TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
permukaan tertentu, seperti umpamanya bidang batas atau volume kendali, arus
itu akan ikut membawa serta sejumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi ini disebut
aliran konveksi kalor atau singkatnya konveksi. Oleh karena konveksi itu
merupakan suatu fenomena makroskopik, ia hanya berlangsung bila ada gaya
yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat gerakan
melawan gaya gesekan. Konveksi sangat erat kaitannya dengan mekanika fluida.
Bahkan secara termodinamik, konveksi itu dianggap bukan sebagai aliran kalor,
tetapi sebagai fluks entalpi. Contoh konveksi ialah perpindahan entalpi oleh
pusaranpusaran aliran turbulen dan oleh arus udara panas yang mengalir melintas
dan menjauhi radiator ( pemanas ) biasa.
Ada dua macam konveksi antara lain adalah Konveksi Alamiah dan
Konveksi Paksa. Gayagaya yang menggerakkan arus konveksi di dalam arus
fluida terdiri dari 2 macam. Jika arus itu terjadi sebagai akibat gaya apung yang
disebabkan oleh perbedaan densitas dan perbedaan densitas ini adalah akibat dari
adanya gradien suhu di dalam massa fluida itu, maka peristiwa itu disebut
konveksi alamiah ( natural convection ). Contoh konveksi alamiah ialah aliran
udara melintas radiator panas. Jika arus itu digerakkan oleh suatu peranti mekanik
seperti pompa dan agitator ( pengaduk ), aliran itu tidak bergantung pada gradien
densitas, dan disebut dengan konveksi paksa ( forced convection ).Contoh
konveksi paksa ialah aliran kalor melalui pipa panas. Kedua macam gaya ini
2.4.
secara konduksi dan konveksi. Jika konduksi dan konveksi secara berurutan, maka
tahanan panas yang terlibat (konduksi dan konveksi) dapat dijumlahkan untuk
memperoleh koefisien perpindahan panas keseluruhan (U). Besaran 1/Uh dan
dAw
dAh
1
hh
hc
1
dAc
dAh
(1)
dan
xw
1
Uc
1
hc
dAw
dAc
k
+
hh
1
dAh
dAc
(2)
dimana :
1
Uh
= tahanan panas keseluruhan atas dasar fluida panas
1
Uc
= tahanan panas keseluruhan atas dasar fluida dingin
hh = koefisien perpindahan panas di fluida panas
hc = koefisien perpindahan panas di fluida dingin
xw = tebal pelat
k = konduktivitas pelat
= U ( Th Tc )
(3)
dQ
dA
Th Tw, h
hh =
(4)
dQ
dA
Tw,c Tc
hc =
(5)
Keterangan:
dQ/dA = fluks panas per unit perpindahan panas di mana perbedaan temperatur (Th
-Tc).
U
.D.v
NRE =
(6)
dimana
= densitas fluida (kg/m3)
v = laju alir fluida (m/s2)
= viskositas fluida (ms2/kg)
D = diameter (m)
2.6.
antara lain:
1) Jenis fluida yang akan dipertukarkan panasnya
2) 2. Laju alir fluida
3) Tipe aliran yang dipakai (co-current atau counter-current)
4) Letak fluida panas dan dingin, di dalam atau di luar alat penukar panas
tersebut.
Dalam neraca entalpi pendingin dan pemanas didasarkan pada asumsi
bahwa dalam penukar kalor tidak terjadi kerja poros, sedang energi mekanik,
energi potensial, dan nergi kinetik semuanya kecil dibandingkan dengan sukusuku lain dalam persamaan neraca energi. Maka, untuk satu arus dalam penukar
kalor
Q= m ( Hb - Ha )
Dimana,
m = laju aliran massa dalam arus tersebut
(7)
Q
t
q=
Ha & Hb = entalpi per satuan massa arus pada waktu masuk dan pada waktu keluar.
Hukum Fourier
Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi ialah
berupa kesebandingan yang ada antara laju aliran kalor melintas permukaan
isotermal dan gradien suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum
ini, yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu
disebut hukum fourier. Hukum Fourier menyatakan bahwa k tak bergantung pada
gradient suhu tetapi tidak selalu demikian halnya dengan suhu itu sendiri.
Hukum itu dapat dituliskan sebagai :
dq
dA
= -k
T
n
(8)
dimana :
A = luas permukaan isothermal
n = jarak, diukur normal ( tegak lurus ) terhadap permukaan itu
q = laju aliran kalor melintas permukaan pada arah normal terhadapnya
T = suhu
k = konstanta proporsionalitas ( tetapan kesebandingan )
konstanta (tetapan) yang ditentukan dari eksperimen dengan medium itu. Satuan k
adalah Btu/hr.ft.oFatau W/m.K.
Konduktivitas termal zat padat atau biasanya Konduktivitas termal logam
dalam fase padat yang diketahui komposisinya dan hanya tergantung pada suhu
saja. Konduktivitas termal logam dalam jangkauan suhu yang cukup luas biasanya
dinyatakan dengan rumus:
K = Ko (1+ b + C2)
(9)
Dimana
= T T rujukan
Ko = konduktivitas pada suhu rujukan T rujukan
Kisaran suhu ini, pada berbagai penerapan teknik, biasanya cukup kecil
dan biasanya hanya beberapa ratus derajat, sehingga:
K = Ko ( 1 + h )
(10)
2.8.
Indirect Contact
Pengertian dari Indirect Contact adalah panas pada dinding menuju fluida,
selain itu juga didalam peristiwa iru timbul pula Energi Difisasi yaitu energi yang
ditambahkan terhadap fluida yang perpindahan panasnya mengalir tergantung
pada median pipanya. Didalam ilmu teknik kimia, median pemanas tersebut
terdiri dari tiga bagian yaitu :
1) Panas Laten (Constan Wall Temperatur), merupakan panas yang ada di pipa
sama secara keseluruhan (konstan dimana-mana), temperatur konstan, tetapi
terjadi perubahan fase.
2) Panas Sensible (Linier Wall Temperatur), dimana yang terjadi adalah
temperatur didalam pipa berbeda/berubah dan tidak terjadi perubahan fase.
3) Energi Listrik (Constan Wall Heat Flux), panas yang ditimbulkan oleh listrik
pada dindingnya (pipa) menimbulkan pipa menjadi panas yang sama
2.9.
Heat Exchanger
Heat exchanger adalah peralatan yang didesain untuk transfer panas yang
efisien dari suatu fluida ke fluida lain dan umum digunakan dalam proses kimia.
Beberapa contoh penggunaan di pabrik antara lain :
1)
Intercoolers
2)
Preheaters
3)
Boilers
4)
Condensers
Dengan mengaplikasikan hukum Termodinamika I pada heat exchanger
(11)
Keterangan:
mi = aliran massa fluida ke-i
hi
Ada tiga tipe penukar panas yang sering digunakan, yakni plate and
frame/ gaskette plate (umumnya disebut plate exchanger), spiral plate, dan
lamella. Kesamaan dari ketiga konfigurasi ini adalah permukaan pemindahan
panas sama-sama terdiri dari paralel lempeng logam yang dipisahkan permukaan
kontak dan panas yang diterima mengubah aliran fluida pada saluran tipis.
Penukar panas jenis plate adalah penukar panas yang dapat memindahkan panas
lebih baik dari 2 konfigurasi lainnya. Kelebihan lain penukar panas jenis plate ini
adalah:
1) fleksibel dalam penyusunan arah alir fluida
2) memiliki laju perpindahan panas yang tinggi
3) mudah dalam pengecekan/ inspeksi dan perawatan.
Proses pertukaran panas di industri digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan unit proses dan untuk konservasi energi. Penukar panas yang baik
adalah
yang
memiliki
laju
perpindahan
panas
seoptimal
mungkin.
2) Indirect heat exchanger, dimana kedua media penukar panas dipisahkan oleh sekat/
dinding dan panas yang berpindah juga melewatinya. Yang tergolong Indirect heat
exchanger adalah penukar panas jenis shell and tube, pelat, dan spiral.
Menurut Bell (1959) ada beberapa tipe aliran fluida dalam pelat heat
exchanger, yaitu:
1) Seri. Pola ini digunakan untuk fluida yang laju alirnya rendah dan beda
temperaturnya tinggi.
2) Paralel. Pola ini digunakan untuk fluida yang laju alirnya lebih besar dan beda
temperaturnya rendah.
3) Seri paralel. Pola ini digunakan untuk fluida yang laju alir dan beda temperaurnya
tidak terlalu tinggi (menengah).
Penukar panas jenis pelat terdiri atas pelat-pelat tegak lurus yang
dipisahkan sekat-sekat berukuran antara 2 sampai 5 mm. Pelat-pelat ini berbentuk
empat persegi panjang dengan tiap sudutnya terdapat lubang. Melalui dua di
antara lubang-lubang ini fluida yang satu dialirkan masuk dan keluar pada satu
sisi, sedangkan fluida yang lain karena adanya sekat mengalir melalui ruang
antara di sebelahnya. Struktur umum penukar panas kenis pelat yang
dipublikasikan Marriot, 1971 dapat dilihat pada gambar 2.10.1 berikut
2.11.
Penukar panas jenis pelat didasarkan pada ragam aliran fluida operasi.
Berdasarkan hal ini penukar panas jenis pelat dapat dibedakan menjadi:
1) Penukar panas pelat beraliran jamak (multipass plate heat exchanger)
2) Penukar panas pelat berlawanan arah (countercurrent plate heat exchanger)
3) Penukar panas pelat bersilangan arah (crosscurrent plate heat exchanger)
Alat penukar panas saluran jamak memiliki spesifikasi aliran berupa
saluran jamak laluan (multipass) untuk aliran udara pendingin dan saluran tunggal
untuk aliran flue gas. Penukar panas pelat secara skematik dapat dilihat pada
Gambar 2. Proses pertukaran panas pada penukar panas jenis ini secara sederhana
mirip dengan proses pertukaran panas pada penukar panas pipa ganda (double
pipe heat exchanger). Perbedaannya terletak pada bentuk alur laluan fluida. Pada
pipa ganda alur laluan fluida pendinginnya sejajar dengan alur laluan fluida
panasnya. Baik fluida dingin maupun panas memiliki alur aliran yang lurus
(smooth ). Sedangkan pada penukar panas pelat beraliran jamak alur laluan fluida
dingin membentuk huruf U dan sejajar dengan alur laluan fluida panas.
Pada alat penukar panas berlawanan arah, kedua fluida, flue gas, dan udara
pendingin mengalir masuk ke penukar panas dalam arah yang berlawanan dan
keluar sistem dalam arah yang berlawanan juga. Pada penukar panas pelat
bersilangan arah, udara bergerak menyilang melalui matriks perpindahan panas
yang dilalui oleh flue gas.
2.12.
saluran jamak banyak laluan (multipass) untuk aliran udara pendingin dan saluran
tunggal untuk aliran flue gas. Dengan adanya saluran jamak ini, perpindahan
panas berlangsung secara bertahap sehingga laju penurunan temperatur flue gas
lebih teratur. Fluida panas (flue gas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
udara yang berasal dari kerangan (valve) yang dipanaskan oleh alat pemanas udara
(heater) dan udara ambient sebagai fluida dingin.
2.13.
baik secara kimia maupun fisika. Perpindahan panas sering terjadi dalam berbagai
unit operasi. Perpindahan panas terjadi dikarenakan perbedaan temperatur driving
force dan aliran panas dari daerah temperatur panas ke temperatur yang
rendah.Seperti yang terjadi pada Heat Exchanger. Jika kita melihat lebih dekat
persamaan Heat Exchanger, ada beberapa asumsi yang berasal dari turunannya.
Pertama, overall heat exchanger dan panas jenis (juga disebut kapasitas panas)
dari cairan diasumsikan konstan pada heat exchanger. Jika kita lihat perubahan
heat exchenger dalam air, sebagai contoh, pada temperatur layak, di sini dapat
ditemukan:
1) Panas jenis air pada 100 F dan tekanan udara= 0.9979 Btu / lb F
2) Panas jenis air pada 210 F dan tekanan udara= 1.0066 Btu / lb F
Overall heat exchanger coefficient adalah suatu variabel yang dapat
dihitung berdasarkan pada sifat fisis cairan dalam heat exchanger ( dingin dan
panas) seperti halnya ilmu ukur dan jenis heat exchanger yang digunakan.
Cairan pada heat exchanger dapat berpindah arah kebalikan satu sama
lainnya. Ini dikenal sebagai counter-current arus. Arah arus ini mengakibatkan
lebih tinggi temperatur perbedaan daya penggerak di dalam haet exchanger,
sehingga memperkecil pemindahan kalor area yang diperlukan.
Bentuk wujud arus yang lain, yaitu aliran fluida ke arah yang sama,
disebut co-current arus. Co-Current arus, mempunyai keuntungan dari penurunan
heat exchanger pada dinding temperatur dicairan sisi yang panas.
Plat exchanger terdiri dari plat berkerut dalam suatu bingkai. Pada aliran
fluida panas mengalir di satu arah aliran sedangkan pada aliran fluida dingin tidak.
Secara umum,plate and frame exchangertelah digunakan untuk liquid-liqiud pada
heat transfer. Teknologi plat sudah dibuktikan manfaatnya dari berbagai aplikasi
Plat exchanger yang paling baik adalah suatu mixer statis yang terjadi
untuk memindahkan panas yang baik. Plat exchanger, juga mengurangi
pencemaran lingkungan. Heat exchanger jenis pelat memberikan hasil yang lebih
baik dalam proses pertukaran panas, karena:
sekalipun, penukar panas jenis pelat juga fleksibel dalam pemeliharaan aliran.