Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat penukar panas atau heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari satu fluida (baik gas maupun cair) ke fluida lain dimana
dua fluida ini memiliki suhu yang berbeda. Pada sistem pertukaran panas pada heat
exchanger ini, panas yang ditransfer bisa dari fluida proses maupun fluida dari
utilitas. Alat penukar panas yang dirancang sebisa mungkin memiliki pertukaran
kalor yang efesien baik dari segi ukuran heat exchanger maupun kalor yang
dipertukarkan antar satu fluida dengan fluida yang lain.
Sistem yang berkaitan dengan pertukaran panas adalah perbedaan
temperatur antar fluida, laju alir massa fluida, maupun jumlah kalor yang akan
dipertukarkan antar fluida satu dengan fluida yang lain. Didalam perancangan alat
penukar panas akan meliputi beberapa hal yaitu jumlah beban kalor yang
dipertukarkan, pemilihan penempatan aliran dingin/panas, pemilihan alat penukar
panas yang digunakan serta pemilihan bahan dan kapasitas heat exchanger.
Perancangan alat penukar panas yang tepat akan berimbas terhadap effesiensi
pertukaran kalor yang terjadi pada heat exchanger serta pemilihan alat penukar
panas yang tepat.
1.1. Tujuan Perancangan
Tujuan utama dalam perancangan heat exchanger yaitu menentukan luas
kontak kalor yang berpindah dari fluida satu ke fluida yang lain. Perancangan ini
bergantung terhadap sifat fisik fluida yang akan dipertukarkan kalornya, laju alir
fluida, dan perbedaan temperatur antar fluida.
2

BAB II
DASAR-DASAR PERANCANGAN

Perancangan alat untuk penukar panas didasarkan atas prinsip – prinsip


berikut, yaitu :
a. Neraca massa dan neraca energi telah diketahui terlebih dahulu.
b. Hasil dari neraca digunakan untuk menghitung luas permukaan perpindahan
panas yang diperlukan.
c. Menghitung besaran – besaran seperti koefisien perpindahan panas
menyeluruh, beda suhu rata – rata dan penurunan tekanan yang diperbolehkan
dalam arus fluida.
2.1 Mekanisme Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tiga mekanisme
dasar perpidahan panas, yaitu:
2.1.1 Konduksi
Perpindahan panas terjadi tanpa diikuti oleh perpindahan molekul dari
benda tersebut (media penghantar panas tidak ikut berpindah), jadi yang
berpindah hanya panas oleh transfer energi gerak antara molekul-molekul yang
berdekatan. Panas dapat berpindah melalui medium padatan, cairan, maupun gas
(Geankoplis, 1993). Persamaan yang digunakan untuk perpindahan panas
konduksi dikenal dengan Hukum Fourier:
dT
q=−kA .............................................................................(2.1)
dx
Dimana:
q = laju perpindahan panas (W)
k = Konduktivitas Termal (W/m.K)
A = Luas permukaan (m2)
dT = Perubahan suhu (K)
dx = Tebal penampang permukaan (m)
Nilai minus (-) pada persamaan di atas menunjukkan bahwa kalor selalu
berpindah ke temperatur yang lebih rendah.
3

2.1.2 Konveksi
Perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida
yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa fluida
(Frank and David, 1996). Konveksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konveksi
bebas atau konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi bebas atau alamiah
terjadi apabila pergerakan fluida dikarenakan gaya apung (bouyancy force) akibat
perbedaan densitas fluida tersebut. Perbedaan kerapatan itu sendiri bisa terjadi
karena adanya pebedaan temperatur akibat proses pemanasan. Sedangkan pada
konveksi paksa pergerakan fluida terjadi akibat gaya luar seperti dari kipas (fan)
atau pompa. Pada perpindahan panas konveksi berlaku Hukum Newton, yaitu:
q=h . A (T s−T ∞ )....................................................................(2.2)
Dimana:
q = Laju perpindahan panas (W)
h = Koefisien perpindahan kalor konveksi (W/ m2. K)
A = Luas area permukaan (m2)
Ts = Temperatur permukaan (K)
T ∞ = Temperatur ambient (K)
2.1.3 Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/sinar/
radiasi gelombang elektromagnetik tanpa memerlukan media perantara. Dasar dari
proses radiasi adalah Hukum Stefan-Boltzman:
q r=εσA T 4 ..............................................................................(2.3)
ε merupakan emisivitas yang merupakan sifat dari permukaan, apabila
permukaan terssebut black body maka nilai emisivitasnya adalah 1. σ adalah
konstanta Boltzman yang memiliki nilai 5,67 x 10 -8. Sedangkan T merupakan
temperatur absolut dari permukaan.

2.2 Pemilihan Jenis Alat Penukar Panas


Alat penukar panas (Heat Exchanger) adalah alat yang difungsikan untuk
mengakomodasikan perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin dengan
adanya perbedaan temperatur. Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi
oleh 3 hal :
4

1. Koefisien overall perpindahan panas (U)


menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.
2. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas.
Karena luas perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih
luas perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar.
3. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (∆T LMTD).
LMTD adalah perbedaan temperatur yang dipukul rata-rata setiap bagian HE.
Karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE tidak sama.
Alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :
1. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai
pada temperatur yang rendah. Temperatur fluida hasil pendinginan didalam
chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan yang
dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya
digunakan amoniak atau Freon.
2. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan
panas latent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap
yang mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan
dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
3. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
cooler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
4. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Panas yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat yang
digunakan adalah air atau refrigerant cair.
5

5. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang
sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri.
6. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu :
 Memanaskan fluida
 Mendinginkan fluida yang panas

2.3 Jenis-Jenis Heat Exchanger


Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri sebagai berikut:
2.3.1 Jenis Shell and Tube
Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya
terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relatif kecil. Satu jenis
fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian
luar pipa tetapi masih didalam shell. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Shell and Tube Exchanger (Kern, 1965)


Shell and Tube Exchanger dapat diklasifikasikan berdasarkan
konstruksinya sebagai berikut:
a. Fixed Tubesheet
Fixed tubesheet Heat Exchanger mempunyai tube yang lurus yang kedua
ujungnya tubesheet-nya dilas ke bagian shell. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
2.2.
6

Gambar 2.2 Fixed Tubesheet Exchanger


Keuntungan dari tipe fixed tubesheet adalah :
 Harganya murah karena konstruksinya sederhana sepanjang tidak
membutuhkan sambungan tambahan.
 Tube bisa dibersihkan secara mekanikal setelah melepas cover channel atau
bonet.
 Kebocoran dari sisi shell bisa diminimalisir karena tidak ada sambungan
flange.
Kerugian dari tipe fixed tubesheet adalah :
 Bundle tidak dapat dilepas dari shell jadi sisi luar tube tidak dapat dibersihkan
secara mekanis.
 Aplikasi hanya terbatas pada clean service (fluida yang bersih) pada shell side.
 Apabila akan digunakan pada fouling service (kemungkinan ada kotoran) pada
shell side maka shell side dibersihkan dengan chemical cleaning.
 Apabila perbedaan panas antara tube dan shell terlalu besar maka diperlukan
adanya sambungan tambahan, tetapi harganya akan jadi lebih mahal.
b. U-Tube
Sesuai dengan namanya, U-tube Heat Exchanger tube-nya membentuk huruf
U. Hanya ada satu tubesheet dalam U-tube Heat Exchanger. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 U-Tube Heat Exchanger


Keuntungan dari U-tube Heat Exchanger adalah :
 Bundle dapat meregang atau mengkerut jika ada perbedaan tegangan.
 Bagian luar dari tube bisa dibersihkan.
 Tube bundle juga bisa dilepas.
7

Kerugian dari U-tube Heat Exchanger adalah :


 Bagian dalam dari U-tube tidak dapat dibersihkan secara efektif, memerlukan
drill shaft yang fleksibel untuk membersihkannya.
 U-tube Heat Exchanger sebaiknya tidak digunakan untuk tube dengan fluida
yang kotor.
c. Floating Head
Heat Exchanger tipe floating head adalah Heat Exchanger yang paling
serbaguna dari tipe STHE dan juga harganya relatif rendah. Salah satu tubesheet
fixed dengan shell dan yang lainnya bebas mengapung dengan shell. Hal ini
membuat free expansion dari tube bundle diperbolehkan selama pembersihan sisi
dalam dan luar tube. Heat Exchanger tipe floating head bisa digunakan pada
media baik di shell maupun di tube kotor, seperti pada industri penyulingan
minyak mentah. Ada beberapa tipe dari konstruksi tipe floating head, beberapa
yang paling umum adalah TEMA S (pull-through with backing device) dan
TEMA T (pull-trhough). Desain TEMA S adalah tipe Heat Exchanger yang
paling umum di industri proses kimia. Penutup floating head diamankan dari
floating tubesheet dengan mengikat ke split backing ring. Penutup dari floating
head terletak dibelakang ujung shell dan terdapat penutup shell yang berdiameter
besar. Untuk membongkar Heat Exchanger, penutup shell dilepas terlebih dahulu
kemudian split backing ring, dan kemudian penutup floating head setelah
semuanya dilakukan tube bundle dapat dilepas dari bagian stasionari. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Pull-Through Floating-Head dengan Backing Device (TEMA S)


8

Konstruksi TEMA T seluruh tube bundle termasuk floating-head dapat


dilepas dari bagian stasinernya, karena diameter shell lebih besar dari ukuran
flange floating-head. Cover floating-head diikat dengan baut langsung ke floating
tubesheet sehingga tidak diperlukan split backing ring. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.5

Gambar 2.5 Pull-through Floating Head Exchanger (TEMA T)


Keuntungan dari floating head Heat Exchanger adalah :
 Tube bundle dapat dilepas dari shell tanpa melepas shell ataupun cover floating
head, sehingga mengurangi lama waktu perawatan.
 Desain ini biasanya dipasangkan dengan kettle reboiler yang mempunyai
media pemanas kotor, dimana tipe U-tube tidak dapat digunakan.
Kerugian dari floating head Heat Exchanger adalah :
 Harganya paling mahal diantara tipe Heat Exchanger lainnya karena ukuran
shell-nya yang besar.
2.3.2 Jenis Double Pipe Exchanger
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standar yang
dikedua ujungnya di las menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.6
9

Gambar 2.6 Double Pipe Exchanger (Kern, 1965)


Double pipe Exchanger sangat berguna karena dapat dipasang dengan
berbagai fitting pipa dari bagian standar dan menyediakan dalam permukaan
transfer panas yang mahal. Ukuran standar dari Tees dan return head dapat dilihat
dari table dibawah ini.
Tabel 2.1 Ukuran Standar dari Tees dan Return Head
Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
2 1,75
2,5 1,75
3 2
4 3
Sumber: Kern, 1965
Double pipe Exchanger selalu dipasang dalam 12 ft, 15 ft atau 20 ft panjang
efektif. Panjang efektif menjadi jarak setiap lengan dimana heat transfer terjadi
dan memasuki inner pipa yang menjulang dari inner pipe ke bagian Exchanger.
10

2.4 Langkah-Langkah Perancangan Shell & Tube Exchanger


1. Mencari Q (beban panas) dari neraca panas
2. Menentukan ∆t
( T 1−t2 ) −( T 2−t 1)
∆ t LMTD=
( T 1−t 2) ......................................(2.4)
ln
( T 2−t 1)
∆ t=∆t LMTD × F T ......................................................(2.5)
 untuk 1-2 Exchanger FT > 0,75. jika FT pada 1-2 Exchanger < 0,75 maka
gunakan 2-4 Exchanger.
 Untuk 2-4 Exchanger FT > 0,9 untuk removable longitudinal baffle. FT
0,85 untuk welded longitudinal baffle.
 FT dihitung karena di dalam tube terjdi perubahan arah aliran. Sebagai
contoh untuk 1-2 Exchanger, lewatan merupakan gabungan antara aliran
searah dan lawan arah. Dengan demikian dalam 1-2 Exchanger tersebut
jika dihitung LMTD untuk countercurrent maka harus dihitung faktor
koreksi FT nya.
3. Asumsikan UD sementara dari Tabel 8 Kern, 1965. Lalu hitung area heat
transfer A dengan persamaan:
Q
A= .................................................................(2.6)
U D.∆t
A > 200 ft2 gunakan shell & tube
A < 100 ft2 gunakan double pipe
Tentukan klasifikasi tube dari Tabel 10 Kern, 1965.
4. Tentukan jumlah tube
A
Nt= ................................................................(2.7)
L . a} ¿ ¿
5. Koreksi UD
6. Temperatur Kalorik
 Temperatur rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas
 Dihitung untuk fluida dengan viskositas > 1 cP
T c =T 2+ F c (T 1 −T 2 )........................................(2.8)
t c =t 1+ F c (t 2 −t 1 ).............................................(2.9)
11

7. Menghitung flow area


Luas penampang yang tegak lurus arah aliran
shell:
C’ = PT – OD
B = maksimum = IDshell (pers. 11.3 Kern, 1965, hal 226)
Minimum = IDshell/5 (pers. 11.4 Kern, 1965, hal 226)
ID ×C ' × B
a s= ........................................................(2.10)
144 P T
tube:
N t × at
a t= ...............................................................(2.11)
144 × n
8. Menghitung mass velocity (G)
Shell:
W
Gs = ......................................................................(2.12)
as
Tube:
W
Gt = ......................................................................(2.13)
at
9. Menghitung bilangan Reynold
shell:
De = ....in (fig.28, Kern)
De× Gs
ℜ s= .............................................................(2.14)
μ
Tube:
De = ....in (Tabel 10, Kern)
D× Gt
ℜt = ...............................................................(2.15)
μ
10. Menentukan heat transfer factor, JH
Shell:
Nilai JH untuk shell didapat dari figure 28, Kern
Tube:
Nilai JH untuk tube didapat dari figure 24, Kern
11. Menentukan termal function
12

( )
1
c .μ 2
k
12. Menentukan hi dan ho
Film koefisien hi dan ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit
permukaan dan unit perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju
perpindahan panas.
Shell:

( )
1/ 3
k c ×μ
h o /Φ s =J H × × p ....................................(2.16)
De k

( )
1 /3
k Cp×μ
hi /Φ t=J H × × .....................................(2.17)
D k
13. Menentukan hio
ID
hio /Φ t=h i /Φ t × ..................................................(2.18)
OD
14. Temperatur dinding tw
h o /Φ s
t W =t c + × ( T c −t c ) ...............................(2.19)
h io /Φ t +h o /Φs
15. Koefisien hi dan hio terkoreksi pada temperatur dinding tw
Shell:

( )
0,14
μ
Φ s= ..............................................................(2.20)
μw

h o=
( )ho
Φs
×Φ s........................................................(2.21)

Tube:

( )
0,14
μ
Φ t= ...............................................................(2.22)
μw
hi
hi = × Φt ...............................................................(2.23)
Φt
hio
hio = × Φt ..............................................................(2.24)
Φt
16. Uc (koefisien perpindahan panas menyeluruh saat bersih)
h io ×h o
U C= ..............................................................(2.25)
hio + ho
13

17. Rd
U c −U D
Rd = ............................................................(2.26)
Uc× UD
Rd yang diperlukan = ..... hr.ft2. 0F/btu (Tabel 8. Kern, 1965)
Rd hitung ≥ Rd diperlukan (memenuhi)
18. ∆P
Shell:
F =..... (Fig.29 Kern,1965)
N+1 = 12.L/B
2
f ×Gs × Ds × ( N +1 )
∆ P s= 10 ..................................(2.27)
5,22.10 × De× s ×Φ s
Tube:
F =.... (Fig. 26 Kern, 1965)
2
f × Gt × L × n
∆ Pt = 10 .....................................(2.28)
5,22.10 × D × s ×Φ t

∆ Pr = [ 4 n v2
×
s 2g ]
......................................................(2.29)

∆ Ptube =∆ Pt + ∆ P r....................................................(2.30)
14

2.5 Double Pipe Heat Exchanger


Double-pipe heat exchanger menggunakan dua pipa dengan diameter yang
berbeda. Pipa dengan diameter lebih kecil dipasang paralel didalam pipa
berdiameter lebih besar. Perpindahan panas terjadi pada saat fluida kerja yang
satu mengalir di dalam pipa diameter kecil, dan fluida kerja lainnya mengalir
di luar pipa tersebut. Arah aliran fluida dapat didesain berlawanan arah untuk
mendapatkan perubahan temperatur yang tinggi, atau jika diinginkan
temperatur yang merata pada semua sisi dinding heat exchanger maka arah
aliran fluida dapat didesain searah.
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak
langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara
kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki
suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui inner pipe, sedangkan
fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar
(pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi
pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada
dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang memiliki temperatur tinggi ke
fluida yang memiliki temperatur rendah.
15

Gambar 2.7 Double Pipe Heat Exchanger (Serth dan Lestina, 2014)
Double pipe heat exchanger biasanya dirancang dengan panjang
efektif 12 ft, 15 ft dan 20 ft. Panjang efektif merupakan jarak antara tempat
terjadinya perpindahan panas namun tidak termasuk pipa bagian dalam yang
menonjol diluar bagian penukar (Kern,1950).

Tabel 2.3 Ukuran Standar Tess dan Return Head


Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
2 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
(Sumber: Kern, 1950)
Menurut Guy (2011), berikut ini merupakan ukuran standar double pipe
heat exchanger yang ditampilkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.4 Ukuran Standar Double Pipe Heat Exchanger
Shell Pipe, OD (in) Inner Pipe, OD (in)
2,375 1
3,5 1,9
4,5 1,9
4,5 2,375
4,5 2,875
5,563 3,5
6,625 4,5
(Sumber: Guy, 2011)
16

2.5.1 Langkah-langkah perancangan Double Pipe Heat Exchanger


Menurut Kern (1950), brikut ini merupakan langkah-langkah dalam
merancang double pipe heat exchanger:
1. Mencari Q (beban panas) dari neraca panas
Q=Wc ( T 1−T 2 )=wc(t 2−t 1).................................................................(2.27)
2. Menentukan Δt, asumsi aliran counterflow
∆ t 2−∆ t 1
∆ t LMTD =
∆ t 2 .............................................................................(2.28)
2,3 log
∆ t1
Apabila double pipe disusun series-paralel maka digunakan
persamaan berikut:
Untuk one series hot stream and n parallel cold stream,

R' −1
[( ) ( ) ]
1/ n
1−P ' nR ' 1 1
=2,3 ' log + ........................................(2.29)
γ R −1 R' P' R'

' T 2 −t 1 ' T 1−T 2


Dimana P = dan R =
T 1 −t 1 n(t 2−t 1)
Untuk one series cold stream and n parallel hot stream,
1−P } over {γ} =2,3 {n} over {1-R log ¿.............................................(2.30)
Dimana
P = {{T} rsub {1} - {t} rsub {2}} over {{T} rsub {1} - {t} rsub {1}
dan R} = {n( {T} rsub {1} - {T} rsub {2} )} over {{t} rsub {2} - {t} rsub {1} ¿
Sehingga,
∆ T =γ (T 1−t 1)......................................................................................(2.31)
3. Assumsikan UD sementara dari Tabel 8 Kern, 1965. Lalu hitung area heat
transfer (A) dengan persamaan berikut:
Q
A= .............................................................................................(2.32)
U D . ∆t
4. Caloric Temperature
 Jika viskositas < 1 cP dan diasumsikan (µ/µw)0,14 =1, maka Tc = Tave dan
tc = tave
 Dihitung untuk fluida dengan viskositas > 1 cP.
17

5. Menghitung flow area


 Annulus
2 2
π ×(D¿¿ 2 −D1 )
a a= ¿ ...................................................................(2.33)
4
Equivalent Diameter
2 2
(D¿¿ 2 −D 1)
De = ¿.........................................................................(2.34)
D1
 Inner Pipe
π × D2
a p= ......................................................................................(2.35)
4
6. Menghitung mass velocity (G)
W
 Annulus Ga= a ..............................................................................(2.36)
a

...................................................................................................................
...................................................................................................................
W
 Inner Pipe Gt = a ...........................................................................(2.37)
p

7. Menentukan µ pada Tc atau tc


µ= centipoise x 2,42...........................................................................(2.38)
8. Menghitung Bilangan Reynold
 Annulus
D e x Ga
Rea = ........................................................................................(2.39)
μ
 Inner Pipe
D x Gt
Rep = ...........................................................................................(2.43)
μ
9. Menentukan heat transfer factor (jH)
 Annulus : Nilai jH untuk Annulus didapat dari figure 24
 Inner Pipe : Nilai jH untuk Inner Pipe didapat dari figure 24
10. Menentukan c dan k pada Tc atau tc untuk menghitung termal function

( )
1 /3
cx μ
................................................................................................(2.44)
k
........................................................................................................................
18

.........................................................................................................
........................................................................................................................
11. Menentukan hi dan ho
 Annulus

( ) ( )
1 /3 −0,14
k cpx μ μ
h o=J H x x × ................................................(2.45)
De k μw

 Inner Pipe

( )( )
1 /3
k Cp x μ μ −0,14
hi =J H x x .....................................................(2.46)
D k μw

12. Menentukan correction hi, hio



ID
hio =hi x ........................................................................................(2.47)
OD
13. Clean Overall Coefficient, Uc
h io x h o
U C= ...........................................................................................(2.48)
hio + ho
14. Menghitung Dirt Factor, Rd
U C −U D
Rd = ........................................................................................(2.49)
UCxUD
Rdhitung  Rddiperlukan (memenuhi)
15. Menghitung Pressure Drop, ΔP
 Annulus
2 2
'4 π ×( D¿¿ 2 −D1 )
D= e ¿............................................................(2.50)
4 π ×(D ¿ ¿ 2❑ + D❑1 )¿
'
D e =D2−D 1....................................................................................(2.51)
De x Ga
R ' ea = .................................................................................(2.52)
μ
0,264
f =0,0035+ 0,42 .........................................................................(2.53)
R ' ea
2
4f xGa x L
∆ F a= 2 ' ........................................................................(2.40)
2 g × ρ x De

V2
∆ F l= .....................................................................................(2.41)
2g'
19

(∆ F a +∆ F l) ρ
∆ P a= ......................................................................(2.42)
144
 Inner Pipe
0,264
f =0,0035+ ..........................................................................(2.43)
ℜ p0,42
4 f × G2 × L
∆ F p= ........................................................................(2.44)
2 g × ρ2 × D

BAB III
20

SPESIFIKASI PERALATAN

Tabel 3.1 Spesifikasi Heater-101


LEMBAR SPESIFIKASI
Heater Kode
Nama Alat H-101
1 Alat
Fungsi Menaikkan suhu aliran 2
Jenis Double Pipe Heat Exchanger
Kondisi Operasi
Fluida Steam Solution
Laju alir (lb/hr) 506,5893 29281,30895
Temperatur masuk (°F) 392 231,286
Temperatur keluar (°F) 392 293
Temperatur rata-rata (°F) 392 262,143
LMTD (°F) 127,518
Beban panas (Q) (Btu/hr) 645093,86
Material and Design
Annulus : Steam Inner Pipe :
IPS (in) 8 6
Inside diameter (in) 7,981 6,065
Outside diameter (in) 8,625 7,981
Outside surface area (ft) 0,112
Flow area (ft )
2
0,058 0,201
Mass velocity (lb/hr ft2) 8689,563 146023,15
Reynold number 24750,268 104982,513
jH 90 300
Spesific heat (Btu/lb F) 0,47 0,054
Konduktivitas thermal
0,0187 0,084
(Btu/hr ft F)
Ho (Btu/hr F ft2) 11,171
Hio (Btu/hr F ft )2
21,649
Uc (Btu/hr F ft )
2
7,3687
Ud (Btu/hr F ft2) 7,15775
Surface area A (ft )2
706,7635
Jumlah hairpin 1

GAMBAR ALAT
21

Gambar 3.1 Double Pipe Heat Exchanger

Tabel 3.2 Spesifikasi Heater-102


22

LEMBAR SPESIFIKASI
23

Heater Kode
Nama Alat H-102
2 Alat
Fungsi Menaikkan suhu aliran 13
Jenis Double Pipe Heat Exchanger
Kondisi Operasi
Fluida Steam Solution
Laju alir (lb/hr) 326,532669 9240,528243
Temperatur masuk (°F) 392 132,8
Temperatur keluar (°F) 392 293
Temperatur rata-rata (°F) 392 212,9
LMTD (°F) 166,632
Beban panas (Q) (Btu/hr) 415808,67
Material and Design
Annulus : Steam Inner Pipe :
IPS (in) 6 4
Inside diameter (in) 6,065 4,026
Outside diameter (in) 6,625 6,065
Outside surface area (ft) 0,098
Flow area (ft2) 0,039 0,088
Mass velocity (lb/hr ft2) 8428,879 104578,424
Reynold number 20993,123 10182,523
jH 75 40
Spesific heat (Btu/lb F) 0,470 0,023
Konduktivitas thermal
0,0187 0,078
(Btu/hr ft F)
Ho (Btu/hr F ft2) 10,646
Hio (Btu/hr F ft2) 4,616
Uc (Btu/hr F ft2) 3,219684771
Ud (Btu/hr F ft2) 3,178746524
Surface area A (ft2) 785,0169676
Jumlah hairpin 2

GAMBAR ALAT
24

Gambar 3.2 Double Pipe Heat Exchanger

Tabel 3.3 Spesifikasi Cooler-101


LEMBAR SPESIFIKASI
25

Cooler Kode
Nama Alat C-101
1 Alat
Fungsi Menurunkan suhu aliran 6
Jenis Double Pipe Heat Exchanger
Kondisi Operasi
Air
Fluida Solution
Pendingin
Laju alir (lb/hr) 4556,057151 14830,6663
Temperatur masuk (°F) 68 293
Temperatur keluar (°F) 170,6 203
Temperatur rata-rata (°F) 119,3 248
LMTD (°F) 128,742
Beban panas (Q) (Btu/hr) 531679,07
Material and Design
Annulus : Air Inner Pipe :
IPS (in) 10 8
Inside diameter (in) 10,020 7,981
Outside diameter (in) 10,750 10,020
Outside surface area (ft) 0,126
Flow area (ft2) 0,083 0,347
Mass velocity (lb/hr ft )
2
55121,705 13121,013
Reynold number 5090,045 5911,507
jH 25 20
Spesific heat (Btu/lb F) 0,051 1,000
Konduktivitas thermal
0,080875
(Btu/hr ft F) 0,368
Ho (Btu/hr F ft2) 11,368
Hio (Btu/hr F ft2) 10,433
Uc (Btu/hr F ft2) 0,01042382
Ud (Btu/hr F ft2) 0,010423386
Surface area A (ft )
2
396206,5085
Jumlah h airpin 1

GAMBAR ALAT
26

Gambar 3.3 Double Pipe Heat Exchanger

Tabel 3.4 Spesifikasi Cooler-102


LEMBAR SPESIFIKASI
27

Cooler Kode C-
Nama Alat
2 Alat 102
Fungsi Menurunkan suhu aliran 9
Jenis Double Pipe Heat Exchanger
Kondisi Operasi
Air
Fluida Solution
Pendingin
Laju alir (lb/hr) 2336,395293 14873,02432
Temperatur masuk (°F) 68 203
Temperatur keluar (°F) 170,6 132,8
Temperatur rata-rata (°F) 119,3 167,9
LMTD (°F) 46,796
Beban panas (Q) (Btu/hr) 272650,76
Material and Design
Annulus : Air Inner Pipe :
IPS (in) 10 8
Inside diameter (in) 10,02 7,98
Outside diameter (in) 10,75 10,02
Outside surface area (ft) 0,126
Flow area (ft2) 0,083 0,347
Mass velocity (lb/hr ft )
2
28267,005 42832,902
Reynold number 2414,599 9957,285
jH 10 40
Spesific heat (Btu/lb F) 1,000 0,017
Konduktivitas thermal
(Btu/hr ft F) 0,019 0,080
Ho (Btu/hr F ft2) 4,738
Hio (Btu/hr F ft2) 2,387
Uc (Btu/hr F ft2) 1,587501114
Ud (Btu/hr F ft2) 1,582476747
Surface area A (ft )
2
3681,815157
Jumlah hairpin 3

GAMBAR ALAT
28

Gambar 3.3 Double Pipe Heat Exchanger

DAFTAR PUSTAKA
29

Frank, P.I and David, P.D, 1996. Fundamental of Heat and Mass Transfer, John
Wiley & Son, Inc, Canada.
Geankoplis, C.J, 1993, Transport Process and Unit Operations, Third Edition,
Prentice Hall,Inc, New Jersey.
Kern, D.Q, Process Heat Transfer, 1965, McGraw-Hill, New York

LAMPIRAN
30

PERHITUNGAN
Nama
Heater 1 Kode
Alat
Fungsi Menaikkan suhu aliran 2 H-101

Data yang dibutuhkan untuk perancangan:


1. Heat Balance

Laju
Q Alir
Komp
(btu/ Komp
onen
hr) onen
(lb/hr)
Cume 6450 29281,
ne 93,86 30895

2. ∆t : LMTD
Cold
Hot fluid Fluid
(T) (t)
Caloric 257.5
392 Temp. 1
262.1
392 Mean 4
(T1) High 293.0 ∆t
392 temp (t2) 0 99.00 2
(T2) low 231.2 160.7 ∆t
392 temp (t1) 9 1 3
0 Diff 61.71
T1-T2 t2-t1
31

Δ t 1−Δt 2
3. ΔT LMTD= Δ t 1 ¿127,518 oF
ln
Δt 2
4. Temperatur Rata-rata (Tav dan tav)
392+ 392
Tav = =392 F
2
293+231,286
tav = =262,143 F
2
5. Luas Permukaan Perpindahan Panas
Q
A=
UdxΔt
645093,86 Btu/hr
A=
100 x 127,518 ° F
A=50,588ft2

Menurut Tabel 11 Kern, a” yang dipilih adalah 50 ft2/ft


Untuk perancangan heat exchanger dengan luas permukaan <200 ft2,
menurut Kern, dipakai heat exchanger jenis double pipe.
Berdasarkan Tabel 11 Kern, pipa yang digunakan adalah annulus
ukuran 8 inci, dan inner pipe 6 inci.
Perhitungan Double Pipe Heat Exchanger
Annulus : Steam Inner Pipe :
6. Kecepatan massa, G a 5’. Kecepatan massa, G p
W W
G a= =¿ G p= =¿
aa ap
2 2
8689,563 lb /hr ¿ (ft ) 146023,15 lb/(hr )(ft )

7. Pada Tc = 392 F 6’. Pada tc = 257,514 F


Bilangan Reynold, Re
Bilangan Reynold, Re
μ=0,039lbm /(ft )(hr )
μ=0,703lbm /(ft )(hr )
De x G
ℜ= =24750,268 D xG
μ ℜ= = 104982,513
μ
8. Menghitung jH
7’. Menghitung jH
jH (Fig. 24) ¿ 90
jH (Fig. 24) ¿ 300
9. Pada suhu 392 F
8’. Pada suhu 257,514 F
32

k ¿ 0,0187 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) k ¿ 0,084 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)


c ¿ 0,47 Btu/(lbm)(°F) c ¿ 0,054 Btu/(lbm)(°F)

10. Menghitung h0 9’. Menghitung hi

( ) ( ) xφ ( ) ( ) xφ
1 1
k cμ k cμ
ho= jH x x 3
a hi= jH x x 3
p
De k D k
¿ 11,171 ¿ 28,488 Btu /(hr )( ft 2)(℉ )

10’. Menghitung hio


ID
hio=hi x
OD
2
¿ 21,649 Btu /(hr )( ft )(℉ )
11. Clean Overall Coefficient
h io x h o
Uc= = 7,369 btu/jam ft2 F
h io+ h o
12. Design Overall Coefficient
Rd=0,004 (Tabel 3.3 Thomas 2014)
1 1
= + Rd
UD Uc
UD = 7,158 btu/jam ft2 F
13. Required Surface
Q
A=
UD x ∆t
A = 706,764 ft2
65,6605 m2
14. UD aktual
Q
U D=
a' x ∆t
U D = 5,058836
33

Pressure Drop
1. De’ ¿ D2 – D1 (pers. 6.4, Kern) De' Gp
1. Rep ¿ ¿ 104982,513
¿ 0,05367 ft μ
'
D e Ga (pers. 3.47 b, Kern)
Rea’ ¿ ¿ 11895,212
μ 0.264
f =0,0035+ ' 0,42
(pers. 3,47 b, Kern) D x Ga
( )
μ
0.264
f =0,0035+ ' 0,42 ¿ 0,00555464
D exGa
( ) 2
μ 4 f Gp L
2. ∆Fp ¿ 2
¿ 0,00863 2g ρ D

4 f Ga L
2 ¿ 0,00776205 ft
2. ∆Fa ¿ 2 ' ¿ 8,508 x 10 ft
-5
2 g ρ De ∆Pp ¿
G Densitas x ∆ F p
3. V ¿ ¿0,0020656577 fps =0,00289729 psi
3600 x ρ 144
( ∆ F ¿ ¿ a+ F t ) ρ
∆Pa¿ =¿ ¿
144
0,016792971 psi
0,00114269 bar
34

Nama Alat Heater 2 Kode


Fungsi Menaikkan suhu aliran 13 H-102

1. Heat Balance

Laju
Alir
Q Kom
Kompo
(btu/ pone
nen
hr) n
(lb/hr
)
9078,
Phenol
56
4158
Acetop 117,0
08,6
henone 8
7
Methan
44,89
ol

2. ∆t : LMTD
Cold
Hot fluid Fluid
(T) (t)
200.8
392 Caloric Temp. 9
212.9
392 Mean 0
(T1) High 293.0 ∆t
392 temp (t2) 0 99.00 2
35

(T2) low temp 132.8 259.2 ∆t


392 (t1) 0 0 3
160.2
0 Diff 0
T1-T2 t2-t1

Δ t 1−Δt 2
3. ΔT LMTD= Δ t 1 ¿166,632 oF
ln
Δt 2
4. Temperatur Rata-rata (Tav dan tav)
392+ 392
Tav = =392 F
2
293+132,8
tav = =212,9 F
2
5. Luas Permukaan Perpindahan Panas
Q
A=
UdxΔt
415808,67 Btu /hr
A=
100 x 166,632 ° F
A=24,9537ft2

Menurut Tabel 11 Kern, a” yang dipilih adalah 28,9 ft2/ft


Untuk perancangan heat exchanger dengan luas permukaan <200 ft2,
menurut Kern, dipakai heat exchanger jenis double pipe.
Berdasarkan Tabel 11 Kern, pipa yang digunakan adalah annulus
ukuran 6 inci, dan inner pipe 4 inci.
Perhitungan Double Pipe Heat Exchanger
Annulus : Steam Inner Pipe :
6. Kecepatan massa, G a 5’. Kecepatan massa, G p
W W
G a= =¿ G p= =¿
aa ap
2 2
8428,879 lb / hr ¿ (ft ) 104578,424 lb/(hr )(ft )

7. Pada Tc = 392 F 6’. Pada tc = 200,885 F


Bilangan Reynold, Re
Bilangan Reynold, Re
μ=0,039lbm /(ft )(hr )
μ=3,446lbm /(ft)(hr )
36

De x G D xG
ℜ= =20993,123 ℜ= = 10182,523
μ μ

8. Menghitung jH 7’. Menghitung jH


jH (Fig. 24) ¿ 75 jH (Fig. 24) ¿ 40

9. Pada suhu 392 F 8’. Pada suhu 200,885 F


k ¿ 0,0187 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) k ¿ 0,078 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
c ¿ 0,47 Btu/(lbm)(°F) c ¿ 0,023 Btu/(lbm)(°F)

10. Menghitung h0 9’. Menghitung hi

( )( ) ( ) ( ) xφ
1 1
k cμ k cμ
ho= jH x x 3
x φa hi= jH x x 3
p
De k D k
¿ 10 , 646 2
¿ 6,953 Btu /(hr )( ft )(℉ )

10’. Menghitung hio


ID
hio=hi x
OD
¿ 4,616 Btu /(hr )(ft 2 )(℉)
11. Clean Overall Coefficient
h io x h o
Uc= = 3,21968 btu/jam ft2 F
h io+ h o
12. Design Overall Coefficient
Rd=0,004 (Tabel 3.3 Thomas 2014)
1 1
= + Rd
UD Uc
UD = 3,17875 btu/jam ft2 F
13. Required Surface
Q
A=
UD x ∆t
A = 785,017 ft2
72,93046 m2
14. UD aktual
Q
U D=
a' x ∆t
Uv D = 2,1586
37

Pressure Drop
1. De’ ¿ D2 – D1 (pers. 6.4, Kern) De' Gp
1. Rep ¿ ¿ 10182,5231
¿ 0,0467 ft μ
'
D e Ga (pers. 3.47 b, Kern)
Rea’ ¿ ¿ 10033,356
μ 0.264
f =0,0035+ ' 0,42
(pers. 3,47 b, Kern) D x Ga
( )
μ
0.264
f =0,0035+ ' 0,42 ¿ 0,008974
D exGa
( ) 2
μ 4 f Gp L
2. ∆Fp ¿ 2
¿ 0,009008 2g ρ D

4 f Ga L
2 ¿ 0,0124 ft
2. ∆Fa ¿ 2 ' ¿ 1,92 x 10 ft
-4
2 g ρ De ∆Pp ¿
G Densitas x ∆ F p
3. V ¿ ¿0,02004 fps =0,00579 psi
3600 x ρ 144
( ∆ F ¿ ¿ a+ F t ) ρ
∆Pa¿ =¿ ¿
144
0,01589 psi
= 0,001095576934 atm
38

Nama Alat Cooler 1 Kode


Fungsi Menurunkan suhu aliran 6 C-101

1. Heat Balance

Laju
Q Alir
Kompon
(btu/ Komp
en
hr) onen
(lb/hr)
Cumene
5316 14830,
Hydroper
79,07 6663
oxide

2. ∆t : LMTD
Cold
Hot fluid
Flui
(T)
d (t)
Caloric 111.6
241.25 Temp. 1
119.3
248 Mean 0
(T1) High 170.6 122.4 ∆t
293 temp (t2) 0 0 2
(T2) low 135.0 ∆t
203 temp (t1) 68.00 0 3
39

102.6
90 Diff 0
T1-T2 t2-t1

Δ t 1−Δt 2
3. ΔT LMTD= Δ t 1 ¿128,742 oF
ln
Δt 2
4. Temperatur Rata-rata (Tav dan tav)
293+203
Tav = =248 F
2
170,6+68
tav = =119,3 F
2
5. Luas Permukaan Perpindahan Panas
Q
A=
UdxΔt
531679,07 Btu/hr
A=
75 x 128,742 ° F
A=55,0642ft2

Menurut Tabel 11 Kern, a” yang dipilih adalah 78,8 ft2/ft


Untuk perancangan heat exchanger dengan luas permukaan <200 ft2,
menurut Kern, dipakai heat exchanger jenis double pipe.
Berdasarkan Tabel 11 Kern, pipa yang digunakan adalah annulus
ukuran 10 inci, dan inner pipe 8 inci.
Perhitungan Double Pipe Heat Exchanger
Annulus : Inner Pipe :
6. Kecepatan massa, G a 5’. Kecepatan massa, G p
W W
G a= =¿ 55121lb /hr ¿( ft 2 ) G p= =¿
aa ap
2
7. Pada Tc = 111,605 F 13121,013 lb /(hr )(ft )
Bilangan Reynold, Re
6’. Pada tc = 241,25 F
μ=1,336lbm /(ft )(hr )
Bilangan Reynold, Re
De x G
ℜ= =5090,045 μ=1,476lbm /(ft )(hr )
μ
D xG
8. Menghitung jH ℜ= = 5911,507
μ
40

jH (Fig. 24) ¿ 25 7’. Menghitung jH


9. Pada suhu 111,605 F jH (Fig. 24) ¿ 20
k ¿ 0,080875 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) 8’. Pada suhu 241,25 F
c ¿ 0,051 Btu/(lbm)(°F) k ¿ 0,368 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
10. Menghitung h0 c ¿ 1,0 Btu/(lbm)(°F)

( ) ( ) xφ
1
k cμ 9’. Menghitung hi
ho= jH x x 3
a
De k
( ) ( ) xφ
1
k cμ
¿ 11,368 hi= jH x x 3
p
D k
2
¿ 13,099 Btu /(hr )( ft )(℉ )

10’. Menghitung hio


ID
hio=hi x
OD
¿ 10,433 Btu /(hr )( ft 2)(℉ )
11. Clean Overall Coefficient
h io x h o
Uc= = 5,44035 btu/jam ft2 F
h io+ h o
12. Design Overall Coefficient
Rd=0,004 (Tabel 3.3 Thomas 2014)
1 1
= + Rd
UD Uc
UD = 5,32448 btu/jam ft2 F
13. Required Surface
Q
A=
UD x ∆t
A = 775,627 ft2
72,058106 m2
14. UD aktual
Q
U D=
a' x ∆t
U D = 2,62
41

Pressure Drop
1. De’ ¿ D2 – D1 (pers. 6.4, Kern) De' Gp
1. Rep ¿ ¿ 5911,50744
¿ 0,06083 ft μ
'
D e Ga (pers. 3.47 b, Kern)
Rea’ ¿ ¿ 2455,573
μ 0.264
f =0,0035+ ' 0,42
(pers. 3,47 b, Kern) D x Ga
( )
μ
0.264
f =0,0035+ ' 0,42 ¿ 0,0130378
D exGa
( ) 2
μ 4 f Gp L
2. ∆Fp¿ 2
¿ 0,01345 2g ρ D

4 f Ga L
2 ¿ 6,9947 x 10-5 ft
2. ∆Fa ¿ ¿ 0,016789 ft
2 g ρ2 De' ∆Pp ¿
G Densitas x ∆ F p −5
3. V ¿ ¿0,2475 fps =2,9448 x 10 psi
3600 x ρ 144
( ∆ F ¿ ¿ a+ F t ) ρ
∆Pa¿ =¿ ¿
144
1,2782 psi
= 0,08812878772 atm
42

Nama Alat Cooler 2 Kode


Fungsi Menurunkan suhu aliran 9 C-102

1. Heat Balance

Laju
Q Alir
Kompon
(btu/h Komp
en
r) onen
(lb/hr)
Sulfuric
Acid 29,66
9078,5
Phenol 6
27265 5602,8
Acetone 0,76 3
Acetoph
enone 117,08
Methano
l 44,89

2. ∆t : LMTD
Cold
Hot fluid Fluid
(T) (t)
162.64 Caloric 111.6
43

Temp. 1
119.3
167.90 Mean 0
(T1) High 170.6 32.4 ∆t
203.00 temp (t2) 0 0 2
(T2) low 64.8 ∆t
132.80 temp (t1) 68.00 0 3
102.6
70.20 Diff 0
T1-T2 t2-t1

Δ t 1−Δt 2
3. ΔT LMTD= Δ t 1 ¿46,796 oF
ln
Δt 2
4. Temperatur Rata-rata (Tav dan tav)
203+132,8
Tav = =167,9 F
2
170,6+68
tav = =119,3 F
2
5. Luas Permukaan Perpindahan Panas
Q
A=
UdxΔt
272650,76 Btu/hr
A=
75 x 46,796 ° F
A=77,685ft2

Menurut Tabel 11 Kern, a” yang dipilih adalah 78,8 ft2/ft, untuk


perancangan heat exchanger dengan luas permukaan <200 ft2,
menurut Kern, dipakai heat exchanger jenis double pipe.
Berdasarkan Tabel 11, pipa yang digunakan adalah annulus ukuran
10 inci, dan inner pipe 8 inci.
Perhitungan Double Pipe Heat Exchanger
Annulus : Inner Pipe :
6. Kecepatan massa, G a 5’. Kecepatan massa, G p
W
Ga= =¿ W
aa G p= =¿
ap
28267,005 lb /hr ¿ (ft 2 )
42832,902 lb /(hr )(ft 2)
7. Pada Tc = 111,605 F
44

Bilangan Reynold, Re 6’. Pada tc = 162,635 F


μ=1,476lbm /(ft )(hr ) Bilangan Reynold, Re
De x G
ℜ= =2414,599 μ=2,861lbm/(ft )(hr )
μ
D xG
ℜ= = 9957,285
8. Menghitung jH μ
jH (Fig. 24) ¿ 10
7’. Menghitung jH
9. Pada suhu 111,605 F
jH (Fig. 24) ¿ 40
k ¿ 0,019 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
c ¿ 1,0 Btu/(lbm)(°F)
8’. Pada suhu 162,635 F
10. Menghitung h0 k ¿ 0,08 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)

( ) ( ) xφ
1
k cμ c ¿ 0,017 Btu/(lbm)(°F)
ho= jH x x 3
a
De k
¿ 4,738 9’. Menghitung hi

( ) ( ) xφ
1
k cμ
hi= jH x x 3
p
D k
¿ 2,997 Btu/( hr)( ft 2)(℉ )

10’. Menghitung hio


ID
hio=hi x
OD
2
¿ 2,387 Btu/(hr)( ft )(℉ )

11. Clean Overall Coefficient


h io x h o
Uc= = 1,5875 btu/jam ft2 F
h io+ h o
12. Design Overall Coefficient
Rd=0,002 (Tabel 3.3 Thomas 2014)
1 1
= + Rd
UD Uc
UD = 1,5825 btu/jam ft2 F
13. Required Surface
Q
A=
UD x ∆t
A = 3681,8152 ft2
342,051824 m2
45

14. UD aktual
Q
U D=
a' x ∆t
U D = 1,2323

Pressure Drop
1. De’ ¿ D2 – D1 (pers. 6.4, Kern) De' Gp
1. Rep ¿ ¿ 9957,28472
¿ 0,06083 ft μ

D'e Ga (pers. 3.47 b, Kern)


Rea’ ¿ ¿ 1164,867
μ 0.264
f =0,0035+ ' 0,42
(pers. 3,47 b, Kern) D x Ga
( )
μ
0.264
f =0,0035+ ¿ 0,0090257
D exGa 0,42
'
( ) 2
μ 4 f Gp L
2. ∆Fp ¿ 2
¿ 0,017107 2g ρ D

4 f Ga2 L ¿ 1,90525 x 10-3 ft


2. ∆Fa ¿ ¿ 0,01685 ft
2 g ρ2 De' ∆Pp ¿
G Densitas x ∆ F p −4
3. V ¿ ¿0,1269 fps =8,1 x 10 psi
3600 x ρ 144
( ∆ F ¿ ¿ a+ F t ) ρ
∆Pa¿ =¿ ¿ 0,34
144
psi
= 0,02344217 atm
46

Anda mungkin juga menyukai