Anda di halaman 1dari 20

Laboratorium Operasi Teknik Kimia 1

Semester IV 2022/2023

LAPORAN PRAKTIKUM
HEAT EXCHANGER

Pembimbing : Octovianus S.R. Pasanda, S.T., M.T.


Kelompok : II (Dua)
Tgl. Praktikum : 28 Maret 2023

Nama : Miftha Ainun


Nim : 43221036
Kelas : 2B D4 Teknologi Kimia Industri

JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK


NEGERI UJUNG PANDANG
2023
HEAT EXCHANGER DOUBLE PIPE
I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Untuk dapat memahami prinsip kerja alat penukar panas pipa ganda (shell and
tube HE).
b. Untuk mengetahui karakteristik alat pengukur panas dengan menghitung :
 LMTD pada aliran searah a berlawanan arah.
 Neraca panas
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan
II. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan:
 Alat penukar panas (shell and tube HE)
 Thermo bath (sumber fluida)
 Penampung air

b. Bahan yang digunakanan:


 Air bersih
 Es batu

III. DASAR TEORI


Heat exchanger atau penukar kalor adalah alat yang digunakan
untuk mempertukarkan kalor secara kontinue dari suatu medium ke
medium lainnya dengan membawa energi kalor. Menurut T. Kuppan
(2000) suatu Heat exchanger terdiri dari elemen penukar kalor yang
disebut sebagai inti atau matrix yang berisikan di dinding penukar kalor,
dan elemen distribusi fluida seperti tangki, nozzle masukan, nozzle
keluaran, pipa-pipa, dan lain-lain. Biasanya, tidak ada pergerakan pada
bagian-bagian dalam Heat exchanger. Dinding permukaan Heat exchanger
adalah bagian yang bersinggungan langsung dengan fluida yang
mentransfer kalornya secara konduksi. Menurut Changel (1997) hamper di
semua Heat exchanger, perpindahan kalor didominasi oleh konveksi dan
konduksi dari fluida kalor ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan
oleh dinding.
Perpindahan kalor secara konveksi sangat dipengaruhi oleh bentuk
geometri Heat exchanger dan tiga bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan
Reynold, bilangan Nusselt dan bilangan Prandtl fluida. Besar konveksi
yang terjadi dalam suatu double-pipe heat exchanger akan berbeda dengan
cross-flow heat exchanger atau compact heat exchanger atauplate heat
exchanger untuk berbeda temperatur yang sama. Sedang besar ketiga
bilangan tak berdimensi tersebut tergantung pada kecepatan.

a. Berdasarkan profil konstruksi

permukaan, alat penukar kalor yang digunakan di perindustrian


antara lain dengan konstruksi pipa dan tabung (shell and tube heat
exchanger), pipa bersirip (tube with extended surface / fins and tube), dan
penukar kalor pelat (plate heat exchanger).

1. Tipe pipa dan tabung (shell and tube)

Shell and tube heat exchanger terdiri atas suatu bundle pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel atau
cangkang Fluida yang satu mengalir di dalam bundle pipa, sedangkan fluida yang
lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan.

Gambar 1. Shell and Tube Heat Exchanger

Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada
mantel. Peningkatkan effisiensi pertukaran panas biasanya pada alat penukar
panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ), bertujuan untuk membuat
turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ), namun
pemasangan sekatakan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban
kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
(Gamma Ajiyantono,2014) Alat penukar panas tipe shell and tube ini merupakan
salah satu alat penukar yang sering digunakan dalam industri karena memiliki
beberapa kelebihan, anatara lain : mempunyai lay-out mekanik yang baik dan
bentuknya cukup baik untuk operasi bertekanan, dapat digunakan dalam suhu
yang tinggi yaitu 260 ºC. Namun disisi lain juga terdapat kerugiannya, antara lain:
membutuhkan ruang yang besar dalam penempatannya, dan proses maintenance
yang susah dan mahal.
2. Tipe Pipa Bersirip (fins and tubes)

Alat penukar kalor tipe pipa bersirip digunakan secara umum untuk fluida
cair dan fluida gas, dimana fluida gas dialirkan di luar pipa, yaitu bagian yang
bersirip. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas transfer energy
karena biasanya pada sisi gas (bagian fins) memiliki koefisien perpindahan kalor
yang kecil sehingga sebagai dampaknya, diperlukan luas permukaan perpindahan
kalor yang relative tinggi agar laju transfer energinya meningkat. Contoh heat
exchanger dengan tipe pipa bersirip banyak digunakan pada radiator mobil,
kondenser, evaporator mesin pendingin dsb.

Gambar 2.Tipe pipa bersirip (fins and tubes)

Selain itu alat penukar kalor bertipe pipa bersirip ini mempunyai keuntungan dan
kerugian dalam pemakaiannya. Untuk keuntungan dari alat penukar kalor ini adalah dapat
mentransfer panas tinggi terutama dalam efisiensi gas, alat lebih ringan 5 kali dari berat
shell and tube dan mempunyai luas permukaan transfer lebih besar. Namun disisi lain alat
ini juga mempunyai beberapa kerugian antara lain : sulit untuk membersihkan jalur-
jalurnya, jalur yang sempit dapat menyebabkan clogging.

3. Tipe Spiral (Spiral Heat Exchang

Pada spiral heat exchanger, arah aliran fluida menelusuri pipa spiral dari
luar menuju pusat spiral dari luar menuju pusat spiral atau sebaliknya dari pusat
spiral menuju keluar. Proses perpindahan kalor akan efektif bergantung pada lebar spiral dan
diameter serta jumlah spiral yang ada dari pusat hingga diameter terluar.

Gambar 3. Tipe Spiral (Spiral Heat Exchanger)

Fluida pada alat penukar panas ini biasanya mengalir dengan arah yang
berlawanan, yaitu dengan mengalirkan fluida dingin pada sekelilingnya sehingga
mengalir kearah pusat, sedangkan fluida panas dimasukkan pada pusat tersebut
sehingga mengalir kearah sekelilingnya. Sehingga alat ini mempunyai keuntungan
yaitu efisien dalam penggunaan ruang, dan mudah dibersihkan. Sedangkan untuk
kekurangannya sendiri yaitu : perbaikan untuk spiral plate heat exchanger cukup
sulit dan alat tidak digunakan pada siklus temperatur yang berualng-ulang.

4. Extended Surface

Gambar 4. Extended Surface Plate Fin Heat Exchanger

Permukaan tabung dan plat memiliki efisiensi yang terbatas. Untuk meningkatkan
heat fluks maka digunakanlah suatu Heat Exchanger dengan extended surface
(permukaan yang dilebarkan)sepertifin,spine(duri), dan groove(kelokan), sehingga
permukaan fluida yang bersentuhan dengan Heat Exchanger menjadi lebih banyak,
dan akan menyebabkan perpindahan panas yang lebih cepat.
Jenis ini mampu meningkatkan koefisien konveksi cukup besar. Heat exchanger jenis
ini dibagi menjadi dua macam yaitu plate-fin or matrix Heat Exchanger dan high-
finned tube.
b. Berdasarkan Jenis Aliran
1). Co-current(aliran searah)

Gambar 5. Aliran searah (Co-current)

2). Co-current(aliran searah)

Gambar 6. Aliran searah (Co-current)

3). Counter-current (aliran berlawanan arah)

Gambar 7. Aliran berlawanan arah(Counter-current)


Proses terjadinya heat transfer yang kita kenal ada tiga, yaitu:

1. Perpindahan panas secara konduksi


Kedua fluida mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah.
Kedua flukla memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan
temperatur yang besar akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x
jarak pada HE Temperatur kelaran dari fhida dingin tidak akan melebihi
temperatur fluida panas.
2. Perpindahan panas secara konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas dari suatu


tempat ke tempat lain oleh karena molekul-molekul bahan panasnya sendiri
yang bergerak. Perpindahan panas secara konfeksi ini ada dua macam yaitu :

a. Konfeksi alamiah atau konfeksi bebas (natural convection).


Perpindahan panas secara bebas terjadi bila gerakan dari molekul-
molekul bahan panas yang berpindah disebabkan karena adanya
densitas dari bahan tersebut.

b. Konfeksi secara paksa (forced convection). Bila molekul-molekul


bahan panas yang berpindah tersebut, gerakan perpindahan dibantu
oleh sesuatu alat lain misalnya pompa atau blower, maka konveksi
tersebut dinamakan konveksi paksa.

3. Perpindahan panas secara radiasi :Radiasi adalah yang tidak terputus-putus


dari permukaan benda yang berwujud gelombang elektro magnetic (sifatnya
identik dengan gelombang elektro magnetik dan tidak memerlukan media
perantara serta berlangsung sangat cepat.
IV. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan Alat dan bahan terlebih dahulu disiapkan.


2 .Penampungan air diisi dengan air bersih (sampel) sampai penuh
3. Ditambahkan air kedalam tangki fluida dingin
4. Mesin HE double pipe disambungkan pada sumber arus listrik
5. Panel control dinyalakan, dan ditekan tombol ON untuk menghidupkan
alat penukar panas pada termobath
6. Suhu diatur sesuai dengan yang diinginkan (instruksi dosen)
7. Fan (pendingin) dinyalakan
8. Pada penampungan fluida panas ditambahkan air
9. Suhu pada tangki fluida panas ditunggu hingga 500°C
10. Pompa pada fluida dingin dinyalakan jika suhunya telah mencapai 50°C
11. Es batu dimasukan ketika suhu pada t1 31°C (suhu pada control panel
harus diperhatikan)
12. Dilakukan pendataan berlawanan arah dengan laju alir 100, 200,dan
300 L/H dan dicatat hasilnya

V. DATA HASIL PERCOBAAN


-Data suhu berlawanan arah
Laju Alir Fluida Panas Fluida Dingin
(L/hr) T1 (C) T2 (C) t1 (C) t2 (C)
100 44,7 40,8 31,7 41,7
200 43,8 38,7 31,9 39,0
300 41,8 37,2 32,9 37,4
- Grafik terhadap kurva standar :
K °F
0,33 32
0,356 86
0,381 140
0,398 176

Kurva Standar Konduktivitas


0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
y = 0.0005x + 0.3151
0.15
R² = 0.9999
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200
VI. PERHITUNGAN
Laju 100 L/H (Berlawanan Arah)

1. Mencari nilai LMTD (⁰F)

LMTD =

= = 9,8954 OF

2. Mencari nilai Danulus (Fluida dingin)

D2in =

D1out =

Dekivalen = (0,0872  0,072) / 0,07


= 0,0381 ft
αa = 3,14 (D22  D12) / 4
= 3,14 (0,0872  0,072) / 4
= 0,0047 ft2
3. Mencari nilai Dinert (Fluida panas)

D1in =
αp = 3,14 × D12 / 4
= 3,14 × 0,05182 / 4
= 0,0021 ft2
4. Mencari nilai T (⁰F)
T = T1  T2
= 112,46  105,44
= 7,02 ⁰F
5. Mencari nilai t (⁰F)
t = t1  t2
= 107,06  89,06
= 18 ⁰F
6. Mencari nilai Tave (⁰F)

Tave =

= 108,95 ⁰F
7. Mencari nilai tave (⁰F)

tave =

= 98,06 ⁰F
8. Mencari nilai Kd, satuannya adalah BTU/(hr)(ft2)(⁰F/ft)
Persamaan linear dari grafik y = 0,0005x + 0,315
Kd = (0,0005x 98,06) + 0,315
= 0,3640 BTU/(hr)(ft2)(⁰F/ft)
9. Mencari nilai Kp, satuannya adalah BTU/(hr)(ft2)(⁰F/ft)
Persamaan linear dari grafik y = 0,0005x + 0,315
Kp = (0,0005x 108,95) + 0,315
= 0,3694 BTU/(hr)(ft2)(⁰F/ft)
10. Mencari nilai Wd, (Konversi satuan dari L/jam menjadi Lb/jam)

Wd = 100 x x bj air pada suhu x

Wd = 100 x x 0,9933 x

Wd = 218,54

11. Mencari nilai Qd


Qd = Wd x Cpd x t

Qd = 218,54 x 0,8 x 18 ⁰F

Qd = 3146,9 ⁰F

12. Mencari nilai Wp

Wp =

Wp =
Wp = 457,43 ⁰F

13. Mencari nilai Qp


Qp = Qd
14. Mencari nilai Ga

Ga =

Ga =

Ga = 46497,8 ⁰F

15. Mencari nilai Gp

Gp =

Gp =

Gp = 22356,1 ⁰F

16. Mencari nilai Rea

Rea =

Rea =

Rea = 14632
17. Mencari nilai Rep

Rep =

Rep =

Rep = 18736,9
18. Mencari nilai ho

ho = x 0,33

ho = x 0,33
ho = 51,0046 BTU/(hr)(ft2)
19. Mencari nilai hi

hi = x 0,33

hi = x 0,33

hi = 498,561 BTU/(hr)(ft2)
20. Mencari nilai hio

hio = hi

hio = 498,561

hio = 369,134
21. Mencari nilai UC

UC =

UC =

UC = 44,8126 21,91619 BTU/(hr)(ft2)(0F)

22. Mencari nilai Rd

Rd =

Rd =

Rd = - 0,0183

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini, menggunakan alat heat exchanger type double
pipe, dan jenis aliran yang diaplikasikan yaitu co-current flow. Percobaan ini
perpindahan terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi pada dinding pipa sedangkan perpindahan secara konveksi
terjadi pada fluida panas dan fluida dingin. Terdapat 3 data dimana 3 jenis data
tersebut adalah aliran tidak searah dengan laju alir 100L/hr, 200L/hr, dan
300L/hr .
Pada praktikum heat exchanger type double pipe bertujuan untuk
mengetahui cara kerja alat penukar panas pada pipa ganda dengan menghitung
koefisien perpindahan panas menyeluruh aliran counter current, dapat
memahami prinsip kerja alat penukar panas pipa ganda(shell and tube HE) dan
untuk mengetahui karakteristik alat pengukur panas dengan menghitung
LMTD pada berlawanan arah, neraca massa dan koefisien perpindahan panas
keseluruhan.Dimana prinsip kerja counter current yaitu aliran fluida panas dan
fluida dingin berlawanan arah.Fluida yang mengalir melalui pipa mungkin
dalam aliran laminar atau turbulen ataupun transisi antara laminar dan
turbulen. Mungkin pula mengalir dalam konveksi alamiah atau paksaan.
Dalam hal tertentumungkin terdapat lebih dari satu macam aliran dalam satu
arus. Beberapa parameter penting dalam perpindahan panas yaitu sifat-sifat
fluida itu sendiri yang meliputi, viskositas, kalor spesifik, densitas,
konduktivitas termal, dan lain-lain.

Semakin besar selisih nilainya maka semakin kecil efisiensi efektif, dan
jika semakin kecil selisih nilainya maka semakin besar efisiensi efektifnya.
Semakin besar laju alir panas, maka semakin besar pula koefisien pindah panas
keseluruhan dan semakin besar pula efisiensi pindah panas dari kalor yang
dilepas dan kalor yang diterima fluida semakin besar dengan semakin
meningkatnya laju alir panas, panas yang dilepas selalu lebih besar dari pada
panas yang diterima yang menandakan ada energi yang hilang.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
Double pipe heat exchanger adalah alat penukar kalor yang efektif dengan fluida
dingin di inner pipa dan fluida panas mengalir di pipa bagian annulus, Dari Hasil dari
LMTD aliran berlawanan arah laju 100 l/hr yaitu 9,8954 ⁰F, laju 200 l/hr yaitu 10,3357
⁰F dan laju 300 l/hr yaitu 7,8296 ⁰F.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I, Teknik Gas dan Petrokimia UI

Holman, J.P. 1995. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Shah R.K , Dusan P, Sekulic 2003. Fundamentals of Heat Exchanger. Jhon wiley
& Sons, Inc.,Hoboken, New Jersey.

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-negeri-sriwijaya/industrial-
engineering/754684196160798780-laporan-praktikum/37501758

Anda mungkin juga menyukai