I. Tujuan Praktikum
a. Membuat sieve analysis table
b. Mengevaluasi data pada sieve analysis table dalam bentuk kurva-kurva
distribusi ( fractional – cumulative – frequency ), dan nilai-nilai dari
diameter partikel tengah ( dpm ,median particle size ), dpF, dan luas
permukaan spesifik .
Mesin pengayak ini digetarkan oleh motor listrik sehingga partikel kecil
dapat melewati lubang mesh dan setiap partikel atau kontaminasi yang terlalu
besar tetap di atas. Kasa baja stainless dengan toleransi yang tinggi pada
lubang juga ditentukan untuk memberikan kualitas produk yang sangat baik.
Keterangan :
1. Vibrator
2. Susunan bidang ayak
3. Baut Pengunci
4. Tutup
VI. Prosedur Kerja
VII. Data Pengamatan
a. Pengayakan 15 menit, Pada amplitude 1,0 dan 1,5 mm
Volume piknometer : 25 ml
Berat piknometer kosong : 24,8552 gr
Berat piknometer + aquadest : 50, 1175 gr
Berat piknometer + padatan (batu bata) : 26,63 gr
Berat piknometer + padatan + aquadest : 51,10 gr
VIII. Perhitungan
Menghitung Nilai dA :
0,425 mm:
6 x OP 1 6 x 0,02 kg
dA = = =0,1247
ρ x dp 1 2262,9 kg/m 3 x 0,000425 m
1.6
1.4
1.2
1
Pi %
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
dp
dp vs PI% amplitudo 1,0 mm 15 menit
0.8
C%OP vs C%UP
0.6
C%OP
C%UP
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
1.6
1.4
1.2
1
0.8
Pi%
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
dp
dp vs Pi% amplitudo 1,5mm 15 menit
0.8
C%OP vs C%UP
0.6
C%OP
0.4 C%UP
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
dpm= 0,25
Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) =
0,25 mm
Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) = 0,25
mm
d. Lama pengayakan 30 menit dengan amplitude 1,0 mm
Menghitung Nilai OP% :
0,425 mm:
OP 0,02
OP % = = =0,0417
∑ M 0,48
Menghitung Nilai C%OP :
0,425 mm:
i
C%OP = ∑ OP % i = 0,2917 + 0,2083 + 0,0833 + 0,0417
n =1
= 0,625
Menghitung Nilai C%UP :
0,425 mm:
C%UP = 1 C%OPi = 1 0,625 = 0,375
0,425 mm:
OP % 4 0,0417 0,0417
Pi % = = = =0,2383
(dp ¿ ¿( 4−3)−dp 4)¿ (0,425−0,25) 0,175
Menghitung Nilai dA :
0,425 mm:
6 x OP 1 6 x 0,02 kg
dA = = =0,1247
ρ x dp 1 2262,9 kg/m 3 x 0,000425 m
0.8
C%OP ; C%UP
0.6
C%OP
0.4 C%UP
0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
dpm= 0,12 mm
Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) = 0,12 mm
1
Pi%
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
dp
dp vs Pi% amplitudo 1,5mm 30 menit
0.8
C%OP ; C%UP
0.6
C%OP
0.4 C%UP
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
dpm= 0,22 mm
a. Suatu sampel tertentu diayak dengan menggunakan 8 bidang ayak (lihat contoh
kasus). Jika sampel yang sama diayak sekali lagi dengan menggunakan bidang
ayak yang sama tetapi tanpa ayakan nomor 3 dan 4, maka jelaskan apa saja
perbedaan hasil perhitungan yang ditimbulkannya!
Jawab:
b. Untuk mengecek perhitungan C%OP yang benar secara cepat, apakah yang
harus saudara perhatikan?
Jawab:
Yang perlu diperhatikan dalam mengecek perhitungan C%OP yang benar
secara cepat adalah jumlah keseluruhan fraksi massa (OP%) pada diameter
partikel sama dengan 2 mm untuk fraksi oversize product (C%OP) hasilnya
selalu 1 (jumlah fraksi selalu sama dengan 1).
c. Mengapa nilai Pi% yang pertama pada sieve analysis table harus dikosongkan?
Jawab:
Karena pada tingkatan ayakan pertama tidak ada delta atau perbedaan/selisih
ukuran diameter ayak, sehingga nilainya dikosongkan (tidak dapat terbaca pada
perhitungan Ms. Excel).
X. Pembahasan
Pada praktikum kali praktikan melakukan percobaan sieving atau
pengayakan merupakan salah satu metode pemisahan sesuai dengan ukuran
yang dikehendaki. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk memperluas
permukaan bahan sehingga kontak antara bahan dan pelarut bisa berlangsung
optimum. Pengayakan biasanya dilakukan terhadap material yang telah
mengalami proses penghancuran. Partikel yang lolos melalui ukuran
saringan tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
diatas saringan disebut oversize. Bahan yang lolos melewati sederet ayakan
dengan bermacam- macam ukuran akan terpisahkan menjadi beberapa
fraksi berukuran (size fraction) yaitu fraksi-fraksi yang ukuran maksimum
dan minimumnya diketahui. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.Pengecilan
ukuran dapat diartikan sebagai penghancuran dan pemotongan mengurangi
ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil.
Proses pengayakan ini atau sieving berfungsi untuk memisahkan
padatan dengan menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya
nilai mesh saringan yang berbeda-beda.Adapun jenis alat pengayakan yang
digunakan pada praktikum ini adalah Vibratory Sieve Shaker alat ini
menggunakan energi elektromagnetik untuk mengaduk partikel.
Pada percobaan pengayakan, bahan yang digunakan adalah
batu bata merah. Langkah pertama yang dilakukan adalah proses
penghancuranbata merah. Selanjutnya dilakukan proses penimbangan, untuk
bata merah sebanyak 500 gram atau 0,50kg, dan menimbang masing-
masing ayakan dan pan dalam keadaan kosong.
Setelah itu, mengurutkan ayakan dari yang berukuran besar berada
diatas dan ukuran ayakan yang paling kecil berada dibawah sementara tingkat
paling bawah yaitu pan. Langkah selanjutnya adalah menempatkan ayakan
pada vibrator serta memasukkan gerusan bata merah pada bagian paling
atas dan menutup ayakan secara hati-hati, kemudian memulai pengayakan
dengan alat vibrating screen (vibrator). Kemudian melakukan pengayakan
dengan waktu 15 dan 30 menit dengan amplitude 1mm dan 1,5mm. Pada
proses pengayakan, partikel yang dibawah ukuran atau yang kecil
(undersize), lulus melewati ayakan, sedangkan yang besar (oversize), tidak
lulus. Pada saat pengayakan batu bata yang digunakan dalam keadaan
kering.Setelah melakukan pengayakan, ayakan ditimbang kembali beserta
sampel yang ada didalamnya.
Pada Praktikum ini sampel batu bata yang digunakan setiap
pengayakan sebanyak 0,05kg atau sama dengan 500gram tetapi bobot yang
dihasil setelah proses pengayakan berkurang pada pengayakan dengan
waktu 15 menit dengan amplitude 1,0mm menghasilkan OP= 0,49kg, pada
waktu 15 menit dengan amplitude 1,5mm menghasilkan OP= 0,49kg, pada
waktu 30 menit dengan amplitude 1,0mm menghasilkan OP= 0,48kg, dan
pada waktu 30 menit dengan amplitude 1,5mm menghasilkan OP=0,46kg.
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:
Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika
pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk
yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama
maka tidak terayak sempurna,Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka
sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan
terayak,Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel.
Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu dan pada saat proses
penimbang sampel setelah diayak ada beberapa sampel yang tertinggal pada
timbangan hal tersebut juga dapat menyebab pengurangan jumlah bobot sampel.
Pada grafik hasil pengayakan diatas lebih tepatnya pada menit 15 dengan
amplitude 1,5mm dimana massa sampel yang lebih banyak berada pada pan.
Jika memperhatikan grafik tersebut bobot sampel yang diperoleh
mengalami naik turun ini diakibatkan karena ukuran partikel sampel pada
saat digerus belum semuanya sama, dan mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor lainnya seperti pada saat sampel ditimbang beberapa ada
yang jatuh dan pada saat proses pengayakan ada yang keluar menjadi
debu.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam operasi pengayakan adalah
Bentuk lubang ayakan,Celah dan interval ayakan,Ukuran partikel,Kapasitas ayakan
dan keefektifan.
XI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
.
Daftar Pustaka
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi I, 2015. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang
DOKUMENTASI
Gambar 4 Gambar 5