahan data sebelumnya
menghasilkan grafik dimana garis dengan titik-titik tertentu
menunjukkan perkembangan dari durasi normal 90 hari
hingga durasi percepatan proyek menjadi 55 hari disertai
tingkatan biaya yang dikeluarkan

1. Perencanaan waktu dan biaya pada proyek pembangunan


fasilitas rumah karyawan di Serawak Damai Estate,
Kalimantan Tengah PT. Bumitama Gunajaya Agro
selama 90 hari terhitung dari 1 Februari 2011 - 30 April
2011
2. Lintasan kritis yang dihasilkan dengan Critical Path
Methode (CPM) mempunyai total float sama dengan nol,
Kesimpulan sedangkan kegiatan yang memiliki float terdapat
tenggang waktu kegiatan yang menentukan bahwa
kegiatan non kritis dari proyek.
3. Perencanaan waktu dan biaya dengan menggunakan
Critical Path Methode (CPM) pada manajemen proyek
pembangunan fasilitas rumah karyawan di Serawak
Damai Estate, Kalimantan Tengah yang dilakukan oleh
penulis selama 55 hari

41
8. Manajemen Proyek Relokasi Mesin FLEXO

ANALISIS JALUR KRITIS


Judul PADA PROYEK RELOKASI MESIN FLEXO
DENGAN METODE CPM DAN PERT
Penyusun Yoga Eka Putra, Herry Kartika Gandhi

Tahun 2019

Penerbit Jurnal InTent, Vol. 2 No. 1

Reviewer Rachmat

Proyek relokasi atau pemindahan mesin flexo yang


berlangsung hingga lebih dari 60 hari. Proyek ini merupakan
aktifitas non-rutin pada industri tersebut untuk memudahkan
penjadwalan mesin. Namun mengingat keterbatasan waktu
Latar Belakang
yang ditargetkan perusahaan, maka tim proyek perlu
menjadwalkan perencanaan yang matang dengan
menggunakan CPM dan PERT untuk memperkirakan jalur
kritis, waktu penyelesaian proyek, dan faktor kontigensi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi


Tujuan waktu penyelesaian proyek, mengidentifikasi jalur kritis, dan
Penelitian menghitung probabilitas percepatan proyek dengan
menggunakan metode CPM dan PERT.

Metode yang digunakan adalah CPM, untuk menentukan


jalur kritis, dan PERT untuk menentukan probabilitas
percepatan proyek.
Tahapan:
Metode a. Identifikasi Masalah
b. Pengumpulan Data
c. Analisis Data menggunakan CPM
d. Analisis Data menggunakan PERT
e. Menarik kesimpulan

42
Proyek ini membutuhkan total 28 aktifitas dan
membutuhkan waktu tercepat yaitu 61 hari untuk merelokasi
1 buah mesin flexo, dimana dari alokasi sumber daya yang
diperhitungkan, penggunaan sumber daya terbesar pada hari
ke-6 dan ke-7.
Hasil Penelitian
Dinilai dari probabilitas, terdapat kemungkinan 40%
waktu penyelesaian proyek lebih dari 62 hari, probabilitas
44% waktu penyelesaian 62, dan probabilitas 16% dipercepat
menjadi 61 saja.

Relokasi mesin flexo menjadi kegiatan yang cukup


signifikasn mengingat keterbatasan waktu proyek
perusahaan, sehingga dibutuhkan penjadwalan dan
Kesimpulan
perhitungan waktu penyelesaian proyek relokasi yang lebih
cepat dengan menggunakan CPM dan PERT. Dihasilkan
waktu percepatan 61 hari dengan probabilitas 16%.

43
9. Manajemen Proyek Software Sistem Informasi Akuntansi

ANALISIS MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT


Judul LUNAK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA
BIRO SISTEM SINFORMASI PT. X
Penyusun Alusyanti Primawati, Dewi Mustari

Tahun 2013

Penerbit Journal of Information Systems, Vol. 9 No. 1

Reviewer Rachmat

Perangkat lunak merupakan perantara antara sistem


dimana ada perangkat keras didalamnya dengan manusia
sebagai pengguna. Berdasarkan hal tersebut muncul proyek
perangkat lunak karena fungsi pentingnya sudah
mempengaruhi banyak fungsi diberbagai aspek. Proyek
perangkat lunak yang sudah menjadi kebutuhan ini pada
Latar Belakang
akhirnya memerlukan tindakan manajemen untuk mengatur
proses dalam proyek. Manajemen proyek sangat dibutuhkan
untuk keberhasilan produk dari proyek. Biro Sistem
Informasi PT. X merupakan salah satu bagian dari
perusahaan yang berfungsi menyediakan perangkat lunak
bagi PT. X.

Hasil analisis dari konsep manajemen proyek perangkat


lunak pada Biro Sistem Informasi PT. X saat proses
Tujuan perancangan aplikasi sistem informasi akutansi PT. X
Penelitian bertujuan untuk menjawab bagaimana konsep manajemen
proyek Biro Sistem Informasi dalam merancang aplikasi
Sistem Informasi Akuntansi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi


pustaka dengan pendekatan secara general empiris
Metode
berdasarkan pengalaman dan teori-teori yang berkaitan
dengan manajemen proyek khususnya pada proyek perangkat
lunak.

44
Penulisan proposal, Pada dasarnya Biro Sistem
Informasi ini harus mampu menyediakan sistem yang
dibutuhkan oleh karena itu manager harus mampu melihat
kebutuhan tersebut.
Perencanaan proyek dan penjadwalan, selanjutnya
bagian Biro Sistem Informasi PT. X melakukan perencanaan
proyek dan penjadwalan. Pencapaian/ Milestone proyek ini
adalah aplikasi sistem informasi accounting yang pada
akhirnya dapat diterima dan diterapkan oleh perusahaan.
Biaya proyek, dalam estimasi biaya terdapat tangible
benefits dan intangible benefit yang menjadi tujuan sehingga
diperoleh analisis kelayakan proyek.
• Tangible Benefits Sistem ini mempercepat perolehan
data-data (laporan keuangan, keuntungan, dan kerugian
yang dialami perusahaan).
• Intangible Benefits Dengan adanya sistem yang baru ini,
diharapkan proses pengolahan informasi keuangan dapat
terintegritas.Jika dianalisis Cost Benefit dari proyek ini
dengan menggunakan Payback Period maka proyek ini
layak dilanjutkan karena hasil Payback Periode dari
Hasil Penelitian proyek ini kurang dari 3 tahun yaitu ±1,6 tahun.
Pemantauan dan ulasan proyek, Pemantauan dan
ulasan proyek ini bertujuan untuk mengulas kesesuaian
proyek dengan kebutuhan vendor dan user serta menemukan
kendala dalam proyek dan cara mengatasinya sehingga dapat
mengurangi resiko.
Seleksi personil, Seleksi personil berkaitan erat dengan
kualitas SDM dan hal ini tidak mudah dilakukan oleh
manajer yaitu menyeleksi SDM yang berkualitas dan mampu
bekerja sama dalam menyelesaikan proyek ini.
• Analisis CV calon personil Pada tahap ini Biro Sistem
Informasi tidak menutup kemungkinan bagi Fresh
Graduated yang masih muda untuk bergabung karena
memahami bahwa mereka memiliki kemungkinan positif
seperti inovasi, kerja keras, dan kreatifitas
• Test Teori Analisis dan Pemograman Calon personil
yang lulus pada tahap pertama selanjut dipanggil dan
mengikuti test teori, disini calon personil diuji
kemampuannya dalam hal analisa dan perancangan
sistem serta pembuatan program atau aplikasi.
• Test Wawancara calon personil yang sudah lulus pada
tahap 1 dan 2 selanjutnya dilakukan wawancara, pada
fase ini akan dilihat bagaimana personil menghargai
dirinya dan menyatakan bahwa dia berpontensi dan layak
bekerja serta bergabung dalam proyek ini.

45
• Training Phase Pada tahap ini personil yang terpilih
mulai bekerja dan masuk pada masa percobaan. Fase ini
tidak digambarkan secara signifikan, karena personil
akan terseleksi dengan sendirinya pada saat menghadapi
permasalah pada proyek.

Kesimpulan yang diperoleh bahwa aktivitas manajemen


perangkat lunak pada Biro Sistem Informasi sudah sesuai
dengan penerapan teori yang ada akan tetapi ilmu
Kesimpulan pengetahuan terus berkembang sehingga perlu dilakukan
pengembangan aktivitas manajemen setelah melakukan
evaluasi secara berkala untuk pemeliharaan proyek perangkat
lunak jangka panjang.

46
10. Manajemen Proyek dan Pengaruhnya terhadap Kinerja
Karyawan
KINERJA KARYAWAN : MOTIVASI DAN DISIPLIN
Judul
KERJA PADA PT. ASAHI INDONESIA
Penyusun Raniasari Bimanti Esthi, Yustia Nadia Mawah

Tahun 2020

Penerbit Jurnal Forum Ekonomi, Vol. 22 No. 3

Reviewer Rachmat

Manajemen proyek dapat berfungsi sebagai alat


pengawasan terhadap kinerja karyawan pada suatu
perusahaan. Pada penelitian ini lebih difkouskan pada
Latar Belakang
penelitian kinerja karyawan yang berhubungan dengan
motivasi dan disiplin kerja yang terbentuk dari Manajemen
Proyek yang diterapkan pada perushaan PT. Asahi Indonesia.

Tujuan Menganalisis pengaruh individu dan disiplin kerja


Penelitian terhadap kinerja karyawan pada PT. Asahi Indonesia

Metode penelitian menggunakan data kuisioner,


wawancara dan studi pustaka. Sedangkan metode analisa
data menggunakan uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji
hipotesis dengan menggunakan alat analisis SPSS.
Jenis penelitian berupa analisis kuantitatif
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Non Probability sampling (sampling
jenuh) sejumlah 80 karyawan.
Metode
Langkah Penelitian:
a. Pengambilan data
b. Uji validasi
c. Uji rehabilitas
d. Uji normalitas
e. Uji multikolinieritas
f. Uji heteroskedastisitas
g. Uji regresi linier
h. Uji koefisien regresi secara parsial dan simultan

47
Hasil observasi yang diperoleh penulis di PT. ASAHI
INDONESIA, yaitu tingkat motivasi kerja karyawan yang
kurang baik. Disiplin pada PT. Asahi Indonesia diduga
membawa pengaruh terhadap kinerja karyawan. Banyaknya
karyawan yang kurang disiplin yaitu melakukan pekerjaan
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur).
Kinerja karyawan dapat dilihat dari kualitas maupun
kuantitas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas
masing-masing bagian. Indikator yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, Rivai (2005)
diantaranya:
1. Kehadiran
2. Ketaatan pada peraturan kerja
3. Ketaatan pada standar kerja
4. Tingkat kewaspadaan tinggi
5. Bekerja etis
6. Kualitas
7. Kuantitas
8. Ketepatan waktu
9. Efektifitas
10. Kemandirian
Dari hasil penelitian yang telah diinterprestasikan serta
Hasil Penelitian berdasarkan kajian pustaka, maka dapat diambil suatu
kesimpulan sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari motivasi terhadap kinerja karyawan
dengan nilai terhitung dari pengaruh variabel motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan = 2,746 > tabel = 1,991, dengan
angka signifikansi = 0,008 < = 0,05 (signifikan). Dengan
demikian maka hipotesis (H1) bahwa motivasi kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang
diterima. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
motivasi terhadap kinerja karyawan dengan nilai terhitung
dari pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan = 2,746 > tabel = 1,991, dengan angka signifikansi
= 0,008 < = 0,05 (signifikan).
Dengan demikian maka hipotesis (H1) bahwa motivasi
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang
diterima. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
disiplin kerja terhadap suatu perusahaan Nilai hitung dari
pengaruh variabel disiplin kerja terhadap kinerja karyawan =
2,685 > tabel = 1,991, dengan angka signifikansi = 0,009 < =
0,005 (signifikan). Dengan demikian maka hipotesis (H2)
bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan yang diterima.

48
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi
dan disiplin kerja yang berpengaruh terhadap kinerja
Kesimpulan karyawan terdapat sebesar 24,7%, sedangkan sisanya sebesar
75,3% dipengaruhi oleh variabel - variabel lain yang tidak
diteliti pada jurnal penelitian ini.

49
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan penulisan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Manajemen merupakan sebuah proses terpadu dimana individu-individu
sebagai bagian dari organisasi yang dilibatkan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan aktifitas - aktifitas,
yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan
berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu.
2. Proyek yaitu kumpulan kegiatan yang harus diselesaikan menurut kriteria
tertentu yang telah disepakati. Proyek juga dapat diartikan sebagai kegiatan
sementara yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, dengan alokasi
sumber daya terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang
telah digariskan.
3. Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan (planning),
mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling) sumber daya perusahaan untuk melaksanakan suatu kegiatan
jangka pendek dengan sasaran yang telah ditentukan secara spesifik. (H.
Kerzner: 1982).
4. Manajemen Proyek memiliki 4 fungsi utama, yaitu Perencanaan,
Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengawasan.
5. Tahapan Manajemen Proyek, yaitu meliputi:
a. Identifikasi
b. Inisialisasi
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Pengendalian
f. Penutupan

50
6. Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program
teknis dan administratif agar dapat di implementasikan. Tujuan perencanaan
adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek
yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu, dan waktu ditambah dengan
terjaminnya faktor keselamatan.
7. Suatu proyek industri dapat dikembangkan karena adanya manajemen
proyek dan perencanaan mendetail terlebih dahulu. Tanpa adanya
manajemen dan perencanaan sistem yang baik, maka pengembangan proyek
tidak akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan tentu saja
output proyek tidak akan maksimal dan akan banyak sumber daya yang
terbuang sia-sia tanpa manajemen dan perencanaan proyek.

4.2 Saran
Dalam akhir penulisan ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa saran
yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para pembaca, diantaranya yaitu:
1. Dalam suatu perencanaan proyek, maka diharuskan rapat pembahasan
manajemen proyek agar proyek yang kita kerjakan dapat memiliki jalur
manajerial yang jelas, sehingga proyek dapat berjalan pada jalur yang tepat,
dan mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Dalam perencanaan proyek, maka diperlukan perkiraan dan perhitungan
proses yang akan dilakukan pada proyek, urutan proses, material atau bahan,
perkiraan sumber daya, total biaya proyek, serta perhitungan waktu dan
evaluasi perencanaan proyek secara berkala.
3. Dalam suatu perencanaan proyek, maka diperlukan pemahaman dan
perhitungan yang mencakup keseluruhan kegiatan proyek dengan
mempertimbangkan semua kendala yang mungkin terjadi, seperti
kekurangan bahan material, sumber daya, maupun kemungkinan
keterlambatan proyek karena hal-hal yang diluar kendali.

51
DAFTAR PUSTAKA

Alusyanti Primawati, Dewi Mustari. 2013. Analisis Manajemen Proyek Perangkat


Lunak Sistem Informasi Akuntansi Pada Biro Sistem Sinformasi PT. X.
Journal of Information Systems, Vol. 9 No. 1.
Berry Yuliandra. 2015. Manajemen Proyek (Sebuah Perspektif Teknik Industri).
Padang: Andalas University Press.
Dr. Sunyoto. tt. Powerpoint “Manajemen Industri”. Universitas Gunadarma

Elfitria Wiratmani, Galih Prawitasari. 2013. Penerapan Metode Jalur Kritis Dalam
Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek Pembangunan Fasilitas Rumah
Karyawan. Jurnal Faktor Exacta, Vol. 6 No. 1.
Ganesstri Padma Arianie, Nia Budi Puspitasari. 2017. Perencanaan Manajemen
Proyek Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Efektifitas Sumber Daya
Perusahaan (Studi Kasus: Qiscus Pte Ltd). Semarang: J@ti Undip: Jurnal
Teknik Industri, Vol. 12 No. 3.
Ifnu Bastian1, Sugiono2, Ceria Farela Mada Tantrika3. 2016. Optimisasi
Perencanaan Proyek Pembangunan Perpustakaan Menggunakan PDM dan
Resource Leveling (Studi Kasus Proyek Perpustakaan Oleh Cv. Maju Indah).
Malang: Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri Vol. 3 No. 1
Teknik Industri Universitas Brawijaya.
Ir. Rizani Teguh, M.T, dan Ir. Sudiadi, M.M.A.E. 2015. Diktat Manajemen Proyek.
Palembang: STMIK MDP. Press.
Nadya Karina Putri, 2019. Makalah Manajemen Proyek Sistem Informasi.
Lampung: Universitas Mitra Indonesia
Prihadi Waluyo. 2020. Penerapan Pekerjaan Proyek Konstruksi Pada Masa
Pandemi Covid-19 Menggunakan Pendekatan OHSAS 18001. Jurnal
Konstruksia Volume 12 No. 1.
Raniasari Bimanti Esthi, Yustia Nadia Mawah. 2020. Kinerja Karyawan: Motivasi
Dan Disiplin Kerja Pada Pt. Asahi Indonesia. Jurnal Forum Ekonomi, Vol.
22 No. 3.

52
Ranisari Bimanti Esthi. 2020. Strategi Sumber Daya Manusia Di Masa Pandemi
Dan New Normal Melalui Remote Working, Employee Productivity, Dan
Upskilling for Digital. Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol. 1 No. 1.
S. Ufa dan E. Suhendar. 2018. Implementasi Metode Critical Path Method Pada
Proyek Synthesis Residence Kemang. Jurnal Optimasi Teknik Industri Vol 3
No. 1.
Surya Perdana1, Arif Rahman2. 2019. Penerapan Manajemen Proyek Dengan
Metode Cpm (Critical Path Method) Pada Proyek Pembangunan SPBE.
Jakarta: Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3.
Yoga Eka Putra, Herry Kartika Gandhi. 2019. Analisis Jalur Kritis Pada Proyek
Relokasi Mesin Flexo Dengan Metode CPM dan PERT. Jurnal InTent, Vol. 2
No. 1.

53

Anda mungkin juga menyukai