Anda di halaman 1dari 20

Laboratorium Satuan Operasi 1

Semester IV 2016/2017

LAPORAN PRAKTIKUM

SIEVING

Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, M.T


Kelompok : III (Satu)
Tanggal Praktikum : Rabu, 17 April 2018

Nama Anggota Kelompok :


1. A. Nurul Rahmayani (331 16 012)
2. Syifa Badriyyah (331 16 036)
3. Insan Kamil H. (331 16 052)
4. Alfiani Wildasari (331 16 059)
5. A. Ghina Farah Adilah (331 16 069)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2018
A. TUJUAN PRAKTIKUM
 Untuk memisahkan partikel Batu bata berdasarkan prinsip pengayakan.
 Membuat sieve analysis table dengan mode operasi pengayakan yang berbeda
 Mengolah data pada sieve analysis table dalam bentuk kurva

B. PRINSIP KERJA
 Persiapan Bahan
 Penghalusan/grinding (tumbuk)
 Pengayakan (Sieving)

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Mesin ayakan dengan lubang ayakan (mesh) tiap tingkat masing-masing 2,8
mm; 2 mm; 1,7 mm; 1,4 mm; 1 mm; 0,6 mm; 0,5 mm; dan pan.
Gelas kimia 250 mL
Piknometer 25 mL
Neraca Kasar
Neraca analitik
Sikat halus
Spatula
Talang
Penggerus manual (batu)
Baskom

 Bahan yang digunakan :


Batu Bata
Aquadest
D. DASAR TEORI

Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan


yang mempunyaI berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses pengayakan
juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang ukurannya berbeda
dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk mendapatkan serbuk dengan
ukuran yang seragam.Dengan demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu
metoda pemisahan berbagai campuran partikel padat sehingga didapat ukuran partikel
yang seragam serta terbebas dari kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan
menggunakan alat pengayakan.

Teknik pemisahan dengan pengayakan merupakan teknik yang tertua, teknik ini
dapat dilakukan untuk campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa padat. Proses
pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut. Sehingga
ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan
mesh, contoh ayakan dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagai contoh sederhana kita dapat
lakukan pemisahan pasir dari sebuah campuran pasir dan batu kerikil, menggunakan
ayakan yang porinya cukup halus. Begitu pula, jika kita ingin memisahkan beras yang
bercampur dengan katul yang halus.

Gambar 1. Saringan yang memiliki ukuran pori tertentu

Produk dari proses pengayakan 2 (dua), yaitu :


 Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
 Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize)

Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan.
Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan
pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines),
lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau
buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering.

Standar ukuran ayakan (screen)

Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Yang
dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch),
sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar
material yang diayak.

Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut
prosentase opening. Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
:

 Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan

 Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan

 Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel

 Komposisi air dalam material yang akan diayak

 Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak

Dalam pengayakan melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve shaker ) yang
mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. screen mampu mengukur partikel dari 76
mm sampai dengan 38 µm. Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan
material pada suatu permukaan yang banyak lubang atau openings dengan ukuran
yang sesuai.

Ditinjau sebuah ayakan :


Fraksi oversize = fraksi padatan yang tertahan ayakan.

Fraksi undersize = fraksi padatan yang lolos ayakan.

Jika ayakan lebih dari 2 ayakan yang berbeda ukuran lubangnya, maka akan
diperoleh fraksi-fraksi padatan dengan ukuran padatan sesuai dengan ukuran lubang
ayakan. Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat
optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh).Sedangkan pengayakan dalam keadaan
basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran
35 in.

Analisis Ayak
Analisa Saringan atau analisa ayakan (Sieve analysis) adalah prosedur yang
digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel dari suatu bahan. Distribusi ukuran
partikel merupakan hal yang sangat penting . Hal ini dapat digunakan untuk semua jenis
non-organik atau organik bahan butiran termasuk pasir, tanah liat, granit, batu bara, tanah,
dan berbagai produk bubuk, termasuk untuk gandum dan biji-bijian.
Ayak standar digunakan untuk mengukur besarnya partikel (dan distribusinya)
dalam jangkauan ukuran antara 3 sampai 0,0015 in (76 sampai 38 µm). Ayak-ayak uji itu
terbuat dari anyaman kawat, sedang rapat anyaman (mesh) dan ukuran kawatnya
dibakukan dengan teliti. Bukaan ayakan itu berbentuk bujursangkar. Setiap ayak itu
diindentifikasi menurut mesh (rapat ayak ) perinci. Bukaan sebenarnya tentulah lebih kecil
dari angka meshnya, karena tebal kawat tertentu harus juga diperhitungkan juga.
Sejumlah sample yang mewakili sample tertentu ditimbang dan ditaruh diatas

ayakan dengan ukuran tertentu, ayakan disusun berdasarkan ukuran, ukuran yang besar
ditempatkan pada bagian atas dan pada bagian paling bawah ditempatkan pan (wadah)
sebagai tempat penerimaan/penampungan terakhir, namun tidak selamanya metode seperti
tersebut diatas selalu digunakan, ada beberapa cara atau metode yang dapat digunakan
tergantung dari material yang akan dianalisa.
1. Ayakan dengan gerakan melempar
Disini Gerakan dengan arah membuang bekerja pada sampel. Sampel
terlempar keatas secara vertikal dengan sedikit gerakan melingkar
sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi
pemisahan secara menyeluruh , pada saat yang bersamaan sampel
yang terlempar keatas akan berputar (rotasi) dan jatuh diatas
permukaan ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih kecil dari
lubang ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih besar
akan dilemparkan keatas lagi dan begitu seterusnya. Sieve shaker modern digerakkan
dengan electro magnetik yang bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana
getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu.
2. Ayakan dengan gerakan horisontal
Dalam metode ini sampel bergerak secara horisontal
(mendatar) pada bidang permukaan sieve (ayakan), metode
baik digunakan untuk sampel yang berbentuk jarum, datar
panjang atau berbentuk serat.
Metode ini cocok untuk melakukan analisa ukuran
partikel bahan bangunan dan aggregat.

Luas Permukaan Distribusi Diameter Ukuran Partikel


Diandaikakan suatu bulk (timbunan Partikel menjadi Padatan) terdiri atas
sekumpulan partikel dengan bentuk bola, karena bentuk bok memiliki luas permukaan
yang lebih kecil untuk setiap satuan massa, pada perhitungan akan menghasilkan luas
permukaan spesifik yang minimal. Jika partikel menyimpang dari bentuk bola, maka
setidak-tidaknya akan selalu didapatkan luas permukaan sudut-sudut yang lebih besar
dibandingkan dengan partikel –partikel bentuk bola. Massa n buat partikel pada suatu size
interval ke i (ukuran partikel antara (dp2 – dpi) dengan massa jenis partikel, p dan diameter
rata-rata, dpi adalah :

Massa Interval (OP) OPi = n . p . п/6 d3 pi


Luas permukaan seluruh bola pada size interval adalah :
Δ ABi = n . П . dpi2

Luas permukaan total dari seluruh size interval didapatkan dengan cara
menjumlahkan semua luas permukaan setiap size interval yang dihitung berdasarkan
rumus diatas tetapi karena nilai dpi, pada setiap saat interval tidak diketahui. Maka luas
permukaan hanya merupakan suatu nilai pendekatan yang kasar. Kesalahan yang ada
dapat dikurangi, jika lebar size interval dipilih sangat kecil. Jika dihubungkan dengan size
analisis maka artinya harus digunakan ayakan dalam jumlah yang sangat banyak.
Kesalahan ini akan benar-benar hilang, jika secara teoritis digunakan lebar size interval
yangh berbeda secara infinitesimal (tdk terhingga). Itu berarti OP pada size interval akan
menyusut menjadi, dOP sedangkan luas permukaannya menjadi, d AB sebesar :
6 . d OP
d AB 
 . dp

Saringan yang sering dipakai di laboratorium adalah :


1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker / rotap
4. Wet and dry sieving

Ayakan yang berskala industri antara lain :


1. Stationary grizzly
2. Roll grizzly
3. Sieve bend
4. Revolving screen
5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
6. Shaking screen
7. Rotary shifter

Screening dapat juga diartikan melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve
shaker) yang mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screen mampu mengukur partikel dari
76 mm sampai dengan 38 μm. Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan
material pada suatu permukaan yang banyak lubang atau openings dengan ukuran yang
sesuai.
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan.
Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak.
Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus
melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut
(tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe, 1999, halaman
386).

Tujuan dilakukannya pengayakan atau penyaringan adalah :

 Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa proses
berikutnya.
 Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan (Primary
crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya, sehingga dapat
dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya (secondary crushing).
 Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
 Mencegah masuknya undersize ke permukaan.Pengayakan biasanya dilakukan dalam
keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 in (10
mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang
halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 in.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan partikel jatuh dalam pengayakan :


 Ukuran dari ayakan : semakin besar lubang ayakan maka semakin besar juga
ukuran material yang lolos dari ayakan.
 Ukuran relatif partikel : material yang berukuran kecil akan lebih mudah lolos
dari lubang ayakan dari pada material yang berukuran besar, material yang
bertuknya tidak teratur atau ada salah satu bagian yang ukuranya lebih panjang
akan susah melewati ayakan jika posisinya terlintang pada ayakan.
 Kandungan air : kandungan air yang banyak akan sangat membantu proses
pengayakan, apabila kandungan airnya sedikit mungkin akan tersumbat.
 Pantulan dari material : material yang jatuh pada ayakan apabila jatuhya
mengenai kisi dari ayakan maka akan terpantul keatas dan jatuh pada posisi yang
tidak beraturan.
Produck dari proses pengayakan/penyaringan yaitu :
 Oversize (OP) yaitu produk yang memiliki ukuran lebih besar dari ukuran lubang
ayakan/yang tertinggal pada ayakan atau tidak dapat melewati ayakan
 Undersize (UP) yaitu ukurannya lebih kecil dari lubang ayankan /yang melewati
ayakan).

Kalsifikasi dapat terjadi dalam tiga cara yaitu :


 Partition concept
 Tapping concept
 Rein concept

Pralatan yang digunakan dalam proses klasifikasi adalah :


 Scrubber
 Log washer
 Sloping tank classifier (rake, spiral dan drag)

Produk dari prose klasifikasi adalah :


 Overflow : produk yang berukuran kecil/halus (slimes) yang mengalir ke
bagian atas.
 Underflow : produk yang berukuran besar/kasar (sand) yang mengendap
dibagian bawah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos ukuran


ayakan adalah :

1. Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material yang
lolos.
2. Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan
memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya
berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi
screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur.
4. Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit akan
menyumbat screen

 Menghitung Oversize Product Percentage (OP%)

𝑶𝑷
%𝑶𝑷 =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑶𝑷

 Menghitung probability percentage (Pi%)

𝑶𝑷
𝑷𝒊% =
𝑴 ∗ 𝜟𝑫𝒑

 Menghitung C%OP
𝒊

𝑪%𝑶𝑷 = ∑ %𝑶𝑷
𝒏

 Menghitung C%UP

𝑪%𝑼𝑷 = 𝟏 − 𝑪%𝑶𝑷

 Menghitung dPm Ayakan

𝒅𝑷𝒏 + 𝒅𝑷𝒏+𝟏
𝒅𝑷𝒎 𝒂𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 =
𝟐

 Menghitung Luas Permukaan partikel (A)


𝟔 𝒙 𝑶𝑷
𝑨 =
𝝆 𝒙 𝒅𝑷
 Menghitung Luas Permukaaan Spesifik (Asp)
𝑨
𝑨𝒔𝒑 =
𝒎𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
E. PROSEDUR KERJA
Sieving
1. Membersihkan sieve shakers dan bidang ayakan yang akan digunakan secara baik dan
benar.
2. Melakukan testing awal pada sieve shakers agar diketahui peralatan siap digunakan.
3. Menggerus sampel menggunakan batu ataupun alat sejenis lainnya sehingga halus dan
diperkirakan ukuran pertikelnya dapat terdistribusi dengan baik pada setiap bidang
ayakan.
4. Menimbang sampel (Batu bata) sebanyak 400 gram.
5. Menimbang kosong setiap bidang ayakan pada timbangan analitik dengan
menggunakan kertas dibagian alas bidang ayakan.
6. Menyusun setiap bidang ayakan secara berurutan mulai dari pan hingga kepada luas
bidang ayakan yang berukuran besar.
7. Memasukkan sampel pada bidang ayakan paling atas, kemudian memasang
penutupnya secara hati – hati dan kencangkan baut penguncinya.
8. Memulai proses dengan menekan tombol on pada sieve shakers.
9. Memastikan knob selektor frekuensi untuk vibrator dan waktu pengayakan pada posisi
0 (nol). Menghidupkan vibrator lalu atur frekuensi dan lama pengayakan. diatur
selama 1 menit dengan variasi Mode pengayakan yang terdiri dari 4 mode.
10. Setiap kali selesai dengan sieving untuk setiap mode tertentu, dilakukan penimbangan
untuk semua lapisan bidang ayakan serta partikel yang tertahan diatasnya (oversize
product)
11. Memulai kembali sieving namun dengan mode yang berbeda sesuai dengan mode
yang telah ditentukan.
12. Membersihkan peralatan ketika selesai digunakan.

Penentuan Berat Jenis Batu bata dengan Piknometer


1. Piknometer dibersihkan, dikeringkan lalu ditimbang kosong.
2. Piknometer diisi penuh dengan aquadest pada suhu 28 oC yang telah diketahui berat
jenisnya.
3. Menimbang piknometer yang berisi aquadest dan dicatat beratnya.
4. Piknometer yang telah diisi air dikeringkan, kemudian diisi dengan Batu bata sampai
1/2 volume piknometer.
5. Piknometer berisi Batu bata ditimbang.
6. Menambahkan aquadest ke dalam piknometer yang telah diisi ½ Batu bata sampai
penuh (diusahakan tidak ada gelembung air).
7. Piknometer yang berisi siolite dan aquadest ditimbang kembali.

F. DATA PENGAMATAN
Pengukuran Berat Jenis Ziolite dengan Piknometer
 Berat Piknometer kosong = 20,7041 gram
 Berat piknometer + aquadest = 71,7346 gram
 Berat piknometer + ½ batu bata = 35,7870 gram
 Berat piknometer + ½ batu bata + ½ aquadest = 80,0620 gram
 Berat jenis aquadest suhu 270C = 0,99626 gram/mL
 Berat Batu bata = 283.52 gram

Diameter
Berat Ayakan Berat Ayakan Kosong + sampel (gram) setiap Menit
Partikel
Menit 2 Menit 4 Menit 6 Menit 8
(mm) kosong (gram)
444.47 661.5 614.79 590.03 596.4
1,7
411.78 429.38 444.74 435.96 424.04
1,4
421.26 444.1 411.25 435 422.13
1,18
409.67 421.72 426.75 423.25 421.13
1
378.86 397.51 402.4 399.26 394.55
0,00085
372.38 391.07 399.83 398.89 393.38
0,00071
370.66 390.16 394.48 397.06 392.01
0,0006
450.59 643.7 653 533.56 660.02
0

G. PERHITUNGAN
1. Berat Jenis Batu Bata
a. Untuk volume piknometer
Berat aquadest = (Berat Pikno + aquadest) – ( Berat Pikno kosong )
= (71,7346– 20,7041) gram
= 51,0305 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Volume Aquadest =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑢ℎ𝑢 270 𝐶
51,0305 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,99626 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

= 51,22 mL
Volume aquadest = volume piknometer =51,22 mL
b. Untuk berat dan volume Batu Bata
Berat ½ Batu bata = (berat pikno + ½ Batu bata) – (berat pikno kosong)
= ( 35,7870 – 20,7041) gram
= 15,0829 gram
Berat ½ aquadest = (pikno + ½ Batu bata+ ½ aquadest) – (pikno+ ½ Batu bata)
= (80,0620 – 35,7870) gram
= 44,2750 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 1⁄2 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Volume ½ aquadest =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑢ℎ𝑢 270 𝐶
44,2750 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,99626 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

= 44,44 mL
Volume ½Batu bata = volume pikno – volume ½ aquadest
= (51,22 – 44,44 ) mL
= 6,78 mL
c. Untuk berat jenis Batu bata
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑡𝑎
Berat jenis Batu Bata =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑡𝑎
15,0829 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
6,78 𝑚𝐿

= 2,2246 gram/mL

2. Penentuan OP; %OP; %P; C%OP; dan C%UP


- Menghitung OP (Oversize Product)
Misalkan dihitung nilai OP pada percobaan 1 Menit 2 dengan diameter 0,80 mm

 Berat ayakan kosong = 444,47 gram


 Berat ayakan + OP1 = 661,50 gram
OP1 = ( Berat ayakan + OP ) – ( Berat Ayakan Kosong)
= (661,50 – 444,47) gram
= 217,03 gram

- Menghitung OP% (Oversize Product Percentage)


- Misalkan dihitung nilai OP% pada percobaan 1 Menit 2 dengan diameter 0,8 mm

 OP1 = 217,03
 ∑ 𝑂𝑃 = 519,47

%OP1 = OP2 / ∑ 𝑂𝑃
= 217,03 gram / 519,47 gram
= 0,41779

- Menghitung %Pi (Probability Percentage)


Misalkan dihitung nilai P% pada Menit 2 dengan diameter 0,8 mm
 %OP1 = 0,41779
 dp1 – dp2 = ( 0,8 – 0,71 ) mm = 0,09 mm

%P2 = ( %OP2) / ( dp1 – dp2 )


= 0,03388 / 0,09 mm
= 0,3764521 mm-1
- Menghitung C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product)
Misalkan dihitung nilai C%OP pada percobaan menit 2 dengan diameter 0,8 mm
 %OP1 = 0,41779
 %OP2 = 0,03388

C%OP2 = ∑ %𝑂𝑃
= ( %OP1 + %OP2 )
= 0,41779 + 0,03388
= 0,41779

- Menghitung C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product)


Misalkan dihitung nilai C%OP pada percobaan menit 2 dengan diameter 0,8 mm
C%OP2 = 0,41779
C%UP2 = 1 – C%OP2
= 1 – 0,41779
= 0,58221
3. Penentuan Luas Permukaan
𝟔 𝒙 𝑶𝑷
𝑨 =
𝝆 𝒙 𝒅𝑷

Misalkan dihitung nilai A pada percobaan menit 2 dengan diameter 0,8 mm


Diketahui
 OP = 217,03
 ρ = 2,2246 gram/mL = 2,2246 gram/cm3
 dP = 0,8 mm = 0,008 cm

6 𝑥 𝑂𝑃
𝐴 =
𝜌 𝑥 𝑑𝑃
6 𝑥 217,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
= gram
2,2246 𝑥 0,008 𝑐𝑚
cm3
= 73169,3338 𝑐𝑚2

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan pada percobaan dengan variasi waktu.
A. Percobaan Menit 2

Berat ayakan
Diameter Berat Ayakan
kosong +sampel
Partikel Kosong OP OP% P% C%OP C%UP A (cm^2)
(gram)
(mm) (gram)
menit 2
0.8 444.47 661.5 217.03 0.4178 0.41779 0.58221 73169.334
0.71 411.78 429.38 17.6 0.0339 0.376452 0.45167 0.54833 6685.8039
0.63 421.26 444.1 22.84 0.044 0.549599 0.49564 0.50436 9778.1089
0.56 409.67 421.72 12.05 0.0232 0.331382 0.51884 0.48116 5803.6116
0.5 378.86 397.51 18.65 0.0359 0.598366 0.55474 0.44526 10060.236
0.45 372.38 391.07 18.69 0.036 0.71958 0.59072 0.40928 11202.014
0.4 370.66 390.16 19.5 0.0375 0.750765 0.62826 0.37174 13148.431
0 450.59 643.7 193.11 0.3717 0.929361 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3779.14 519.47
B. Percobaan Moenit 4

Berat Berat ayakan


Diameter
Ayakan kosong +sampel
Partikel OP OP% P% C%OP C%UP A cm^2
Kosong (gram)
(mm)
(gram) menit 4
0.8 444.47 614.79 170.32 0.3329359 0.33293586 0.6670641 57421.559
0.71 411.78 444.74 32.96 0.0644291 0.715879 0.39736497 0.602635 12520.687
0.63 421.26 435.25 13.99 0.0273472 0.34183983 0.42471216 0.5752878 5989.3057
0.56 409.67 426.75 17.08 0.0333874 0.47696307 0.45809958 0.5419004 8226.198
0.5 378.86 402.4 23.54 0.0460152 0.76692013 0.50411478 0.4958852 12698.013
0.45 372.38 399.83 27.45 0.0536583 1.07316692 0.55777313 0.4422269 16452.396
0.4 370.66 394.48 23.82 0.0465625 0.93125086 0.60433567 0.3956643 16061.314
0 450.59 653 202.41 0.3956643 0.98916082 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3771.24 511.57

C. Percobaan Menit 6

Berat ayakan
Berat
Diameter kosong
Ayakan
Partikel +sampel OP OP% P% C%OP C%UP A(cm^2)
Kosong
(mm) (gram)
(gram)
menit 6
0.8 444.47 590.03 145.56 0.4119545 0.4119545 0.58804551 49073.9908
0.71 411.78 435.96 24.18 0.0684327 0.760363012 0.4803872 0.51961284 9185.38291
0.63 421.26 435 13.74 0.0388861 0.486075734 0.5192732 0.48072678 5882.27739
0.56 409.67 423.25 13.58 0.0384332 0.549046244 0.5577065 0.44229354 6540.50166
0.5 378.86 399.26 20.4 0.0577348 0.962245995 0.6154412 0.38455878 11004.2255
0.45 372.38 398.89 26.51 0.0750269 1.500537726 0.6904681 0.3095319 15888.9988
0.4 370.66 397.06 26.4 0.0747156 1.494311428 0.7651837 0.23481632 17800.953
0 450.59 533.56 82.97 0.2348163 0.587040811 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3613.01 353.34
D. Percobaan Menit 8

Berat ayakan
Berat
Diameter kosong
Ayakan
Partikel +sampel OP OP% P% C%OP C%UP A(cm^2)
Kosong
(mm) (gram)
(gram)
Menit 8
0.8 444.47 596.4 151.93 0.342192 0.342192392 0.6578076 51221.568
0.71 411.78 424.04 12.26 0.027613 0.30681372 0.369805626 0.6301944 4657.2702
0.63 421.26 422.13 0.87 0.00196 0.02449379 0.37176513 0.6282349 372.45861
0.56 409.67 421.13 11.46 0.025811 0.36873417 0.397576522 0.6024235 5519.4513
0.5 378.86 394.55 15.69 0.035339 0.58897723 0.432915156 0.5670848 8463.544
0.45 372.38 393.38 21 0.047298 0.94596725 0.480213518 0.5197865 12586.532
0.4 370.66 392.01 21.35 0.048087 0.96173337 0.528300187 0.4716998 14395.846
0 450.59 660.02 209.43 0.4717 1.17924953 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3703.66 443.99

4. Penentuan Dpm ( Diameter Partikel tengah ) dengan Dpf ( Diameter Partikel yang paling
sering muncul ) (mm)

 Grafik percobaan Menit 2


Grafik 1. Grafik Hubungan Dp (mm) dengan C%OP dan C%UP

1.2

0.8
C%OP C%UP

0.6 C%
OP
0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP

Dpm = 0,64 mm
 Grafik percobaan menit 4
Grafik 2. Grafik Hubungan Dp (mm) dengan C%OP dan C%UP

1.2

0.8

0.6
C%OP C%UP

C%OP

0.4 C%UP

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP

Dpm = 0,52 mm

 Grafik percobaan Menit 6


Grafik 3.Grafik Hubungan Dp (mm) dengan C%OP dan C%UP

1.2

0.8
C%OP C%UP

0.6
C%OP
C%UP
0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP

Dpm = 0,67 mm
 Grafik percobaan Menit 8
Grafik 4. Grafik Hubungan Dp (mm) dengan C%OP dan C%UP

1.2

0.8

0.6
C%OP C%UP

C%OP
C%UP
0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP

Dpm = 0,43 mm
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Diameter partikel tengah (dPm) untuk :
 Mode 1 = 0,64 mm
 Mode 2 = 0,52 mm
 Mode 3 = 0,67 mm
 Mode 4 = 0,43 mm
Pengaruh mode yang terdistribusi dengan baik yakni pada menit 6, karena gerakan
pengayakannya konstan berbeda dengan menit 2,4 dan 8.

I. DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan Operasi I Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
http://documents.tips/download/link/sievingdocx
Anonim,https://tsffaunsoed2009.wordpress.com/2012/05/22/metode-dan-teknik-
pengayakan-untuk-menentukan-ukuran-partikel-dalam-teknologi-farmasi/ (diakses: 04
Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai