MOTOR BAKAR
“ENGINE ROOM”
Oleh :
Daffa Ramadian.I
0519040086
K3-3C
Kelompok 2
Kapal merupakan bangunan apung yang terdiri atas beberapa bagian atau ruangan
penting yang terdapat di dalamnya. Perlu diketahui bahwa ruangan yang ada di atas kapal
terbatas dan sangat berguna, sehingga pengaturan dan pemanfaatan ruang yang efisien
sangat diharapkan. Salah satu ruangan di atas kapal yang perlu mendapat perhatian khusus
dalam penataannya adalah kamar mesin (engine room). Hal ini disebabkan karena kamar
mesin pada suatu kapal merupakan pusat dari semua instalasi dan layanan permesinan dan
kelistrikan di atas kapal.
Kegiatan yang dilakukan di kamar mesin adalah melakukan pengamatan serta
menganalisa kenaikan kecepatan putaran mesin secara bertahap. Sebelum melakukan
praktikum di kamar mesin kita harus melakukan beberapa pemeriksaan awal. Pemeriksaan
awal dalam menjalankan mesin ini sangat penting untuk mencegah terjadinya hal – hal
yang tidak diinginkan seperti iklim kerja panas, ledakan, black out, kebakaran dan
sebagainya.
Untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi pada pekerjaan pengoprasian di kamar
mesin, maka dilakukan praktikum di kamar mesin untuk untuk mengetahui potensi –
potensi bahaya yang ada. Setelah mengetahui potensi bahaya yang ada, dapat diberikan
rekomendasi untuk upaya pencegahan. Selain upaya pencegahan, juga digunakan sebagai
langkah perawatannya.
Dari hasil praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan dengan RPM yang
digunakan pada praktikum ini yaitu 850, 950, dan 1000 rpm. Volume bahan bakar
yang digunakan setiap percobaan adalah sebesar 100 ml. Data yang diperoleh pada
percobaan ini yaitu tegangan generator, kuat arus generator, waktu yang dibutuhkan
dan lain-lain.
Setelah itu kami mengumpulkan data pelengkap yang dapat diperoleh dari
spesifikasi mesin yang digunakan. Data tersebut meliputi panjang langkah, diameter
silinder, jumlah silinder serta jumlah tekanan. Langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan untuk menghitung nilai IP, BP, Mb, efiseiensi mekanik, efisiensi termis,
SFOC, dam PE
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Daffa Ramadian .I
0519040086
K3-3C
Kelompok 2
Alat - alat tersebut yang digunakan untuk pengontrolan mesin kapal secara otomatis.
Namun pada saat praktikum semua peralatan pada kamar control tidak lagi berfungsi
sebagaimana mestinya. Sehingga dalam praktikum kamar mesin kami hanya menjelaskan
beberapa sistem kerja mesin diesel pada mesin kapal dan mesin diesel KOMATSU.
Pada sistem mesin diesel kapal ini merupakan mesin 2 tak, dimana udara masuk (inlet)
melalui SCAVENGING sedangkan udara/gas hasil pembakaran keluar (exhaust) melalui
KATUB BUANG. Udara masuk ke scavenging dengan bantuan blower yang terpasang
didalam mesin. Didalam mesin diesel 2 tak terdapat 2 langkah kerja yaitu admission
dengan compression dan expansion dengan langkah buang. Didalam mesin diesel kapal
terdapat idling gear yang digunakan untuk mengetahui langkah kerja mesin pada saat
kapal tidak sedang berjalan. Alat ini hanya digunakan untuk mengetahui kerusakan atau
adanya error pada mesin sehingga secara cepat dilakukan perbaikan apabila memang
benar terjadi kerusakan. Untuk itu alat ini digunakan pada saat maintenance. Untuk
putaran propeller dapat berubahubah dari ahead menjadi estern ataupun sebaliknya, hal
ini dapat terjadi dikarenakan terdapat reverse gear sebagai pembalik putaran karena arah
mesin tetap.
3.2. Mengatur Propeller Load terhadap Sea Force Simulation dan Posisi Kapal (TRIM)
3.2.1. Kapal Pada Posisi Ballast
A. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi Sea force dan posisi
kapal dengan memposisikan alat simulasi pengatur Wind force pada posisi nol.
B. Memposisikan alat simulasi pengatur kapal pada posisi Ballast.
C. Mengatur periode pada periode = 6 untuk melakukan prosedur d hingga i. Dan
dilanjutkan dengan kondisi yang sama dengan mengatur periode yang berbeda pada
periode 15 dan 24.
D. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 0
E. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
F. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 5
G. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
H. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 10
I. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
J. Melakukan prosedur A hingga I untuk setiap kondisi kecepatan kapal yang berbeda.
3.2.2. Kapal Pada Posisi Half Load
A. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi Sea force dan posisi
kapal dengan memposisikan alat simulasi pengatur Wind force pada posisi nol.
B. Memposisikan alat simulasi pengatur kapal pada posisi Half Load
C. Mengatur periode pada periode = 6 untuk melakukan prosedur d hingga i. Dan
dilanjutkan dengan kondisi yang sama dengan mengatur periode yang berbeda pada
periode 15 dan 24.
D. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 0
E. Mengamati dan Mencatat Propeller load nya
F. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 5
G. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
H. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 10
I. Mengamati dan mencatat Propeller load nya
J. Melakukan prosedur A hingga I untuk setiap kondisi kecepatan kapal yang berbeda.
3.2.3. Kapal Pada Posisi Full Load
A. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi Sea force dan posisi
kapal dengan memposisikan alat simulasi pengatur Wind force pada posisi nol (tidak
diaktifkan).
B. Memposisikan alat simulasi pengatur kapal pada posisi Full Load
C. Mengatur periode pada periode = 6 untuk melakukan prosedur d hingga i. Dan
dilanjutkan dengan kondisi yang sama dengan mengatur periode yang berbeda pada
periode 15 dan 24.
D. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 0
E. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
F. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 5
G. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
H. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 10
I. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
J. Melakukan prosedur A hingga I untuk setiap kondisi kecepatan kapal yang berbeda.
3.3. Mengatur Propeller Load terhadap Wind Force Simulation dan Arah Datangnya
Angin
3.3.1. Angin Dengan Arah Astern
A. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi Wind force dan arah
datangnya angin dengan memposisikan alat simulasi pengatur Sea force pada posisi
nol (tidak diaktifkan).
B. Memposisikan alat simulasi pengatur arah datangnya angin pada arah Astern.
C. Mengatur posisi kapal (TRIM) menjadi Ballast ,Half Load dan Full Load
D. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 0
E. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
F. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 5
G. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
H. Mengatur variabel Wind force pada wind force = 10
I. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
J. Melakukan prosedur a hingga i untuk setiap kondisi kecepatan kapal yang berbeda.
3.3.2. Angin dengan Arah Beam
A. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi Wind force dan arah
datangnya angin dengan memposisikan alat simulasi pengatur Sea force pada posisi
nol (tidak diaktifkan).
B. Memposisikan alat simulasi pengatur arah datangnya angin pada arah Beam.
C. Mengatur posisi kapal (TRIM) menjadi Ballast ,Half Load dan Full Load
D. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 0
E. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
F. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 5
G. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
H. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 10
I. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
J. Melakukan prosedur a hingga i untuk setiap kondisi kecepatan kapal yang berbeda.
3.3.3. Angin Dengan Arah Bow
A. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi Wind force dan arah
datangnya angin dengan memposisikan alat simulasi pengatur Sea force pada posisi
nol (tidak diaktifkan).
B. Memposisikan alat simulasi pengatur arah datangnya angin pada arah Bow.
C. Mengatur Posisi Kapal (TRIM) menjadi Ballast,Half Load,Full Load
D. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 0
E. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
F. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 5
G. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
H. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 10
I. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
J. Melakukan prosedur a - i untuk setiap kondisi kecepatan kapal yang berbeda.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa
4.2 Pembahasan
Nilai load propeller dapat berubah-ubah sesuai dengan nilai wind force nya. Jika wind
force yang semakin besar diimbangi dengan load propeller yang juga semakin besar, hal
itu disebabkan arah angin dari depan. Arah angin tersebut mendorong kapal berlawanan
arah sehingga load propeller akan semakin berat.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Daffa Ramadian.I
0519040086
K3-3C
Kelompok 2
3. Bagaimanakah perbandingan antara pengaruh ombak atau sea force dan angin atau
wind force terhadap propeller load?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh propeller load terhadap sea force dan periode
datangnya gelombang.
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh propeller load terhadap wind force dan arah
datangnya angin.
3. Mahasiswa mengetahui perbandingan antara pengaruh ombak atau sea force dan angin
atau wind force terhadap propeller load.
BAB II
LANDASAN TEORI
• Panel flowchart
Keterangan :
1. Manufer : untuk menentukan arah putaran kapal, sebelum menentukan speed.(putar
kiri, kanan, maju, mundur)
2. Dead slow : kecepatan sangat rendah
3. Slow : kecepatan rendah
4. Half : kecepatan menengah
5. Full : kecepatan tinggi 90%
6. Navigasi : penyempurnaan pemilihan tombol Full, hingga mencapai kecepatan
mencapai 100%.
7. Stop : menghentikan mesin
8. Finish : menghentikan sistem operasional
4.1. Analisa
4.2 Pembahasan
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara rpm dengan load propeller dan sea
force. Semakin besar muatan kapal maka semakin besar juga load propeller yang
dibutuhkan. Load propeller pada kondisi ballast lebih kecil dari half load. Begitu juga
half load lebih kecil dari full load.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA