Anda di halaman 1dari 22

SIEVING

I. Tujuan Praktikum
a. Membuat sieve analysis table
b. Mengevaluasi data pada sieve analysis table dalam bentuk kurva-kurva
distribusi ( fractional – cumulative – frequency ), dan nilai-nilai dari
diameter partikel tengah ( dpm ,median particle size ), dpF, dan luas
permukaan spesifik .

II. Alat yang digunakan :


No Nama Alat Spesifikasi
1 Bidang ayak Pan,125μm,250 μm, 425 μm,500 μm,600
μm, 1mm , 1.4mm , 1.7mm , 2mm.
2 Vibrator
3 Piknometer 25ml
4 Spatula
5 Neraca analitik
6 Kompressor
7 Kain lap
8 Kunci Inggris
9 Baskom

III. Bahan yang digunakan


1. Batu bata merah kering 500 gram
2. Aquadest

IV. Dasar Teori


Pengayakan (sieving) merupakan salah satu metode pemisahan
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk
memperluas permukaan bahan sehingga kontak antara bahan dan pelarut bisa
berlangsung optimum. Pengayakan biasanya dilakukan terhadap material yang
telah mengalami proses penghancuran. Partikel yang lolos melalui ukuran
saringan tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
diatas saringan disebut oversize. Bahan yang lolos melewati sederet ayakan
dengan bermacam- macam ukuran akan terpisahkan menjadi beberapa
fraksi berukuran (size fraction) yaitu fraksi-fraksi yang ukuran maksimum
dan minimumnya diketahui.(Jobsheet OTK 1 Politeknik Negeri Ujung
Pandang,2015)
Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran
tersebut.
Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori
dinyatakan dalam satuan mesh, contoh ayakan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 1. Saringan dengan ukuran pori dalam mesh


Pada pengayakan secara mekanik (pengayak getaran, guncangan
atau kocokan) dilakukan dengan bantuan mesin, yang umumnya mempunyai satu
set ayakan dengan ukuran lebar lubang standar yang berlainan. Bahan yang
dipak, bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan melalui lubang kemudian
terbagi menjadi fraksi-fraksi yang berbeda. Beberapa mesin pengayak bekerja
dengan gerakan melingkar atau ellipsoid terhadap permukaan ayakan. Pada
jenis ayakan yang statis, bahan yang diayak dipaksa melalui lubang dengan
menggunakan bantuan udara kencang atau juga air deras. .(Jobsheet OTK 1
Politeknik Negeri Ujung Pandang,2015)

Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam pengayakan


tergantung dari material yang akan dianalisa, anatara lain:
1. Ayakan dengan gerak

Gambar 2.Ayakan dengan gerekan melempar


Cara pengayakan dalam metode diatas, sampel terlempar ke atas secara
vertikal dengan sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan
penyebaran pada sampel dan terjadi pemisahan secara menyeluruh, pada saat
yang bersamaan sampel yang terlempar keatas akan berputar (rotasi) dan jatuh
di atas permukaan ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih kecil dari lubang
ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih besar akan
dilemparkan ke atas lagi dan begitu seterusnya.Sieve shaker modern
digerakkan dengan electro magnetik yang bergerak dengan menggunakan
sistem pegas yang mana getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan
dilengkapi dengan kontrol waktu (Zulfikar, 2010).

2. Ayakan dengan Gerakan horizontal

Gambar 3 Ayakan dengan Gerakan Horizontal

Cara Pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak secara horizontal


(mendatar) pada bidang permukaan sieve (ayakan),metode ini baik digunakan untuk
sampel yang berbentuk jarum,datar, panjang atau berbentuk serat. Metode ini cocok
untuk melakukan analisa ukuran partikel aggregat.
Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel berdasarkan
nomor mesh. Metode ini merupakan metode langsung karena ukuran partikel dapat
dilhat secara dua dan tiga dimensi. Metode ini menggunakan suatu seri ayakan
standar yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standard.
Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih
kasar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa
digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.
Jika diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-
turut mulai dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu
sampel yang ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan
tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, sampel yang tertinggal di
atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan akan timbul dari sejumlah
variabel termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas penggoyangan.
Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel
tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik. Nomor
mesh menyatakan banyaknya lubang dalam 1 inchi. Ayakan dengan nomor mesh
kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti ukuran partikel yang melewatinya
juga berukuran besar. Sebaliknya ayakan dengan nomor mesh besar memiliki lubang
ayakan kecil berarti ukuran partikel yang melewatinya kecil.(Jobsheet OTK 1
Politeknik Negeri Ujung Pandang,2015)
Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel sesuai dengan ukuran
partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos ayakan pertama akan tersaring
pada ayakan kedua dan seterusnya hingga partikel itu tidak dapat lagi melewati
ayakan dengan nomor mesh tertentu.

Gambar 4. Susunan ayakan untuk memishkan partikel sesuai dengan ukuran


partikel masing- masing

Waktu pengayakan dilakukan selama 10 menit karena waktu tersebut


dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan
(nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel terlalu
sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan
begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari 10 menit partikel belum
terayak sempurna.(Jobsheet OTK 1 Politeknik Negeri Ujung Pandang,2015)
Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan untuk
mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat
disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan
bahan dari ayakan ke timbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.
Dalam hal dasar, pengayak terdiri dari wadah yang berisi saringan kawat dengan
ukuran tertentu.(Jobsheet OTK 1 Politeknik Negeri Ujung Pandang,2015)

Mesin pengayak ini digetarkan oleh motor listrik sehingga partikel kecil
dapat melewati lubang mesh dan setiap partikel atau kontaminasi yang terlalu
besar tetap di atas. Kasa baja stainless dengan toleransi yang tinggi pada
lubang juga ditentukan untuk memberikan kualitas produk yang sangat baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain :


 Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan
hancurnya serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak
akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak
sempurna.
 Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak.
Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
 Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
 Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik
mewakili semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang
dimaksud adalah keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat
halus sampai ke yang paling kasar

V. Gambar Rangkaian Alat


3 4

Keterangan :
1. Vibrator
2. Susunan bidang ayak
3. Baut Pengunci
4. Tutup
VI. Prosedur Kerja
VII. Data Pengamatan
a. Pengayakan 15 menit, Pada amplitude 1,0 dan 1,5 mm

Lebar ayakan Berat Berat pada t = 15 menit OP (kg)


No. dp Wadah
(mm) Kosong 1,0 mm 1,5 mm 1,0 mm 1,5 mm
1. Pan (0) 0,38 kg 0,50 kg 0,50 kg 0,12 kg 0,12 kg
2. 125 μm 0,28 kg 0,38 kg 0,36 kg 0,1 kg 0,08 kg
3. 250 μm 0,24 kg 0,28 kg 0,28 kg 0,04 kg 0,04 kg
4. 425 μm 0,30 kg 0,32 kg 0,32 kg 0,02 kg 0,02 kg
5. 500 μm 0,30 kg 0,32 kg 0,32 kg 0,02 kg 0,02 kg
6. 600 μm 0,32 kg 0,38 kg 0,38 kg 0,06 kg 0,06 kg
7. 1 mm 0,34 kg 0,38 kg 0,38 kg 0,04 kg 0,04 kg
8. 1,4 mm 0,36 kg 0,38 kg 0,38 kg 0,02 kg 0,02 kg
9. 1,7 mm 0,38 kg 0,40 kg 0,40 kg 0,02 kg 0,02 kg
10. 2 mm 0,36 kg 0,40 kg 0,42 kg 0,04 kg 0,06 kg
Total M 0,48 kg 0,48 kg

b. Pengayakan 30 menit, Pada amplitude 1,0 dan 1,5 mm


Lebar ayakan Berat Berat pada t = 30 menit OP (kg)
No. dp Wadah
(mm) Kosong 1,0 mm 1,5 mm 1,0 mm 1,5 mm
1. Pan (0) 0,38 kg 0,52 kg 0,50 kg 0,14 kg 0,12 kg
2. 125 μm 0,28 kg 0,38 kg 0,36 kg 0,1 kg 0,08 kg
3. 250 μm 0,24 kg 0,28 kg 0,28 kg 0,04 kg 0,04 kg
4. 425 μm 0,30 kg 0,32 kg 0,32 kg 0,02 kg 0,02 kg
5. 500 μm 0,30 kg 0,32 kg 0,32 kg 0,02 kg 0,02 kg
6. 600 μm 0,32 kg 0,38 kg 0,38 kg 0,06 kg 0,06 kg
7. 1 mm 0,34 kg 0,38 kg 0,38 kg 0,04 kg 0,04 kg
8. 1,4 mm 0,36 kg 0,38 kg 0,38 kg 0,02 kg 0,02 kg
9. 1,7 mm 0,38 kg 0,38 kg 0,40 kg 0 kg 0,02 kg
10 2 mm 0,36 kg 0,40 kg 0,40 kg 0,04 kg 0,04 kg
. Total M 0,48 kg 0,46 kg
Data Densitas :

Volume piknometer : 25 ml
Berat piknometer kosong : 24,8552 gr
Berat piknometer + aquadest : 50, 1175 gr
Berat piknometer + padatan (batu bata) : 26,63 gr
Berat piknometer + padatan + aquadest : 51,10 gr
VIII. Perhitungan

a. Menghitung massa jenis batu bata


Volume piknometer : 25 ml
Berat piknometer kosong : 24,8552 gr
Berat piknometer + aquadest : 50, 1175 gr
Berat piknometer + padatan (batu bata): 26,63 gr
Berat piknometer + padatan + aquadest: 51,10 gr
- Menentukan densitas air :
( Berat pikno+ aquadest) – (Berat pikno kosong)
ρ =
Volume piknometer
(50,1175) – (24,8552) gr
ρ =
25 ml
25,2623 gr
ρ =
25 ml
ρ = 1,0105 gr/ml
- Menentukan densitas batu bata :
Berat padatan = Berat pikno + padatan – Berat pikno kosong
= 26,63 gr – 24,8552 gr
= 1,7748 gr
Berat air = Berat pikno + padatan + aquadest – Berat pikno+
padatan
= 51,10 gr – 26,63 gr
= 24,47 gr
Berat air
Volume air =
Densitas air
24,47 gr
=
1,0105 gr /ml
= 24,2157 ml
Volume padatan = Volume pikno – Volume air
= 25 ml – 24,2157 ml
= 0,7843 ml
Berat padatan
ρ padatan =
Volume padatan
1,7748 gr
=
0,7843 ml
= 2,2629 gr/ml
b. Lama pengayakan 15 menit dengan amplitude 1,0 mm
Menghitung Nilai OP% :
0,425 mm:
OP 0,02
OP % = = =0,0417
∑ M 0,48
Menghitung Nilai C%OP :
0,425 mm:
i
C%OP = ∑ OP % i = 0,25 + 0,2083 + 0,0833 + 0,0417
n =1
= 0,5833
Menghitung Nilai C%UP :
0,425 mm:
C%UP = 1 C%OPi = 1 0,5833 = 0,4167
Menghitung Nilai Pi% (1/mm) :
0,425 mm:
OP % 4 0,0417 0,0417
Pi % = = = =0,2383
(dp ¿ ¿( 4−3)−dp 4)¿ (0,425−0,25) 0,175

Menghitung Nilai dA :
0,425 mm:
6 x OP 1 6 x 0,02 kg
dA = = =0,1247
ρ x dp 1 2262,9 kg/m 3 x 0,000425 m

Hasil perhitungan diatas ditunjukan, untuk tabel dibawah ini :

No. Lebar ayakan dp OP (kg) OP % C%OP Pi%(1/mm) A


(mm)
1. Pan (0) 0,12 kg 0,25 0,25 - -
2. 0,125 0,1 kg 0,2083 0,4583 1,6664 2,1216
3. 0,25 0,04 kg 0,0833 0,5416 0,6664 0,0004
4. 0,425 0,02 kg 0,0417 0,5833 0,2383 0,0001
5. 0,5 0,02 kg 0,0417 0,625 0,556 0,0106
6. 0,6 0,06 kg 0,125 0,75 1,25 0,0265
7. 1 0,04 kg 0,0833 0,8333 0,2083 0,1061
8. 1,4 0,02 kg 0,0417 0,875 0,1043 0,0378
9. 1,7 0,02 kg 0,0417 0,9167 0,139 0,0311
10. 2 0,04 kg 0,0833 1 0,2776 0,0530
Total M 0,48 kg
Menentukan besar dpf dan dpm :
- Kurva hubungan dp vs Pi%(1/mm)
1.8

1.6

1.4

1.2

1
Pi %

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
dp
dp vs PI% amplitudo 1,0 mm 15 menit

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpf (ukuran partikel terbanyak) =


0,125 mm

- Kurva hubungan C%OP vs C%UP


1.2

0.8
C%OP vs C%UP

0.6
C%OP
C%UP
0.4

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1

dp (mm) dpm = 0,17 mm


Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) = 0,17
mm

c. Lama pengayakan 15 menit dengan amplitude 1,5 mm


Menghitung Nilai OP% :
0,425 mm:
OP 0,02
OP % = = =0,0417
∑ M 0,48
Menghitung Nilai C%OP :
0,425 mm:
i
C%OP = ∑ OP % i = 0,25 + 0,1667 + 0,0833 + 0,0417
n =1
= 0,5417
Menghitung Nilai C%UP :
0,425 mm:
C%UP = 1 C%OPi = 1 0,5417 = 0,4583
Menghitung Nilai Pi% (1/mm) :
0,425 mm:
OP % 4 0,0417 0,0417
Pi % = = = =0,2383
(dp ¿ ¿( 4−3)−dp 4)¿ (0,425−0,25) 0,175
Menghitung Nilai dA :
0,425 mm:
6 x OP 1 6 x 0,02 kg
dA = = =0,1247
ρ x dp 1 2262,9 kg/m3 x 0,000425 m

Hasil perhitungan diatas ditunjukan, untuk tabel dibawah ini:

No. Lebar ayakan dp OP (kg) OP % C%OP C%UP Pi%(1/mm) dA


(mm)
1. Pan (0) 0,12 kg 0,25 0,25 0,75 - -
2. 0,125 0,08 kg 0,1667 0,4167 0,5833 1,3336 1,6973
3. 0,25 0,04 kg 0,0833 0,5 0,5 0,6664 0,4242
4. 0,425 0,02 kg 0,0417 0,5417 0,4583 0,2383 0,1247
5. 0,5 0,02 kg 0,0417 0,5834 0,4166 0,556 0,1061
6. 0,6 0,06 kg 0,125 0,7084 0,2916 1,25 0,2651
7. 1 0,04 kg 0,0833 0,7917 0,2086 0,2083 0,1061
8. 1,4 0,02 kg 0,0417 0,8334 0,1666 0,1043 0,0378
9. 1,7 0,02 kg 0,0417 0,8751 0,1249 0,139 0,0311
10. 2 0,06 kg 0,125 1 0 0,4167 0,0795
Total M 0,48 kg

Menentukan besar dpf dan dpm:


- Kurva hubungan dp vs Pi%(1/mm)

1.6
1.4
1.2
1
0.8
Pi%

0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
dp
dp vs Pi% amplitudo 1,5mm 15 menit

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpf (ukuran partikel terbanyak) =


0,125 mm
- Kurva hubungan C%OP vs C%UP
1.2

0.8
C%OP vs C%UP

0.6
C%OP
0.4 C%UP

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
dpm= 0,25
Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) =
0,25 mm

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) = 0,25
mm
d. Lama pengayakan 30 menit dengan amplitude 1,0 mm
Menghitung Nilai OP% :
0,425 mm:
OP 0,02
OP % = = =0,0417
∑ M 0,48
Menghitung Nilai C%OP :
0,425 mm:
i
C%OP = ∑ OP % i = 0,2917 + 0,2083 + 0,0833 + 0,0417
n =1
= 0,625
Menghitung Nilai C%UP :
0,425 mm:
C%UP = 1 C%OPi = 1 0,625 = 0,375

Menghitung Nilai Pi% (1/mm) :

0,425 mm:
OP % 4 0,0417 0,0417
Pi % = = = =0,2383
(dp ¿ ¿( 4−3)−dp 4)¿ (0,425−0,25) 0,175

Menghitung Nilai dA :
0,425 mm:
6 x OP 1 6 x 0,02 kg
dA = = =0,1247
ρ x dp 1 2262,9 kg/m 3 x 0,000425 m

Hasil perhitungan diatas ditunjukan, untuk tabel dibawah ini:


No. Lebar ayakan dp OP (kg) OP % C%OP C%UP Pi%(1/mm) dA
(mm)
1. Pan (0) 0,14 kg 0,2917 0,2917 0,7083 - -
2. 0,125 0,1 kg 0,2083 0,5 0,5 1,6664 2,1216
3. 0,25 0,04 kg 0,0833 0,5833 0,4167 0,6664 0,4242
4. 0,425 0,02 kg 0,0417 0,625 0,375 0,2383 0,1247
5. 0,5 0,02 kg 0,0417 0,6667 0,3333 0,556 0,1061
6. 0,6 0,06 kg 0,125 0,7917 0,2083 1,25 0,2651
7. 1 0,04 kg 0,0833 0,875 0,125 0,2083 0,1061
8. 1,4 0,02 kg 0,0417 0,9167 0,0833 0,1043 0,0378
9. 1,7 0 kg 0 0,9167 0,0833 0 0
10. 2 0,04 kg 0,0833 1 0 0,2776 0,0530
Total M 0,48 kg

Menentukan besar dpf dan dpm :


- Kurva hubungan dp vs Pi%(1/mm)

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpf (ukuran partikel terbanyak) =


0,125 mm
- Kurva hubungan C%OP vs C%UP
1.2

0.8
C%OP ; C%UP

0.6
C%OP
0.4 C%UP

0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
dpm= 0,12 mm

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) =


0,12 mm

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) = 0,12 mm

e. Lama pengayakan 30 menit dengan amplitude 1,5 mm


Menghitung Nilai OP% :
0,425 mm:
OP 0,02
OP % = = =0,0435
∑ M 0,46
Menghitung Nilai C%OP :
0,425 mm:
i
C%OP = ∑ OP % i = 0,2609 + 0,1739 + 0,087 + 0,0435
n =1
= 0,5652
Menghitung Nilai C%UP :
0,425 mm:
C%UP = 1 C%OPi = 1 0,5652 = 0,4348
Menghitung Nilai Pi% (1/mm) :
0,425 mm:
OP % 4 0,0435 0,0435
Pi % = = = =0,2486
(dp ¿ ¿( 4−3)−dp 4)¿ (0,425−0,25) 0,175
Menghitung Nilai dA :
0,425 mm:
6 x OP 1 6 x 0,02 kg
dA = = =0,1247
ρ x dp 1 2262,9 kg/m 3 x 0,000425 m

Hasil perhitungan diatas ditunjukan, untuk tabel dibawah ini:


No. Lebar ayakan dp OP (kg) OP % C%OP Pi%(1/mm) A
(mm)
1. Pan (0) 0,12 kg 0,2609 0,2609 - -
2. 0,125 0,08 kg 0,1739 0,4348 1,3912 0,0017
3. 0,25 0,04 kg 0,087 0,5217 0,696 0,0004
4. 0,425 0,02 kg 0,0435 0,5652 0,2486 0,0001
5. 0,5 0,02 kg 0,0435 0,6087 0,58 0,0106
6. 0,6 0,06 kg 0,1304 0,7391 1,304 0,0265
7. 1 0,04 kg 0,087 0,8261 0,2175 0,1061
8. 1,4 0,02 kg 0,0435 0,8696 0,1088 0,0378
9. 1,7 0,02 kg 0,0435 0,913 0,145 0,0311
10. 2 0,04 kg 0,087 1 0,29 0,0530
Total M 0,46 kg

Menentukan besar dpf dan dpm :


- Kurva hubungan dp vs Pi%(1/mm)

1
Pi%

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
dp
dp vs Pi% amplitudo 1,5mm 30 menit

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpf (ukuran partikel terbanyak) =


0,125 mm
- Kurva hubungan C%OP vs C%UP
1.2

0.8
C%OP ; C%UP

0.6
C%OP
0.4 C%UP

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
dpm= 0,22 mm

Berdasarkan kurva di atas diperoleh nilai dpm (ukuran partikel tengah) =


0,22 mm
IX. Pertanyaan

a. Suatu sampel tertentu diayak dengan menggunakan 8 bidang ayak (lihat contoh
kasus). Jika sampel yang sama diayak sekali lagi dengan menggunakan bidang
ayak yang sama tetapi tanpa ayakan nomor 3 dan 4, maka jelaskan apa saja
perbedaan hasil perhitungan yang ditimbulkannya!
Jawab:

Lebar ayakan dp OP (kg) OP % C%OP Pi%(1/mm) dA


(mm)
Pan (0) 0,12 kg 0,2857 0,2857 - -
0,125 0,1 kg 0,2381 0,5238 1,9048 0,0021
0,5 0,02 kg 0,0477 0,5715 0,1272 0,0001
0,6 0,06 kg 0,1428 0,7143 1,428 0,0265
1 0,04 kg 0,0953 0,8096 0,2383 0,1061
1,4 0,02 kg 0,0477 0,8573 0,1193 0,0378
1,7 0,02 kg 0,0477 0,905 0,159 0,0311
2 0,04 kg 0,0953 1 0,3177 0,0530
Total M 0,42 kg
Dari data tanpa ayakan nomor 3 dan 4 diperoleh perbedaan pada massa total
sampel yang berkurang yang menyebabkan fraksi massa pada tiap ayakan juga
berbeda pula, sehingga akan mempengaruhi C%OP dan Pi% karena partikel
pada ayakan 3 dan 4 terdistribusi ke ayakan yang di bawahnya.

b. Untuk mengecek perhitungan C%OP yang benar secara cepat, apakah yang
harus saudara perhatikan?
Jawab:
Yang perlu diperhatikan dalam mengecek perhitungan C%OP yang benar
secara cepat adalah jumlah keseluruhan fraksi massa (OP%) pada diameter
partikel sama dengan 2 mm untuk fraksi oversize product (C%OP) hasilnya
selalu 1 (jumlah fraksi selalu sama dengan 1).

c. Mengapa nilai Pi% yang pertama pada sieve analysis table harus dikosongkan?
Jawab:
Karena pada tingkatan ayakan pertama tidak ada delta atau perbedaan/selisih
ukuran diameter ayak, sehingga nilainya dikosongkan (tidak dapat terbaca pada
perhitungan Ms. Excel).

X. Pembahasan
Pada praktikum kali praktikan melakukan percobaan sieving atau
pengayakan merupakan salah satu metode pemisahan sesuai dengan ukuran
yang dikehendaki. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk memperluas
permukaan bahan sehingga kontak antara bahan dan pelarut bisa berlangsung
optimum. Pengayakan biasanya dilakukan terhadap material yang telah
mengalami proses penghancuran. Partikel yang lolos melalui ukuran
saringan tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
diatas saringan disebut oversize. Bahan yang lolos melewati sederet ayakan
dengan bermacam- macam ukuran akan terpisahkan menjadi beberapa
fraksi berukuran (size fraction) yaitu fraksi-fraksi yang ukuran maksimum
dan minimumnya diketahui. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.Pengecilan
ukuran dapat diartikan sebagai penghancuran dan pemotongan mengurangi
ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil.
Proses pengayakan ini atau sieving berfungsi untuk memisahkan
padatan dengan menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya
nilai mesh saringan yang berbeda-beda.Adapun jenis alat pengayakan yang
digunakan pada praktikum ini adalah Vibratory Sieve Shaker alat ini
menggunakan energi elektromagnetik untuk mengaduk partikel.
Pada percobaan pengayakan, bahan yang digunakan adalah
batu bata merah. Langkah pertama yang dilakukan adalah proses
penghancuranbata merah. Selanjutnya dilakukan proses penimbangan, untuk
bata merah sebanyak 500 gram atau 0,50kg, dan menimbang masing-
masing ayakan dan pan dalam keadaan kosong.
Setelah itu, mengurutkan ayakan dari yang berukuran besar berada
diatas dan ukuran ayakan yang paling kecil berada dibawah sementara tingkat
paling bawah yaitu pan. Langkah selanjutnya adalah menempatkan ayakan
pada vibrator serta memasukkan gerusan bata merah pada bagian paling
atas dan menutup ayakan secara hati-hati, kemudian memulai pengayakan
dengan alat vibrating screen (vibrator). Kemudian melakukan pengayakan
dengan waktu 15 dan 30 menit dengan amplitude 1mm dan 1,5mm. Pada
proses pengayakan, partikel yang dibawah ukuran atau yang kecil
(undersize), lulus melewati ayakan, sedangkan yang besar (oversize), tidak
lulus. Pada saat pengayakan batu bata yang digunakan dalam keadaan
kering.Setelah melakukan pengayakan, ayakan ditimbang kembali beserta
sampel yang ada didalamnya.
Pada Praktikum ini sampel batu bata yang digunakan setiap
pengayakan sebanyak 0,05kg atau sama dengan 500gram tetapi bobot yang
dihasil setelah proses pengayakan berkurang pada pengayakan dengan
waktu 15 menit dengan amplitude 1,0mm menghasilkan OP= 0,49kg, pada
waktu 15 menit dengan amplitude 1,5mm menghasilkan OP= 0,49kg, pada
waktu 30 menit dengan amplitude 1,0mm menghasilkan OP= 0,48kg, dan
pada waktu 30 menit dengan amplitude 1,5mm menghasilkan OP=0,46kg.
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:
Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika
pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk
yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama
maka tidak terayak sempurna,Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka
sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan
terayak,Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel.
Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu dan pada saat proses
penimbang sampel setelah diayak ada beberapa sampel yang tertinggal pada
timbangan hal tersebut juga dapat menyebab pengurangan jumlah bobot sampel.
Pada grafik hasil pengayakan diatas lebih tepatnya pada menit 15 dengan
amplitude 1,5mm dimana massa sampel yang lebih banyak berada pada pan.
Jika memperhatikan grafik tersebut bobot sampel yang diperoleh
mengalami naik turun ini diakibatkan karena ukuran partikel sampel pada
saat digerus belum semuanya sama, dan mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor lainnya seperti pada saat sampel ditimbang beberapa ada
yang jatuh dan pada saat proses pengayakan ada yang keluar menjadi
debu.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam operasi pengayakan adalah
Bentuk lubang ayakan,Celah dan interval ayakan,Ukuran partikel,Kapasitas ayakan
dan keefektifan.

XI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Praktikan telah dapat membuat sieve analysis table dan dapat


mengoperasikan alat sieving shaker.
2. Nilai Dpm dan Dpf :
 Pada pengayakan 15menit 1,0mm : dpm 0,17 mm , dpf
0,125mm
 Pada pengayakan 15menit 1,5mm : dpm 0,25 mm , dpf
0,125mm
 Pada pengayakan 30menit 1,0mm : dpm 0,12 mm , dpf
0,125mm
 Pada pengayakan 30menit 1,5mm : dpm 0,22 mm , dpf
0,125mm

.
Daftar Pustaka

Jobsheet Praktikum Satuan Operasi I, 2015. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang
DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2 Gambar

Gambar 4 Gambar 5

Anda mungkin juga menyukai