PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
Sementara itu tujuan dari dilaksanakan praktikum ini adalah sebagai
bertikut:
1. Mengetahui jenis-jenis perpindahan panas
2. Mendapatkan nilai konduktivitas termal dan membandingkannya dengan
ketetapan nilai konduktivitas termal yang sudah ada
3. Melatih kemampuan dalam menganalisis data yang didapatkan praktikum
2
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta terdapat juga blangko
percobaan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, rumusan masalah,
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori
singkat dari percobaan yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab III menjelaskan mengenai metode pengambilan data dan bagaimana cara
melakukan praktikum
BAB IV ANALISA+ DAN PEMBAHASAN
Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
karena panas yang dipindahkan dari ujung sendok menjadi panas tetapi sendok
tidak bergerak ke arah tubuh kita. Laju perpindahan panas yang terjadi pada
perpindahan panas konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal
sesuia dengan peramaan berikut:
dt
q k =−KA ………………………………...……………………………...(2.1)
dx
Dimana:
q = Lanjut Perpindahan Panas (kj / det, W)
k = Konduktifitas Termal (W/m.ºC)
A = Luas Penampang (m²)
dT = Perbedaan Temperatur ( ºC, ºF )
dX = Perbedaan Jarak (m / det )
Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang
elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat dibawa sampai jarak
yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium. Radiasi dalam
perpindahan panas (thermal radiation) hanya salah satu bentuk dari jenis
radiasi elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi berpindah dengan cara
pancaran melalui gelombang elektromagnet. Panas matahari yang sampai ke
bumi merupakan salah satu contoh bentuk nyata perpindahan panas secara
radiasi. Meskipun jarak antara matahari dan bumi sangat jauh serta dipisahkan
oleh ruang hampa, panas matahari tetap dapat sampai ke bumi melalui pancaran
(koestoer, 2002)
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada sebuah permukaan
dan fluida yang bergerak Ketika keduannya memiliki temperature berbeda.
Konveksi dibagi menjadi dua, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa.
Aplikasi konveksi natural banyak dijumpai pada perangkat elektronik yang
mana komponen sirkuit semakin kecil dan menghasilkan panas semakin
meningkat karena peningkatan kapasitas pemrosesan. Penting untuk
menghilangkan panas yang berlebihan dari sistem menyebabkan tekanan termo-
5
mekanik yang dihasilkan dari kenaikan suhu berlebihan dapat menyebabkan
kegagalan fungsi dari komponen (b. sarper, 2018)
6
Gambar 2.1 Laju aliran kalor
(sumber: repositori.uma.ac.id)
dT
q=λ × A × ……………….……………………………….…………..(2.2)
dt
Dan
E
q= …………………...………………………………………………….(2.3)
Axt
Dimana:
q : Laju aliran panas tiap satuan luas A tiap satuan waktu t
E : Energi
A: Luas penampang lintang sampel
T : Suhu
λ : Konduktivitas termal
t : Waktu
7
karena bergantung pada komposisi bahan, strukturnya, dan faktor lainnya (team
xometry, 2023)
8
resistansi listrik, dan satuannya mengikuti hukum Ohm yaitu ‘termal ohm’.
Oleh karena itu resistansi termal [ Rt ] dapat dinyatakan dengan: (broto, 2019)
(r ×l)
Rt = ……………………………………………………………(2.4)
A
Dimana:
r : resistivitas termal ( °C m / W )
l : Panjang (m)
l : luang permukaan yang benda padat yang dilewati (m2)
9
2.6 klasifikasi alat penukar kalor
Alat Penukar Kalor adalah suatu alat yang digunakan untuk
memindahkan panas antara dua fluida atau lebih yang mempunyai perbedaan
suhu, khususnya fluida bersuhu tinggi ke fluida bersuhu rendah. Perpindahan
panas ini terjadi secara langsung atau tidak langsung. Pada kebanyakan sistem,
kedua fluida ini tidak bersentuhan langsung. Kontak penukar panas langsung
terjadi, misalnya ketika gas panas dicairkan dalam cairan dingin untuk
meningkatkan suhu cairan atau mendinginkan gas. Alat penukar panas banyak
digunakan pada berbagai instalasi industri, antara lain: reboiler, condensor,
cooler, dan heater
Reboiler adalah peralatan proses yang digunakan untuk memanaskan
produk terbawah dari kolom debutanizer (V1) (Y. S. Wain, 2009) Setelah
dipanaskan, produk disirkulasikan kembali ke kolom debutanizer untuk proses
distilasi (N. Mohamed Ramli, 2014) Kolom debutanizer adalah jenis pecahan
kolom distilasi digunakan untuk memisahkan butana dari gas alam selama
proses pemurnian menjadi komponen ringan (yaitu, produk teratas seperti C3
dan C4) dan komponen berat (yaitu, produk terbawah seperti C5 dan lebih
berat) (A Ahmadi, 2014)
Alat penukar panas yang disebut kondensor dapat mengubah fase uap
menjadi fase cair atau fluida. Uap gas yang bersuhu tinggi masuk ke kondensor
melalui dinding kondensor, melewati ruang kondensasi, dan didinginkan oleh
aliran fluida bersuhu rendah dalam sistem kondensor sehingga dapat
mengembun menjadi cairan. Kondensor biasanya dipasang di luar ruangan
karena fungsinya—panas yang terperangkap evaporator dilepaskan ke
lingkungan dalam bentuk cairan. Tekanan tinggi diterapkan pada cairan
pendingin (refrigeran) di evaporator hingga menguap; uap tersebut kemudian
didinginkan di kondensor untuk kembali ke fase cair. kehangatan yang
dihasilkan oleh pendinginan (anwar, 2018)
Cooler adalah alat yang mengontrol suhu dengan mendinginkan fraksi
panas menggunakan media fluida dingin, sehingga panas dapat berpindah dari
10
fluida panas ke media pendingin tanpa mengubah suhu keduanya. Hal ini
mencegah overheating (panas berlebih). Fraksi panas mengalir di dalam pipa
sedangkan air pendingin berada di luar pipa, oleh karena itu bila sistem
pendingin menggunakan air sebagai media, fraksi panas tidak pernah
bersentuhan langsung dengan air pendingin.
Heater atau pemanas adalah segala sesuatu yang memancarkan panas atau
menaikkan suhu benda lain. Pemanas sering kali merupakan peralatan yang
menghasilkan pemanasan (kehangatan) di rumah atau lingkungan rumah tangga
lainnya. Semua jenis bahan, termasuk benda padat, cair, dan gas, dapat
dipanaskan. AC, yang digunakan untuk melindungi pengguna dari suhu dingin
pertama di lingkungan terdekatnya, adalah kebalikan dari pemanas (untuk
kehangatan).
11
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat yang
suhunya lebih rendah.”
Dengan kata lain, pada Asas Black berlaku jumlah kalor yang diserap
benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda panas.
Sederhananya, Asas Black dapat dijabarkan dengan rumus berikut:
12
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:
13
Gambar 2.2 Boiler
(sumber: unnes.ac.id)
14
titik jenuhnya, dan ia mengembun menjadi cairan. Daftar isi di bawah ini
menghubungkan ke berbagai jenis kondensor. (Hindelang, 2023)
(sumber: wuling.co.id)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Mulai
mengamati temperature T1, T2, T3, T4 untuk waktu 5, 10, dan 15 menit
15
mengambil spesimen benda uji dan masukkan nilai konduktivitas setiap
spesimen
16
3.2 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai
berikut:
2. mistar
3. Temporel type k
17
Gambar 3.4 Temporel tipe k
(sumber: Laboratorium FDM)
5. Isolator
6. Sarung tangan
18
Gambar 3.7 sarung tangan
(sumber: Laboratorium FDM)
7. ember
19
2. stailess steel
3. kuningan
4. air
20
3.3 Prosedur Praktikum
setelah persiapan dilakukan, prosedur yang perlu dilakukan agar praktikum bisa
berjalan dengan benar adalah sebagai berikut
1. siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. pilih specimen uji (aluminium, kuningan, kemuidan stailess steel) yang
digunakan kemudian ukur dimensi spesimen
3. letakan spesimen uji diatas pemanas kompor listrik
4. colokkan steker kompor listrik ke sumber listrik, kompor listrik akan menyala
5. putar prngaturan watt pada kompor listrik sampai max
6. amati temperature T1, T2, T3, T4 untuk waktu 5, 10, dan 15 menit
7. ulangi Langkah 2 dan 3 untuk setiap spesimen uji secara bergantian
8. caatat hasil temperature setiap spesimen uji di blangko percobaan
9. mengambil spesimen benda uji dan masukkan nilai konduktivitas setiap
spesimen
10. bandingkan nilai konduktivitas hasil Analisa dengan nilai konduktivitas dari
referensi
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
4.1.2 Tegangan daya listrik
Adapun teganan dan daya listrik pada kompor listrik yang
digunakan selama praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 tegangan dan daya listrik dari kompor listrik
Tegangan (v) Kuat arus (A) Daya (W)
220 1,3 286
23
4.2 analisis data konduktivitas thermal setiap spesimen
Setelah data-data diatas dikumpulkan kita dapat menemukan
konduktivitas terrmal dari setiap spesimen menggunakan rumus sebagai
berikut:
4.2.1 Energi Atau Daya yang dihasilkan
Energi dan daya yang dihasilkan selama pratikum dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
P=V × I ……………………………………………….…………….(4.1)
Menggunakan rumus diatas, kita dapat mencari hasi dari
perhitungan energi atau daya yang dapat dilihat sebagai berikut:
P=220 v × 1.3 A=286 watt
24
1. Panjang aluminium
0.049+ 0.049+0.048
Δ x= =0.0486 m
3
2. Panjang kuningan
0.048+ 0.05+0.048
Δ x= =0.0486 m
3
3. Panjang Stainless Steel
0.05+ 0.05+0.048
Δ x= =0.0493 m
3
25
T1-T2
1 ∆ T Stainless steel =319.7−160.3=159.4
T2-T3
2∆ T Stainless steel=160.3−69.9=90.4
T3-T4
3 ∆ T Stainless steel=69.9−49.6=20.3
Tabel 4.8 data selisih temperatur setiap benda uji
Benda uji T1-T2 T2-T3 T3-T4
Aluminium 150.4 23.3 17.5
Kuningan 97.5 61.8 26.3
Stainless steel 159.4 90.4 20.3
ALUMINIUM
300
250 248.6
200 205.4
Temperatur
150
100 97.5 98.2
72.3 74.9
50 46.8 57.4
40.8
32.3
31.5 33.8
0
5 10 15
Menit
T1 T2 T3 T4
26
KUNINGAN
250
227.4
200 191.1
temperatur
150 158.1
129.9
100 94.3
69.3 68.1
50 57.2
39.2
33.2 35.3 41.8
0
5 10 15
menit
T1 T2 T3 T4
STAINLESS STEEL
350
319.7
300
274.9
250
214.7
temperatur
200
150 160.3
117.9
100
84.9
56.6 65.2 69.9
50 43.8 49.6
34.9
0
5 10 15
menit
T1 T2 T3 T4
27
4.2.6 konduktivitas termal setiap benda uji
Menggunakan hasil dari perhitungan diatas, kita dapat mencari
konduktivitas termal setiap spesimen benda uji menggunakan rumus
berikut:
ΔL
K=Q × ……………………………………………………….
A × ΔT
(4.4)
Dan
k 1 +k 2 + k 3
K Spesimen = …………………….………………………….(4.5)
3
Aluminium
1. Pada T1-T2
0.0486 w
K=286× =14.77735
0.006254 ×150.4 (m× K )
2. Pada T2-T3
0.0486 w
K=286× =95.38685
0.006254 ×23.3 (m× K )
3. Pada T3-T4
0.0486 w
K=286× =127.00078
0.006254 ×17.5 (m × K )
4. Rata-rata
14.77735+95.38685+127.00078
K Spesimen = =79.05499
3
Kuningan
1. Pada T1-T2
0.0486 w
K=286× =19.90228
0.007163× 97.5 (m × K )
2. Pada T2-T3
0.0486 w
K=286× =31.39922
0.007163× 61.8 (m× K )
3. Pada T3-T4
0.0486 w
K=286× =73.7822
0.007163× 26.3 (m× K)
4. Rata-rata
19.90228+31.39922+73.7822
K Spesimen = =41.96457
3
28
Stainless steel
1. Pada T1-T2
0.0493 w
K=286× =11.1097
0.007962× 159.4 (m× K )
2. Pada T2-T3
0.0493 w
K=286× =19.58945
0.007962× 90.4 (m× K )
3. Pada T3-T4
0.0493 w
K=286× =87.2358
0.007962× 20.3 (m× K )
4. Rata-rata
11.1097+19.58945+ 87.2358
K Spesimen = =39.31165
3
29
Ethanol 0.16 Silver 429
Fiberglass 0.03-0.07 Stainelss steel 12-45
Gkass 0.6-1.1 Steel 47-58
Glycerol 0.29 Tin 64
Gold 318 Water 0.58
Helium Infinite Wet soil 0.8
Ice 2 Wood 0.04-0.4
iron 80.2 zonc 106-140
150
50 41.96457 39.31165
28.5
0
aluminium kuningan stainless steel
bahan
praktikum referensi
30
terdapat kesalahan dalam praktikum. Kesalahan tersebut dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
%error= ( perhitungan−referensi
referensi )×100 %..............................................(4.6)
1. Aluminium
%error= ( 79.05499−237
237 ) ×100 %=66.6434 %
2. Kuningan
%error= ( 41.96457−98.5
98.5 )× 100 %=57,3963 %
3. Stainless steel
%error= ( 39.31165−28.5
28.5 ) ×100 %=37.9356 %
Bedasarkan perhitungan diatas, kita dapat mengetahui bahwa selisih
persentase error pada bahan aluminium adalah 66.6434%. selisih error pada
kuningan adalah 57.3963% dan selisih error pada stainless steel adalah
37.9356%. Persentase error diatas dapat dikarenakan oleh berbagai faktor
seperti faktor manusia seperti kesalahan membaca benda kerja dimana
praktikan salah atau kurang teliti dalam membaca mistar dan jangka sorong,
ataupun kesalahan pembacaan termokopel. Praktikan juga bisa saja salah dalam
mencatat waktu yang mengakibatkan pembacaan termokopel dilakukan dengan
waktu yang kurang tepat mengakibatkan kesalahan data. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi data dan menyebabkan error bisa saja karena kesalahan alat.
Termokopel yang sudah lama bisa saja menunjukkan data yang salah dan
menyebabkan error pada pengambilan data. Kabel termokopel juga bisa
menjadi penyebab kesalahan pengambilan data dimana kabel bisa saja tidak
menyentuk benda kerja sehingga data yang diambil salah, sema faktor tersebut
bisa saja menumpuk dan mengakibatkan selisih error pada praktikum
31
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Setelah praktikum selesai, kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum
perpindahan panas kali ini adalah berikut:
32
Faktor lain yang dapat mempengaruhi data dan menyebabkan error bisa saja
karena kesalahan alat.
3. Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum bisa dilihat pada data hasil
praktikum bahwa seiring waktu, benda kerja akan semakin panas dan
tergantung peletakan benda kerja akan mempengaruhi temperatur benda kerja
sebagaimana T1 memiliki suhu paling tinggi dan T4 memiliki suhu paling
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa seiring waktu, kalor merambat melalui
benda padat yang merupakan benda kerja dari tempat panas ke tempat yang
lebih dingin
5.2 Saran
Selain itu, saran yang bisa diambil darik praktikum perpindahan panas
adalah sebagai berikut:
5.2.1 Laboratorium
1. Alat sebaiknya diganti agar tidak terjadi kesalahan selama
pengambilan data
2. Bahan benda uji sebaiknya diperbanyak agar lebih bervariasi
3. Mistar sebaiknya diganti karena sulit untuk membacanya
5.2.2 asisten
1. Asisten sebaiknya memberi penjelasan tentang laporan sesudah
praktikum agar praktikan bisa fokus pada penjelasan
33