Anda di halaman 1dari 28

Penjelasan Singkat Tentang Alat Penukar Kalor

Alat penukar kalor adalah alat yang difungsikan untuk melakukan perpindahan

sejumlah kalor atau panas dari suatu fluida ke fluida yang lainnya. Tujuan perpindahan panas

ini di dalam proses produksi adalah untuk memanaskan ataupun mendinginkan suatu fluida

hingga mencapai temperatur tertentu yang diinginkan ataupun juga bertujuan untuk

mengubah keadaan (fase) fluida dari satu fase ke fase yang lainnya. Pada alat penukar kalor

ini perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi ataupun radiasi tergantung dari

tipe dan konstruksi alat tersebut.

Berdasarkan fungsinya alat penukar kalor yang dipergunakan dalam industri terbagi

atas :

a. Cooler

Alat ini digunakan untuk menurunkan suhu cairan atau gas dengan mempergunakan air

sebagai media pendingin. Disini tidak dipermasalahkan terjadinya perubahan fase.

b. Boiler

Alat ini bertujuan untuk mendidihkan dan menguapkan cairan, dimana uap tersebut berfungsi

sebagai pembawa tenaga

c. Condensor

Alat ini digunakan untuk mengembunkan atau mengkondensasikan uap sehingga menjadi cair

d. Evaporator

Alat ini digunakan untuk menguapkan suatu fluida atau didalam proses kimia berfungsi untuk

memekatkan suatu larutan dari sifat semula

e. Chiller

Merupakan suatu alat untuk mendinginkan fluida yang berderajat sangat rendah yang tidak

dapat dicapai dengan media pendingin air, chiller biasanya dikonstuksikan seperti ketel

reboiler tetapai tanpa weir.


Adapun bentuk dari alat penukar kalor yang umum digunakan dalam industri kimia

ataupun petrokimia adalah :

a) Alat penukar kalor Shell and Tube

b) Alat penukar kalor Coil in Box

c) Alat penukar kalor Double pipe

d) Alat penukar kalor Tube flow

e) Alat penukar kalor Air fin exchanger yang terbagi lagi menjadi :

o Forced draft

o Induced draft

Menurut arah aliran fluida yang mengalir, alat penukar kalor dapat dikelompokkan

atas :

a) Penukar kalor aliran berpapasan (counter current)

b) Penukar kalor aliran searah (co current)

c) Penukar kalor aliran silang (cross current)

Berdasarkan banyaknya fluida yang digunakan, alat penukar kalor dibagi atas :

a) Dua macam fluida (umumnya)

b) Tiga macam fluida (digunakan dalam proses-proses kimiawi, misalnya pada system

pemisahan udara)

Sedangkan berdasarkan mekanisme perpindahan panasnya, alat penukar kalor dibagi

atas :

a) Konveksi satu fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)

b) Konveksi dua fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)

c) Kombinasi perpindahan kalor konveksi dan radiasi

Prinsip kerja dari alat penukar kalor tipe shell & tube ini yaitu dengan menukar kalor

yang akan dibuang dari fluida panas tanpa adanya kontak langsung dengan fluida dingin yang
akan menerima panas tersebut. Dimana fluida yang mengalir di dalam tube dengan

temperature tinggi akan memberikan sebagian kalornya kepada fluida di dalam shell yang

temperaturnya lebih rendah, dapat juga terjadi sebaliknya.

Standar Tubular Exchanger Manufacture (TEMA) mengklasifikasikan penukar kalor

jenis shell & tube dalam tiga kelas, yaitu :

1. Kelas “R”

Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi yang relatif berat, biasanya digunakan dalam

industri minyak

2. Kelas “B”

Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi yang sedang, biasanya digunakan untuk proses-

proses kimia

3. Kelas “C”

Dirancang untu dioperasikan pada kondisi ringan, biasanya digunakan untuk jasa pelayanan

umum.

Standar TEMA juga mengklasifikasikan alat penukar kalor menurut tipe stasionary
head, shell dan rear bend kedalam tiga kode huruf, yaitu :
1. Huruf pertama : A, B, C, N dan D
Menunjukkan tipe ujung muka (stasionary head)
2. Huruf kedua : E, F, G, H, J, K dan X
Menunjukkan tipe cangkang (shell)
3. Huruf ketiga : L, M, D, U, P, S, T dan W
Menunjukkan tipe ujung kepala belakang (rear head)

Gambar 2.1 Standar TEMA Berdasarkan Tipe Bagian Alat Penukar Kalor

II.2 Perpindahan Kalor


Perpindahan kalor (Heat Transfer) adalah ilmu yang meramalkan perpindahan energi

yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Energi yang

berpindah ini dinamakan kalor atau panas.

Ilmu perpindahan panas tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu

berpindah dari suatu benda ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan

panasnya. Hal inilah yang membedakan ilmu perpindahan panas dengan ilmu termodinamika,

termodinamika membahas system dalam keadaan setimbang dan dapat meramalkan energi

yang diperlukan untuk mengubah system dari suatu keadaan setimbang ke keadaan setimbang

lainnya, tetapi tidak dapat meramalkan kecepatan perpindahan kalor tersebut. Hal ini

disebabkan karena pada saat proses perpindahan panas berlangsung system tidak berada

dalam keadaan setimbang.

Sebagai contoh dari berbagai masalah yang dapat dipecahkan dengan termodinamika

dan perpindahan kalor, yaitu peristiwa pendinginan yang berlangsung pada suatu baja panas

yang dicelupkan ke dalam air. Dengan termodinamika, kita dapat meramalkan suhu

kesetimbangan akhir dari system batang baja dan air tersebut. Namun termodinamika tidak

akan dapat menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan

tersebut. Sebaliknya ilmu perpindahan kalor dapat membantu kita untuk meramalkan suhu

batang baja ataupun air, dimana air sebagai fungsi waktu.

Dalam mekanisme perpindahan kalor kita mengenal tiga modus perpindahan kalor,

yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi. Dalam hal ini kita jelaskan secara kualitatif

mekanisme masing-masing modus agar dapat dilihat dalam perspektifnya sendiri. Namun ada

juga istilah lain yang berkaitan dengan perpindahan kalor seperti konduktivitas atau hantaran

termal (thermal conductivity).

II.2.1 Perpindahan Kalor Konduksi


Jika pada suatu benda terdapat gradien temperatur maka akan terjadi perpindahan

energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah, atau dapat dikatakan bahwa

energi itu berpindah secara konduksi atau hantaran. Laju perpindahan kalor itu berbanding

lurus dengan gradient suhu normal.

…………………………………………… (lit.1 hal.2)

jika dimasukkan konstanta proporsionalitas atau ketepatan kesebandingan, maka :

…………………………………………… (Lit.1 hal.2)

Dimana q adalah laju perpindahan kalor dan merupakan gradien suhu kearah

perpindahan kalor. Konstanta positif k disebut konduktivitas termal benda tersebut,

sedangkan tanda minus diberikan untuk memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu panas

akan mengalir dari suatu titik yang bersuhu tinggi ke titik yang bersuhu rendah, maka aliran

kalor akan berharga positif bila gradien suhu negatif.

Gambar 2.2 Bagan yang menunjukkan arah aliran kalor

Dengan menggunakan persamaan diatas sebagai titik awal, maka dapatlah ditentukan

persamaan dasar yang mengatur perpindahan kalor dalam zat padat.

Gambar 2.3 Volume unsuran untuk analisis konduksi kalor

Gambar diatas adalah merupakan deskripsi volume unsuran untuk analisis konduksi

kalor satu dimensi. Jika system ini berada dalam keadaan tunak, yaitu jika suhu tidak berubah

menurut waktu maka kita hanya perlu melakukan integrasi atas persamaan tadi dan

mensubstitusi nilai-nilai yang sesuai. Setelah diintegrasikan maka akan didapat :

jika dalam suatu system terdapat lebih dari satu macam bahan, maka :
Perlu diingat bahwa aliran kalor pada setiap bagian itu mesti sama, jika ketiga

persamaan ini dipecahkan serentak, maka aliran kalor dapat dituliskan sebagai berikut :
………………………….. (Lit.1 hal.27)

Jadi laju perpindahan kalor dapat dipandang sebagai aliran, sedangkan gabungan dari

kunduktivitas termal, tebal bahan dan luas merupakan tahanan terhadap aliran. Suhu

merupakan fungsi potensial atau pendorong, sehingga dapat kita tuliskan :

………………………………… (lit.1 hal 27)

Lain halnya jika proses konduksi ini terjadi pada suatu silinder berlubang dengan

panjang L, jari-jari luar ro dan jari-jari dalam ri, yang mengalami beda suhu Ti – To. seperti

tampak pada gambar berikut :

Gambar II.4 Aliran kalor satu dimensi melalui silinder bolong

Perpindahan kalor konduksinya adalah :

dimana :

sehingga dapat kita tuliskan :

dengan kondisi batas T = Ti pada r = ri

T = To pada r = ro

Maka :

……………………….. (Lit.1 hal 30)

dan tahanan termal dalam hal ini adalah

II.2.2 Perpindahan Kalor Radiasi


Perpindahan kalor radiasi adalah perpindahan kalor dari benda yang bertemperatur

tinggi dengan cara pancaran dan kedua benda tersebut terpisah dalam ruang. Energi yang

dipancarkan tersebut berupa gelombang elektromagnetik dan dapat berlangsung walaupun

diantara dua benda tersebut terdapat ruang hampa.

Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi tergantung

pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna atau benda hitam (black

body) memancarkan energi radiasi dari permukaan dengan laju yang diberikan oleh :

………………………………. (Lit.1. hal.13)

dimana :

σ = konstanta proporsionalitas (Stefan-Boltzmann)

= 5,67 x 10-8 W/m2K4

II.2.3 Perpindahan Kalor Konveksi

Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor yang terjadi antara permukaan

suatu material baik padat maupun cair dengan aliran fluida yang bergerak disekitarnya akibat

adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor konveksi dapat dibedakan menjadi dua jenis

berdasarkan aliran fluidanya :

1. Konveksi alamiah, konveksi yang terjadi tanpa adanya bantuan dari luar sehingga aliran

fluida terjadi secara alami.

2. Konveksi paksa, konveksi yang terjadi karena aliran fluida yang mengalir ditimbulkan oleh

factor dari luar. Misalnya berasal dari kipas atau pompa.

Proses perpindahan kalor konveksi merupakan proses perpindahan kalor yang paling

komplek karena banyak sekali variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya perpindahan

kalor yang terjadi. Variabel tersebut diantaranya adalah geometri, percepatan aliran udara dan

sifat-sifat fluida.
Laju perpindahan kalor konveksi antara suatu permukaan dengan fluida dapat

dihitung dengan hubungan :

……………………….. (Lit.1 hal.11)

dimana,

Tw = suhu dinding/permukaan

T∞ = suhu fluida

h = koefisien perpindahan kalor

Gambar 2.5 Perpindahan kalor konveksi dari suatu plat

Untuk aliran dalam saluran yang tertutup, kita ketahui bahwa suhu limbak (bulk-

temperature) menunjukkan energi rata-rata. Dalam aliran tabung koefisien perpindahan kalor

konveksi biasanya dapat didefinisikan sebagai :

Fluk kalor lokal =

dimana Tw adalah suhu dinding dan Tb adalah yang dinamakan suhu limbak, atau suhu

fluida yang dirata-ratakan energinya di seluruh penampang tabung, yang dapat dihitung dari :

………………….. (Lit.1 hal.230)

dalam aliran tabung tidak terdapat kondisi aliran bebas yang jelas seperti pada aliran diatas

plat rata.

Gambar 2.6 Perpindahan kalor konveksi paksa pada silinder

Jadi laju perpindahan kalor konveksi untuk aliran dalam tabung dinyatakan dengan suhu

limbak.

…………………………. (Lit.1. hal.251)

dengan syarat cp sepanjang aliran itu tetap.


II.2.4 Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh

Pada suatu dinding datar, dimana di kedua sisinya terdapat fluida yang memiliki

perbedaan temperatut tertentu seperti pada gambar 2.7. Dimana pada satu sisinya terdapat

fluida panas A dan pada sisi yang lain terdapat fluida B yang lebih dingin. Perpindahan kalor

yang terjadi pada dinding tersebut dapat dinyatakan dengan :

…… (lit.1. hal 32)

Perpindahan kalor menyeluruh dihitung dengan jalan membagi beda suhu menyeluruh

dengan jumlah tahanan termal :

………...………………… (lit.1. hal 32)

Gambar 2.7 Perpindahan Kalor Menyeluruh Melalui Dinding Datar

Perhatikan bahwa nilai 1/hA digunakan untuk menunjukkan tahanan konveksi. Aliran

kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi dapat dinyatakan

dengan koefisien perpindahan kalor menyeluruh U, yang dirumuskan dalam hubungan :

q= UA ΔTmenyeluruh …………………………… (lit.1 hal 33)

dimana A adalah luas bidang aliran kalor, sehingga koefisien perindahan kalor menyeluruh

adalah :

…………………………… (lit.1 hal 33)

Gambar 2.8 Perpindahan Kalor Menyeluruh untuk Silinder Bolong


Untuk silinder bolong yang terkena lingkungan konveksi di permukaan bagian dalam

dan luarnya, dimana di sini pun TA dan TB ialah suhu kedua fluida. Perhatikan bahwa dalam

hal ini luas bidang konveksi tidak sama untuk kedua fluida. Luas bidang ini bergantung pada

diameter dalam tabung dan tebal dinding. Dalam hal ini perpindahan kalor menyeluruh

dinyatakan dengan persamaan :

…………………… (Lit.1. hal 34)

sesuai dengan jaringan termal besaran Ai dan Ao merupakan luas permukaan dalam dan luar

tabung. Koefisien perpindahan kalor menyeluruh dapat didaskan atas bidang dalam atau luar

labung, jadi :

atau

……………. (Lit.1 hal 34)

Besarnya nilai koefisien perpindahan kalor (h) dari suatu aliran fluida di dalam pipa

bergantung dari jenis aliran fluida yang terjadi, karena nilai h adalah berbanding lurus

terhadap bilangan Nuselt dari suatu aliran. Nilai koefisien perpindahan kalor untuk aliran di

dalam pipa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

………………………………………….. (Lit.1 hal 483)

dimana : Nu = bilangan Nuselt

k = konduktivitas termal fluida

Untuk aliran turbulen bilangan Nuselt dapat dihitung dengan :

Nu = 0,023 Re0,8 Prn …………………… (Lit.1 hal 252)


dimana :

n = 0,4 untuk pemanasan

= 0,3 untuk pendinginan

Re= bilangan Reynold

Angka Prandtl ini dihitung dengan :

Cp, μ, dan k masing-masing adalah spesifik kalor, viskositas, dan konduktivitas termal dari

fluida.

II.2.5 Aliran Fluida Viskos

Perpindahan kalor antara benda padat dan fluida terjadi dengan adanya suatu

gabungan dari konduksi dan angkutan massa. Karena perpindahan energi konduktif berkaitan

erat dengan gerakan fluida, maka perlu diketahui mekanisme aliran dari fluida yang ada. Hal

yang terpenting ialah menetapkan apakah aliran tersebut laminer atau turbulen.

Gambar 2.9 Berbagai Daerah Aliran Lapisan Batas di Atas Plat Rata

Dalam aliran laminer fluida bergerak dalam suatu lapisan dengan masing-masing

partikel fluida mengikuti lintasan kontinyu sedangkan aliran turbulen mempunyai gerakan

partikel fluida yang tidak menentu, dengan saling tukar menukar momentum. Untuk

menentukan apakah aliran yang terjadi tersebut adalah laminer atau turbulen digunakan

angka Reynold, angka Reynold merupakan angka tak berdimensi yang dihitung dengan :

……………………………………….. (lit.1 hal 195)

dimana = kecepatan aliran fluida (m/s)

V = viskositas dinamik (kg/m s)

di = diameter dalam tube (m)


Untuk aliran laminer Re < 2300 sedangkan untuk aliran turbulen Re > 3000.

II.2.6 Metode NTU – Efektivitas

Efektivitas alat penukar kalor didefinisikan sebagai berikut :

Efektivitas =

Perpindahan kalor sebenarnya (actual) dapat dihitung dari energi yang dilepaskan oleh

fluida panas atau energi yang diterima oleh fluida dingin. Untuk menentukan perpindahan

kalor maksimum bagi penukar kalor, pertama-tama kita harus memahami bahwa nilai

maksimum akan didapat bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu sebesar beda suhu

maksimum yang terdapat dalam penukar kalor itu, yaitu selisih antara suhu masuk fluida

panas dan suhu keluar fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksmum

ini adalah yang nilai mc-nya minimum. Karena neraca energi mensyaratkan bahwa energi

yang diterima oleh fluida yang satu mesti sama dengan energi yang dilepaskan oleh fluida

yang lainnya. Jadi perpindahan kalor maksimum yang mungkin terjadi dinyatakan sebagai :

q maks = (mc)min (Th masuk – Tc masuk) …………………… (lit.1 hal 499)

Dimana :

mc = laju kapasitas fluida

Th,masuk = temperatur masuk fluida panas

Tc,masuk = temperatur masuk fluida dingin

Fluida minimum mungkin terjadi pada fluida yang panas ataupun yang dingin,

bergantung dari laju aliran massa dan kalor spesifik, secara umum efektivitas dinyatakan

dengan :
= ΔT(fluida maksimum)/ΔT(maks pada penukar kalor) ……………. (lit.1 hal 499)

……………………………………… (lit.1 hal 498)

Untuk semua alat penukar kalor yang mengalami kondensasi, suhu fluida dapat

dikatakan tetap, atau fluida ini bertingkah seakan-akan kalor spesifiknya tak berhingga.

Dalam hal ini Cmin/Cmaks 0 dan semua persamaan efektivitas penukar kalor mendekati

persamaan sederhana :

= 1 – e –NTU …………………………………………. (lit.1 hal 503)

N = NTU = ………………………………………. (lit.1 hal 507)

Sedangkan untuk tipe selongsong dan tabung dengan satu lintas selongsong dan 2, 4, 6 lintas

tabung, persamaan efektivitasnya adalah :

…… (lit.1 hal 507)

II.2.7 Pendekatan Beda Temperatur Logaritma

Pada alat penukar kalor fluida dapat mengalir dalam aliran sejajar maupun aliran

lawan arah. Beda suhu antara fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan pada

waktu keluar tidaklah sama dan kita perlu menentukan nilai rata-rata yang akan digunakan.

Beda suhu rata-rata ini dinyatakan sebagai :

…………………… (lit.1 hal 491)


untuk penukar kalor pipa ganda perpindahan kalor total dinyatakan dengan persamaan berikut

q = UA ΔTm …………………………………………… (lit.1 hal 490)

sehingga

sedangkan untuk penukar kalor yang bukan jenis pipa ganda, perpindahan kalor dihitung

dengan menerapkan factor koreksi terhadap LMTD. Bentuk persamaan perpindahan kalor

menjadi :

…………………… (lit.1 hal 492)

nilai faktor koreksi F bila terdapat perubahan fase seperti kondensasi atau pendidihan, fluida

biasanya berada pada suhu yang hakekatnya tetap dan persamaan tersebut menjadi lebih

sederhana. Untuk kondisi ini P atau R menjadi nol dan kita dapatkan :

F = 1,0 untuk pendidihan atau kondensasi

Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat
exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai
adalah uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat
luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri
gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas
adalah radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara. Penukar
panas merupakan alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem yang lain
tanpa terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun tujuan
perpindahan panas antara lain:

a .Memanaskan :
- Menaikkan suhu
- Merubah fase ( Menguapkan, melarutkan, melelehkan)
-Mempertahan suhu proses (memberi panas proses yang membutuhkan- endhoterm)
b.Mendinginkan :
- Menurunkan suhu
- Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb)
-Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses yang menghasilkan panas – eksotherm)
Alat penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah.
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Maksudnya ialah :

a. Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara
langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan.
Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.

b. Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak berhubungan
langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu
mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Misalnya
kondensor, ekonomiser air preheater dan lain-lain.
BAB II
PRINSIP DAN JENIS HEAT EXCHANGER

A. Prinsip Kerja Heat Exchanger


1. Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses,
panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan.

Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang
panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung
tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah. Pada umumnya perpindahan panas dapat
berlangsung melalui 3 cara yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

a. Konduksi (hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar
yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut
secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-
molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya
dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih
cepat maka akan memberikan panas.

Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul lainnya, tanpa
molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat padat.

Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi disebut
penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat panas (isolator panas ).

Q = k * A * (T1-T2) / X

A : luas bidang perpindahan panas

X : Panjang jalan perpindahan panas(tebal)

q ; panas yang dipindahkan


b. Konveksi (aliran/edaran)
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau
zat tersebut secara fisik.

Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh karena adanya
dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang peranan penting. Konveksi
hanya terjadi pada fluida

Q = h * A * (T2 – T1)

h = koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.

Q = panas yang dipindahkan

A = luas perpindahan panas

Dalam melaksanakan operasi perpindahan panas, perlu diperhitungkan:

 jumlah panas yang dipindahkan (q)


 perbedaan suhu (T)
 tahanan terhadap perpindahan panas (R).

Persamaan utama yg menghubungkan besaran – besaran diatas adalah::

q = A * (T2 – T1) / R = U * A * (T2 – T1)

q = jumlah panas yang dipindahkan

R = tahanan terhadap perpindahan panas

U = 1/R = Koefisien perpindahan panas keseluruhan, gabungan antara konduksi dan


konveksi (k.W / m2. C )

Harga U atau R tergantung pada :

 Jenis zat (daya hantar)


 Kecepatan aliran
 Ada tidaknya kerak.

c. Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin)
dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan
berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger

Panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Perpindahan seperti ini


tidak memerlukan zat antara/media.

Q = σ . T4

Q = jumlah panas yang dipancarkan

T = suhu mutlak

σ = tetapan Stefan – Boltzman, = 4,92 kkal / (jam. m2.K4 )

d. Hubungan U dengan k dan h


1/U = 1/ha + x/k + 1/hb
Atau
R = Ra + Rk + Rb

Adanya kotoran/endapan (kerak) akan memperbesar tahanan terhadap perpindahan panas


atau memperkecil U, sehingga persamaan menjadi:

1/U = R = Ra + Rk + Rb + Rf

Rf : tahanan karena fouling (kotoran)

e. Isolasi Panas
Mencegah kehilangan panas alat –alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu tinggi ke
sekeliling yang suhunya lebih rendah, atau sebaliknya.

Untuk alat-alat dengan suhu rendah, isolasi mencegah masuknya panas karena suhu
sekitarnya yang lebih tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang dapat timbul bila orang
menyentuh permukaan benda yang panas atau dingin sekali.

Bahan Isolasi: - daya hantar panas rendah

- dapat menahan arus konveksi

- disesuaikan dengan suhu

Permukaan datar: makin tebal, makin sedikit panas yang hilang

f. Perbedaan Suhu Rata-rata


Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju pemindahan panas. Suhu
fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan suhu rata-rata.

(T2 – t2) – (T1 – t1)

∆T = --------------------------

Ln (T2 - t2) / (T1 - t1)

Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log mean temperature
diffrence) disingkat LMTD

Q = U * A *(Δ T) LMTD

Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua
fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.

a. Secara kontak langsung

panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu
melalui interfase / penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel
padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung

Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah. Dalam
sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

2. Jenis – jenis Heat Exchanger


Ada beberapa jenis heat exchanger yang banyak digunakan dalam industri, yaitu:

a. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )

Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis penukar panas
dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau
dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.

Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua
ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa
luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida
yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar
digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh ( shell and tube heat exchanger ).
Gambar 2 . Penukar panas jenis pipa rangkap

(double pipe heat exchanger )

b. Penukar panas cangkang dan buluh ( shell and tube heat exchanger )

Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan
secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu
mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang
pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya
pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ), namun
pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja
pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Gambar 3.Penukar panas jenis cangkang dan buluh

( shell and tube heat exchanger )

Tipe-tipe yang dikenal dari jenis heat exchanger ini adalah :

1. Fixed tube sheet

2. Floating tube sheet

3. Tipe pipa U

4. Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada shellnya.

Dengan heat exchanger jenis ini dapat diperoleh luas bidang perpindahan panas yang
besar dengan volume alat yang relative lebih kecil. Untuk pipa bisa dibuat dari berbagai jenis
bahan kontruksi, disesuaikan dengan alat sifat korosif fluida yang ditangani. Heat exchanger
ini dapat digunakan untuk pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi segala
macam fluida.

1) Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa – pipa biasa, tetapi pipa-pipa
yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari berbagai material. Umumnya
digunakan pipa berukutran diameter luar ¾ inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa
dengan dengan diameter luar1/4; 1,75; 1,50 inch. Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG
(Birmingham Wire Gauge). Makin besar bilangan BWG, makin tipis pipanya.

Misalnaya : untuk pipa 1 inch

BWG 8 mempunyai tebal 0,165 inch

BWG 10 mempunyai tebal 0,134 inch

BWG 16 mempunyai tebal 0,065 inch

Tersedia BWG mulai dari 8 sampai 18.

Tube terpasang pada tube – sheet dengan pitch 1,25 DO (diameter luar). Formasi pipa
dapat membentuk segitiga atau bujur sangkar.

2) Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan pada standar baja
karbon. Untuk ukuranbesardibuat dari pelat yang di roll atau di- las. Untuk heat exchanger
yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi biasa digunakan :
Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in

Tebal 7/8 in untuk diameter 31 in

Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk kemungkinan korosi.

3) Baffle
Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell, sehingga seluruh
bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan membuat turbulen aliran
sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas yang besar. Luas baffle lebih kurang 75%
penampang shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat
alan didapat kehilangan tekanan yang besar.

c. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )

Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan
yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir fluida.
Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan
fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

Gambar 4. Penukar panas jenis pelat and Frame


Gambar 5. Penukar panas jenis pelat and Frame

d. SDAdiabatic wheel heat exchanger

Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang solid
untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas akan dirilis. Dua
contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang halus berputar
melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.

e. Pillow plate heat exchanger

Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk susu
pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel. Pelat bantal
memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela
yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan
lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam.

Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin garis
las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk
menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang untuk cairan
penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik bantal membengkak
terbentuk dari logam.
f. Dynamic scraped surface heat exchanger

Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat exchanger". Ini
terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk,
proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai
karena terus menerus menggores permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan
mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.

g. Phase-change heat exchanger

Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat
digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai
kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan. Pada pabrik kimia dan kilang,
reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar
panas .

Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk mengkondensasikan uap


distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki uap yang
digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk mendidihkan air menjadi
uap.

Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang sering disebut
boiler atau generator uap. Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air
bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari sistem (pabrik reaktor)
primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut
generator uap. Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap
yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari
turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali.

Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan tanaman lainnya,
penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer panas dari satu aliran yang
perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin distilat dan pakan
reboiler pra-pemanasan.

Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang mengandung bahan dalam
struktur mereka yang memiliki perubahan fasa. Hal ini biasanya padat ke fase cair karena
perbedaan volume kecil antara negara-negara ini. Perubahan fase efektif bertindak sebagai
buffer karena terjadi pada suhu konstan tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas
untuk menerima panas tambahan. Salah satu contoh di mana ini telah diteliti untuk digunakan
dalam elektronik pesawat daya tinggi.

Gambar 6. Reboiler atau Generator uap

3. Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas


Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

a. Counter current flow (aliran berlawanan arah)

b. Paralel flow/co current flow (aliran searah)

c. Cross flow (aliran silang)

d. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

B. Komponen Heat Exchanger


Pemindahan panas dalam heat exchanger dilakukan dengan mengkontakkan dua fluida
melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas atau pendingin berada dalam suatu jaket,
didalampipa atau diluar pipa. Luas bidang pemanas harus cukup (sesuai persamaan
perpindahan panas dan kebutuhan panas ). Adapun komponen-komponen dari heat exchanger
antara lain:

1. Heat Exchanger (HE)


Alat untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan aliran fluida
lainnya.

2. Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai pemanas
digunakan steam atau fluida panas lain yang ada.
3. Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai pendingin digunakan
air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.
4. Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas latennya.
5. Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan pekat.
6. Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.
7. Reboiler
Penyediankan panas untuk menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk distilasi,
absorpsi, stripping.

C. Aliran Multi Pass


Alir fluida dalam tube sering dibuat beberapa kali melewati shell. Dengan cara ini
penampang aliran dalam tube menjadi lebih kecil dan laju linier menjadi besar, sehingga
diperoleh koefisien perpindahan panas besar.

D. Aspek Operasi dan Pemeliharaan


Salah satu masalah utama dalam pemeliharaan HE adalah pengendapan kotoran (fouling)
pada permukaan bidang perpindahan panas. Hal ini menyebabkan peningkatan tahanan panas
( koef perpindahan panas mengecil). Fouling juga menambahntahanan terhadap aliran fluida.
Bertambahnya tambahan memperbesar beda suhu rata-rata(LMTD).
Endapan yang membentuk kerak pada suatu tempat dapat mengakibatkan pemanasan
(meningkatkan suhu) yang berlebihan pada suatu tempat dan dapat merusak pipa/tube (over
heating).
Biasanya ”shelland tube heat exchanger” dirancangdengan luas bidang pemanas yang
berlebihan dari seharusnya sehingga penurunan koefisien perpindahan panas tidak langsung
mengakibatkan penyimpangan besar kinerja(performance) heat exchanger tersebut.
Bila fouling telah melewati harga tertentu ( kerak semakin tebal), kemampuan pelat/pipa
sudah tidak lagi sebagaimana disyaratkan. Sebelum hal ini terjadi , alat harus segera
dihentikan untuk dibersihkan keraknya.
Kinerja (kemampuan kerja) heat exchanger dapat dievaluasi dengan membuat neraca
panas. Untukm itu dikumpulkan data. Untuk memudahkan penetapan kapan penghentian
harus dilakukan, dapat dilakukan pengamatan perubahan LMTD dan kehilangan tekanan
pada tube (lihat grafik Δ P atau Δ T LMTD terhadap waktu. HE
Bila P dan / atau LMTD telah mencapai suatu harga tertentu, berarti fouling sudah
cukup banyak dan harus dihentikan untuk dibersihkan.
Tiap heat exchanger punya harga batasnya sendiri-sendiri yangb berlainan dan perlu
diamati untuk menetapkan jadwal pemvbersihan, operasi yang tepat (sesuai petunjuk yang
diberikan) akan memperpanjang selang waktu pembersihan dan umur heat exchanger.
Saat yang paling menentukan justru pada saat ”start Up” dan ”shut down”, pada saat ini
bisa terjadi kejutan panas (perubahan panas tiba-tiba) dan hantaran hidrolik yang dapat
menimbulkan tegangan berlebihan dan tidak seimbang yang dapat merusak sambungan-
sambungan, pipa, packing dan atau timbul kebocoran.
Laju alir dalam sehell yang terlalu besar (berlebihan dari seharusnya) dapat
menimbulkan vibnrasi (getaran) yang sangat membahayakan.

--------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai