DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2A
1. Dina Lestari
2. Kaisar Kadafi
3. M. Chandra
4. Resti Amelia
5. Yasmin Alyazahra
Kelas : 3KB
Dosen Pengampu : Adi Syakdani S.T,. M.T
LABORATORIUM SATUAN OPERASI 1
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2020/2021
GRINDING AND SIEVING
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memisahkan partikel-partikel berdasarkan ukuran fraksi-fraksi yang diinginkan dari
suatu material hasil proses penghancuran (grinding)
2. Menghitung diameter partikel rata-rata
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Crusher
2. Satu set alat ayakan tyler ukuran 2.00, 1.40, 1.00, 0.65,0.355,0.200 dan wadah
3. Jagung
Size reduction adalah salah satu operasi untuk memperkecil ukuran dari suatu padatan
dengan cara memecah, memotong, atau menggiling bahan tersebut sampai didapat ukuran yang
diinginkan
Grinding atau penghancuran adalah Proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan
dari bentur besar/kasar diubah menjadi bentuk yang lebih kecil. atau disebut juga proses
pemecahan atau penggilingan. Pengayakan (sieving) merupakan salah satu metode pemisahan
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pengayakan biasanya dilakukan terhadap material
yang telah mengalami proses penghancuran (grinding). Partikel yang lolos melalui ukuran
saring tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan diatas saringan tertentu
diatas saringan disebut oversize. Bebarapa ayakan yang sering digunakan atara lain :
1. Grizzly, merupakan jenis ayakan dimana material yang diayak mengikuti aliran pada
posisi kemiringan tertentu.
2. Vibrating screen, ayakan dinamis dengan permukaan horizontal dan miring, digerakkan
pada frekuensi 1000 – 7000 Hertz. Satuan kapasitas tinggi dengan efisiensi pemisahan
yang baik, digunakan untuk interval ukuran partikel yang luas.
3. Oscillating screen, ayakan dinamis pada frekuensi yang lebih rendah dari vibrating screen
(100 – 400 Hz) dengan waktu yang lebih lama, lebih linier dan tajam.
4. Recipracating screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakan mengoyangkan,
pantulan yang panjang (20 – 200 Hz).
5. Shifting screen, ayakan dinamis yang dioperaiskan dengan gerakan memutar dalam
bidang permukaan ayakan. Gerakan aktual dapat berupa putaran atau getaran memutar.
Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering.
6. Revolving screen, ayakan dinamis dengan posisi miring, berotasi pada kecepatan rendah
(10 – 20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material – material relatif kasar.
Secara umum tujuan dari size reduction atau pemecah atau pengecilan ukuran adalah
sebagai berikut :
2. Memecahkan bagian dari mineral atau kristal dari persenyawaan kimia yang terpaut
dalam padatan tertentu
Beberapa cara untuk memeperkecil ukuran zat padat dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara berkut :
1. Kompresi tekanan)
2. Impak (pukulan)
3. Atrisi (gesekan)
4. Pemotongan
Kompresi umumnya digunakan utnuk pemecahan kasar zat padat keras, dengan
menghasilkan relatif sedikit halusan. Pukulan menghasilkan hasil yang berukuran kasar, sedang
dan halus.Berdasarkan ukuran zat padat yang akan dikecilkan (umpan), maka
peralatan pemecah atau pengecilan ukuran dibedakan atas
1. Pemecah kasar, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran umpan antara 2 sampai 96
inchi
3. Pemecah halus , yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran 0,25 sampai 0,5 inchi
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan
penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Pada
proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak. Partikel
yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan
ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak
lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe, 1999, halaman 386). Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan]
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
1. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa proses
berikutnya.
2. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan (Primary crushing)
atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali
proses peremukan tahap berikutnya (secondary crushing).
3. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
4. Mencegah untuk masuknya suatu partikel yang bersifat undersize ke permukaan.
Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat
optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan
basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran
35 in.
1. Plat yang berlubang (punched plate, bahan dapat berupa baja ataupun karet keras.
2. Anyaman kawat (woven wire), bahan dapat berupa baja, nikel, perunggu, tembaga, atau
logam lainnya.
3. Susunan batangan logam, biasanya digunakan batang baja (pararel rods).
Sistem bukaan dari permukaan ayakan juga bervariasi, seperti bentuk lingkaran, persegi
ataupun persegi panjang. Penggunaan bentuk bukaan ini tergantung dari ukuran,
karakteristik material, dan kecepan gerakan screen.
1. Stationary screen
2. Dynamic screen.
Beberapa alat ayakan :
1. Stationary
2. Grizzly
3. Vibrating
4. Oscillating
5. Reciprocating
6. Tromel/Revolving
Diameter partikel
Diameter partikel dapat diukur dengan berbagai cara. Untuk partikel berukuran
besar (> 5 mm) dapat diukur secara langsung dengan menggunakan mikrometer standar.
Ukuran partikel yang sangat halus diukur dengan menggunakan ukuran ayakan standar.
Ukuran ayakan dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu dengan ukuran mesh (jumlah
lubang dalam inchi kuadrat) dan dengan ukuran actual dari bukaan ayakan dengan ukuran
partikel besar ( dalam mm atau inchi). Ada beberapa standar dalam penggunaan ukuran
ayakan tetapi yang penting adalah memperoleh standar tertentu dalam penentuan ukuran
partikel yang kita kehendaki. Tabel dibawah ini menunjukkan daftar nomor mesh yang
bersesuaian untuk ayakan baku tyler.
Table 1. Ayakan tyler
Ukuran mesh Inchi Millimeter
3 0,263 6,680
4 0,185 4,699
6 0,131 3,327
8 0,093 2,362
10 0,065 1,651
14 0,046 1,168
20 0,0328 0,833
28 0,023 0,0589
35 0,0164 0,417
48 0,0116 0,295
65 0,0082 0,208
100 0,0058 0,147
150 0,0041 0,104
200 0,0029 0,074
270 0,0021 0,053
400 0,0015 0,083
Diameter rata-rata partikel antar ayakan berdasarkan ayakan tyler, missal partikel
lolos melalui ayakan 150 mesh tetapi tertahan pada 200 mesh dituliskan -150+200 mesh.
Berikut ini tabel diameter partikel rata-rata penentuan ayakan tyler.
Tabel 2. Diameter partikel rata-rata berdasarkan ayakan tyler.
Ukuran ayakan Diameter partikel Dp
(mesh) (inchi)
-10+14 0,0555
-14+20 0,0394
-20+28 0,0280
-28+35 0,0198
-35+48 0,0140
-48+65 0,0099
-65+100 0,0070
-100+150 0,0050
-150+200 0,0035
Pada sieving dikenalistila mesh yaitu jumlah bukaan setiap ayakan tiap 1 inchi
panjang kawat ayakan. Sedangkan standar ayakan yang paling umum digunakan adalah
standar tyler dimana diameter kawat yang digunakan untuk setiap ayakan dapat diliahat
direferensi lain. Ayakan dengan ukuran standar 200 mesh, berarti bahwa setiap inchi
panjang kawat ayakan terdapat 200 bukaan ayakan.
Khusus untuk sampel yang mengandung partikel-partikel yang sangat lembut,
maka waktu ayak dapat dikurangi dengan air jet sieve. Dalam hal ini sampel ditiup
dengan udara kering dan alir udara yang terjadi yang mengandung partikel-partikel
lembut dilewatkan kebidang ayak. Pada sampel- sampel tetentu dapat juga dilewatkan
melalui suatu cairan tertentu.
Microscopy Analysis
Metoda pengukluran ini merupakan metoda yang lebih teliti dari metoda lain dan
bias secara langsung memberikan informasi, tidak hanya tentang ukuran partikel tetapi
juga tentang bentuk, struktur, dan permukaan dari partikel.
Penentuan ukuran partikel dengan optical microscopy bias mendeteksi partikel-
particel hingga 0,001 mm. meskipun begitu ketajanman gambar yang dihasilkan tidaklah
begitu bagus. Karena tidak untuk partikel-partikel yang berukuran kecil dipakai electon
microscopy. Dengan metoda ini pengukuran dan perhitungan jumlah partikel dapat
dilakukan dengan bantuan suatu projection microscopy atau kamera. Untuk
mempermudah perhitungan jumlah partikel maka telah dikembangkan suatu alat
penghitung partikel yang bekerja secara otomatis.
Metoda Lain
Selain metoda-metoda yang telah disebut diatas, masih terdapat beberapa metoda
lain seperti particle size analysis dengan ultrasonic, holography, diffraction spectrum.dan
lain-lain.
Distribusi Partikel
Untuk mendapat luas permukaan kelompok partikel, maka harus ditetapkan
beberapa ukuran partikel dalam suatu distribusi ukuran partikel. Untuk itu akan dibahas
suatu contoh dari sieve analisis beserta perhitungannya.
Probability Percentage, P%
Supaya nilai oversize product diperoleh, OP pada setiap bidang ayak tidak
tergantung dari massa sampel, M maka didefinisikan suatu oversize product percentage
(OP%) yaitu hasil bagi antara OP dengan M. Hasil perhitungan kemudian digambarkan
dalam suatu histogram, dimana selisih lebar dp dari dua lubang bidang ayak yang
bertetangga disebut size inteval.
Untuk mendapat kurva frekuensi ukuran partikel dari setiap size interval yang
tidak tergantung dari pemilihan mesh bidang ayak (jumlah lubang ayak tiap inci, maka
OP% dibagi dengan dp. Sehingga didapatkan suatu probability percentage (P%) dari
setiap size interval ke-i sebagai berikut :
OP1
p%i=
M . Δdpi …………………………………………….(1)
P%i tersebut berlaku untuk setiap size interval, sehingga kurang dapat
mempersentasekan sehingga semua kemungkinan ukuran partikel yang ada pada sampel.
Jika diiginkan, suatu probability percentage, P% yang berlaku untuk sembarang size
interval, dp logikanya harus digunakan bidang ayak yang berbeda secara infinitesimal.
Dengan demikian pada setiap bidang ayak akan terdapat oversoze product infinitesimal d
(DP). Dengan demikian pada setiap bidang ayak akan terdapat oversize product.
Infinitesimal d (OP) sehingga persamaan berubah :
d (OP)
p%i=
M . d (dp )i …………………………………………….(2)
Tentu saja tidak ada suatu sieve analisis yang menggunakan bidang ayak dengan
jumlah tak terhingga. Karena itu harus ditemukan satu cara untuk menentukan probability
percentage P% dengan menggunakan bidang ayak yang lebih sedikit. Dengan alasan
tersebut, maka dapat didefinisikan cumulative percentage, C%OP atau C%UP yang
dihitung mulai dari bidang ayak paling atas (bawah) hingga bidang ayak yang
dibicarakan, yang mana berarti jumlah percentage partikel berukuran lebih besar (lebih
kecil) daripada lebar kawat pada bidang ayak yang dibicarakan.
Dengan n adalah nomor bidang ayak yang dihitung dari atas, maka secara umum
cumulative percentage, C%OP ditentukan dengan rumus :
i
C %OPi=∑ OP %i
1 …………………………………………….(3)
Untuk undersize product, cumulative percentage, C%UP ditentukan dengan rumus :
d (C % OP)
P2 %=−
d (dp ) …………………………………………….(4)
Pada proses pengayakan, bahan dibagi bahan kasar yang tertinggal (hasil atas) dan
bahan lebih halus yang lolos melalui ayakan (hasil bawah). Bahan yang tertinggal
hanyalah partikel yang berukuran yang lebih besar daripada lubang ayakan, sedangkan
bahan yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang itu. Dalam praktek seringkali
terjadi penyimpangan dari keadaan ideal ini. Penyimpangan dapat dinyatakan dalam
efisiensi, yaitu perbandingan antara jumlah bahan yang lolos dalam kenyataannya dan
jumlah bahan yang lolos secara teoritik efisiensi selalu lebih kecil dari satu atau kurang
dari 100%
Analisis Ayak
Δ . APi = n . π . dPi2
Luas permukaan total dari seluruh size interval didapatkan dengan cara
menjumlahkan semua luas permukaan setiap size interval yang dihitung berdasarkan
rumes di atas tetapi karena nilai dpi, pada saat interval tidak diketahui. Maka luas
permukaan hanya merupakan suatu nilai pendekatan yang kasar. Kesalahan yang ada
dapat dikurangi jika lebar size interval dipilih sangat kecil. Jika dihubungkan dengan size
analisis maka artinya harus digunakan ayakan dalam jumlah yang sangat banyak.
Kesalahan ini akan benar-benar hilang, jika secara teoritis digunakan lebar size interval
yang berbeda secara infinitesimal (tidak terhingga). Itu berarti OP pada size interval akan
menyusut menjadi dOP sedangkan luas permukaannya menjadi d AB sebesar :
6 . dOP
d AB = ρ . dp
Mesin Giling
Istilah penggiling atau mesin giling memberikan berbagai jenis mesin
pemecah-penghalus dengan tugas menengah. Hasil dari mesin pemecah biasanya
dimasukkan ke dalam mesin giling, dimana umpan itu digiling sampai menjadi serbuk.
Jenis utama mesin giling antara lain :
1. Mesin tumbuk palu kecepatan tinggi yang dilengkapi dengan klasifikasi dalam atau
luar.
2. Mesin giling energi fluida
3. Mesin giling aduk
Mesin Potong
Dalam beberapa masalah pengecilan, bahan yang terlalu liat atau terlalu sulit
pecah dengan kompresi, impak dan atrisi dimana umpan tersebut harus dipotong menjadi
partikel-partikel dengan dimensi tertentu. Bahan-bahan tersebut hanya dapat ditangani
dengan menggunakan mesin potong meliputi, mesin potong putar dan glanulator.
IV. LANGKAH KERJA
2. Mengancurkan jagung
3. Melakukan pengayakan
b. Percobaan 2
c. Percobaan 3
d. Percobaan 4
e. Percobaan 5
Ukuran
Massa Sampel Dpi Mean Fraksi Xi. Dpi
Ayakan Fraksi Xi
(Gr) (Mm) Komulatif Mean
(Mm)
2 95,36 0,3445 1,00 1,000 0,3445
1,4 89,2 0,3222 1,70 0,6555 0,5477
1,0 35,03 0,1265 1,20 0,3333 0,1513
0,63 40,21 0,1452 0,815 0,2068 0,1183
0,355 14,41 0,0521 0,4925 0,1616 0,0256
0,20 1,82 0,0197 0,2775 0,1095 0,0054
Wadah 0,15 0,0005 0,100 0,0898 0,0005
Total 276,78 1,0107 5,585 2,5565 1,1933
Percobaan 2
Ukuran
Massa Sampel Dpi Mean Fraksi Xi. Dpi
Ayakan Fraksi Xi
(Gr) (Mm) Komulatif Mean
(Mm)
2 82,29 0,2976 1,00 1,000 0,2976
1,4 95,45 0,3452 1,70 0,7024 0,5868
1,0 37,49 0,1356 1,20 0,3572 0,1027
0,63 38,37 0,1387 0,815 0,2216 0,1130
0,355 19,22 0,0695 0,4925 0,0829 0,0342
0,20 3,16 0,01143 0,2775 0,0134 0,0031
Wadah 0,48 0,0017 0,100 0,002 0,0017
Total 276,46 0,99833 5,585 2,3795 1,1375
Percobaan 3
Ukuran
Massa Sampel Dpi Mean Fraksi Xi. Dpi
Ayakan Fraksi Xi
(Gr) (Mm) Komulatif Mean
(Mm)
2 57,62 0,2086 1,00 1,000 0,2056
1,4 105,9 0,3835 1,70 0,7944 0,6480
1,0 44,33 0,1605 1,20 0,4132 0,1939
0,63 40,94 0,1482 0,815 0,2516 0,1212
0,355 23,6 0,0854 0,4925 0,1028 0,0432
0,20 3,18 0,0115 0,2775 0,015 0,0031
Wadah 0,57 0,0020 0,100 0,0035 0,0027
Total 276,14 0,9995 5,585 2,5805 1,2177
Percobaan 4
Ukuran
Massa Sampel Dpi Mean Fraksi Xi. Dpi
Ayakan Fraksi Xi
(Gr) (Mm) Komulatif Mean
(Mm)
2 56,72 0,2056 1,00 1,000 0,2056
1,4 105,16 0,3812 1,70 0,7944 0,6480
1,0 44,74 0,1616 1,20 0,4132 0,1939
0,63 41,05 0,1488 0,815 0,2516 0,1212
0,355 24,22 0,0878 0,4925 0,1028 0,0432
0,20 3,18 0,0115 0,2775 0,015 0,0031
Wadah 0,75 0,0027 0,100 0,0035 0,0027
Total 275,82 0,9992 5,585 2,5805 1,2177
Percobaan 5
Ukuran
Massa Sampel Dpi Mean Fraksi Xi. Dpi
Ayakan Fraksi Xi
(Gr) (Mm) Komulatif Mean
(Mm)
2 55,98 0,2035 1,00 1,000 0,2035
1,4 104,34 0,3793 1,70 0,7965 0,6756
1,0 44,35 0,1613 1,20 0,4172 0,1934
0,63 41,46 0,1507 0,815 0,256 0,1225
0,355 24,47 0,0889 0,4925 0,1053 0,0437
0,20 3,69 0,0134 0,2775 0,0164 0,0037
Wadah 0,79 0,0028 0,100 0,003 0,0028
Total 275,08 0,9998 5,585 2,5944 1,2452
VI. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Fraksi
a. Percobaan 1 19,22 gr
X1 = = 0,0695
276,46 gr
Ayakan Ukuran 2,00 Ayakan Ukuran 0,200
95,36 gr 3,16 gr
X1 = = 0,3445 X1 = = 0,01143
276,78 gr 276,46 gr
Ayakan Ukuran 1,40 Wadah
89,2 gr 0,48 gr
X1 = = 0,3222 X1 = = 0,0017
276,78 gr 276,46 gr
Ayakan Ukuran 1,00
35,03 gr c. Percobaan 3
X1 = = 0,1265
276,78 gr
Ayakan Ukuran 2,00
Ayakan Ukuran 0,63
57,62 gr
40,21 gr X1 = = 0,2086
X1 = = 0,1452 276,14 gr
236,78 gr
Ayakan Ukuran 1,40
Ayakan Ukuran 0,355
105,9 gr
14,41 gr X1 = = 0,3835
X1 = = 0,0521 276,14 gr
276,78 gr
Ayakan Ukuran 1,00
Ayakan Ukuran 0,200
44,33 gr
1,82 gr X1 = = 0,1605
X1 = = 0,0197 276,14 gr
276,78 gr
Ayakan Ukuran 0,63
Wadah
40,94 gr
0,15 gr X1 = = 0,01482
X1 = = 0,0005 276,14 gr
276,78 gr
Ayakan Ukuran 0,355
b. Percobaan 2 23,6 gr
X1 = = 0,0854
276,14 gr
Ayakan Ukuran 2,00 Ayakan Ukuran 0,200
82,29 gr 23,6 gr
X1 = = 0,2976 X1 = = 0,0854
276,46 gr 276,14 gr
Ayakan Ukuran 1,40 Wadah
95,45 gr 0,57 gr
X1 = = 0,3452 X1 = = 0,0020
276,46 gr 276,14 gr
Ayakan Ukuran 1,00
37,49 gr d. Percobaan 4
X1 = = 0,1356
276,46 gr
Ayakan Ukuran 2,00
Ayakan Ukuran 0,63
56,72 gr
38,37 gr X1 = = 0,2056
X1 = = 0,1387 275,82 gr
276,46 gr
Ayakan Ukuran 1,40
Ayakan Ukuran 0,355
105,16 gr 55,98 gr
X1 = = 0,3812 X1 = = 0,0280
275,82 gr 275,08 gr
Ayakan Ukuran 1,00 Ayakan Ukuran 1,40
44,74 gr 104,34 gr
X1 = = 0,1616 X1 = = 0,3793
275,82 gr 275,08 gr
Ayakan Ukuran 0,63 Ayakan Ukuran 1,00
44,74 gr 104,34 gr
X1 = = 0,1488 X1 = = 0,0,1612
275,82 gr 275,08 gr
Ayakan Ukuran 0,63
41,46 gr
X1 = = 0,1507
Ayakan Ukuran 0,355 275,08 gr
24,22 gr Ayakan Ukuran 0,355
X1 = = 0,0878
275,82 gr 24,47 gr
X1 = = 0,0889
Ayakan Ukuran 0,200 275,08 gr
3,18 gr Ayakan Ukuran 0,200
X1 = = 0,0115
275,82 gr 3,69 gr
X1 = = 0,0134
Wadah 275,08 gr
0,75 gr Wadah
X1 = = 0,0027
275,82 gr 0,79 gr
X1 = = 0,0028
275,08 gr
e. Percobaan 5
a. Percobaan 1
1. Ayakan 1,40 mm
= 1 – 0,3445 = 0,6555
2. Ayakan 1,00 mm
= 0,6555 – 0,3222 = 0,3333
3. Ayakan 0,63 mm
= 0,3333 – 0,1265 = 0,2068
4. Ayakan 0,355 mm
= 0,2068 – 0,1452 = 0,1616
5. Ayakan 0,20 mm
= 0,1616 – 0,0521 = 0,1095
6. Wadah
= 0,1095 – 0,0197 = 0,0898
b. Percobaan 2
1. Ayakan 1,40 mm
= 1 – 0,2976 = 0,7024
2. Ayakan 1,00 mm
= 0,7024 – 0,3452 = 0,3572
3. Ayakan 0,63 mm
= 0,3572 – 0,1356 = 0,2216
4. Ayakan 0,355 mm
= 0,2216 – 0,1387 = 0,0829
5. Ayakan 0,20 mm
= 0,0829 – 0,0695 = 0,0134
6. Wadah
= 0,0134 – 0,0114 = 0,002
c. Percobaan 3
1. Ayakan 1,40 mm
= 1 – 0,2086 = 0,7914
2. Ayakan 1,00 mm
= 0,7914 – 0,3835 = 0,4079
3. Ayakan 0,63 mm
= 0,4079 – 0,1605 = 0,2474
4. Ayakan 0,355 mm
= 0,2474 – 0,1482 = 0,0992
5. Ayakan 0,20 mm
= 0,0992 – 0,0854 = 0,0138
6. Wadah
= 0,0138 – 0,0115 = 0,0023
d. Percobaan 4
1. Ayakan 1,40 mm
= 1 – 0,2056 = 0,7944
2. Ayakan 1,00 mm
= 0,7944 – 0,3812 = 0,4132
3. Ayakan 0,63 mm
= 0,4132 – 0,1616 = 0,2516
4. Ayakan 0,355 mm
= 0,2516 – 0,1488 = 0,1028
5. Ayakan 0,20 mm
= 0,1028 – 0,0854 = 0,0138
6. Wadah
= 0,0138 – 0,0115 = 0,0023
e. Percobaan 5
1. Ayakan 1,40 m
= 1 – 0,2035 = 0,7965
2. Ayakan 1,00 mm
= 0,7965 – 0,3793 = 0,4172
3. Ayakan 0,63 mm
= 0,4172 – 0,1612 = 0,256
4. Ayakan 0,355 mm
= 0,256 – 0,1507 = 0,1053
5. Ayakan 0,20 mm
= 0,1053 – 0,0889 = 0,0164
6. Wadah
= 0,0164 – 0,0134 = 0,003
4. Perhitungan Xi.Dpi mean
a. Percobaan 1
1. Ayakan 2,00 mm
= 0,3445 x 1,000 = 0,3445
2. Ayakan 1,40 mm
= 0,3222 x 1,70 = 0,5477
3. Ayakan 1,00 mm
= 0,1265 x 1,20 = 0,1513
4. Ayakan 0,63 mm
= 0,1452 x 0,815 = 0,1183
5. Ayakan 0,355 mm
= 0,0521 x 0,4925 = 0,0256
6. Ayakan 0,20 mm
= 0,0197 x 0,2775 = 0,0054
7. Wadah
= 0,005 x 0,1000 = 0,0005
b. Percobaan 2
1. Ayakan 2,00 mm
= 0,2972 x 1,000 = 0,2976
2. Ayakan 1,40 mm
= 0,3452 x 1,70 = 0,5868
3. Ayakan 1,00 mm
= 0,1356 x 1,20 = 0,1027
4. Ayakan 0,63 mm
= 0,1387 x 0,815 = 0,1130
5. Ayakan 0,355 mm
= 0,0695 x 0,4925 = 0,0342
6. Ayakan 0,20 mm
= 0,01143 x 0,2775 = 0,0031
7. Wadah
= 0,0017 x 0,1000 = 0,0017
c. Percobaan 3
1. Ayakan 2,00 mm
= 0,2086 x 1,000 = 0,2086
2. Ayakan 1,40 mm
= 0,3835 x 1,70 = 0,6519
3. Ayakan 1,00 mm
= 0,1605 x 1,20 = 0,1920
4. Ayakan 0,63 mm
= 0,1482 x 0,815 = 0,1207
5. Ayakan 0,355 mm
= 0,0854 x 0,4925 = 0,0420
6. Ayakan 0,20 mm
= 0,0115 x 0,2775 = 0,0031
7. Wadah
= 0,0020 x 0,1000 = 0,0002
d. Percobaan 4
1. Ayakan 2,00 mm
= 0,2056 x 1,000 = 0,2056
2. Ayakan 1,40 mm
= 0,3812 x 1,70 = 0,6480
3. Ayakan 1,00 mm
= 0,1616 x 1,20 = 0,1939
4. Ayakan 0,63 mm
= 0,1488 x 0,815 = 0,1212
5. Ayakan 0,355 mm
= 0,0878 x 0,4925 = 0,0432
6. Ayakan 0,20 mm
= 0,0115 x 0,2775 = 0,0031
7. Wadah
= 0,0027 x 0,1000 = 0,00027
e. Percobaan 5
1. Ayakan 2,00 mm
= 0,2035 x 1,000 = 0,2035
2. Ayakan 1,40 mm
= 0,3793 x 1,70 = 0,6756
3. Ayakan 1,00 mm
= 0,1612 x 1,20 = 0,1934
4. Ayakan 0,63 mm
= 0,1507 x 0,815 = 0,1225
5. Ayakan 0,355 mm
= 0,0889 x 0,4925 = 0,0437
6. Ayakan 0,20 mm
= 0,0134 x 0,2775 = 0,0037
7. Wadah
= 0,0028 x 0,1000 = 0,00028
Percobaan kali ini berjudul grinding and sieving atau penghancuran dan pengayakan.
Pada percobaan ini kami menggunakan jagung sebagai sample, kami menggunakan jagung
seberat 300 gram yang kemudian dihancurkan dengan crusher sampai halus. Setelah
digrinding sampel di lakukan proses pengayakan dengan satu set ayakan tyler atau ayakan
tipe getar(vibrating screen) yang bertujuan untuk memisahkan partikel jagung berdasarkan
ukuran tertentu fraksi-fraksi yang diinginkan sehingga didapatkan diameter partikel rata-rata
yang diinginkan. Sebelumnya sampel jagung dikeringkan agar kandungan air dalam jagung
hilang sehingga tidak menyumbat lubang-lubang pada ayakan. Ayakan disini satu set muali
dari ukuran 2.00 mm, 1.40 mm, 1.0 mm, 0.63 mm, 0.355 mm, 0.200 mm dan wadah/nampan
dibagian paling bawah.
Pada proses pengayakan diatur lama waktu pengayakan selama 5 menit dengan kecepatan
40 rpm, percobaan ini kami lakukan sebanyak 5 kali pengayakan. Gerakan dari alat vibrator
mengakibatkan sampel jagung bergerak gerak diatas permuka ayakan lalu berdesak-desakan
melewati dan melalui lubang ayakan kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi permukaan
ayakan atau melalui pergeseran material yang diayak. Pengayakan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya
1. Jumlah lubang ayakan
2. Ukuran partikel
3. Diameter lubang ayakan
4. Celah dan interval ayakan
5. Kapasitas ayakan
6. Dan variabel dalam proses pengayakan
Getaran yang ditimbulkan dengan kecepatan 40 rpm cukup kuat. Perlakuan dan variasi
waktu menunjukkan semakin lama waktu maka semakin banyak partikel yang lolos dari
ayakan juga semakin besar frekwensi getaran juga semakin banyak partikel yang lolos dan
semakin kecil diamter partikel rata-rata yang dihasilkan. Dari percobaan kami yang awalnya
memasukkan 300 gram jagung didapat jumlah sampel rata-rata sebesar 276,056 gram.
Dengan gram jagung yang hilang sebesar 23,944 gram dikarenakan jatuhnya beberapa
partikel jagung saat proses penimbangan.
VIII. KESIMPULAN
1. Grinding merupakan proses pengurangan ukuran partikel bahan dari bentuk kasar
menjadi lebih halus
2. Sieving merupakan metode pemisahan partikel dengan ukuran tertentu melalui
pengayakan
3. Semakin besar frekwensi getaran dan waktu yang digunakan, maka semakin kecl
diameter rata-rata partikel yang dihasilkan
4. Semakin lama waktu pengayakan maka semakin banyak jumlah parttikel yang lolos saat
proses pengayakan
5. Semakin tinggi kecepatan putar maka semakin kuat getaran yang dihasilkan sehingga
semakin banyak partikel yang lolos
DAFTAR PUSTAKA