Semester IV 2016/2017
LAPORAN PRAKTIKUM
SIEVING
B. PRINSIP KERJA
Persiapan Bahan
Penghalusan/grinding (tumbuk)
Pengayakan (Sieving)
Teknik pemisahan dengan pengayakan merupakan teknik yang tertua, teknik ini
dapat dilakukan untuk campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa padat. Proses
pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut. Sehingga
ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan
mesh, contoh ayakan dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagai contoh sederhana kita dapat
lakukan pemisahan pasir dari sebuah campuran pasir dan batu kerikil, menggunakan
ayakan yang porinya cukup halus. Begitu pula, jika kita ingin memisahkan beras yang
bercampur dengan katul yang halus.
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan.
Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan
pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines),
lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau
buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering.
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Yang
dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch),
sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar
material yang diayak.
Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut
prosentase opening. Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
:
Dalam pengayakan melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve shaker ) yang
mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. screen mampu mengukur partikel dari 76
mm sampai dengan 38 µm. Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan
material pada suatu permukaan yang banyak lubang atau openings dengan ukuran
yang sesuai.
Jika ayakan lebih dari 2 ayakan yang berbeda ukuran lubangnya, maka akan
diperoleh fraksi-fraksi padatan dengan ukuran padatan sesuai dengan ukuran lubang
ayakan. Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat
optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh).Sedangkan pengayakan dalam keadaan
basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran
35 in.
Analisis Ayak
Analisa Saringan atau analisa ayakan (Sieve analysis) adalah prosedur yang
digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel dari suatu bahan. Distribusi ukuran
partikel merupakan hal yang sangat penting . Hal ini dapat digunakan untuk semua jenis
non-organik atau organik bahan butiran termasuk pasir, tanah liat, granit, batu bara, tanah,
dan berbagai produk bubuk, termasuk untuk gandum dan biji-bijian.
Ayak standar digunakan untuk mengukur besarnya partikel (dan distribusinya)
dalam jangkauan ukuran antara 3 sampai 0,0015 in (76 sampai 38 µm). Ayak-ayak uji itu
terbuat dari anyaman kawat, sedang rapat anyaman (mesh) dan ukuran kawatnya
dibakukan dengan teliti. Bukaan ayakan itu berbentuk bujursangkar. Setiap ayak itu
diindentifikasi menurut mesh (rapat ayak ) perinci. Bukaan sebenarnya tentulah lebih kecil
dari angka meshnya, karena tebal kawat tertentu harus juga diperhitungkan juga.
Sejumlah sample yang mewakili sample tertentu ditimbang dan ditaruh diatas
ayakan dengan ukuran tertentu, ayakan disusun berdasarkan ukuran, ukuran yang besar
ditempatkan pada bagian atas dan pada bagian paling bawah ditempatkan pan (wadah)
sebagai tempat penerimaan/penampungan terakhir, namun tidak selamanya metode seperti
tersebut diatas selalu digunakan, ada beberapa cara atau metode yang dapat digunakan
tergantung dari material yang akan dianalisa.
1. Ayakan dengan gerakan melempar
Disini Gerakan dengan arah membuang bekerja pada sampel. Sampel
terlempar keatas secara vertikal dengan sedikit gerakan melingkar
sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi
pemisahan secara menyeluruh , pada saat yang bersamaan sampel
yang terlempar keatas akan berputar (rotasi) dan jatuh diatas
permukaan ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih kecil dari
lubang ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih besar
akan dilemparkan keatas lagi dan begitu seterusnya. Sieve shaker modern digerakkan
dengan electro magnetik yang bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana
getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu.
2. Ayakan dengan gerakan horisontal
Dalam metode ini sampel bergerak secara horisontal
(mendatar) pada bidang permukaan sieve (ayakan), metode
baik digunakan untuk sampel yang berbentuk jarum, datar
panjang atau berbentuk serat.
Metode ini cocok untuk melakukan analisa ukuran
partikel bahan bangunan dan aggregat.
Luas permukaan total dari seluruh size interval didapatkan dengan cara
menjumlahkan semua luas permukaan setiap size interval yang dihitung berdasarkan
rumus diatas tetapi karena nilai dpi, pada setiap saat interval tidak diketahui. Maka luas
permukaan hanya merupakan suatu nilai pendekatan yang kasar. Kesalahan yang ada
dapat dikurangi, jika lebar size interval dipilih sangat kecil. Jika dihubungkan dengan size
analisis maka artinya harus digunakan ayakan dalam jumlah yang sangat banyak.
Kesalahan ini akan benar-benar hilang, jika secara teoritis digunakan lebar size interval
yangh berbeda secara infinitesimal (tdk terhingga). Itu berarti OP pada size interval akan
menyusut menjadi, dOP sedangkan luas permukaannya menjadi, d AB sebesar :
6 . d OP
d AB
. dp
Screening dapat juga diartikan melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve
shaker) yang mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screen mampu mengukur partikel dari
76 mm sampai dengan 38 μm. Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan
material pada suatu permukaan yang banyak lubang atau openings dengan ukuran yang
sesuai.
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan.
Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak.
Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus
melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut
(tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe, 1999, halaman
386).
Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa proses
berikutnya.
Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan (Primary
crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya, sehingga dapat
dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya (secondary crushing).
Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
Mencegah masuknya undersize ke permukaan.Pengayakan biasanya dilakukan dalam
keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 in (10
mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang
halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 in.
1. Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material yang
lolos.
2. Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan
memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya
berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi
screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur.
4. Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit akan
menyumbat screen
𝑶𝑷
%𝑶𝑷 =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑶𝑷
𝑶𝑷
𝑷𝒊% =
𝑴 ∗ 𝜟𝑫𝒑
Menghitung C%OP
𝒊
𝑪%𝑶𝑷 = ∑ %𝑶𝑷
𝒏
Menghitung C%UP
𝑪%𝑼𝑷 = 𝟏 − 𝑪%𝑶𝑷
𝒅𝑷𝒏 + 𝒅𝑷𝒏+𝟏
𝒅𝑷𝒎 𝒂𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 =
𝟐
F. DATA PENGAMATAN
Pengukuran Berat Jenis Ziolite dengan Piknometer
Berat Piknometer kosong = 20,7041 gram
Berat piknometer + aquadest = 71,7346 gram
Berat piknometer + ½ batu bata = 35,7870 gram
Berat piknometer + ½ batu bata + ½ aquadest = 80,0620 gram
Berat jenis aquadest suhu 270C = 0,99626 gram/mL
Berat Batu bata = 283.52 gram
Diameter
Berat Ayakan Berat Ayakan Kosong + sampel (gram) setiap Menit
Partikel
Menit 2 Menit 4 Menit 6 Menit 8
(mm) kosong (gram)
444.47 661.5 614.79 590.03 596.4
1,7
411.78 429.38 444.74 435.96 424.04
1,4
421.26 444.1 411.25 435 422.13
1,18
409.67 421.72 426.75 423.25 421.13
1
378.86 397.51 402.4 399.26 394.55
0,00085
372.38 391.07 399.83 398.89 393.38
0,00071
370.66 390.16 394.48 397.06 392.01
0,0006
450.59 643.7 653 533.56 660.02
0
G. PERHITUNGAN
1. Berat Jenis Batu Bata
a. Untuk volume piknometer
Berat aquadest = (Berat Pikno + aquadest) – ( Berat Pikno kosong )
= (71,7346– 20,7041) gram
= 51,0305 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Volume Aquadest =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑢ℎ𝑢 270 𝐶
51,0305 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,99626 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 51,22 mL
Volume aquadest = volume piknometer =51,22 mL
b. Untuk berat dan volume Batu Bata
Berat ½ Batu bata = (berat pikno + ½ Batu bata) – (berat pikno kosong)
= ( 35,7870 – 20,7041) gram
= 15,0829 gram
Berat ½ aquadest = (pikno + ½ Batu bata+ ½ aquadest) – (pikno+ ½ Batu bata)
= (80,0620 – 35,7870) gram
= 44,2750 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 1⁄2 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Volume ½ aquadest =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑢ℎ𝑢 270 𝐶
44,2750 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,99626 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 44,44 mL
Volume ½Batu bata = volume pikno – volume ½ aquadest
= (51,22 – 44,44 ) mL
= 6,78 mL
c. Untuk berat jenis Batu bata
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑡𝑎
Berat jenis Batu Bata =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑡𝑎
15,0829 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
6,78 𝑚𝐿
= 2,2246 gram/mL
OP1 = 217,03
∑ 𝑂𝑃 = 519,47
%OP1 = OP2 / ∑ 𝑂𝑃
= 217,03 gram / 519,47 gram
= 0,41779
C%OP2 = ∑ %𝑂𝑃
= ( %OP1 + %OP2 )
= 0,41779 + 0,03388
= 0,41779
6 𝑥 𝑂𝑃
𝐴 =
𝜌 𝑥 𝑑𝑃
6 𝑥 217,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
= gram
2,2246 𝑥 0,008 𝑐𝑚
cm3
= 73169,3338 𝑐𝑚2
Berikut merupakan tabel hasil perhitungan pada percobaan dengan variasi waktu.
A. Percobaan Menit 2
Berat ayakan
Diameter Berat Ayakan
kosong +sampel
Partikel Kosong OP OP% P% C%OP C%UP A (cm^2)
(gram)
(mm) (gram)
menit 2
0.8 444.47 661.5 217.03 0.4178 0.41779 0.58221 73169.334
0.71 411.78 429.38 17.6 0.0339 0.376452 0.45167 0.54833 6685.8039
0.63 421.26 444.1 22.84 0.044 0.549599 0.49564 0.50436 9778.1089
0.56 409.67 421.72 12.05 0.0232 0.331382 0.51884 0.48116 5803.6116
0.5 378.86 397.51 18.65 0.0359 0.598366 0.55474 0.44526 10060.236
0.45 372.38 391.07 18.69 0.036 0.71958 0.59072 0.40928 11202.014
0.4 370.66 390.16 19.5 0.0375 0.750765 0.62826 0.37174 13148.431
0 450.59 643.7 193.11 0.3717 0.929361 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3779.14 519.47
B. Percobaan Moenit 4
C. Percobaan Menit 6
Berat ayakan
Berat
Diameter kosong
Ayakan
Partikel +sampel OP OP% P% C%OP C%UP A(cm^2)
Kosong
(mm) (gram)
(gram)
menit 6
0.8 444.47 590.03 145.56 0.4119545 0.4119545 0.58804551 49073.9908
0.71 411.78 435.96 24.18 0.0684327 0.760363012 0.4803872 0.51961284 9185.38291
0.63 421.26 435 13.74 0.0388861 0.486075734 0.5192732 0.48072678 5882.27739
0.56 409.67 423.25 13.58 0.0384332 0.549046244 0.5577065 0.44229354 6540.50166
0.5 378.86 399.26 20.4 0.0577348 0.962245995 0.6154412 0.38455878 11004.2255
0.45 372.38 398.89 26.51 0.0750269 1.500537726 0.6904681 0.3095319 15888.9988
0.4 370.66 397.06 26.4 0.0747156 1.494311428 0.7651837 0.23481632 17800.953
0 450.59 533.56 82.97 0.2348163 0.587040811 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3613.01 353.34
D. Percobaan Menit 8
Berat ayakan
Berat
Diameter kosong
Ayakan
Partikel +sampel OP OP% P% C%OP C%UP A(cm^2)
Kosong
(mm) (gram)
(gram)
Menit 8
0.8 444.47 596.4 151.93 0.342192 0.342192392 0.6578076 51221.568
0.71 411.78 424.04 12.26 0.027613 0.30681372 0.369805626 0.6301944 4657.2702
0.63 421.26 422.13 0.87 0.00196 0.02449379 0.37176513 0.6282349 372.45861
0.56 409.67 421.13 11.46 0.025811 0.36873417 0.397576522 0.6024235 5519.4513
0.5 378.86 394.55 15.69 0.035339 0.58897723 0.432915156 0.5670848 8463.544
0.45 372.38 393.38 21 0.047298 0.94596725 0.480213518 0.5197865 12586.532
0.4 370.66 392.01 21.35 0.048087 0.96173337 0.528300187 0.4716998 14395.846
0 450.59 660.02 209.43 0.4717 1.17924953 1 0 #DIV/0!
JUMLAH 3259.67 3703.66 443.99
4. Penentuan Dpm ( Diameter Partikel tengah ) dengan Dpf ( Diameter Partikel yang paling
sering muncul ) (mm)
1.2
0.8
C%OP C%UP
0.6 C%
OP
0.4
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP
Dpm = 0,64 mm
Grafik percobaan menit 4
Grafik 2. Grafik Hubungan Dp (mm) dengan C%OP dan C%UP
1.2
0.8
0.6
C%OP C%UP
C%OP
0.4 C%UP
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP
Dpm = 0,52 mm
1.2
0.8
C%OP C%UP
0.6
C%OP
C%UP
0.4
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP
Dpm = 0,67 mm
Grafik percobaan Menit 8
Grafik 4. Grafik Hubungan Dp (mm) dengan C%OP dan C%UP
1.2
0.8
0.6
C%OP C%UP
C%OP
C%UP
0.4
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
dP
Dpm = 0,43 mm
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Diameter partikel tengah (dPm) untuk :
Mode 1 = 0,64 mm
Mode 2 = 0,52 mm
Mode 3 = 0,67 mm
Mode 4 = 0,43 mm
Pengaruh mode yang terdistribusi dengan baik yakni pada menit 6, karena gerakan
pengayakannya konstan berbeda dengan menit 2,4 dan 8.
I. DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan Operasi I Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
http://documents.tips/download/link/sievingdocx
Anonim,https://tsffaunsoed2009.wordpress.com/2012/05/22/metode-dan-teknik-
pengayakan-untuk-menentukan-ukuran-partikel-dalam-teknologi-farmasi/ (diakses: 04
Juni 2018