Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Bilangan Reynold

PENYUSUN:

Mohammad Rafli Aditya Moravi


5007201162

ASISTEN:

Oktaffandry Naufal Faulana Afiq Amali


02111940000064

LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FTIRS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
1WDDS2
Abstrak
Bilangan Reynold merupakan bilangan tanpa satuan yang dapat
mengindikasikan jenis aliran. Aliran yang terbagi oleh bilangan Reynold antara
lain adalah aliran Laminar, Turbulen, dan Transisi. Bilangan Reynold merupakan
perbandingan antara gaya inersia fluida dengan viskositas fluida. Dalam
memahami konsep bilangan Reynold, akan menyinggung konsep fluida sebagai
kontinuum, aliran viscous dan invicid, fluida compressible dan incompressible,
bentuk dan jenis aliran, serta indikator aliran seperti timeline, pathline, streakline,
dan streamline. Dengan mengetahui konsep-konsep ini, pemahaman mengenai
fluida akan membantu dalam aplikasi yang terkait dengan badan atau aliran fluida.
Sebuah aliran baik itu laminar atau turbulen dan transisi memiliki efek yang
diinginkan dalam sebuah karakteristik aliran dan efek yang perlu dikurangi atau
dicegah dalam mengalirkan badan fluida.
Praktikum bilangan Reynold dilakukan dengan mengamati aliran
menggunakan indikator visual berupa strakline dari tinta merah yang mengalir
bersama air. Aliran ini dicatat juga viskositasnya dan densitasnya untuk
melakukan perhitungan bilangan Reynold. Perhitungan ini diambil dari
perbandingan gaya inersia dengan viskositas aliran yang diketahui debit, diameter
pipa, densitas fluida, dan viskositas absolut fluida. Hasil dari data yang diperoleh
setelah dihitung akan berupa bilangan tanpa satuan, yaiu bilangan Reynold.
Kemudian, berdasarkan indikator bilangan Reynold, dapat ditentukan jenis aliran,
apakah aliran itu aliran laminar, turbulen, atau transisi.
Praktikum bilangan Reynold dimulai dengan mencari data berupa
viskositas fluida, densitas fluida dan debit awal. Setelah itu, debit dijadikan
bervariasi dengan penambahan sepuluh liter per jam hingga debit mencapai dua
ratus lima puluh liter perjam. Kemudian dilakukan perhitungan dengan
mengalikan debit dengan densitas dibagi dengan viskositas dan diameter serta
dikalikan rasio empat per pi. Nilai yang diperoleh akan berupa bilangan Reynold
yang seterusnya diklasifikasikan berdasarkan besarnya sebagai indikasi jenis
aliran.
(Kata kunci :Fluida,Jenis Aliran,Reynold’s Number)

1WDDS3
DAFTAR ISI

COVER……………….……………………………….…………………… i
ABSTRAK…………………………………………….……………………ii
DAFTAR ISI………………………………………….…………………… iii
BAB 1: PENDAHULUAN……………..…………….……………………1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………… 1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………… 1
1.3 TUJUAN……………………………………………….………………. 1
1.4 BATASAN MASALAH……………………………………………… 2
BAB II: DASAR TEORI…………………………….…………………… 3
2.1 PENGERTIAN FLUIDA………………….……………………………3
2.2 STREAMLINE, STREAKLINE, PATHLINE, TIMELINE………...… 4
2.3 FLUID AS CONTINUUM…………………………………………….. 5
2.4 ALIRAN DALAM SUATU PENAMPANG………………………….. 6
2.5 JENIS ALIRAN……………………………………….……………….. 8
2.6 PENURUNAN RUMUS BILANGAN REYNOLD……………………9
BAB III: METODOLOGI…………………………...……………………10
3.1 ALAT DAN BAHAN……………………..…………………………… 10
3.2 LANGKAH KERJA…………………………………………………… 10
3.3 FLOWCHART………………………………………………………… 11
BAB IV: PEMBAHASAN…………..…………………………………… 12
4.1 DATA……………………………………………..…………………… 12
4.2 FLOWCHART PERHITUNGAN……….……………………...…… 12
4.3 PERHITUNGAN…….…………………….……………………...…… 13
4.4 ANALISIS DATA………………………...…………………………… 13
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN…………….…………………… 15
5.1 KESIMPULAN…………………………………………………………15
5.2 SARAN………………………………………………………………… 15

1WDDS4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah aliran fluida, terdapat bentuk aliran yang bergerak paralel
terhadap penampang secara kecepatan parabolik, dan ada yang bergerak tidak
secara kecepatan parabolik berubah terhadap waktu. Bentuk aliran ini
ditentukan oleh bilangan tanpa satuan disebut bilangan Reynold.
Bilangan Reynold ditentukan untuk mengetahui jenis aliran. Hal ini dapat
diaplikasikan dalam analisa pipa, maupun pergerakan aliran. Dengan
mengetahui bilangan Reynold, kita dapat menyesuaikan benda yang mengalir
dalam aliran tersebut, maupun benda yang menghadang atau dialiri aliran
fliuda.
Bilangan Reynold dalam aliran internal digunakan untuk mengetahui jenis
aliran agar dapat mengurangi atau menambah gaya pada penampang dan
hambatan aliran. Bilangan Reynold dalam aliran eksternal dapat digunakan
untuk membantu mendesain benda yang dialiri, baik untuk memanfaatkan
aliran turbulen, atau membuat aliran lebih linier. Dengan contoh tersebut,
maka mengetahui cara dan nilai bilangan Reynold dapat membantu dalam hal
mengenai fluida yang mengalir.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah yang dibahas dalam praktikum ini adalah
a. Bagaimana prinsip dasar bilangan Reynold ?
b. Bagaimana fenomena aliran fluida dalam pipa ?

1.3 Tujuan
Tujuan Praktikum ini adalah untuk
a. Mengetahui prinsip dasar bilangan Reynold
b. Memahami fenomena aliran dalam pipa

1WDDS5
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah praktikum ini antara lain :
a. Steady Flow
b. Incompresible Flow
c. Percobaan dilakukan dalam suhu kamar

1WDDS6
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Fluida


Fluida adalah zat dari kumpulan partikel kecil yang mudah
terdeformasi dalam medan gaya. Fluida mengambil bentuk sesuai wadah
penampungnya dan mudah untuk berubah bentuk tanpa diberi gaya yang
sangat besar. Fluida mencakup cairan, gas, dan plasma dan merupakan
fase dari suatu zat. Fluida terbagi menjadi dua, yaitu Newtonian fluid dan
Non-Newtonian fluid.
a. Newtonian Fluid
Newtonian Fluid adalah fluida yang memiliki proporsi tegangan
dan regangan berupa konstanta dan kurvanya berupa garis lurus.
Viskositas dari fluida ini berugah karena temperatur dan tekanan
dan akan terus mengalir selama diberikan gaya.

Stress Viscosity

Strain Shear rate

(Gambar 2.1 Grafik Newtonian Fluid)


b. Non-Newtonian Fluid
Non-Newtonian Fluid adalah fluida yang viskositasnya berubah
terhadap gaya dan kecepatannya. Proporsi viskositas fluida ini
bukan berupa konstanta seperti proporsi tegangan dan
regangannya.
Stress
Viscosity
Pseudoplastic
Pseudoplastic
Dilatant

Dilatant

Strain Strain

(Gambar 2.2 Grafik Non-Newtonian Fluid)

1WDDS7
2.2 Streamline, Streakline, Pathline, Timeline
Dalam mekanika fluida, terdapat garis garis penanda atau indikator
dari pergerakan fluida. Indikator ini berupa Streamline, Streakline,
Pathline, dan Timeline.
a. Streamline
Streamline merupakan garis pada suatu momen waktu yang
menggambarkan posisi pergerakan fluida. Streamline
bersinggungan dengan kecepatan aliran.

v v
(Gambar 2.3 Streamline)

b. Streakline
Streakline merupakan kumpulan lokasi titik titik semua
partikel fluida mengalir.

(Gambar 2.4 Streakline)

c. Pathline
Pathline merupakan garis yang menggambarkan alur dari
sebuah partikel yang dapat ditentukan dengan rekaan perjalanan
partikel

(Gambar 2.5 Pathline)

d. Timeline
Timeline merupakan garis yang dibentuk akibat berjalannya
waktu, Timeline merupakan indikasi waktu secara instan.

t1 t2 t3
1WDDS8
(Gambar 2.6 Pathline)

1WDDS9
2.3 Fluid as Continuum
a. Pengertian Fluid as Contunuum
Fluida sebagai Continuum memiliki arti bahwa fluida
mematuhi mekanika kontinu (Continuum Mechanics). Fluida
sebagai continuum memiliki arti bahwa semua property atau nilai-
nilai fluida berupa fungsi waktu dan kedudukan. Property dan
nilai-nilai fluida ini berupa medan, baik medan slakar maupun
medan vektor.
Dengan asumsi Fluid as Continnuum, terdapat jenis aliran
yaitu aliran viscous inviscid, aliran eksternal internal, aliran
compressible dan incompressible. Aliran viscous dan inviscid
diamati dari kekentalan fluidanya, dengan aliran viscous memiliki
kekentalan tertentu dan aliran invicid tidak memiliki nilai
kekentalan. Aliran compressible dan incompressible compressible
adalah aliran yang variasi densitasnya tidak dapat diabaikan seiring
dengan gaya tambahan. Aliran Incompressible merupakan aliran
yang variasi densitasnya diabaikan dengan toleransi nilai dibawah
5% dan angka mach dibawah 0.3. Selain itu, terdapat juga aliran
yang berada dalam penampang dan diluar penampang. Aliran ini
dibahas pada bagian2.4

b. Diagram Fluid as Continuum

c
a
b
z
Δ
y
V
x Micro Macro

(Gambar 2.7 Diagram Fluid as Continuum)

1WDDS10
1WDDS11
c. Penjelasan Poin pada Diagram
i. Fluida sebagai kontinuum digambarkan sebagai benda tak
berbentuk dan karena setiap molekulnya bebas relatif
terhadap satu sama lain.
ii. Dengan volume dari fluida (x,y,z) berupa volume kecil,
dan massa jenis sebagai satuan massa per volume, maka
massa jenis diambil dari sampel kecil fluida dan
seterusnya.
iii. Dalam mekanika kontinuum, massa jenis merupakan
medan, dengan nilai massa jenis secara mikro berubah
drastis, dan stabil pada skala menengah, kemudian naik
pada skala makroskopik.
Dengan demikian, Fluid as Continuum dan asumsinya
bahwa Property atau nilai-nilai fluida bervariasi secara menerus
(Continue).

2.4 Aliran dalam Suatu Penampang


Aliran tebagi menjadi aliran internal dan eksternal. Aliran internal
merupakan aliran yang dibatasi oleh penampang dan mengalir dalam
penampang tersebut. Selain aliran internal, terdapat juga aliran eksternal.
Aliran eksternal merupakan aliran yang terjadi terhadap permukaan benda
dalam aliran fluida. Aliran eksternal dipengaruhi oleh bentuk benda dalam
aliran. Berikut merupakan contoh aliran internal dan eksternal.
a. Aliran dalam Pipa
Aliran dalam pipa dapat berbentuk seperti berikut

(Gambar 2.8 Aliran dalam pipa)

1WDDS12
Aliran Silinder Pejal

Aliran melewati silinder pejal berbentuk seperti berikut

(a) (b)

(Gambar 2.9 (a) Aliran Invicid dan (b) Aliran Viscous)

b. Aliran pada Plat datar


Aliran dalam pipa dapat berbentuk seperti berikut
(Gambar 2.10 Aliran pada Plat Datar)

1WDDS13
2.5 Jenis Aliran
Jenis aliran terbagi menjadi tiga, yaitu aliran laminar, turbulen dan
transisi. Aliran laminar dan turbulen dapat ditentukan dengan besarnya
bilangan reynold dengan aliran transisi berada dalam jangkauan kedua
jenis aliran tersebut.
a. Aliran Laminar
Aliran laminer terjadi ketika bilangan Reynold kurang dari
2300. Aliran ini ditandai dengan lurusnya fluida yang mengalir
dengan profil kecepatan parabolik terhadap batas permukaan.
Aliran pada aliran laminar tidak berubah arah dan bentuk terhadap
waktu. Berikut adalah ilustrasi dari aliran laminar.

(Gambar 2.11 Aliran Laminar)

b. Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah pergerakan aliran yang kacau dan
acak. Aliran turbulen terjadi ketika bilangan Reynold suatu aliran
berada diatas 4000. Tekanan dan kecepatan aliran ini berubah
terhadap waktu dan dapat menghasilkan wake dan vorteks dalam
aliran. Berikut merupakan ilustrasi dari aliran turbulen.

(Gambar 2.12 Aliran Turbulen)

1WDDS14
2.6 Penurunan Rumus Bilangan Reynold
Bilangan Reynold dihitung dari perbandingan gaya inersia dengan
viskositas fluida yang mengalir. Dengan :
Gaya Inersia=ρυd
Q πD 2 Gaya Inersia= 4 ρQ
υ= dan A=
A 4 Dπ
(Persamaan 2.1)
μ=vρ
Viskositas Absolut=μ
Viskositas Kinematik=v
(Persamaan 2.2)

Dengan persamaan 2.1 dan 2.2 maka ditemukan :


Gaya Inersia ρυd
ℜ= =
Viskositas Absolut μ
4 ρQ υd
ℜ= dan ℜ=
Dπμ v
(Persamaan 2.3)

1WDDS15
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Reynold
Apparatus yang terdiri dari bak air transparan sebagai jendela pengamat
dan penampung air. Pipa untuk memasukan air ke dalam bak. Pembuang
air kelebihan untuk mempertahankan tinggi air. Pipa transparan
berdiameter 25 mm, keran pengatur aliran air, tanki untuk zat pewarna.
Pengatur aliran zat pewarna. Dan Nozzle zat pewarna untuk sumber
melepas zat pewarna

3.2 Langkah Kerja


Langkah kerja praktikum ini dilakukan dengan.
a. Debit air diatur dengan menggunakan katup (Valve) pada flow
meter hingga 30 liter/jam.
b. Katup (Valve) tabung tinta merah dibuka.
c. Pola aliran diamati
d. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan
e. Percobaan dilakukan dengan variasi debet dengan interval 10
liter/jam hingga mencapai 250 liter/jam

1WDDS16
3.3 Flowchart

1WDDS17
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data
(Data Terlampir)

4.2 Flowchart Perhitungan

1WDDS18
4.3 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam praktikum ini, didasari oleh
persamaan 2.3 untuk mencari bilangan reynold. Berikut perhitungan
diambil dari contoh data nomor 19.
Q=210 L/ jam=0.00005833 m3 /s
ρ=997 kg /m3
μ=0.00833 Ns /m2
D=25 mm=0.025 m
4 ρQ 4 × 0.00005833× 997
ℜ= =
Dπμ 0.025 × π ×0.00833
ℜ=3555,902705
4.4 Analisa Data
Setelah melakukan perhitungan, berikut tabel hasilnya.

No Debit (L/jam) Bilangan Reynold (Tabel


4.1 Tabel 1 30 507,986101
2 40 677,314801
Bilangan 3 50 846,643501
Reynold) 4 60 1015,9722
5 70 1185,3009
6 80 1354,6296
7 90 1523,9583
8 100 1693,287
9 110 1862,6157
10 120 2031,9444
11 130 2201,2731
12 140 2370,6018
13 150 2539,9305
14 160 2709,2592
15 170 2878,5879
16 180 3047,9166
17 190 3217,2453
18 200 3386,574
19 210 3555,9027
20 220 3725,23141
21 230 3894,56011
22 240 4063,88881
23 250 4233,21751

1WDDS19
Bilangan reynold merupakan bilangan tanpa satuan yang menjadi
indikasi jenis aliran laminar, turbulen, maupun transisi. Aliran laminar
merupakan jenis aliran yang memiliki lapisana liran yang teratur dan tidak
berubah propertinya seiring waktu. Aliran laminar diindikasikan ketika
bilangan Reynold kurang dari 2300. Dengan demikian, data praktikum
nomor 1 sampai 11 merupakan aliran laminar. Aliran turbulen merupakan
aliran yang memiliki karakteristik mengalir dengan acak dan berubah-ubah
terhadap waktu. Aliran ini diindikasikan dengan bilangan reynold lebih
dari 4000. Maka, data nomor 22 dan 23 dari hasil perhitungan adalah
aliran turbulen. Aliran transisi merupakan transisi dari aliran turbulen dan
lamiuar. Aliran ini memiliki karakteristik lebih mirip aliran turbulen dan
memiliki bilangan reynold diantara 2300 dan 4000. Dengan demikian, data
nomor 12 hingga 21 merupakan aliran transisi.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa ada pertambahan debit
dengan interval 10 L/jam untuk variasi dimulai dari 30 L/jam hingga 250
L/jam. Dengan jangkauan ini, mencakup ketiga indikasi bilangan reynold
dari laminar hingga turbulen. Karena diameter pipa sebesar 0.025 m dan
tidak berubah, disertai fluida yang tidak berganti, praktikum ini mencari
bilangan reynold menggunakan debit, yang terkait pada kecepatan aliran
dan gaya inersia. Maka, sengan konsep bilangan Reynold yang berupa
perbandingan faya inersia dengan viskositas, dapat ditentukan bilangan ini
menggunakan debet dan variasinya.

1WDDS20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan dan pengolahan data, maka dapat
disimpulkan bahwa 
a. Bilangan reynold merupakan bilangan tanpa satuan yang
mengindikasikan jenis aliran, laminar maupun turbulen dan
transisi. Sebuah aliran dinyatakkan laminar jika bentuk aliran
mulus, dan pergerakannya tidak berubah arah dan nilai terhadap
waktu dan memiliki bilangan reynold kurang dari 2300. Aliran
turbulen terjadi ketika profil aliran berubah terhadap waktu dan
memiliki bilangan reynold diatas 4000. Aliran transisi merupakan
aliran peralihan dari laminer dan turbulen dengan bilangan reynold
antara 2300 dan 4000.
b. Aliran dalam pipa bagi suatu fluida terdapat banyak fenomena
yang dapat diamati. Fenomena ini antara lain perubahan jenis
aliran, bentuk bentuk aliran, dan pergerakan fluida sebagai
continuum.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan yang akan melakukan praktikum bilangan
reynold selanjutnya menambah variasi atau interval data agar lebih terlihat
pengamatan aliran dan pencarian bilangan reynold akan lebih mendetail
dan menyeluruh. Untuk presisi dan akurasi penelitian, praktikan
selanjutnya dapat menggunakan alat dengan kalibrasi yang luas dan
ketelitian yang tinggi atau menggunakan fluida dengan viskositas yang
berbeda atau bervarias dari praktikum ini.

1WDDS21
LAMPIRAN

1. Data Praktikum

No. Debit(L/jam) ρ(kg/m3) Viskositas (Ns/m2)


1 30 997 0,00833
2 40 997 0,00833
3 50 997 0,00833
4 60 997 0,00833
5 70 997 0,00833
6 80 997 0,00833
7 90 997 0,00833
8 100 997 0,00833
9 110 997 0,00833
10 120 997 0,00833
11 130 997 0,00833
12 140 997 0,00833
13 150 997 0,00833
14 160 997 0,00833
15 170 997 0,00833
16 180 997 0,00833
17 190 997 0,00833
18 200 997 0,00833
19 210 997 0,00833
20 220 997 0,00833
21 230 997 0,00833
22 240 997 0,00833
23 250 997 0,00833

1WDDS22

Anda mungkin juga menyukai