DAN MASA
Modul 1 Linear Heat Conduction
DISUSUN OLEH :
Adi Kuswara (119170001)
Rene Harioh Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)
LEMBAR ASISTENSI
Nama Anggota : Adi Kuswara (119170001)
Rene Harioh Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)
Kelompok : 11
Modul : (Modul 1) (Linear Heat Conduction)
NO TANGGAL KETERANGAN PARAF
1 6 Oktober 2021 1. ada bab 4 tambahkan grafik yang ada
di soal lampiran
2. perbaiki tulisan pada tabel data
3. sertakan seluruh nama kelompoknya
4. perbaiki format yang telah ditentukan
2 9 Oktober 2021 1. pada bab V di rapikan lagi
2. ACC
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perpindahan panas ini terjadi dengan berbagai cara. Jika ada
perbedaan temperatur di dalam media diam (cair atau padat) digunakan istilah
konduksi untuk menunjukkan perpindahan panas yang terjadi melintasi
media. Istilah konveksi untuk menunjukkan perpindahan panas yang terjadi
antara permukaan dan fluida yang bergerak ketika berada pada perbedaan
temperatur. Istilah radiasi untuk menunjukkan perpindahan panas akibat suatu
2
permukaan pada temperatur tertentu yang memancarkan energi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Oleh karena itu, tanpa adanya media, akan
terjadi perpindahan panas secara radiasi antara dua permukaan yang berada
pada perbedaan temperatur. Perpindahan panas konduksi merupakan proses
perpindahan panas yang terjadi antara benda atau partikel-partikel yang
berkontak langsung, melekat satu dengan yang lainnya dan tidak ada
pergerakan relatif diantara benda-benda tersebut. Misalnya terjadi
perpindahan panas yang berpindah di dalam sebuat batang logam akibat
pemanasan di salah satu ujung lainnya, sehingga terjadi kenaikan temperatur
di ujung yang tidak dipanasi secara langsung. Praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik proses perpindahan panas secara konduksi,
menggunakan suatu uji coba peralatan dengan cara memodelkan pada kondisi
operasional yang sebenarnya
B. Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat merangkai dan mengoperasikan peralatan linear heat
conduction.
2. Mahasiswa dapat memahami aplikasi dari teori perpindahan panas secara
konduksi.
3. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat bahan dalam perpindahan panas.
4. Mahasiswa dapat mengetahui besarnya gradient di setiap bagian
penampang dan seluruh penampang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
seimbang. Ilmu perpinadahan kalor melengkapi hukum pertama dan kedua hukum
termodinamika, yaitu dengan memberikan beberapa kaidah percobaan yang dapat
dimanfaatkan untuk menentukan perpindahan energi. Sebagaimana juga dalam
ilmu termodinamika, kaidah-kaidah percobaan yang digunakan dalam
permasalahan perpindahan kalor cukup sederhana, dan dapat dengan mudah
dikembangkan sehingga mencakup berbagai ragam situasi praktis. Energi dapat
berpindah dalam bentuk kalor dari suatu zat ke lingkungannya atau zat lain apabila
diantara kedua zat tersebut berbeda temperaturnya. Jadi beda temperatur
merupakan potensial utama terjadinya perpindahan energi dalam bentuk kalor.
Dari hasil studi pustaka diperoleh bahwa ada tiga cara perpindahan kalor yaitu:
1. Perpindahan kalor secara konduksi
2. Perpindahan kalor secara konveksi
3. Perpindahan kalor secara radiasi
Dimana masing-masing sistem memiliki ciri atau karakter tertentu sesuai dengan
prosesnya. Dalam suatu peristiwa, tiga cara perpindahan kalor tersebut dapat
terjadi secara bersamaan.
1. Konduksi (Conduction)
5
temperature lebih rendah di dalam suatu medium (padat, cair, atau gas) atau
antara medium yang berlainan kontak fisik secara langsung. Pada aliran kalor
secara konduksi, molekul-molekul pada daerah bertemperatur tinggi akan
memindahkan bagian dari energi yang dimilikinya kepada molekul–
molekul bertemperatur rendah. Perpindahan energi tersebut dapat berlangsung
dengan tumbukan elastis (elasticimpact), misalnya dalam fluida atau dengan
difusi dari elektron-elektron yang bergerak lebih cepat dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah misalnya
pada logam-logam. Perpindahan kalor induksi pada ahkirnya akan menuju
kesetimbangan temperature
2. Konveksi (Convection)
Konveksi terjadi ketika aliran atau fluida (gas atau cairan) membawa panas
bersama dengan aliran materi. Aliran fluida dapat terjadi karena proses
eksternal, seperti gravitasi atau gaya apung akibat energi panas
mengembangkan volume fluida. Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa
mengalir menggunakan pompa, kipas, atau cara mekanis lainnya. Panas atau
kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu, dimana panas
bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap
benda memiliki energi dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari
atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini berbanding
lurusterhadap suhu benda, ketika dua benda dengan suhu berbeda berdekatan,
maka akan bertukar energy internal sampai suhu kedua benda tersebut
seimbang. Material dengan nilai konduktivitas tinggi maka daya hantarnya
semakin bagus sedangkan material dengan konduktivitas yang rendah maka
daya hantarnya semakin berkurang sehingga lebih cocok sebagai isolator
(Rimpassa, 2019).
6
q
m,cp
aliran
𝑞 = ℎ. 𝐴. ∆𝑡……………………………… (1)
Keterangan:
q = Laju perpindahan panas konveksi (W)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2K)
A = Luas penampang (m2)
∆T = Perubahan atau perbedaan temperature (℃)
7
Gambar 2.2. Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataanya sering dijumpai, kaarena
dapat meningkatkan efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida
dengan fluida yang lain.
3. Radiasi (Radiation)
8
𝜀 = Emvitas bahan
A = Luas Permukaan (m2)
𝜎 = Konstantan Stefan – Boltzman (5,67 x 10-8 W/m2k4)
Ts = Temperatur permukaan (K)
Tsur = Temperatur lingkungan (K)
9
makan yang terbuat dari - logam sementara ujung lainnya panaskan diatas lilin,
maka kalor dapat merambat melalui batang logam tersebut. Untuk perpindahan
kalor konduksi ini dikemukakan oleh ilmuwan Perancis, JB.J Fourier, sebuah
hubungan laju perpindahan panas konduksi qk dalam suatu bahan dinyatakan
dengan
𝑑𝑇
𝑞𝑘 = −𝑘 𝐴 𝑑𝑋 ……………………………… (3)
dimana:
Nilai konduktivitas termal merupakan sifat fisik bahan atau zat yang sangat
penting dalam pemilihan untuk suatu aplikasi proses perpindahan kalor. Nilai
konduktivitas termal yang tinggi menunjukan laju perpindahan energi yang besar
dan bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi disebut konduktor
sedangkan yang mempunyai harga k yang rendah disebut isolator. Umumnya
kondisi berlangsungnya proses perpindahan panas ada 2 macam yaitu:
Dalam prakteknya kita sering menemui perpindahan kalor pada dinding yang
terdiri dari beberapa lapisan material yang berbeda. konsep tahanan termal masih
dapat · digunakan untuk menentukan laju perpindahan panas melalui dinding
komposit stabil tersebut, dengan membagi perbedaan suhu antara dua permukaan
pada suhu yang dikenal dengan tahanan termal total antara lapisan material
tersebut. Dalam penerapan hukum Fourier tentang konduksi termal untuk
menghitung aliran termal dalam sistem sederhana satu-dimensi ini termasuk
10
berbagai bentuk fisik yang berlainan sistem silinder dan bola adalah satu-dirnensi
bilamana suhu benda hanya merupakan fungsi jarak radial dan tidak tergantung
dari letak pada poros.
Bahan k Bahan k
(W/m. (W/m.
K) K)
Logam Lain-lain
Aluminiu 205,0 Bata 0,6
m
Kuningan 109,0 merah 0,15
Tembaga 385,0 Bata 0,8
Timbal 34,7 isolasi 0,04
Perak 406,0 Beton 0,8
Baja 50,2 Gabus 0,04
Raksa 8,3 Kaca 0,01
Besi 73 Batu
Gas Styrofoa
m
Udara 0,024
Argon 0,016
Helium 0,14
Hidrogen 0,14
Oksigen 0,023
11
suhunya satu. Bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi
dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah
disebut isolator. Konduktivitas termal berubah dengan suhu, tetapi dalam banyak
soal perekayasaan perubahannya cukup kecil untuk diabaikan. Nilai angka
konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan
tertentu. Makin cepat molekul bergerak, makin cepat pula ia mengangkut energi.
Jadi konduktivitas termal bergantung pada suhu. Pada pengukuran konduktivitas
termal mekanisme perpindahannya dengan cara konduksi.
𝑑𝑇 𝐸
𝑞 = −λ. A. 𝑑𝑡 dan 𝑞 = 𝐴𝑥𝑡………………………… (4)
Keterangan:
𝑞 : Laju aliran panas tiap satuan luas A tiap satuan waktu t
𝐸 : Energi
𝐴 : Luas penampang lintang sampel
𝑇 : Suhu
λ ∶ Konduktivitas termal
t : Waktu
Silinder standar menggunakan logam Cu (Tembaga) terdiri dari 3 segmen
mempunyai diameter 40 mm dengan ketebalan 90 mm pada segmen atas, 30 mm
pada segmen tengah dan 90 mm pada segmen bawah. konduktivitas termal 320
Kcal/cmh°C atau 397 W/m.°C. Sedangkan sampel yang digunakan berjumlah
12
dua buah dengan diameter 40mm dan ketebalan masing-masing 4 mm dan 2 mm.
Sampel diletakkan diantara segmen silinder standar.
Proses mengalirnya panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu lebih
rendah di dalam suatu medium tanpa disertai partikel medium atau antara
medium berlainan dinamakan proses konduksi, misalnya proses yang terjadi saat
sebatang besi dipanaskan. Dalam proses konduksi, apabila medium cepat
mengkonduksi panas, maka kenaikan suhu akan berjalan lambat, sebaliknya
apabila medium lambat mengkonduksi panas maka kenaikan suhu akan berjalan
cepat. Selanjutnya dengan mengeplot kenaikan suhu sebagai fungsi waktu.
D. Heat Exchanger
Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang
digunakan untuk memindahkan panas antara dua buah fluida atau lebih
yang memiliki perbedaan temperature yaitu fluida yang bertemperatur
tinggi kefluida yang bertemperatur rendah. Perpindahan panas teesebut
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kebanyakan
sistem kedua fluida ini tidak mengalami kontak langsung. Kontak
langsung alat penukar kalor terjadi sebagai contoh pada gas kalor yang
terfluidisasi dalam cairan dingin untuk meningkatkan temperatur cairan
atau mendinginkan gas.
Alat penukar panas banyak digunakan pada berbagai instalasi
industri, antara lain pada : boiler, kondensor, cooler, cooling tower.
Sedangkan pada kendaraan kita dapat menjumpai radiator yang fungsinya
pada dasarnya adalah sebagai alat penukar panas. Tujuan perpindahan
panas tersebut di dalam proses industri diantaranya adalah :
1. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya,
seperti pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
2. Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensassi
dan lain-lain.
13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Thermocouple
14
3. Computer Controller
15
6. Batang Silinder Brass (Kuningan) Diameter 10mm
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
16
11. Mematikan heater dengan cara set SW-1 pasa PID Analog menjadi 0.
12. Close aplikasi dan matikan PC serta matikan Instrumentasi.
13. Menutup kran air pada yang mengalir ke mesin.
17
BAB IV
18
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Gradien
Gradien (֯C/m)
Benda Uji Bagian
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3
Keseluruhan
Stainlees Steel
703,33 245 70 437
diameter 25mm
Kuningan
360 225 140 322
diameter 25mm
Kuningan
290 470 40 388
diameter 10mm
19
2. Perhitungan
a. q= 40watt untuk seluruh benda uji
1) Bagian 1
𝑇₁−𝑇₄ 77,6−56,5
gradien = = = 703,33 ֯C/m
𝐿 0,03
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,03 𝑚
𝑘 = ( )×( ) = −4 2
× = 1158,28 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 21,1 𝑘
2) Bagian 2
𝑇₅−𝑇₇ 47,8−42,9
gradien = = =245 ֯C/m
𝐿 0,02
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,02 𝑚
𝑘 = ( )×( ) = −4 2
× = 3325,15 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 4,9 𝑘
3) Bagian 3
𝑇₈−𝑇₁₁ 36−33,9
gradien = = = 70 ֯C/m
𝐿 0,03
20
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,03 𝑚
𝑘 =( )×( )= × = 1163,80 𝑊 / 𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10−4 𝑚2 2,1 𝑘
4) Bagian Keseluruhan
𝑇₁−𝑇₁₁ 77,6−33,9
gradien= = = 437 ֯C/m
𝐿 0,1
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,1 𝑚
𝑘 =( )×( ) = −4 2
× = 186,42 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 43,7 𝑘
𝑇₁−𝑇₄ 66−55,2
gradien = = = 360 ֯C/m
𝐿 0,03
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,03 𝑚
𝑘 = ( )×( )= −4 2
× = 2262,95 𝑊/𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 10,8 𝑘
2) Bagian 2
𝑇₅−𝑇₇ 47−42,5
gradien = = = 225 ֯C/m
𝐿 0,02
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,02𝑚
𝑘 =( )×( )= −4 2
× = 3620,72 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 4,5 𝑘
3) Bagian 3
𝑇₈−𝑇₁₁ 38−33,8
gradien = = = 140 ֯C/m
𝐿 0,03
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,03𝑚
𝑘 =( )×( )= −4 2
× = 5819,02 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 4,2 𝑘
21
4) Bagian Keseluruhan
𝑇₁−𝑇₁₁ 66−33,8
gradien= = = 322 ֯C/m
𝐿 0,1
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,1 𝑚
𝑘 =( )×( ) = −4 2
× = 253,01 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 4,91 × 10 𝑚 32,2 𝑘
𝑇₁−𝑇₄ 73,1−64,4
gradien= 𝐿
= 0,03
= 290֯C/m
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,03 𝑚
𝑘 = ( )×( )= −4 2
× = 4433,12 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 7,85 × 10 𝑚 8,7 𝑘
2) Bagian 2
𝑇₅−𝑇₇ 46,3−36,9
gradien= = = 470֯C/m
𝐿 0,02
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,02 𝑚
𝑘 = ( )×( )= −4 2
× = 1084,15 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 7,85 × 10 𝑚 9,4 𝑘
3) Bagian 3
𝑇₈−𝑇₁₁ 35,5−34,3
gradien= = = 40 ֯C/m
𝐿 0,03
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,03 𝑚
𝑘 = ( )×( )= −4 2
× = 1273,89 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 7,85 × 10 𝑚 1,2 𝑘
22
4) Bagian Keseluruhan
𝑇₁−𝑇₁₁ 73,1−34,3
gradien= = = 388 ֯C/m
𝐿 0,1
𝑞 ∆𝑥 40 𝑤𝑎𝑡𝑡 0,1 𝑚
𝑘 =( )×( )= −4 2
× = 131,32 𝑊 /𝑚𝐾
𝐴 ∆𝑇 7,85 × 10 𝑚 38,8 𝑘
3. Grafik Data
a. Grafik hubungan antara distribusi temperatur terhadap jarak dari titik T1
pada stainless steel (25 mm)
80 65
56.5
60 47.8 45.6
42.9
36 34.7 34 33.9
40
20
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JARAK (m)
23
terhitung 245 ֯C/m. Pada bagian terjauh dari sumber panas yaitu ST8-ST11
temperatur yang terukur adalah 36°C-33,9°C dengan besar gradien
terhitung 70 ֯C/m. Stainless steel merupakan material yang memiliki nilai
konduktivitas yang cukup rendah dibandingkan dengan material logam
yang lain, jika dilihat dilihat dalam tabel standar konduktivitas termal
stainless steel hanya bernilai 16 itulah mengapa bisa terlihat pada grafis
diatas laju perpindahan panas pada stainless steel cukup lambat.
Kuningan 25mm
66 64.3
70 57.8 55.2
TEMPERATURE(°c)
60 47 46.1 42.5
50 38
34.2 33.9 33.8
40
30
20
10 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JARAK (m)
24
terhitung 225 ֯C/m. Pada bagian terjauh dari sumber panas yaitu ST8-ST11
temperatur yang terukur adalah 38°C-33,8°C dengan besar gradien
terhitung 140 ֯C/m. kuningan merupakan material yang memiliki nilai
konduktivitas yang cukup baik dibandingkan dengan material stainless
steel, jika dapat dilihat dalam tabel standar konduktivitas termal kuningan
bernilai 125 itulah mengapa bisa terlihat pada grafik diatas laju
perpindahan panas pada kuningan lebih cepat dibandingkan dengan
stainless steel.
Kuningan 10mm
80 73.1 70.2
67 64.4
TEMPERATURE(°C)
60 46.3
41.5
36.9 35.5 34.8 34.3 34.3
40
20
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JARAK (M)
25
bahwa gradien sebesar 290 ֯C/m. Pada bagian tengah yaitu ST5-ST7
temperatur yang terukur yaitu sebesar 46,3°C-38,9°C dengan besar gradien
terhitung 470 ֯C/m. Pada bagian terjauh dari sumber panas yaitu ST8-ST11
temperatur yang terukur adalah 35,5°C-34,3°C dengan besar gradien
terhitung 40 ֯C/m. Dengan bahan yang digunakan sama dengan grafik 2
hanya saja pada material kuningan yang ada pada grafik ketiga ini
menggunakan kuningan berdiameter lebih kecil yaitu 10mm. Nilai
konduktivitasnya pun sama hanya saja jika dilihat pada grafik perpindahan
laju panasnya lebih cepat dibandingkan dengan kuningan berdiameter
25mm. Hal ini bisa disimpulkan bahwa semakin kecil luas penampang
dengan material yang sama maka semakin cepat pula laju perpindahan
panas yang terjadi.
B. Pembahasan
26
permukaan bidang yang mengalami aliran kalor, dan perbedaan suhu antara
kedua bahan yang dialiri dengan zat cair, dan terakhir factor Pada radiasi di
pengaruhi oleh jenis bahan radiasi, emisivitas bahan, luas permukaan bidang
yang mengalami pancaran kalor , dan suhu bidang yang mengalami pancaran
kalor.
Dalam perpindahan panas terdapat isotropic material dimana memiliki
sifat yang sama, jika material ditarik dan ditekan ke semua arah, ataupun
karena di panaskan sehingga laju kalor pada tiap sumbu menjadi rata
diakibatkan perubahan posisi pada tiap-tiap sumbu, dan hal itulah yang
membuat konduktivitas termal pada tiap sumbu menjadi sama. Dalam
perbedaan temperature terdapat permukaan bahan yang dibagi dengan fluks
panas yang dihasilkan per satuan luas dalam arah gradio, hal tersebut
dinamakan resistensi thermal. Berbeda dengan konduktivitas termal yang
mana koefisien yang menyatakan kemampuan suatu bahan dalam
menghantarkan kalor. Saat kedua material memiliki sifat konduktivitas termal
maka resistensi termal yang dihasilkan akan menjadi lebih besar.
Pada percobaan praktikum ini membahas tentang perhitungan dari
Linear Heat Conduction yaitu kita dapat melihat bahwa konduktivitas thermal
yang paling tinggi ada di kuningan (25 mm) yang bernilai 253,01 𝑊/𝑚. 𝐾
dibandingkan dengan dua benda uji lainnya yaitu stainless steel (25 mm)
sebesar 186,42 𝑊/𝑚. 𝐾 dan kuningan (10 mm) sebesar 131,32 𝑊/𝑚. 𝐾. Jika
dilihat dari perumusan konduktivitas thermal (k = (q/A) x (dx/dT) hal yang
mempengaruhi nilai konduktivitas thermal q, A, dan dT. Ketiga benda uji
menerima daya yang sama sebesar 40watt tetapi luas penampang dan
temperature antar titik uji tiga benda uji berbeda yang mana hal ini lah yang
sangat mempengaruhi hasil dari perhitungan ketiga benda uji tersebut. Untuk
luas penampang pada kuningan (10 mm) yaitu bernilai 0,00785 m, pada
stainless steel (25 mm) yaitu bernilai 0,04906 dan kuningan (25 mm) yaitu
bernilai 0,04906 m.
27
BAB V
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum linear heat conduction adalah :
1. Dari praktikum ini mahasiswa dapat merangkai dan mengoperasikan peralatan
linear heat conduction.
2. Dari praktikum ini mahasiswa dapat memahami aplikasi dari teori
perpindahan panas secara kondksi.
3. Dari praktikum ini mahasiswa mengetahui sifat-sifat bahan dalam
perpindahan panas.
4. Dari praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui besarnya gradient di setiap
bagian penampang dan seluruh penampang.
B. Saran
Adapun saran untuk praktikum linear heat conduction adalah :
1. Mahasiswa harus teliti saat perhitungan
2. Mahasiswa terlebih dahulu menonton video praktikum
3. Lebih baik jika di lakuka praktikum offlline
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
B. Material isotropik adalah jenis material yang memiliki sifat mekanik dan sifat
termal yang sama dalam semua kondisi jika material ditarik atau ditekan ke
semua arah. Material ini hanya memiliki satu nilai dari modulus elastisitas,
poisson’s ratio, ultimate strenght, dan modulus gesernya. Sehingga material
isotropik akan mengalami kerataandistribusi temperatur saat mengalami konduksi
dengan konduktivitas termal yang sedemikian rupa.
30
2. Panjang bahan, semakin pendek panjang bahan maka laju aliran panasnya
semakin cepat mengalir.
3. Perbedaan temperature,
4. Jenis penampang, seperti bulat, berbentuk C dan berongga, dapat
mempengaruhi konduktivitas termal.
D. Resistansi termal merupakan sifat panas dan pengukuran perbedaan suhu di mana
suatu benda atau bahan menahan aliran panas sedangkan konduktivitas termal
adalah kebalikan dari resistansi termal. Konduktivitas termal adalah sifat bahan
yang menunjukkan seberapa cepat bahan bisa menghantarkan panas. Semakin
besar nilai resistansi termal dalam suatu bahan maka semakin lambat bahan
tersebut menghantarkan panas.
E. Grafik hubungan antara distribusi temperatur terhadap jarak dari titik T1 pada
stainless steel (25 mm), kuningan (25 mm), dan Kuningan (10mm)
56.5
60
47.8 45.6
50 42.9
36 34.7 34 33.9
40
30
20
10 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JARAK (m)
31
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hubungan antara temperatur dengan
titik bagian penampang bantang stainless steel yang diuji. Diameter stainless steel
yang digunakan yaitu sebesar 25mm. Pengujian ini disetel dengan SW-1 = 40 W.
Panas yang ideal pada percobaan ini adalah saat temperatur berkisar 60°C-80°C.
Pada bagian ST1 dengan jarak 0 m yang paling dekat dengan sumber panas,
memiliki temperatur tertinggi yaitu sebesar 77,6°C dan sampai ST4 dengan besar
temperatur 56,5°C terhitung bahwa gradien sebesar 703,3 ֯C/m. Pada bagian
tengah yaitu ST5-ST7 temperatur yang terukur yaitu sebesar 47,8°C-42,9°C
dengan besar gradien terhitung 245 ֯C/m. Pada bagian terjauh dari sumber panas
yaitu ST8-ST11 temperatur yang terukur adalah 36°C-33,9°C dengan besar
gradien terhitung 70 ֯C/m. Stainless steel merupakan material yang memiliki nilai
konduktivitas yang cukup rendah dibandingkan dengan material logam yang lain,
jika dilihat dilihat dalam tabel standar konduktivitas termal stainless steel hanya
bernilai 16 itulah mengapa bisa terlihat pada grafis diatas laju perpindahan panas
pada stainless steel cukup lambat.
Kuningan 25mm
70 66 64.3
57.8
60 55.2
47 46.1
TEMPERATURE(°c)
50 42.5
38
40 34.2 33.9 33.8
30
20
10
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JARAK (m)
32
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hubungan antara temperatur dengan titik
bagian penampang bantang kuningan yang diuji. Diameter kuningan yang
digunakan yaitu sebesar 25mm. Pengujian ini disetel dengan SW-1 = 40 W. Panas
yang ideal pada percobaan ini adalah saat temperatur berkisar 60°C-70°C. Pada
bagian ST1 dengan jarak 0 m yang paling dekat dengan sumber panas, memiliki
temperatur tertinggi yaitu sebesar 66°C dan sampai ST4 dengan besar temperatur
55,2°C terhitung bahwa gradien sebesar 360 ֯C/m. Pada bagian tengah yaitu ST5-
ST7 temperatur yang terukur yaitu sebesar 47°C-42,5°C dengan besar gradien
terhitung 225 ֯C/m. Pada bagian terjauh dari sumber panas yaitu ST8-ST11
temperatur yang terukur adalah 38°C-33,8°C dengan besar gradien terhitung 140
֯C/m. kuningan merupakan material yang memiliki nilai konduktivitas yang cukup
baik dibandingkan dengan material stainless steel, jika dapat dilihat dalam tabel
standar konduktivitas termal kuningan bernilai 125 itulah mengapa bisa terlihat
pada grafik diatas laju perpindahan panas pada kuningan lebih cepat
dibandingkan dengan stainless steel.
Kuningan 10mm
80 73.1
70.2
67 64.4
70
60
TEMPERATURE(°C)
46.3
50 41.5
36.9 35.5 34.8 34.3 34.3
40
30
20
10
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JARAK (M)
33
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hubungan antara temperatur dengan titik
bagian penampang bantang stainless steel yang diuji. Diameter stainless steel
yang digunakan yaitu sebesar 10mm. Pengujian ini disetel dengan SW-1 = 40 W.
Panas yang ideal pada percobaan ini adalah saat temperatur berkisar 60°C-80°C.
Pada bagian ST1 dengan jarak 0 m yang paling dekat dengan sumber panas,
memiliki temperatur tertinggi yaitu sebesar 73,1°C dan sampai ST4 dengan besar
temperatur 64,4°C terhitung bahwa gradien sebesar 290 ֯C/m. Pada bagian tengah
yaitu ST5-ST7 temperatur yang terukur yaitu sebesar 46,3°C-38,9°C dengan besar
gradien terhitung 470 ֯C/m. Pada bagian terjauh dari sumber panas yaitu ST8-
ST11 temperatur yang terukur adalah 35,5°C-34,3°C dengan besar gradien
terhitung 40 ֯C/m. Dengan bahan yang digunakan sama dengan grafik 2 hanya
saja pada material kuningan yang ada pada grafik ketiga ini menggunakan
kuningan berdiameter lebih kecil yaitu 10mm. Nilai konduktivitasnya pun sama
hanya saja jika dilihat pada grafik perpindahan laju panasnya lebih cepat
dibandingkan dengan kuningan berdiameter 25mm. Hal ini bisa disimpulkan
bahwa semakin kecil luas penampang dengan material yang sama maka semakin
cepat pula laju perpindahan panas yang terjadi.
F. Pada praktikum kali ini kita akan membahas mengenai perhitungan dari
dilaksanakannya kegiatan praktikum Liner heat conduction yaitu kita dapat
melihat bahwa konduktivitas thermal yang paling tinggi ada di kuningan (25 mm)
yang bernilai 253,01 𝑊/𝑚. 𝐾 dibandingkan dengan dua benda uji lainnya yaitu
stainless steel (25 mm) sebesar 186,42 𝑊/𝑚. 𝐾 dan kuningan (10 mm) sebesar
131,32 𝑊/𝑚. 𝐾. Jika dilihat dari perumusan konduktivitasthermal (k = (q/A) x
(dx/dT) hal yang mempengaruhi nilai konduktivitas thermal q, A, dan dT. Ketiga
benda uji menerima daya yang sama sebesar 40watt tetapi luas penampang dan
temperature antar titik uji tiga benda uji berbeda yang mana hal ini lah yang
sangat mempengaruhi hasil dari perhitungan ketiga benda uji tersebut. Untuk luas
penampang pada kuningan (10 mm) yaitu bernilai 0,00785 m, pada stainless steel
(25 mm) yaitu bernilai 0,04906 dan kuningan (25 mm) yaitu bernilai 0,04906 m.
34