Alat penukar kalor adalah alat yang difungsikan untuk melakukan perpindahan
sejumlah kalor atau panas dari suatu fluida ke fluida yang lainnya. Tujuan perpindahan panas
ini di dalam proses produksi adalah untuk memanaskan ataupun mendinginkan suatu fluida
hingga mencapai temperatur tertentu yang diinginkan ataupun juga bertujuan untuk
mengubah keadaan (fase) fluida dari satu fase ke fase yang lainnya. Pada alat penukar kalor
ini perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi ataupun radiasi tergantung dari
Berdasarkan fungsinya alat penukar kalor yang dipergunakan dalam industri terbagi
atas :
a. Cooler
Alat ini digunakan untuk menurunkan suhu cairan atau gas dengan mempergunakan air
b. Boiler
Alat ini bertujuan untuk mendidihkan dan menguapkan cairan, dimana uap tersebut berfungsi
c. Condensor
Alat ini digunakan untuk mengembunkan atau mengkondensasikan uap sehingga menjadi cair
d. Evaporator
Alat ini digunakan untuk menguapkan suatu fluida atau didalam proses kimia berfungsi untuk
e. Chiller
Merupakan suatu alat untuk mendinginkan fluida yang berderajat sangat rendah yang tidak
dapat dicapai dengan media pendingin air, chiller biasanya dikonstuksikan seperti ketel
e) Alat penukar kalor Air fin exchanger yang terbagi lagi menjadi :
o Forced draft
o Induced draft
Menurut arah aliran fluida yang mengalir, alat penukar kalor dapat dikelompokkan
atas :
Berdasarkan banyaknya fluida yang digunakan, alat penukar kalor dibagi atas :
b) Tiga macam fluida (digunakan dalam proses-proses kimiawi, misalnya pada system
pemisahan udara)
atas :
a) Konveksi satu fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)
b) Konveksi dua fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)
Prinsip kerja dari alat penukar kalor tipe shell & tube ini yaitu dengan menukar kalor
yang akan dibuang dari fluida panas tanpa adanya kontak langsung dengan fluida dingin yang
akan menerima panas tersebut. Dimana fluida yang mengalir di dalam tube dengan
temperature tinggi akan memberikan sebagian kalornya kepada fluida di dalam shell yang
1. Kelas “R”
Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi yang relatif berat, biasanya digunakan dalam
industri minyak
2. Kelas “B”
Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi yang sedang, biasanya digunakan untuk proses-
proses kimia
3. Kelas “C”
Dirancang untu dioperasikan pada kondisi ringan, biasanya digunakan untuk jasa pelayanan
umum.
Standar TEMA juga mengklasifikasikan alat penukar kalor menurut tipe stasionary
head, shell dan rear bend kedalam tiga kode huruf, yaitu :
1. Huruf pertama : A, B, C, N dan D
Menunjukkan tipe ujung muka (stasionary head)
2. Huruf kedua : E, F, G, H, J, K dan X
Menunjukkan tipe cangkang (shell)
3. Huruf ketiga : L, M, D, U, P, S, T dan W
Menunjukkan tipe ujung kepala belakang (rear head)
Gambar 2.1 Standar TEMA Berdasarkan Tipe Bagian Alat Penukar Kalor
yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Energi yang
Ilmu perpindahan panas tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu
berpindah dari suatu benda ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan
panasnya. Hal inilah yang membedakan ilmu perpindahan panas dengan ilmu termodinamika,
termodinamika membahas system dalam keadaan setimbang dan dapat meramalkan energi
yang diperlukan untuk mengubah system dari suatu keadaan setimbang ke keadaan setimbang
lainnya, tetapi tidak dapat meramalkan kecepatan perpindahan kalor tersebut. Hal ini
disebabkan karena pada saat proses perpindahan panas berlangsung system tidak berada
Sebagai contoh dari berbagai masalah yang dapat dipecahkan dengan termodinamika
dan perpindahan kalor, yaitu peristiwa pendinginan yang berlangsung pada suatu baja panas
yang dicelupkan ke dalam air. Dengan termodinamika, kita dapat meramalkan suhu
kesetimbangan akhir dari system batang baja dan air tersebut. Namun termodinamika tidak
akan dapat menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan
tersebut. Sebaliknya ilmu perpindahan kalor dapat membantu kita untuk meramalkan suhu
Dalam mekanisme perpindahan kalor kita mengenal tiga modus perpindahan kalor,
yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi. Dalam hal ini kita jelaskan secara kualitatif
mekanisme masing-masing modus agar dapat dilihat dalam perspektifnya sendiri. Namun ada
juga istilah lain yang berkaitan dengan perpindahan kalor seperti konduktivitas atau hantaran
energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah, atau dapat dikatakan bahwa
energi itu berpindah secara konduksi atau hantaran. Laju perpindahan kalor itu berbanding
Dimana q adalah laju perpindahan kalor dan merupakan gradien suhu kearah
sedangkan tanda minus diberikan untuk memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu panas
akan mengalir dari suatu titik yang bersuhu tinggi ke titik yang bersuhu rendah, maka aliran
Dengan menggunakan persamaan diatas sebagai titik awal, maka dapatlah ditentukan
Gambar diatas adalah merupakan deskripsi volume unsuran untuk analisis konduksi
kalor satu dimensi. Jika system ini berada dalam keadaan tunak, yaitu jika suhu tidak berubah
menurut waktu maka kita hanya perlu melakukan integrasi atas persamaan tadi dan
jika dalam suatu system terdapat lebih dari satu macam bahan, maka :
Perlu diingat bahwa aliran kalor pada setiap bagian itu mesti sama, jika ketiga
persamaan ini dipecahkan serentak, maka aliran kalor dapat dituliskan sebagai berikut :
………………………….. (Lit.1 hal.27)
Jadi laju perpindahan kalor dapat dipandang sebagai aliran, sedangkan gabungan dari
kunduktivitas termal, tebal bahan dan luas merupakan tahanan terhadap aliran. Suhu
Lain halnya jika proses konduksi ini terjadi pada suatu silinder berlubang dengan
panjang L, jari-jari luar ro dan jari-jari dalam ri, yang mengalami beda suhu Ti – To. seperti
dimana :
T = To pada r = ro
Maka :
tinggi dengan cara pancaran dan kedua benda tersebut terpisah dalam ruang. Energi yang
Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi tergantung
pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna atau benda hitam (black
body) memancarkan energi radiasi dari permukaan dengan laju yang diberikan oleh :
dimana :
Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor yang terjadi antara permukaan
suatu material baik padat maupun cair dengan aliran fluida yang bergerak disekitarnya akibat
adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor konveksi dapat dibedakan menjadi dua jenis
1. Konveksi alamiah, konveksi yang terjadi tanpa adanya bantuan dari luar sehingga aliran
2. Konveksi paksa, konveksi yang terjadi karena aliran fluida yang mengalir ditimbulkan oleh
Proses perpindahan kalor konveksi merupakan proses perpindahan kalor yang paling
kalor yang terjadi. Variabel tersebut diantaranya adalah geometri, percepatan aliran udara dan
sifat-sifat fluida.
Laju perpindahan kalor konveksi antara suatu permukaan dengan fluida dapat
dimana,
Tw = suhu dinding/permukaan
T∞ = suhu fluida
Untuk aliran dalam saluran yang tertutup, kita ketahui bahwa suhu limbak (bulk-
temperature) menunjukkan energi rata-rata. Dalam aliran tabung koefisien perpindahan kalor
dimana Tw adalah suhu dinding dan Tb adalah yang dinamakan suhu limbak, atau suhu
fluida yang dirata-ratakan energinya di seluruh penampang tabung, yang dapat dihitung dari :
dalam aliran tabung tidak terdapat kondisi aliran bebas yang jelas seperti pada aliran diatas
plat rata.
Jadi laju perpindahan kalor konveksi untuk aliran dalam tabung dinyatakan dengan suhu
limbak.
Pada suatu dinding datar, dimana di kedua sisinya terdapat fluida yang memiliki
perbedaan temperatut tertentu seperti pada gambar 2.7. Dimana pada satu sisinya terdapat
fluida panas A dan pada sisi yang lain terdapat fluida B yang lebih dingin. Perpindahan kalor
Perpindahan kalor menyeluruh dihitung dengan jalan membagi beda suhu menyeluruh
Perhatikan bahwa nilai 1/hA digunakan untuk menunjukkan tahanan konveksi. Aliran
kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi dapat dinyatakan
dimana A adalah luas bidang aliran kalor, sehingga koefisien perindahan kalor menyeluruh
adalah :
dan luarnya, dimana di sini pun TA dan TB ialah suhu kedua fluida. Perhatikan bahwa dalam
hal ini luas bidang konveksi tidak sama untuk kedua fluida. Luas bidang ini bergantung pada
diameter dalam tabung dan tebal dinding. Dalam hal ini perpindahan kalor menyeluruh
sesuai dengan jaringan termal besaran Ai dan Ao merupakan luas permukaan dalam dan luar
tabung. Koefisien perpindahan kalor menyeluruh dapat didaskan atas bidang dalam atau luar
labung, jadi :
atau
Besarnya nilai koefisien perpindahan kalor (h) dari suatu aliran fluida di dalam pipa
bergantung dari jenis aliran fluida yang terjadi, karena nilai h adalah berbanding lurus
terhadap bilangan Nuselt dari suatu aliran. Nilai koefisien perpindahan kalor untuk aliran di
Cp, μ, dan k masing-masing adalah spesifik kalor, viskositas, dan konduktivitas termal dari
fluida.
Perpindahan kalor antara benda padat dan fluida terjadi dengan adanya suatu
gabungan dari konduksi dan angkutan massa. Karena perpindahan energi konduktif berkaitan
erat dengan gerakan fluida, maka perlu diketahui mekanisme aliran dari fluida yang ada. Hal
yang terpenting ialah menetapkan apakah aliran tersebut laminer atau turbulen.
Gambar 2.9 Berbagai Daerah Aliran Lapisan Batas di Atas Plat Rata
Dalam aliran laminer fluida bergerak dalam suatu lapisan dengan masing-masing
partikel fluida mengikuti lintasan kontinyu sedangkan aliran turbulen mempunyai gerakan
partikel fluida yang tidak menentu, dengan saling tukar menukar momentum. Untuk
menentukan apakah aliran yang terjadi tersebut adalah laminer atau turbulen digunakan
angka Reynold, angka Reynold merupakan angka tak berdimensi yang dihitung dengan :
Efektivitas =
Perpindahan kalor sebenarnya (actual) dapat dihitung dari energi yang dilepaskan oleh
fluida panas atau energi yang diterima oleh fluida dingin. Untuk menentukan perpindahan
kalor maksimum bagi penukar kalor, pertama-tama kita harus memahami bahwa nilai
maksimum akan didapat bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu sebesar beda suhu
maksimum yang terdapat dalam penukar kalor itu, yaitu selisih antara suhu masuk fluida
panas dan suhu keluar fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksmum
ini adalah yang nilai mc-nya minimum. Karena neraca energi mensyaratkan bahwa energi
yang diterima oleh fluida yang satu mesti sama dengan energi yang dilepaskan oleh fluida
yang lainnya. Jadi perpindahan kalor maksimum yang mungkin terjadi dinyatakan sebagai :
Dimana :
Fluida minimum mungkin terjadi pada fluida yang panas ataupun yang dingin,
bergantung dari laju aliran massa dan kalor spesifik, secara umum efektivitas dinyatakan
dengan :
= ΔT(fluida maksimum)/ΔT(maks pada penukar kalor) ……………. (lit.1 hal 499)
Untuk semua alat penukar kalor yang mengalami kondensasi, suhu fluida dapat
dikatakan tetap, atau fluida ini bertingkah seakan-akan kalor spesifiknya tak berhingga.
Dalam hal ini Cmin/Cmaks 0 dan semua persamaan efektivitas penukar kalor mendekati
persamaan sederhana :
Sedangkan untuk tipe selongsong dan tabung dengan satu lintas selongsong dan 2, 4, 6 lintas
Pada alat penukar kalor fluida dapat mengalir dalam aliran sejajar maupun aliran
lawan arah. Beda suhu antara fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan pada
waktu keluar tidaklah sama dan kita perlu menentukan nilai rata-rata yang akan digunakan.
sehingga
sedangkan untuk penukar kalor yang bukan jenis pipa ganda, perpindahan kalor dihitung
dengan menerapkan factor koreksi terhadap LMTD. Bentuk persamaan perpindahan kalor
menjadi :
nilai faktor koreksi F bila terdapat perubahan fase seperti kondensasi atau pendidihan, fluida
biasanya berada pada suhu yang hakekatnya tetap dan persamaan tersebut menjadi lebih
sederhana. Untuk kondisi ini P atau R menjadi nol dan kita dapatkan :
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat
exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai
adalah uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat
luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri
gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas
adalah radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara. Penukar
panas merupakan alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem yang lain
tanpa terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun tujuan
perpindahan panas antara lain:
a .Memanaskan :
- Menaikkan suhu
- Merubah fase ( Menguapkan, melarutkan, melelehkan)
-Mempertahan suhu proses (memberi panas proses yang membutuhkan- endhoterm)
b.Mendinginkan :
- Menurunkan suhu
- Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb)
-Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses yang menghasilkan panas – eksotherm)
Alat penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah.
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Maksudnya ialah :
a. Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara
langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan.
Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.
b. Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak berhubungan
langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu
mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Misalnya
kondensor, ekonomiser air preheater dan lain-lain.
BAB II
PRINSIP DAN JENIS HEAT EXCHANGER
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang
panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung
tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah. Pada umumnya perpindahan panas dapat
berlangsung melalui 3 cara yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi (hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar
yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut
secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-
molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya
dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih
cepat maka akan memberikan panas.
Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul lainnya, tanpa
molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat padat.
Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi disebut
penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat panas (isolator panas ).
Q = k * A * (T1-T2) / X
Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh karena adanya
dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang peranan penting. Konveksi
hanya terjadi pada fluida
Q = h * A * (T2 – T1)
c. Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin)
dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan
berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Q = σ . T4
T = suhu mutlak
1/U = R = Ra + Rk + Rb + Rf
e. Isolasi Panas
Mencegah kehilangan panas alat –alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu tinggi ke
sekeliling yang suhunya lebih rendah, atau sebaliknya.
Untuk alat-alat dengan suhu rendah, isolasi mencegah masuknya panas karena suhu
sekitarnya yang lebih tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang dapat timbul bila orang
menyentuh permukaan benda yang panas atau dingin sekali.
∆T = --------------------------
Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log mean temperature
diffrence) disingkat LMTD
Q = U * A *(Δ T) LMTD
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua
fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.
panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu
melalui interfase / penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel
padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah. Dalam
sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis penukar panas
dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau
dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua
ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa
luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida
yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar
digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh ( shell and tube heat exchanger ).
Gambar 2 . Penukar panas jenis pipa rangkap
b. Penukar panas cangkang dan buluh ( shell and tube heat exchanger )
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan
secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu
mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang
pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya
pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ), namun
pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja
pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Gambar 3.Penukar panas jenis cangkang dan buluh
3. Tipe pipa U
4. Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada shellnya.
Dengan heat exchanger jenis ini dapat diperoleh luas bidang perpindahan panas yang
besar dengan volume alat yang relative lebih kecil. Untuk pipa bisa dibuat dari berbagai jenis
bahan kontruksi, disesuaikan dengan alat sifat korosif fluida yang ditangani. Heat exchanger
ini dapat digunakan untuk pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi segala
macam fluida.
1) Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa – pipa biasa, tetapi pipa-pipa
yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari berbagai material. Umumnya
digunakan pipa berukutran diameter luar ¾ inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa
dengan dengan diameter luar1/4; 1,75; 1,50 inch. Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG
(Birmingham Wire Gauge). Makin besar bilangan BWG, makin tipis pipanya.
Tube terpasang pada tube – sheet dengan pitch 1,25 DO (diameter luar). Formasi pipa
dapat membentuk segitiga atau bujur sangkar.
2) Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan pada standar baja
karbon. Untuk ukuranbesardibuat dari pelat yang di roll atau di- las. Untuk heat exchanger
yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi biasa digunakan :
Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in
3) Baffle
Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell, sehingga seluruh
bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan membuat turbulen aliran
sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas yang besar. Luas baffle lebih kurang 75%
penampang shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat
alan didapat kehilangan tekanan yang besar.
c. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan
yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir fluida.
Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan
fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang solid
untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas akan dirilis. Dua
contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang halus berputar
melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.
Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk susu
pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel. Pelat bantal
memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela
yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan
lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin garis
las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk
menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang untuk cairan
penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik bantal membengkak
terbentuk dari logam.
f. Dynamic scraped surface heat exchanger
Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat exchanger". Ini
terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk,
proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai
karena terus menerus menggores permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan
mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.
Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat
digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai
kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan. Pada pabrik kimia dan kilang,
reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar
panas .
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang sering disebut
boiler atau generator uap. Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air
bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari sistem (pabrik reaktor)
primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut
generator uap. Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap
yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari
turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan tanaman lainnya,
penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer panas dari satu aliran yang
perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin distilat dan pakan
reboiler pra-pemanasan.
Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang mengandung bahan dalam
struktur mereka yang memiliki perubahan fasa. Hal ini biasanya padat ke fase cair karena
perbedaan volume kecil antara negara-negara ini. Perubahan fase efektif bertindak sebagai
buffer karena terjadi pada suhu konstan tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas
untuk menerima panas tambahan. Salah satu contoh di mana ini telah diteliti untuk digunakan
dalam elektronik pesawat daya tinggi.
2. Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai pemanas
digunakan steam atau fluida panas lain yang ada.
3. Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai pendingin digunakan
air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.
4. Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas latennya.
5. Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan pekat.
6. Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.
7. Reboiler
Penyediankan panas untuk menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk distilasi,
absorpsi, stripping.
--------------------------------------------------------------------------