Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENGAYAKAN

SCREENING

DISUSUN OLEH:

Renita Ayuningsih [16614001]

Mirna Illahi [16614012]

Paula Meylinda [16614014]

Yozadak P. Pardede [16614016]

Rudy Anto [16614020]

Rizaldy Nurfadilla [16614026]

TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2016-2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaaan


1. Mahasiswa menguasai cara mennetukan ukuran partikel.
2. Mahasiswa mampu menganalisis data ukuran partikel menggunakan
screen shaker.
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi Hasil Analisis screening.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Screening
Screening atau penyaringan adalah suatu proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel suatu material. Screening sering dipakai
dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala
laboratorium. Dengan screening, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan
(btir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar). Ukuran butiran tertentu
yang masih bisa melintasi ayakan dinyatakan sebagai butiran batas.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu :
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah mesh
digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inci linear (Parrot,1970). Tabel
1.1 Menggambarkan nomor standar ayakan dan masing-masing lubang ayakan
dinyatakan dalam milimeter dan mikrometer.
Tabel 1.1. Lubang dari Ayakan Standar (sumber: USP XXI-NF XVI)

Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengayakan adalah jenis


ayakannya. Berdasarkan gerak pengayak, alat ayakan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
stationary screen dan dynamic screen. Beberapa alat ayakan dynamic screen,
yaitu:
1. Vibrating Screen, permukaannya horizontal dan miring digerakkan pada
frekuensi tinggi (1000-7000 Hz). Satuan kapasitas tinggi, dengan efisiensi
pemisahan yang baik, yang digunakan untuk range yang luas dari ukuran
partikel. Gambar 1.i. menunjukkan jenis ayakan model vibrating screen.

Gambar 1.1. Ayakan Jenis Vibrating Screen


2. Occilating Screen, dioperasikan pada frekuensi yang lebih rendah dari
vibrating screen (100-400 Hz) dengan waktu yang lebih lama, lebih linier dan
tajam.
3. Reciprocating Screen, dioperasikan dengan gerakan menggoyang, pukulan
yang panjang (20-200 Hz). Digunakan untuk pemindahan dengan pemisahan
ukuran. Gambar 1.2. menunjukkan jenis ayakan model reciprocating screen.

Gambar 1.2. Ayakan jenis reciprocating screen


4. Shifting Screen, dioperasikan dengan gerakan dalam bidang permukaan
ayakan. Gerakan aktual dapat berupa putaran atau gerakan memutar.
Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering.
5. Resolving Screen, ayakan miring berotasi pada kecepatan rendah (910-20
rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material-material yang relatif
kasar, tetapi memiliki pemindahan yang kasar dengan vibrating screen.
Hasil dari suatu pengayakan adalah produk dengan ukuran-ukuran partikel
tertentu. Produk dari proses pengayakan ada dua macam, yaitu:
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize)
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize)
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran
tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu
dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau
dilemparkan ke permukaan pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang
kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang
di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus.
Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe, 1999).
1.2.2 Vibrating Screen
Vibrating screen adalah peralatan sieving yang digunakan untuk
penyaringan atau memisahkan material padatan berdasarkan ukuran partikel suatu
material. Vibrating sieve disusun seri dimana getarannya ada yang dihasilkan dari
getaran mekanis dan eksetris, yang langsung dihasilkan dari permukaan ayakan.
Mekanisme eksetris yaitu semua elektromagnet, seperti berhenti atau meletakkan
unsur ulet untuk memperkuat atau memperhebat getaran efek. Sedangkan getaran
mekanis adalah getaran yang disebabkan oleh pergerakan alat, terdiri dari palu
(hammers), cams, eksentrik, shaker, pemutar dan beberapa kombinasi mekanis
lainnya (Brown,1950). Vibrating screen yang biasa digunakan dalam skala
laboratorium adalah vibrating screen yang digerakkan secara mekanis
menggunakan shaker atau disebut screen shaker.
Mesin pengayak atau vibrator screen ini terbuat dari plat stainless steel
dengan frame berbahan besi. Terdiri dari beberapa lapisan screen sieve berbahan
stainless steel yang disusun seri . Dimana lapisan paling bawah adalah apisan
untuk menampung bahan hasil ayakan, sedangkan lapisan-lapisan diatasnya
digunakan untuk menyaring dengan ukuran partikel hasil ayakan yang berbeda-
beda.
Prinsip kerja mesin ini adalah menyesuaikan amplitudo melalui tube-
shaped violent vibration screen. Mesin bergetar dengan berputar seperti lingkaran
sehingga material dapat tersaring.
1.2.3 Tujuan Pengayakan
1. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk
beberapa proses berikutnya.
2. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan
(Primary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan
berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap
berikutnya (secondary crushing).
3. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
4. Mencegah masuknya undersize ke permukaan. Pengayakan biasanya
dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal
sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam
keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20
in sampai dengan ukuran 35 in.
1.2.4 Kapasitas Screen
Kapasitas screen secara umum tergantung pada (Kelly, 1982):
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bahan
3. Sifat dari umpan seperti: berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan
1.2.5 Standar Ukuran Ayakan (screen)
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm
(metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu
inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka
yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak.
Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen
disebut prosentase opening. Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak
Dalam pengayakan melewatkan bahan melalui ayakan seri (sieve shaker)
yang mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Screen mampu mengukur partikel
dari 76 mm sampai dengan 38 µm.
Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan material pada suatu
permukaan yang banyak lubang atau opening dengan ukuran yang sesuai. Dari
hasil screening akan didapatkan 2 fraksi yaitu yaitu fraksi oversize dan fraksi
undersize. Fraksi oversize adalah padatan yang tertahan diatas ayakan akibat
diameter partikel padatan lebih besar daripada diameter lubang yang ada pada
ayakan. Fraksi undersize adalah padatan yang berhasil lolos dari ayakan karena
diameter partikel padatan lebih kecil daripada diameter lubang yang ada pada
ayakan. Untuk lebih jelasnya mengenai tinjauan pada sebuah ayakan perhatikan
gambar 1.3.

Gambar 1.3. Tinjauan sebuah ayakan


Jika ayakan lebih dari 2 ayakan yang berbeda ukuran lubangnya, maka
akan diperoleh fraksi-fraksi padatan dengan ukuran padatan sesuai dengan ukuran
lubang ayakan. Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk
material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan
pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari
ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 in.
1.2.6 Analisis Data Ukuran Partikel Menggunakan Vibrating SieveScreen
Shaker
1. Penyajian data distribusi ukuran suatu campuran (particle size
distribution)
Ditinjau : Sejumlah campuran partikel diayak dalam suatu susunan
ayakan, di laboratorium (menggunakan sieve shaker)

Gambar 1.4 Contoh Hasil Pengayakan


a. Masing-masing padatan yang diperoleh ditimbang dan dijumlahkan
b. Setiap ayakan ukuran tertentu dihitung fraksi massa partikel yang
lolos
c. Fraksi massa yang tertahan dan diameter rata-ratanya,
d. Data fraksi massa dan diameter ditabulasikan,
e. Data di atas disajikan dalam gra
Keterangan:
beratpartikelyangtertahan
Fraksi massa partikel yang tertahan = berattotalcampuran
berat partikel yang lolos
Fraksi massa partikel yang lolos= berat total campuran

Tabel 1.2 Beberapa cara menyebutkan fraksi ukuran


No Cara I Cara II Cara III
1 Oversize 48 mesh +48 +48
2 Through 48 on 65 -48+65 48/65
3 Through 65 on 100 -65+100 65/100
4 Undersize 100 in -100 100/0

2. Average Particle Size


Beberapa karakter padatan yang dapat dianalisis dari data hasil
ayakan:
a. Average diamater (Davg)
Diameter yang jika dikalikan dengan jumlah partikel akan
memberikan jumlah total diameter dalam campuran itu.
Diameter average x (jumlah partikel) = D total campuran.
b. Average surface
Surface average x (jumlah partikel) = surface total
c. Average volume (Vavg)
Volume average x (jumlah partikel) = surface total
d. verage mass (Mavg)
Mass average x (jumlah partikel) = massa total
Beberapa dimensi atau ukuran yang digunakan untuk
menyatakan ukuran suatu campuran antara lain:
1. True Arithmatic Average Diameter (TAAD)
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝐴𝐴𝐷 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Misal: Hasil analisis ayakan suatu campuran adalah sebagai berikut:
Mesh Davg Fraksi Massa Jumlah Partikel
D1 X1 N1
D2 X2 N2
.... .... ....
.... .... ....
.... .... ....
Dst
Diameter total = N1.D1 + N2.D2+ N3.D3+…..+……=Σ (Ni . Di )
Jumlah partikel total = N1 + N2 + N3 +......................= Σ (Ni)
Dalam prakteknya, menghitung jumlah partikel sangatlah sulit,
lebih menentukan massa dari masing-masing ukuran. Oleh karena itu,
dicari hubungan antara jumlah partikel dengan massa pada masing-
masing ukuran tersebut. Pendekatan yang diambil sebagai berikut :

Ditinjau untuk partikel berukuran Di:


[massa total partikel] = [jumlah partikel] x [massa sebuah partikel]
Dengan,
[massa sebuah partikel = 𝜌𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 x [volum sebuah partikel]
Volum sebuah partikel = c x Di2
𝜋
Dengan c = 6 untuk partikel berbentuk bola

c = 1 untuk partikel berbentuk kubus


Jika M = massa total campuran, maka:
[massa total partikel berukuran Di] = M x Xi
Persamaan pendekatan menjadi :
(M . Xi) = Ni x (𝜌 . c . Di3)
M.Xi
Ni = ρ.c.Di3

Maka jumlah partikel campuran total :


∑ 𝑁𝑖 = N1 + N2 + N3 + ⋯
M.Xi M.Xi M.Xi
= ρ.c.D13 + ρ.c.D23 + ρ.c.D33 + ⋯
M Xi
= ρ.c ∑ Di3

Sehingga:
∑Di
𝑇𝐴𝐴𝐷 =
𝑀 Xi

𝜌. 𝑐 Di3

Keterangan:
M = massa partikel (gram)
𝜌 = berat jenis partikel (gram/in3)
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)
2. Mean Surface Diameter (Dp)
Diameter yang dapat mewakili untuk menghitung luas permukaan
total.
(luas permukaan dengan Dp) x (jumlah total partikel) = (luas
permukaan total)
Jika bentuk bola, luas permukaan 𝜋D2
Sehingga:

Xi
∑ Di
𝐷𝑝 = √
Xi
∑ 3
Di
Keterangan:
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)
3. Mean Volume Diameter (Dv)
Diameter yang dapat mewakili untuk menghitung volume total
campuran.
[volum partikel dengan Dv] x [jumlah total partikel] = [volum partikel
total]
Dengan,
[volum partikel total] = [vol D1 x N1] + [vol D2 x N2] + ....
= ∑[c . Di3 . Ni]
c . Dv3 . ∑ Ni = ∑[c . Di3 . Ni]

3 ∑Xi
𝐷𝑣 = √
𝑋𝑖
𝑐∑
𝑐. 𝐷𝑖 3

Keterangan:
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)
c = konstanta partikel
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan :


Alat Yang Digunakan :
a. Alat Screening
b. Kuas
c. Neraca Digital
d. Koran
e. Wadah penmbangan
f. Batubara
2.2 Prosedur Kerja :
1. Menimbang sebanyak 350 g batubara yang telah dikecilkan dengan
menggunakan neraca digital.
2. Menyusun alat screening sesuai urutan nomer ayakan.
3. Memasukkan batubara yang telah ditimbang dan diperkecil ke dalam alat
screening.
4. Menutup dan merapatkan alat.
5. Mengatur kecepatan alat 30 rpm
6. Menunggu proses screening selama 1 menit.
7. Mengeluarkan dan menimbang jumlah batu bara yang lolos ataupun
tertinggal di setiap nomer ayakan.
8. Melakukan langkah yang sama dengan waktu selama 3 menit, 6 menit,
10 menit, dan 15 menit.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

III.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1 Data Variasi Waktu Putaran (menit) pada Kecepatan Putaran 30
rpm dengan Massa Batubara 350 gram

1 menit 3 menit 6 menit 10 menit 15 menit


No. Ayakan
Massa (g) Massa (g) Massa (g) Massa (g) Massa (g)

+8 32,28 32,63 35,7 32,00 31,53

-8+10 16,64 19,13 20,6 16,2 15,6

-10+12 51,84 52,04 51,46 41,16 39,5

-12+14 99,88 82,2 91,22 89,11 91,82

-14+16 26,95 35,55 27,77 37,82 39,97

-16+ 18 30,91 37,7 33,69 35,79 33,52

-18 91,45 90,71 89,49 97,76 97,96

Total Massa 349,95 349,96 349,93 349,84 349,9


Tabel 3.2. Data alat pengayak

No. Ayakan no (in)

8 0,0937

10 0,0787

12 0,0661

14 0,0555

16 0,0469

18 0,0394

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Pada Variasi Waktu Putaran

Fraksi Massa (Xi)


No. Ayakan Di Di² Di³
1 3 6 10 15
menit menit menit menit menit
+8 0,000 0,000 0,000 0,0922 0,0932 0,1020 0,0915 0,0901

-8 +10 0,086 0,007 0,001 0,0475 0,0547 0,0589 0,0463 0,0446

-10+12 0,072 0,005 0,000 0,1481 0,1487 0,1471 0,1177 0,1129

-12+14 0,061 0,004 0,000 0,2854 0,2349 0,2607 0,2547 0,2624

-14+16 0,051 0,003 0,000 0,0770 0,1016 0,0794 0,1081 0,1142

-16+18 0,043 0,002 0,000 0,0883 0,1077 0,0963 0,1023 0,0958

-18 0,000 0,000 0,000 0,2613 0,2592 0,2557 0,2794 0,2800

Total Fraksi Massa 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Tabel 3.4 Nilai C dan B

C 0,5233
B 3,1400
Tabel 3.5 C.Di² Pada Masing-Masing Waktu Xi/C.Di²
Xi/C.Di²
C.Di²
1 menit 3 menit 6 menit 10 menit 15 menit

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

0,0039 12,2280 14,0574 15,1389 11,9084 11,4654

0,0027 54,0012 54,2080 53,6084 42,8894 41,1526

0,0019 147,5323 121,4137 134,7483 131,6653 135,6462

0,0014 56,1351 74,0462 57,8464 78,8014 83,2668

0,0010 90,6469 110,5562 98,8052 104,9910 98,3151

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

Total 360,5434 374,2815 360,1472 370,2555 369,8461

Tabel 3.6 C.Di³ Pada Masing-Masing Waktu Xi/C.Di³


Xi/C.Di³
C.Di³
1 menit 3 menit 6 menit 10 menit 15 menit

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

0,0003 141,8558 163,0784 175,6248 138,1482 133,0088

0,0002 745,8730 748,7292 740,4479 592,3956 568,4065

0,0001 2426,5173 1996,9366 2216,2551 2165,5481 2231,0238

0,0001 1096,3885 1446,2152 1129,8126 1539,0892 1626,3047

0,0000 2100,7395 2562,1358 2289,8078 2433,1643 2278,4488

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

Total 6511,3743 6917,0952 6551,9483 6868,3454 6837,1927


Tabel 3.6 C.Di Pada Masing-Masing Waktu Xi.B/C.Di
Xi.B/C.Di
C.Di
1 menit 3 menit 6 menit 10 menit 15 menit

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

0,0451 3,3097 3,8049 4,0976 3,2232 3,1033

0,0379 12,2764 12,3234 12,1871 9,7503 9,3555

0,0318 28,1657 23,1793 25,7251 25,1365 25,8965

0,0268 9,0247 11,9043 9,2999 12,6687 13,3866

0,0226 12,2818 14,9794 13,3872 14,2253 13,3208

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

Total 65,0584 66,1913 64,6969 65,0041 65,0627

Tabel 3.7 Hasil TAAD, Dsurf, dan Dv Tiap Waktu

Waktu TAAD Dsurf Dv

1 menit (in) 0,0554 367,3019 23,1721

3 menit (in) 0,0541 381,8541 23,6437

6 menit (in) 0,0550 367,4194 23,2201

10 menit (in) 0,0539 377,0784 23,5880

15 menit (in) 0,0541 376,3918 23,5523

Tabel 3.8 Fraksi Pada Masing-Masing Mesh Tiap Waktu


Waktu x (-8+10) x (-10+12) x (-12+14) x (-14+16) x (-16+18) x (-18)
1 0,0475 0,1481 0,2854 0,0770 0,088 0,2613
3 0,0547 0,1487 0,2349 0,1016 0,1077 0,2592
6 0,0589 0,1471 0,2607 0,0794 0,0963 0,2557
10 0,0463 0,1177 0,2547 0,1081 0,1023 0,2794
15 0,0446 0,1129 0,2624 0,1142 0,0958 0,2800
III.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum screening ini bertujuan untuk menguasai cara-cara


menetukan ukuran partikel, mampu menganalisis data ukuran partikel
menggunakan screen shaker, dan mampu mengevaluasi hasil analisis ayakan.
Pada praktikum kali ini cara menentukan ukuran partikel adalah dengan
menggunakan alat screen shaker yaitu merupakan ayakan bertingkat yang
digetarkan dengan nomor ayakan dari atas berturut-turut dari nomor
8,10,12,14,16,18 dan wadah dasar. Dimana partikel yang akan ditentukan
ukurannya adalah batu bara. Proses pengayakan dilakukan selama 1 menit, 3
menit, 6 menit, 10 menit, dan 15 menit dengan nilai amplitudo 30 rpm.
Analisis ukuran partikel yang dilakukan adalah TAAD, Dsurf, dan Dv,.
Dari hasil analisis nilai TAAD (True Arithmatic Diameter), Dsurf (Mean Surface
Diameter), dan Dv (Mean Volume Diameter), diperoleh nilai TAAD terbesar pada
waktu 1 menit, Dsurf pada waktu 3 menit, dan Dv pada waktu 3 menit.

Dari hasil praktikum pengayakan pada masing-masing ayakan dengan


variasi waktu diperoleh fraksi yang bervariasi pula. Jika ditotal fraksi massa total
sebesar kurang dari 1 pada masing-masing waktu, sehingga dapat dikeahui bahwa
ada massa yang terjatuh atau hilang. Adanya massa yang hilang atau terjatuh
mengakibatkan grafik yang dihasilkan tidak ideal. Hasil analisis diperoleh jika
semakin besar no mesh ayakan maka partikel yang tertahan diatasnya (oversize)
semakin sedikit.

Hubungan proses pengayakan terhadap waktu adalah semakin lama waktu


pengayakan maka semakin banyak massa yang lolos pada masing-masing nomor
ayakan. Tetapi pada tabel 3.6 telihat bahwa hasil ayakan selama 15 menit yang
lolos nomor ayakan 8, 10, 12, 14 lebih sedikit dibandingkan hasil ayakan 1 menit,
sedangkan pada waktu 15 menit yang lolos nomor ayakan 16 dan 18 lebih banyak
daripada waktu 1 menit. Penyebabnya dapat dikarenakan adanya massa batu bara
yang terjatuh atau hilang selama proses pengayakan berlangsung. Hal ini
mengakibatkan grafik yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai TAAD terbesar pada waktu 1 menit, Dsurf pada waktu 3 menit, dan Dv
pada waktu 3 menit.
2. Fraksi massa total sebesar kurang dari 1 pada masing-masing waktu, sehingga
dapat dikeahui bahwa ada massa yang terjatuh atau hilang.
3. Adanya massa yang terjatuh atau hilang selama proses pengayakan
mengakibatkan grafik yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009.Berat Jenis. Dalam : http://fredi-36a1.blogspot.com/2009/11/berat-


jenis.html. diakses pada: 03 April 2013. 21.15 WITA.
Arifin, Z., ST, M.Eng. 2009. Modul Ajar Perlakuan Mekanik Th. 2012-2013.
Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda
Mahlifati R. A, Hafiidh, H.S.N, dan Purbandari, P. 2012. Hubungan Ukuran
Partikel dan Pengayakan. Dalam:http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.co
m/2012/05/23/hubungan-ukuran-partikel-dan-pengayakan/. Diakses pada:
Senin, 1 April 2013 21:04.
McCabe,Warren L,dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat.
Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.
Parrot, L.E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish: Burgess Publishing
Company.
Prabowo, H., 2009. Tugas Perlakuan Mekanik “Neraca Bahan Pada
Pengayakan”. Padang : Akademi Teknologi Industri Padang.
LAMPIRAN

Kurva fraksi massa vs waktu

Fraksi Massa

0.3000

0.2500
Series1
0.2000 Series2
Series3
0.1500
Series4
0.1000 Series5
Series6
0.0500

0.0000
0 5 10 15 20

Waktu pengayakan (menit)

Anda mungkin juga menyukai