Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalor merupakan energi yang dapat berpindah karena adanya perbedaan
suhu. Panas seringkali dapat berpindah dari daerah bersuhu tinggi ke daerah
bersuhu rendah. Hampir semua benda mempunyai energi dalam yang berkaitan
dengan gerak acak atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini
sebanding dengan suhu benda. Apabila dua benda yang suhunya berbeda saling
bersentuhan, maka kedua benda tersebut akan bertukar energi dalam hingga
suhunya sama. Jumlah energi yang dipindahkan dari setiap benda sama dengan
jumlah energi yang ditukar Perpindahan panas atau yang sering disebut heat
transfer merupakan salah satu dari disiplin ilmu teknik thermal yang
mempelajari cara menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas
dan menukarkan panas di antara sistem fisik. Bila dalam suatu sistem terdapat
perbedaan suhu, atau bila dua sistem yang suhunya berbeda disinggungkan,
maka akan terjadi perpindahan energi yang disebut juga sebagai perpindahan
panas.

Praktikum ini dilakukan dengan cara memanaskan benda kerja dan


menghitun besar kalor yang terdapat pada benda kerja setiap 5 menit. Dimana 3
benda kerja yang ditumpuk disisipkan kabel termokopel pada tiap tingkatnya
dan dilingkari oleh isolator. Benda kerja kemudian dipanaskan selama 15 menit
selagi suhu yang tertera pada termokopel dicatat tiap 5 menit. Praktikum ini
dilakukan untuk membantu mahasiswa sebagai praktikan mengetahui apa saja
jenis perpindahan panas, selain itu juga untuk mencari tahu dengan
menggunakan termokpel tipe k, nilai konduktivitas termal, serta mencari tahu
kesimpulan yang daapat diambil dari prtaktikum perpindahan panas ini

1
1.2 Tujuan Praktikum
Sementara itu tujuan dari dilaksanakan praktikum ini adalah sebagai
bertikut:
1. Mengetahui jenis-jenis perpindahan panas
2. Mendapatkan nilai konduktivitas termal dan membandingkannya dengan
ketetapan nilai konduktivitas termal yang sudah ada
3. Melatih kemampuan dalam menganalisis data yang didapatkan praktikum

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat pada praktikum perpindahan
panas adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis-jenis perpindahan panas?
2. Apakah nilai konduktivitas thermal yang didapat tepat dengan ketetapan
nilai termal yang sudah ada?
3. Apa saja kesimpilan yang dapat diambil dari data yang didapatkan selama
praktikum?

1.4 Batasan Masalah


Agar permasalahan selama praktikum tidak menjalar terlalu jauh dan tidak
menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Kita perlu menetapkan sebuah batasan
masalah yang terbagi menjadi dua Variabel, yaitu variable bebas dan variable
terikat. Variabel bebasnya adalah jenis benda dan temperatur yang diberikan,
sedangkan variabel terikatnya adalah konduktivitas termal

1.5 Sistematika Penulisan


Pada praktikum perpindahan panas ini, penulisan laporan ini dibagi menjadi
lima bab, Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh

2
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta terdapat juga blangko
percobaan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, rumusan masalah,
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori
singkat dari percobaan yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab III menjelaskan mengenai metode pengambilan data dan bagaimana cara
melakukan praktikum
BAB IV ANALISA+ DAN PEMBAHASAN
Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian perpindahan panas


Perpindahan panas atau yang sering disebut heat transfer merupakan
salah satu dari disiplin ilmu teknik thermal yang mempelajari cara
menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas dan menukarkan
panas di antara sistem fisik. Bila dalam suatu sistem terdapat perbedaan suhu,
atau bila dua sistem yang suhunya berbeda disinggungkan, maka akan terjadi
perpindahan energi yang disebut juga sebagai perpindahan panas (kreith, 1991)
Dalam proses perpindahan energi tentunya terdapat laju perpindahan
panas. Oleh karena itu, ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu yang
meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi tertentu.
Perpindahan panas dapat diartikan sebagai suatu proses perpindahan energi
(panas) dari suatu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan suhu pada
daerah tersebut.
Perpindahan panas merupakan berpindahnya energi dari satu daerah ke
daerah lainnya sebagai akibat dari perbedaan suhu antara daerah tersebut dari
temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Perpindahan
panas pada umumnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan panas yang
berbeda yaitu konduksi (conduction), radiasi (radiation), dan konveksi
(convection) (Yunus, 2009)

2.2 Macam-macam perpindahan panas


Konduksi termal adalah perpindahan panas melalui suatu medium tanpa
disertai pergerakan medium tersebut. Konduksi sering terjadi pada benda
logam atau padat. Contohnya, jika salah satu ujung sendok terasa panas, maka
jika ujung yang lain dipegang maka tangan akan terasa hangat. Hal ini terjadi

4
karena panas yang dipindahkan dari ujung sendok menjadi panas tetapi sendok
tidak bergerak ke arah tubuh kita. Laju perpindahan panas yang terjadi pada
perpindahan panas konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal
sesuia dengan peramaan berikut:
dt
q k =−KA ………………………………...……………………………...(2.1)
dx
Dimana:
q = Lanjut Perpindahan Panas (kj / det, W)
k = Konduktifitas Termal (W/m.ºC)
A = Luas Penampang (m²)
dT = Perbedaan Temperatur ( ºC, ºF )
dX = Perbedaan Jarak (m / det )
Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang
elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat dibawa sampai jarak
yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium. Radiasi dalam
perpindahan panas (thermal radiation) hanya salah satu bentuk dari jenis
radiasi elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi berpindah dengan cara
pancaran melalui gelombang elektromagnet. Panas matahari yang sampai ke
bumi merupakan salah satu contoh bentuk nyata perpindahan panas secara
radiasi. Meskipun jarak antara matahari dan bumi sangat jauh serta dipisahkan
oleh ruang hampa, panas matahari tetap dapat sampai ke bumi melalui pancaran
(koestoer, 2002)
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada sebuah permukaan
dan fluida yang bergerak Ketika keduannya memiliki temperature berbeda.
Konveksi dibagi menjadi dua, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa.
Aplikasi konveksi natural banyak dijumpai pada perangkat elektronik yang
mana komponen sirkuit semakin kecil dan menghasilkan panas semakin
meningkat karena peningkatan kapasitas pemrosesan. Penting untuk
menghilangkan panas yang berlebihan dari sistem menyebabkan tekanan termo-

5
mekanik yang dihasilkan dari kenaikan suhu berlebihan dapat menyebabkan
kegagalan fungsi dari komponen (b. sarper, 2018)

Sedangkan konveksi paksa adalah perpindahan panas yang alirannya


berasal dari luar, misalnya blower atau kran dan pompa. Konveksi paksa pada
suatu pipa merupakan masalah perpindahan konveksi untuk aliran internal yang
disebut juga dengan aliran internal. Aliran yang terjadi pada suatu pipa
merupakan suatu fluida yang dibatasi oleh suatu permukaan. Oleh karena itu,
lapisan batas tidak dapat berkembang secara bebas seperti aliran luar.

2.3 Konduktivitas thermal


Konduktivitas termal adalah ukuran kemampuan suatu material atau
bahan dalam menghantarkan energi (kurniawati, 1999) Energi termal
dihantarkan dalam bentuk zat padat melalui pergerakan elektron bebas. Suatu
material disebut memiliki konduktivitas yang baik apabila terdapat elektron
yang bergerak didalam struktur kisi bahan, maka elektron itu disamping dapat
mengangkut muatan listrik dapat pula berfungsi sebagai penerus energi termal
dari area yang bersuhu tinggi menuju area yang bersuhu rendah
Konduktivitas termal dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan
suatu bahan untuk menghantarkan panas. Konduktivitas termal adalah sifat
suatu bahan dan menyatakan jumlah panas yang dipindahkan melalui suatu
satuan luas jika gradien suhunya 1. Bahan dengan konduktivitas termal tinggi
disebut konduktor listrik, sedangkan bahan dengan konduktivitas termal rendah
disebut konduktor listrik. isolator. Konduktivitas termal bervariasi terhadap
suhu, namun dalam banyak masalah teknik, variasi ini cukup kecil untuk
diabaikan. Indeks konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat panas
mengalir melalui material tertentu. Semakin cepat suatu molekul bergerak,
semakin cepat pula ia membawa energi. Oleh karena itu konduktivitas termal
bergantung pada suhu. Saat mengukur konduktivitas termal, mekanisme
perpindahan panas adalah secara konduksi

6
Gambar 2.1 Laju aliran kalor
(sumber: repositori.uma.ac.id)
dT
q=λ × A × ……………….……………………………….…………..(2.2)
dt
Dan
E
q= …………………...………………………………………………….(2.3)
Axt
Dimana:
q : Laju aliran panas tiap satuan luas A tiap satuan waktu t
E : Energi
A: Luas penampang lintang sampel
T : Suhu
λ : Konduktivitas termal
t : Waktu

2.4 resistensi thermal


Resistensi termal adalah kemampuan suatu zat atau sistem untuk menahan
aliran panas. Ini adalah parameter penting dalam banyak disiplin ilmu, termasuk
teknik, fisika dan termodinamika. Banyaknya energi panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu suatu bahan atau sistem dengan jumlah tertentu
ditentukan oleh ketahanan panas bahan atau sistem tersebut. Kemampuan
menghantarkan atau menahan perpindahan panas sulit dihitung secara akurat

7
karena bergantung pada komposisi bahan, strukturnya, dan faktor lainnya (team
xometry, 2023)

Sifat-sifat material yang paling penting untuk dipelajari terbagi menjadi


beberapa aspek yaitu aspek mekanik, optik, listrik, magnetik, daya tahan
terhadap lingkungan fisik atau kimia, dan termal. Sifat termal adalah sifat yang
menunjukan respon material terhadap panas yang diterima. Salah satu material
yang memiliki sifat termal yang baik dan ramah lingkungan adalah geopolimer
berpori (le-ping, 2010)
Resistansi termal menggambarkan kemampuan material atau sistem untuk
mencegah perpindahan panas. Hal ini dijelaskan sebagai korelasi antara
perbedaan suhu suatu zat atau benda dan laju aliran panas yang melaluinya.
Satuan SI untuk ketahanan termal adalah K/W, atau Kelvin per watt.
Tergantung pada seberapa baik mereka menahan pemanasan termal, beberapa
bahan bangunan dapat diklasifikasikan. Bahan yang digunakan untuk insulasi
harus mempunyai ketahanan termal atau nilai asuransi yang tinggi karena dapat
mengurangi jumlah panas yang dilepaskan akibat suhu bangunan. Sebaliknya,
material yang digunakan untuk heat sink atau penukar panas, yang tujuannya
adalah untuk mentransfer panas seefisien mungkin, lebih disukai karena
memiliki nilai ketahanan termal yang rendah.
Resistansi termal suatu bahan adalah ukuran seberapa sulit panas untuk
melewatinya. Hal ini ditentukan oleh konduktivitas termal dan ketebalan
material. Bahan yang sangat resistif, seperti isolator, memperlambat
perpindahan panas, sedangkan bahan yang memiliki ketahanan termal rendah,
seperti logam, memfasilitasi perpindahan panas. Resistansi termal penting
karena mewakili kapasitas material atau sistem untuk menghalangi aliran panas.
Hal ini merupakan faktor kunci dalam pengembangan dan peningkatan sistem
manajemen termal yang bertujuan untuk menghindari panas berlebih dan
meningkatkan efektivitas energi. Resistansi termal dapat dianalogikan dengan

8
resistansi listrik, dan satuannya mengikuti hukum Ohm yaitu ‘termal ohm’.
Oleh karena itu resistansi termal [ Rt ] dapat dinyatakan dengan: (broto, 2019)
(r ×l)
Rt = ……………………………………………………………(2.4)
A

Dimana:
r : resistivitas termal ( °C m / W )
l : Panjang (m)
l : luang permukaan yang benda padat yang dilewati (m2)

2.5 Perbedaan suhu dan kalor


suhu adalah ukuran panas atau dingin yang dinyatakan dalam salah satu
dari beberapa skala dan menunjukkan arah aliran energi panas secara spontan—
yaitu, dari benda yang lebih panas (yang bersuhu lebih tinggi) ke benda yang
lebih dingin (yang bersuhu lebih rendah). Suhu tidak setara dengan energi
sistem termodinamika. Misalnya, korek api yang terbakar memiliki suhu yang
jauh lebih tinggi daripada gunung es, namun total energi panas yang terkandung
dalam gunung es jauh lebih besar daripada energi yang terkandung dalam korek
api. Suhu, mirip dengan tekanan atau kepadatan, disebut sifat intensif—sifat
yang tidak bergantung pada kuantitas materi yang dipertimbangkan—yang
dibedakan dari sifat ekstensif, seperti massa atau volume. (Britannica, 1998)
Sementara itu Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah
dari benda dengan suhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah
jika keduanya dipertemukan atau bersentuhan. Dua benda yang memiliki suhu
yang berbeda ketika dipertemukan maka akan muncul kalor yang mengalir atau
berpindah.. kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpindah dari suatu
tempet ke tempat lain karena perbedaan suhu. sebelum ada konsep energi,
menurut teori zat alir, kalor adalah zat alir yang berpindah dari benda yang
suhunya tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah (Wijaya, 2006)

9
2.6 klasifikasi alat penukar kalor
Alat Penukar Kalor adalah suatu alat yang digunakan untuk
memindahkan panas antara dua fluida atau lebih yang mempunyai perbedaan
suhu, khususnya fluida bersuhu tinggi ke fluida bersuhu rendah. Perpindahan
panas ini terjadi secara langsung atau tidak langsung. Pada kebanyakan sistem,
kedua fluida ini tidak bersentuhan langsung. Kontak penukar panas langsung
terjadi, misalnya ketika gas panas dicairkan dalam cairan dingin untuk
meningkatkan suhu cairan atau mendinginkan gas. Alat penukar panas banyak
digunakan pada berbagai instalasi industri, antara lain: reboiler, condensor,
cooler, dan heater
Reboiler adalah peralatan proses yang digunakan untuk memanaskan
produk terbawah dari kolom debutanizer (V1) (Y. S. Wain, 2009) Setelah
dipanaskan, produk disirkulasikan kembali ke kolom debutanizer untuk proses
distilasi (N. Mohamed Ramli, 2014) Kolom debutanizer adalah jenis pecahan
kolom distilasi digunakan untuk memisahkan butana dari gas alam selama
proses pemurnian menjadi komponen ringan (yaitu, produk teratas seperti C3
dan C4) dan komponen berat (yaitu, produk terbawah seperti C5 dan lebih
berat) (A Ahmadi, 2014)
Alat penukar panas yang disebut kondensor dapat mengubah fase uap
menjadi fase cair atau fluida. Uap gas yang bersuhu tinggi masuk ke kondensor
melalui dinding kondensor, melewati ruang kondensasi, dan didinginkan oleh
aliran fluida bersuhu rendah dalam sistem kondensor sehingga dapat
mengembun menjadi cairan. Kondensor biasanya dipasang di luar ruangan
karena fungsinya—panas yang terperangkap evaporator dilepaskan ke
lingkungan dalam bentuk cairan. Tekanan tinggi diterapkan pada cairan
pendingin (refrigeran) di evaporator hingga menguap; uap tersebut kemudian
didinginkan di kondensor untuk kembali ke fase cair. kehangatan yang
dihasilkan oleh pendinginan (anwar, 2018)
Cooler adalah alat yang mengontrol suhu dengan mendinginkan fraksi
panas menggunakan media fluida dingin, sehingga panas dapat berpindah dari

10
fluida panas ke media pendingin tanpa mengubah suhu keduanya. Hal ini
mencegah overheating (panas berlebih). Fraksi panas mengalir di dalam pipa
sedangkan air pendingin berada di luar pipa, oleh karena itu bila sistem
pendingin menggunakan air sebagai media, fraksi panas tidak pernah
bersentuhan langsung dengan air pendingin.
Heater atau pemanas adalah segala sesuatu yang memancarkan panas atau
menaikkan suhu benda lain. Pemanas sering kali merupakan peralatan yang
menghasilkan pemanasan (kehangatan) di rumah atau lingkungan rumah tangga
lainnya. Semua jenis bahan, termasuk benda padat, cair, dan gas, dapat
dipanaskan. AC, yang digunakan untuk melindungi pengguna dari suhu dingin
pertama di lingkungan terdekatnya, adalah kebalikan dari pemanas (untuk
kehangatan).

2.7 Rumus dan istilah perpindahan panas


Perpindahan panas merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana panas
dapat berpindah dari suatu benda ke benda lain melalui media perpindahan
panas yang berbeda. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan
suhu pada suatu benda. Dalam termodinamika, energi yang ditransfer ini
disebut panas.
asas Black adalah prinsip termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph
Black. Rumus dasar Black sering digunakan untuk menyelesaikan masalah
fisika yang berkaitan dengan perpindahan panas. asas Black berasal dari hukum
kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi bersifat kekal atau tetap.
Artinya energi panas tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, melainkan
hanya dapat berpindah dan berubah bentuk. Jika dua zat cair yang suhunya
berbeda dicampurkan, zat yang suhunya lebih tinggi akan mempunyai energi
yang lebih besar. Sebaliknya, cairan bersuhu rendah memiliki energi lebih
rendah.
Dalam rumus Asas Black, Joseph Black mengemukakan bahwa: “Pada
pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas oleh zat yang suhunya

11
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat yang
suhunya lebih rendah.”
Dengan kata lain, pada Asas Black berlaku jumlah kalor yang diserap
benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda panas.
Sederhananya, Asas Black dapat dijabarkan dengan rumus berikut:

m 1c 1(T 1−Ta)=m 2 c 2(Ta−T 2)……………………...………….…(2.5)


Dimana:
m1 = massa benda 1 yang suhunya lebih tinggi
m2 = massa benda 2 yang suhunya lebih rendah
c1 = kalor jenis benda 1
c2 = kalor jenis benda 2
Ta = temperatur akhir pencampuran kedua benda
T1 = temperatur benda 1
T2 = temperatur benda 2
Berdasarkan pengertian yang ditulis dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kalor adalah tenaga panas yang dapat diterima dan diteruskan oleh
satu benda ke benda lain secara hantaran (konduksi), penyinaran (radiasi), atau
aliran (konveksi). Kalor juga disebut sebagai energi panas yang berpindah dari
benda bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Dalam satuan
internasional, kalor dinyatakan dengan Joule (J), satuan lainnya dikenal dengan
kalori (kal) yang biasa digunakan di bidang gizi. Satu kalori adalah jumlah
energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air hingga naik
sebesar 1 derajat selsius
Jika suhu suatu benda tinggi, maka jumlah kalor yang dikandung benda
tersebut sangatlah penting. Begitu pula sebaliknya, jika suhunya rendah maka
masukan panasnya juga akan rendah. Banyaknya kalor yang dibutuhkan suatu
benda (zat) bergantung pada 3 faktor:
1. massa zat
2. jenis zat

12
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:

Q=m× c × c(t 1−t 2)……………..……………………………………(2.6)


Dimana:
Q = kalor yang dibutuhkan (J).
m =massa benda (kg).
c = kalor jenis (J/kgC).
(t2-t1) = perubahan suhu (C).

2.8 alat industri yang berhubungan dengan perpindahan panas


Penukar kalor banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan di
industri. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sering dipergunakan
peralatan masak memasak yang semuanya sebenarnya merupakan alat penukar
kalor. Di dalam mobil maupun alat transportasi lainnya banyak dijumpai
radiator maupun alat pengkondisi udara kabin, yang keduanya juga merupakan
penukar kalor. Di industri, banyak sekali peralatan penukar kalor seperti ketel
uap (boiler), pemanas lanjut (super heater), pendingin oli pelumas (oil cooler),
kondenser (condenser), dan lain-lain
Boiler merupakan suatu tangki tertutup yang fungsi utamanya mengubah
energi air menjadi uap. Tangki ini mampu membentuk uap dengan tekanan
lebih besar dari 1 atm dengan cara memanaskan air di dalamnya menggunakan
gas uap yang dihasilkan dari proses pembakaran. Singkatnya, perangkat ini
mengubah energi kimia menjadi energi lain untuk menghasilkan daya yang
diperlukan untuk bekerja dan dirancang untuk menghantarkan atau mentransfer
panas dari sumber bahan bakar, biasanya bahan bakar pembakaran.

13
Gambar 2.2 Boiler
(sumber: unnes.ac.id)

Superheater merupakan bagian subkritis pada boiler yang memanaskan


kembali steam jenuh pada tekanan operasi konstan sehingga menjadi steam
lewat jenuh. Teknologi superheating telah digunakan sejak mesin uap mulai
digunakan pada awal abad ke-20, dengan tujuan utama untuk meningkatkan
energi panas yang terkandung dalam uap, guna meningkatkan efisiensi termal
mesin. Sampai saat ini penggunaan superheater masih sangat umum terutama
pada boiler pipa air besar pembangkit listrik tenaga uap

Gambar 2.3 superheater


(sumber: artikel-teknologi.com)
Kondensor merupakan salah satu jenis alat penukar panas yang mempunyai fungsi
mengembunkan fluida kerja. Kondensor biasanya mengubah fasa gas menjadi cair
dari suhu tinggi melalui dinding kondensor melalui media kondensasi, sehingga uap
didinginkan hingga fasanya berubah menjadi fasa cair bersuhu rendah. Kondensor
menggunakan media kondensasi, seperti udara atau air, yang menyerap panas dari
uap. Ketika uap kehilangan panasnya ke media kondensasi, suhunya turun hingga

14
titik jenuhnya, dan ia mengembun menjadi cairan. Daftar isi di bawah ini
menghubungkan ke berbagai jenis kondensor. (Hindelang, 2023)

Gambar 2.4 kondensor

(sumber: wuling.co.id)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum


Agar praktikum berjalan dengan benar, kita perlu mengikuti diagram alir seperti
berikut:

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan serta memilih spesimen uji

Meletakkan spesimen uji pada kompor listrik dan menyalakannya

memutar prngaturan watt pada kompor listrik sampai max

mengamati temperature T1, T2, T3, T4 untuk waktu 5, 10, dan 15 menit

menhulangi Langkah untuk setiap spesimen uji secara bergantian

15
mengambil spesimen benda uji dan masukkan nilai konduktivitas setiap
spesimen

bandingkan nilai konduktivitas hasil Analisa dengan nilai konduktivitas dari


referensi

Gambar 3.1 Diagram alir


(sumber: Dokumentasi pribadi)

16
3.2 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai
berikut:

3.2.1 Alat yang Digunakan


1. Kompor listrik

Gambar 3.2 kompor listrik


(sumber: Tribunnews.com)

2. mistar

Gambar 3.3 mistar


(sumber: Laboratorium FDM)

3. Temporel type k

17
Gambar 3.4 Temporel tipe k
(sumber: Laboratorium FDM)

4. Kabel termokopel tipe k

Gambar 3.5 kabel termokopel tipe k


(sumber: Laboratorium FDM)

5. Isolator

Gambar 3.6 Isolator


(sumber: Laboratorium FDM)

6. Sarung tangan

18
Gambar 3.7 sarung tangan
(sumber: Laboratorium FDM)

7. ember

Gambar 3.8 Ember


(sumber: indotrading.com)

3.2.2 Bahan yang Digunakan


1. aluminium

Gambar 3.9 aluminium


(sumber: Laboratorium FDM)

19
2. stailess steel

Gambar 3.10 stailess steel


(sumber: Laboratorium FDM)

3. kuningan

Gambar 3.11 kuningan


(sumber: Laboratorium FDM)

4. air

Gambar 3.12 air


(sumber: superyou.co.id)

20
3.3 Prosedur Praktikum
setelah persiapan dilakukan, prosedur yang perlu dilakukan agar praktikum bisa
berjalan dengan benar adalah sebagai berikut
1. siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. pilih specimen uji (aluminium, kuningan, kemuidan stailess steel) yang
digunakan kemudian ukur dimensi spesimen
3. letakan spesimen uji diatas pemanas kompor listrik
4. colokkan steker kompor listrik ke sumber listrik, kompor listrik akan menyala
5. putar prngaturan watt pada kompor listrik sampai max
6. amati temperature T1, T2, T3, T4 untuk waktu 5, 10, dan 15 menit
7. ulangi Langkah 2 dan 3 untuk setiap spesimen uji secara bergantian
8. caatat hasil temperature setiap spesimen uji di blangko percobaan
9. mengambil spesimen benda uji dan masukkan nilai konduktivitas setiap
spesimen
10. bandingkan nilai konduktivitas hasil Analisa dengan nilai konduktivitas dari
referensi

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil pengujian spesimen


Setelah praktikum dilakukan praktikan mendapatkan data yang
dikumpulkan selama praktikum. Data tersebut adalah berikut:
4.1.1 Dimensi spesimen benda uji
Dengan menggunakan mistar dan jangka sorong, kita dapat
menemukan dimensi dari benda uji yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 dimensi spesimen aluminium
spesimen Panjang (mm) Diameter (mm)
1 49 31.14
2 49 31
3 48 31
Σ 48.6 31.046

Tabel 4.2 dimensi spesimen kuningan


spesimen Panjang (mm) Diameter (mm)
1 48 35
2 50 34
3 48 35
Σ 48.6 34.6

Tabel 4.3 dimensi spesimen stainless steel


spesimen Panjang (mm) Diameter (mm)
1 50 38
2 50 37
3 48 37
Σ 49.3 37.3

22
4.1.2 Tegangan daya listrik
Adapun teganan dan daya listrik pada kompor listrik yang
digunakan selama praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 tegangan dan daya listrik dari kompor listrik
Tegangan (v) Kuat arus (A) Daya (W)
220 1,3 286

4.1.3 Data hasil pegujian spesimen benda uji


Seentara itu, data dari temperatur yang didapat menggunakan
termokopel tipe k selama praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 data temperatur spesimen aluminium
Waktu (m) T1 ( ℃ ) T2( ℃ ) T3( ℃ ) T4( ℃ )
5 97.5 40.8 32.3 31.5
10 205.4 72.3 46.9 33.8
15 248.6 98.2 74.9 57.4

Tabel 4.6 data temperatur spesimen kuningan


Waktu (m) T1 ( ℃ ) T2( ℃ ) T3( ℃ ) T4( ℃ )
5 158.1 69.3 39.2 33.2
10 191.1 94.3 57.2 35.3
15 227.4 129.9 68.1 41.8

Tabel 4.7 data temperatur spesimen stainless steel


Waktu (m) T1 ( ℃ ) T2( ℃ ) T3( ℃ ) T4( ℃ )
5 214.7 84.9 56.6 34.9
10 274.9 117/9 65.2 43.8
15 319.7 160.3 69.9 49.6

23
4.2 analisis data konduktivitas thermal setiap spesimen
Setelah data-data diatas dikumpulkan kita dapat menemukan
konduktivitas terrmal dari setiap spesimen menggunakan rumus sebagai
berikut:
4.2.1 Energi Atau Daya yang dihasilkan
Energi dan daya yang dihasilkan selama pratikum dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
P=V × I ……………………………………………….…………….(4.1)
Menggunakan rumus diatas, kita dapat mencari hasi dari
perhitungan energi atau daya yang dapat dilihat sebagai berikut:
P=220 v × 1.3 A=286 watt

4.2.2 luas penampang benda uji


Menggunakan rumus berikut. Kita dapat mencari tau luas
penampang benda uji yang dapat dilihat pada perhitugan dibawah:
A=2 π r (r + t)……………………………………………………..(4.2)
1. luas penampang aluminium
3
A=2 π 0.015523 ( 0.015523+0.0486 )=0.006254 m
2. luas penampang kuningan
A=2 π 0.0173 ( 0.0173+0.0486 )=0.007163 m3
3. luas penampang stainless steel
3
A=2 π 0.01865 ( 0.01865+0.0493 )=0.007962 m

4.2.3 panjang spesimen (Δ L)benda uji (rata-rata)


Berikut ini adalah hasil perhitungan rata-rata dari panjang spesimen
benda uji yang dapat dicari dengan rumus berikut:
L 1+ L2+ L 3
Δ L= ……………………………………………….……….
3
(4.3)

24
1. Panjang aluminium
0.049+ 0.049+0.048
Δ x= =0.0486 m
3
2. Panjang kuningan
0.048+ 0.05+0.048
Δ x= =0.0486 m
3
3. Panjang Stainless Steel
0.05+ 0.05+0.048
Δ x= =0.0493 m
3

4.2.4 perbedaan temperatur ( Δ T )setiap benda uji


Perbedaan temperatur dari setiap benda uji dapat diukur dengan
menghitung selisih temperatur dalam 15 menit yang dapat dilihat pada
perhitungan berikut:
1. Aluminium
 T1-T2
1 ∆ T Aluminium=248.6−98.2=150.4
 T2-T3
2 ∆ T Aluminium=98.2−74.9=23.3
 T3-T4
3 ∆ T Aluminium=74.9−57.4=17.5
2. Kuningan
 T1-T2
1 ∆ T kuningan 3=227.4−129.9=97.5
 T2-T3
2∆ T kuningan=129.9−68.1=61.8
 T3-T4
3 ∆ T kuningan=61.1−41.8=26.3
3. Stainless steel

25
 T1-T2
1 ∆ T Stainless steel =319.7−160.3=159.4
 T2-T3
2∆ T Stainless steel=160.3−69.9=90.4
 T3-T4
3 ∆ T Stainless steel=69.9−49.6=20.3
Tabel 4.8 data selisih temperatur setiap benda uji
Benda uji T1-T2 T2-T3 T3-T4
Aluminium 150.4 23.3 17.5
Kuningan 97.5 61.8 26.3
Stainless steel 159.4 90.4 20.3

4.2.5 grafik perbedaan temperatur terhadap waktu setiap spesimen


benda uji
Setelah data dikumpulkan, kita dapat membandingkan data
tersebut menggunakan grafik perbedaan temperatur terhadap waktu
setiap spesimen benda uji seperti berikut:

ALUMINIUM
300
250 248.6
200 205.4
Temperatur

150
100 97.5 98.2
72.3 74.9
50 46.8 57.4
40.8
32.3
31.5 33.8
0
5 10 15
Menit

T1 T2 T3 T4

Gambar 4.1 Grafik temperatur aluminium


(sumber:Laboratorium FDM)

26
KUNINGAN
250
227.4
200 191.1
temperatur
150 158.1
129.9
100 94.3
69.3 68.1
50 57.2
39.2
33.2 35.3 41.8

0
5 10 15
menit

T1 T2 T3 T4

Gambar 4.2 Grafik temperatur kuningan


(sumber:Laboratorium FDM)

STAINLESS STEEL
350
319.7
300
274.9
250
214.7
temperatur

200
150 160.3
117.9
100
84.9
56.6 65.2 69.9
50 43.8 49.6
34.9
0
5 10 15
menit

T1 T2 T3 T4

Gambar 4.3 Grafik temperatur stainless steel


(sumber:Laboratorium FDM)

27
4.2.6 konduktivitas termal setiap benda uji
Menggunakan hasil dari perhitungan diatas, kita dapat mencari
konduktivitas termal setiap spesimen benda uji menggunakan rumus
berikut:
ΔL
K=Q × ……………………………………………………….
A × ΔT
(4.4)
Dan
k 1 +k 2 + k 3
K Spesimen = …………………….………………………….(4.5)
3

 Aluminium
1. Pada T1-T2
0.0486 w
K=286× =14.77735
0.006254 ×150.4 (m× K )
2. Pada T2-T3
0.0486 w
K=286× =95.38685
0.006254 ×23.3 (m× K )
3. Pada T3-T4
0.0486 w
K=286× =127.00078
0.006254 ×17.5 (m × K )

4. Rata-rata
14.77735+95.38685+127.00078
K Spesimen = =79.05499
3

 Kuningan
1. Pada T1-T2
0.0486 w
K=286× =19.90228
0.007163× 97.5 (m × K )
2. Pada T2-T3
0.0486 w
K=286× =31.39922
0.007163× 61.8 (m× K )
3. Pada T3-T4
0.0486 w
K=286× =73.7822
0.007163× 26.3 (m× K)
4. Rata-rata
19.90228+31.39922+73.7822
K Spesimen = =41.96457
3

28
 Stainless steel
1. Pada T1-T2
0.0493 w
K=286× =11.1097
0.007962× 159.4 (m× K )
2. Pada T2-T3
0.0493 w
K=286× =19.58945
0.007962× 90.4 (m× K )
3. Pada T3-T4
0.0493 w
K=286× =87.2358
0.007962× 20.3 (m× K )
4. Rata-rata
11.1097+19.58945+ 87.2358
K Spesimen = =39.31165
3

4.2.7 Nilai konduktivitas termal referensi yang ada


Adapun nilai konduktivitas termal setiap bahan yang ada dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.9 nilai konduktivitas termal setiap bahan
substance w substance w
(m × K ) (m × K )
Air 0.025 Lead 35.0
Alluminium 237 Lithium 301.2
Asbestos 0.04 Mercury 83.7
Brass 81-116 Mica 0.35
Brick 0.80 Nickel 52.3
Bronze 116-186 Nickel-silver 29.1
(german silver)
Cement, 0.29 Paraffin 0,21
portland
Concrete 1.7 Polupropylene 0.12
Copper 401 Refractory 0.47-1.05
brick
Cork 0.03-0.04 Rubber 0.16
Diamond 900-2300 Sandstone 2.4

29
Ethanol 0.16 Silver 429
Fiberglass 0.03-0.07 Stainelss steel 12-45
Gkass 0.6-1.1 Steel 47-58
Glycerol 0.29 Tin 64
Gold 318 Water 0.58
Helium Infinite Wet soil 0.8
Ice 2 Wood 0.04-0.4
iron 80.2 zonc 106-140

4.3 Hasil analisis


Menggunakan tabel diatas kita dapat memnamdingkan nilai konduktivitas
terman antara hasil praktikum dan referensi:

perbandingan praktikum dan referensi


250
237
200
konduktivitas termal

150

100 79.05499 98.5

50 41.96457 39.31165
28.5
0
aluminium kuningan stainless steel
bahan

praktikum referensi

Gambar 4.4 Grafik perbandingan praktikum dan referensi


(sumber:Laboratorium FDM)
Dapat dilihat pada grafik diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa
konduktikivitas termal dari aluminium dan kuningan tidak melebihi dari data
referensi, namus dapat dilihat pada stainless steel dapat dilihat bahwa data hasil
praktikum melebihi data hasil referensi, hal ini mengindikasikan bahwa masih

30
terdapat kesalahan dalam praktikum. Kesalahan tersebut dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:

%error= ( perhitungan−referensi
referensi )×100 %..............................................(4.6)
1. Aluminium

%error= ( 79.05499−237
237 ) ×100 %=66.6434 %
2. Kuningan

%error= ( 41.96457−98.5
98.5 )× 100 %=57,3963 %
3. Stainless steel

%error= ( 39.31165−28.5
28.5 ) ×100 %=37.9356 %
Bedasarkan perhitungan diatas, kita dapat mengetahui bahwa selisih
persentase error pada bahan aluminium adalah 66.6434%. selisih error pada
kuningan adalah 57.3963% dan selisih error pada stainless steel adalah
37.9356%. Persentase error diatas dapat dikarenakan oleh berbagai faktor
seperti faktor manusia seperti kesalahan membaca benda kerja dimana
praktikan salah atau kurang teliti dalam membaca mistar dan jangka sorong,
ataupun kesalahan pembacaan termokopel. Praktikan juga bisa saja salah dalam
mencatat waktu yang mengakibatkan pembacaan termokopel dilakukan dengan
waktu yang kurang tepat mengakibatkan kesalahan data. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi data dan menyebabkan error bisa saja karena kesalahan alat.
Termokopel yang sudah lama bisa saja menunjukkan data yang salah dan
menyebabkan error pada pengambilan data. Kabel termokopel juga bisa
menjadi penyebab kesalahan pengambilan data dimana kabel bisa saja tidak
menyentuk benda kerja sehingga data yang diambil salah, sema faktor tersebut
bisa saja menumpuk dan mengakibatkan selisih error pada praktikum

31
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
Setelah praktikum selesai, kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum
perpindahan panas kali ini adalah berikut:

1. Perpindahan panas merupakan berpindahnya energi dari satu daerah ke daerah


lainnya sebagai akibat dari perbedaan suhu antara daerah tersebut dari
temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Perpindahan
panas pada umumnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan panas yang
berbeda yaitu konduksi (conduction), radiasi (radiation), dan konveksi
(convection) Konduksi termal adalah perpindahan panas melalui suatu
medium tanpa disertai pergerakan medium tersebut. Konduksi sering terjadi
pada benda logam atau padat. Radiasi adalah proses perpindahan panas
melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang
dapat dibawa sampai jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi
dengan medium. Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada
sebuah permukaan dan fluida yang bergerak Ketika keduannya memiliki
temperature berbeda. Konveksi dibagi menjadi dua, yaitu konveksi alami dan
konveksi paksa.
2. Setelah praktikum dilakukan kita mengetahui bahwa nilai konduktivitas
termal dari aluminium adalah 79.05499 w/(m×K)nilai kondukivitas termal
kuningan 41.96457 w/(m×K) dan nilai konduktivitas termal stainless steel
39.31165 w/(m×K). Kita dapat mengetahui bahwa selisih persentase error
pada bahan aluminium adalah 66.6434%. selisih error pada kuningan adalah
57.3963% dan selisih error pada stainless steel adalah 37.9356%. Persentase
error diatas dapat dikarenakan oleh berbagai faktor seperti faktor manusia

32
Faktor lain yang dapat mempengaruhi data dan menyebabkan error bisa saja
karena kesalahan alat.
3. Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum bisa dilihat pada data hasil
praktikum bahwa seiring waktu, benda kerja akan semakin panas dan
tergantung peletakan benda kerja akan mempengaruhi temperatur benda kerja
sebagaimana T1 memiliki suhu paling tinggi dan T4 memiliki suhu paling
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa seiring waktu, kalor merambat melalui
benda padat yang merupakan benda kerja dari tempat panas ke tempat yang
lebih dingin

5.2 Saran
Selain itu, saran yang bisa diambil darik praktikum perpindahan panas
adalah sebagai berikut:

5.2.1 Laboratorium
1. Alat sebaiknya diganti agar tidak terjadi kesalahan selama
pengambilan data
2. Bahan benda uji sebaiknya diperbanyak agar lebih bervariasi
3. Mistar sebaiknya diganti karena sulit untuk membacanya
5.2.2 asisten
1. Asisten sebaiknya memberi penjelasan tentang laporan sesudah
praktikum agar praktikan bisa fokus pada penjelasan

33

Anda mungkin juga menyukai