Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke
fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan
selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang
penting dalam suatu proses produksi atau operasi.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya operasional
harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru, maka permukaan logam
dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama
maka terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya
lapisan kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi
koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat
penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat dapat
berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas
mencapai harga minimum.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah
air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara
fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung
(direct contact). Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah
satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
Jenis-jenis penukar panas antara lain :
a. Double Pipe Heat Exchanger
b. Plate and Frame Heat Exchanger

c. Shell anf Tube Heat Exchanger


d. Adiabatic wheel Heat Exchanger
e. Pillow plate Heat Exchanger
f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger
g. Phase-change Heat Exchanger
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam suatu industri,
maka untuk mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor perlu diadakan analisis.
Dengan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa alat tersebut mampu menghasilkan
kalor dengan standar kerja sesuai kebutuhan yang diinginkan.
Penukar panas dapat diklasifikasikan menurut pengaturan arus mereka. Dalam
paralel-aliran penukar panas, dua cairan masuk ke penukar pada akhir yang sama, dan
perjalanan secara paralel satu sama lain ke sisi lain. Dalam counter-flow penukar panas
cairan masuk ke penukar dari ujung berlawanan. Desain saat ini counter paling efisien,
karena dapat mentransfer panas yang paling. Dalam suatu heat exchanger lintas-aliran,
cairan perjalanan sekitar tegak lurus satu sama lain melalui exchanger.
Untuk efisiensi, penukar panas yang dirancang untuk memaksimalkan luas
permukaan dinding antara kedua cairan, dan meminimalkan resistensi terhadap aliran
fluida melalui exchanger. Kinerja penukar juga dapat dipengaruhi oleh penambahan sirip
atau corrugations dalam satu atau dua arah, yang meningkatkan luas permukaan dan dapat
menyalurkan aliran fluida atau menyebabkan turbulensi.

B. Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger ?

2.

Bagaimana sistem kerja Heat Exchanger ?

3.

Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger pada plat and frame ?

4.

Bagaimana sistem kerja Heat exchanger pada plat dan frame ?

C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki tujuan diantaranya :
1. Mengetahui pengertian Heat Exchanger.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Heat Exchanger.

3. Mengetahui Heat Exchanger pada plat dan frame.


4. Mengetahui sistemkerja Heat exchanger pada plat dan frame.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode pengumpulan materi
dari buku dan internet.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prinsip dan teori dasar perpindahan panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu
proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan
tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida
yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah
dan secara tidak langsung, yaitu bila diantarafluida panasdan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting mengingat aliran
panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viscositas optimal). Pengaruh suhu,
tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan efektivitas pertukaran panas yang
terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk penggunaan pada suhu rendah:
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna meningkatkan efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan
kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multi channel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi beda suhu aliran panas & dingin harus juga memperhatikan pengaruh
suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika Cp menurun dengan menurunnya suhu
fluida (contoh Hidrogen), maka perbedaan suhu inlet & outlet harus ditambah dari harga
minimal beda suhu aliran.
a.

Perpindahan Panas Secara Konduksi


Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan

antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
4

tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat
dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran
yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
b.

Perpindahan Panas Secara Konveksi


Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel

atau zat tersebut secara fisik.


c.

Perpindahan Panas Secara Radiasi


Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi

dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger (Djunaidi, 2009)


Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari
dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.
a. Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu
melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel
padat-kombinasi fluida.
5

b. Secara kontak tak langsung


Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding pemisah.
Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
B. Alat penukar kalor
Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali
jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman maka
alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :
a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan
didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan
yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin
biasanya digunakan amoniak atau Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas
atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang
mempergunakan

condensing

turbin,

maka

uap bekas dari turbin akan

dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.


c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari
fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat
yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
e. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering
digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan sebuah

reboiler dengan mempergunakan minyak (665

F) sebagai media penguap,

minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

Gambar 2. Thermosiphon Reboiler(Anonim, 2011)


f. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:

Memanaskan fluida

Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana fluida
yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang
mengalir adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell.

Gambar 3. Konstruksi Heat Exchanger (Anonim, 2011)

C. Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka dapat
diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a. Tipe kontak tidak langsung

Tipe dari satu fase

Tipe dari banyak fase

Tipe yang ditimbun (storage type)

Tipe fluidized bed

b. Tipe kontak langsung


1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
a. Dua jenis fluida
b. Tiga jenis fluida
c. N Jenis fluida (N lebih dari tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
a. Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m
b. Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700 m
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
a. Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya terdapat cara
konveksi 2 aliran
c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass aliran
masingmasing
d. Kombinasi cara konveksi dan radiasi

5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi


a. Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tubeoSekat plat (plate baffle) oSekat batang (rod baffle)
oKonstruksi tube spiral
b. Konstruksi tipe pelat
1) Tipe pelat 3) Tipe lamella
2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil
c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)

Heat pipe wall

Ordinary separating wall

d. Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran berlawanan

4) Aliran parallel

2) Aliran melintang

5) Aliran split

3) Aliran yang dibagi (divided)


b. Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)

Aliran counter menyilang

Aliran paralel menyilang

Aliran compound

Shell and tube

Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada
tube)

Aliran split

Aliran dibagi (devided)

2) Multipass plat

N paralel plat multipass

10

BAB III
PLAT HEAT EXCHANGER
A. Penukaran panas pada plat ( plate heat exchanger )
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang
terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain,
yang dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan
oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat
persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media
yang satu disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain
karena adanya sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu
hubungan ruang yang satu dan yang lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang
dibentuk sesuai kebutuhan dan umumnya terbuat dari baja (stainless steel type
304, 316, 317) atau logam lainnya.
Plate Heat Exchanger merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai
penukar panas yang menggunakan plat logam untuk mentransfer panas antara
dua fuida. Keuntungan besar menggunakan plate heat exchanger ialah sebagai
penukar panas konvensional yang baik. Kemampuan transfer panas yang baik
akan meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Konsep dibalik penukar panas ini
adalah penggunaan plat yang dapat digunakan sebagai penahanan untuk fluida
panas atau dingin, suatu fluida mentransfer panasnya ke fluida lain dengan cara
mengaliri sebuah plat yang sudah terisi dengan fluida yang lain. Dalam
kebanyakan kasus, penukar terdiri dari plat berisi satu fluida yang melewati ruang
berisi cairan lain. Dinding plat biasanya terbuat dari logam, atau zat lain dengan
konduktivitas panas yang tinggi, untuk memfasilitasi pertukaran, sedangkan
casing luar terbuat dari plastik atau dilapisi dengan isolasi termal, untuk
mencegah panas yang melarikan diri dari exchanger.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan

11

oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi
empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain
mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

B. Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger


Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang
kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan
adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya.
Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk
dan medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan

dialiri oleh

komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas
melintas diantara setiap plae genap sementara cairan dingin pada bagian puncak
head dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium
pemanas di dalam pelat biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara
berlawanan. Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran

atas dan

mengalir kebawah melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada
dibawah, sedangkan medium pemanas akan masuk melalui

saluran yang

berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke
atas melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada
diatas. Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan
dapat lebih cepat berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas
karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah
menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir
keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam
tergantung dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel.

12

Pada rangkaian seri produk yang masuk dan keluar akan melewati ports pada
bagian front head yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan
medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu
masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports pada
bagian belakangnya.
C. Kelebihan Plate Heat Exchanger
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat
yang kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi
D. Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate
Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.

13

Gambar 4. Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor, 2011)

Beberapa banyak tipe pada Plate heat excanger, plat heat exchanger yang
banyak dijumpai di industri adalah :
1. Glue type
Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plate heat
exchanger. Lem yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai
ketahanan terhadap panas yang baik.

Gambar 5. Glue type (Stevano Viktor, 2011)


2. Clip type
Luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam pemasangannya
cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang terdapat pada plat.
Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah dan ringkas jika dibandingkan dengan
tipe glue.

14

Gambar 6. Clip type (Stevano Viktor, 2011)


E. Bagian-Bagian dari Plate Heat Exchanger

Gambar 7. Plate Heat Exchanger (Stevano Viktor, 2011)


1. Gasket
Gasket terbuat dari karet (non logam) atau bahan yang biasa digunakan
adalah nitrile dan ethylene propylene rubber (EPR/EPDM)
a. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur rendah
b. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur tinggi
c. EPR/ EPDM : -800F 3000 F sangat tahan terhadap air yang sangat
panas dan uap serta memiliki ketahanan yang baik untuk kompresi
atau volume yang besar.
Fungsi gasket ini adalah sebagai perekat alat atau pengatur aliran fluida,
sehingga antara fluida yang satu dengan fluida yang lain tidak mengalami kontak
secara langsung yang menyebabkan kebocoran.

15

2. Plat penekan
Pelat penekan (Compression Plate) terbuat dari logam yang berfungsi
sebagai penekan pelat agar pada saat operasi alat berjalan tidak ada rongga
didalam aliran fluida agar tidak terjadi kebocoran.

3. Pelat (plates)
Pelat (plates) umumnya berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari stainless steel
atau titanium dan terdapat pada berbagai macam susunan yang berombak-ombak,
berfungsi sebagai tempat mengatur fluida serta tempat terjadinya pertukaran
panas antara fluida panas dengan fluida dingin. Fluida pada pelat ini mengalir
secara turbulen, hal ini dikarenakan bentuk dari pelat tersebut yang bergerigi
sehingga pertukaran panas dapat berlangsung secara cepat. Makin banyak pelat
tekanan makin besar.

Tipe pelat pada plate heat exchanger diantaranya :

Vertical, termasuk salah satu pola pelat yang sering digunakan karena
mempunyai banyak pembatas untuk mengalir, sehingga menyebabkan
banyak gerakan putaran (turbulen), perpindahan panas dengan kecepatan
tinggi, dan menurunkan tekanan.

Horizontal, juga merupakan pola yang sering digunakan. Mempunyai


pembatas, gerak putaran (turbulen), dan penurunan tekanan yang lebih
sedikit dibandingkan pola vertical

Combination, penggunaan pola pelat ini biasanya ditujukan untuk hasil


pemanasan dan penurunan tekanan yang lebih optimal.

16

Gambar 8. Tipe pelat (Stevano Viktor, 2011)

4. Plat penyangga
Pelat penyangga tetap (fixed frame), terbuat dari logam dan berfungsi
menjaga pelat agar tetap stabil.

Gambar 9. Pelat penyangga tetap (fixed frame) (Stevano Viktor,


2011)
5. Alat penekan
Alat penekan (Compression Bolt), berupa baut pelat baja yang digunakan
untuk menekan pelat dan frame.

17

Gambar 10. Compression Bolt (Anonim, 2010)


6. Guide Bar
Guide Bar berupa batang yang terbuat dari carbon steel atau stainless steel
yang mendukung dan menjaga agar pelat berjajar secara rapi.

Gambar 11. Guide Bars (Anonim, 2010)

7. Front and head


Front and Rear Heads . (Bagian depan dan kepala bagian belakang),
merupakan bagian yang dilapisi oleh frame carbon steel yang melekat pada
kumpulan pelat yang ditekan.

18

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water).Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact).

Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang
terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain,
yang dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak.

Perawatan Heat Exchanger dilakukna dengan tujuan untuk meningkatkan


kinerja sadi peralatan serta untuk menjaga dan merawat agar peralatan dapat
bertahan lebih lama dalam penggunaannya. Peralatan yang dilakukan diantaranya
dengan melakukan pemeriksaan secara rutin/ berkala maupun dalam jangka
panjang. Pemeriksaan rutin dilakukan setiap hari, seminggu sekali, sebulan sekali
dan setiap 6 bulan sekali. Pemeriksaan jangka panjang dilakukan setiap 1 tahun
sekali maupun diatas 1 tahun.Sebelum dilakukan perawatan, biasanya peralatan
dilakukan analisa terlebih dahulu untuk mengetahui bagianbagian mana saja yang
mengalami kerusakan maupun yang membutuhkan perbaikan. Analisa yang sering
dilakukan adalah analisa perpindahan panas keseluruhan, factor fouling dan
penurunan tekanan pada Heat Exchanger.

B. Saran
Setelah menuliskan makala ini, penulis memberikan bebrapa saran bagi
pembeca untuk dapat di amalkan, diantaranya :

19

1. Untuk menambah wawasan mengenai heat exchanger hendaknya pembaca


dapat menambah pengetahuan dengan banyak mempelajari heat exchanger
lainnya.
2. Hendaknya pengetahuan yang sudah dimiliki dapat dikembangkan dan
diamalkan kepada sesama.

20

Anda mungkin juga menyukai