PARAF ASST. :
NO. PRAKTIKAN :
ASSISTEN :
AYAKAN (SIEVING)
I. PRINSIP PERCOBAAN
Salah satu metode paling sederhana yang digunakan untuk menentukan ukuran
partikel bahan adalah menggunakan metode pengayakan. Pengayakan adalah sebuah
cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus)
dan yang tertinggal diayakan (butir kasar). Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap
inchi linear.
Setelah bahan itu dipecah tentunya bahan tersebut mempunyai ukuran partikel
lebih kecil. Keseragaman ukuran dapat diperoleh melalui operasi ayakan, kemudian
bahan tersebut dianalisis dengan perlakuan memisahkannya secara mekanis. Salah satu
alat untuk menganalisis ukuran partikel yang telah menjadi ukuran kecil-kecil adalah
standar Ayakan Tyler.
Karakteristik Partikel Zat Padat
Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk dan
densitasnya. Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan bahan
bongkahan. Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat campuran,
misalnya bijih yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas, biasanya
mempunyai densitas yang berbeda dari bahan lindaknya. Untuk partikel yang bentuknya
beraturan, misalnya yang berbentuk bola dan kubus, ukuran dan bentuknya dapat
dinyatakan dengan mudah. Tetapi partikel yang bentuknya tidak beraturan (seperti butir-
butir pasir dan serpih mika),istilah “ukuran” (size) dan “bentuk” (shape) tidak begitu jelas
dan harus didefinisikan secara acak.
Bentuk Partikel
Bentuk setiap partikel dikarakteristikkan dengan sferisitas atau kebolaan
(Sphericity) φS , yang tidak bergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel berbentuk
bola dengan diameter Dp, ¼ = 1; untuk partikel yang tidak berbentuk bola, sferisitas
didefinisikan oleh hubungan :
Luas permukaan partikel-partikel itu ialah, dari pers. (1) dan (2)
Agar dapat mererapkan pers. (2) dan (3) terhadap partikel yang mempunyai
berbagai ukuran dan berbagai densitas, campuran itu dipilahkan menjadi fraksi-fraksinya,
masing-masing dengan densitas konstan dan ukuran yang mendekati konstan. Setiap
fraksi ini ditimbang, atau partikel-partikelnya dicacah atau diukur dengan salah satu cara
yang dapat digunakan. Pers. (2) dan (3) lalu dapat diterapkan terhadap setiap fraksi itu
dan hasilnya kemudian dijumlahkan.
Informasi dari analisis ukuran partikel didaftarkan untuk menunjukkan massa atau
jumlah fraksi yang terdapat didalam setiap tokokan atau pertambahan kecil (increment)
ukuran berbagai fungsi ukuran partikel rata-rata (atau jangkauan ukuran) di dalam
tokokan itu. Analisis yang ditabulasikan dengan cara demikian dinamakan analisis
differensial (differensial analysis). Hasilnya biasanya disajikan dalam bentuk histogram,
dengan menggunakan kurva kontinu sebagai pendekatan terhadap distribusi, seperti
ditunjukkan oleh garis putus-putus pada gambar itu. Cara kedua untuk menyajikan
informasi itu ialah dengan menggunakan analisis kumulatif (Cumulatif Analysis) yang
didapatkan dengan menjumlahkan tokokan-tokokan itu secara berurutan, mulai dari yang
mengandung partikel terkecil; lalu mendaftarkan atau memetakan jumlah kumulatif
tersebut terhadap diameter maksimum dari partikel yang terdapat di dalam tokokan itu.
Perhitungan mengenai ukuran partikel rata-rata, luas permukaan partikel, atau
populasi partikel itu di dalam campuran itu dapat dibuat berdasarkan analisis differensial
ataupun analisis kumulatif. Pada prinsipnya, metode yang didasarkan atas analisis
kumulatif lebih tepat daripada yang didasarkan atas analisis differensial; sebab, bila kita
menggunakn analisis kumulatif, kita tidak perlu lagi mengandaikan bahwa semua partikel
yang terdapat di dalam satu fraksi tertentu mempunyai ukuran yang sama. Namun, dilain
pihak ketelitian pengukuran besar partikel biasanya tidak memadai untuk kita
menggunakan analisis kumulatif, sehingga perhitungan itu hampir selalu didasarkan atas
analisis differensial saja.
Permukaan Spesifik Campuran
Jika densitas partikel ρp dan sferisitas φs diketahui, luas permukaan partikel
didalam setiap fraksi dapat dihitung dari pers. (3). Bila hasilnya untuk semua fraksi
dijumlahkan kita akan mendapatkan A, yaitu permukaan spesifik (specific surface),
artinya luas permukaan total per satuan massa partikel. Jika ρp dan φs adalah konstan, Aw
diberikan oleh :
Dimana:
subkrip = Masing-masing tokokan
Xi = Fraksi massa dalam setiap tokokan tertentu
N = Jumlah tokokan
Dpi = Diameter partikel rata-rata, diambil sebagai rata-rata aritmetik
dari diameter terkecil dan terbesar di dalam tokokan itu
Ukuran Partikel Rata-rata
Ukuran partikel rata-rata untuk campuran partikel didefinisikan menurut berbagai
cara. Barangkali yang paling lazim dipakai ialah diameter pukul-rata volume-permukaan
(volume-surface mean diameter)Dpi, yang dihubungkan dengan luas permukaan spesifik
Aw. Didefinisikan oleh :
Jika jumlah partikel di dalam setiap fraksi Ni diketahui, dan bukan fraksi
massanya. Kadang-kadang, digunakan rata-rata lain. Diameter pukul-rata-rata aritmetik
(arithmetic mean diameter) DN ialah :
Jika volume total contoh itu dibagi dengan jumlah partikel di dalam campuran
(lihat di bawah) kita dapatkan volume rata-rata setiap partikel. Diameter partikel itu ialah
diameter pukul-rata volume (volume mean diameter) Dv, yang didapatkan dari
hubungan:
Untuk contoh yang terdiri dari partikel seragam, diameter rata-rata, tentu saja
sama. Tetapi untuk campuran yang terdiri dari partikel berbagai ukuran, masing-masing
diameter rata-rata yang ada itu mungkin sangat berlainan satu sama lain.
Jumlah Partikel Di Dalam Campuran
Untuk menghitung, dari analisa differensial, jumlah partikel yang terdapat
didalam campuran, dapat kita gunakan pers. (2), yaitu persamaan untuk menghitung
jumlah partikel yang terdapat di dalam setiap fraksi. Kemudian Nw, yaitu populasi total
didalam suatu massa contoh, didapatkan dengan menjumlahkan senua fraksi. Untuk suatu
bentuk partikel tertentu, volume setiap partikel itu sebanding dengan “diameter”nya
pangkat tiga, atau
dimana a adalah faktor bentuk volume (volume shape factor). Dari pers.(2) dengan
mengandaikan bahwa a tidak bergantung pada ukuran, maka
Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam pengayakan tergantung
dari material yang akan dianalisa, anatara lain:
Cara pengayakan dalam metode ini, sampel terlempar ke atas secara vertikal dengan
sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi
pemisahan secara menyeluruh, pada saat yang bersamaan sampel yang terlempar keatas
akan berputar (rotasi) dan jatuh di atas permukaan ayakan, sampel dengan ukuran
yang lebih kecil dari lubang ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih
besar akan dilemparkan ke atas lagi dan begitu seterusnya. Sieve shaker modern
digerakkan dengan electro magnetik yang bergerak dengan menggunakan sistem
pegas yang mana getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan
kontrol waktu (Zulfikar, 2010).
1,189 kali ukuran ayak standar yang lebih kecil berikutnya. Namun biasanya ayak
antara ini tidak banyak dipakai.
Dalam melakukan analisis, seperangkat ayak standar disusun secara deret dalam
suatu tumpukan, dimana ayak denmgan anyaman paling rapat ditempatkan paling
bawah, dan yang anyamannya paling besar ditempatkan paling atas. Contoh yang
dianalisis lalu dimasukkan ke dalam ayak yang paling atas dan oengayak itu
diguncang secara mekanis selama beberapa waktu tertentu, misalnya selama 20
menit. Partikel yang tertahan pada setiap ayak dikumpulkan dan ditimbang, dan
massa pada setiap tokokan ayak itu dikonversikan menjadi fraksi massa atau persen
massa dari contoh keseluruhan. Setiap partikel yang dapat lulus dari ayak yang
terhalus dikumpulkan didalam suatu panci yang ditempatkan pada dasar susunan itu.
Hasil dari analisis ayak ditabulasikan untuk menunjukkan fraksi massa pada setiap
tokokan ayak sebagai fungsi dari jangkau ukuran mesh pada setiap tokokan itu. Oleh
karena partikel yang tertahan pada suatu ayak tertentu adalah yang lulus dari ayak
yang di atasnya, maka hanya diperlukan dua angka saja untuk menentukan jangkau
ukuran suatu tokokan; angka yang pertama berdasarkan ayak yang meluluskannya,
dan yang kedua ayak yang menahannya. Jadi, notasi 14/20 berarti “lulus dari 14
mesh dan tertahan oleh 20 mesh”.
ARANG AKTIF
a. Sifat Fisik
- Fase : Padat
- Massa jenis : 2,267 g/ cm3 (grafit) dan 3,513 g/ cm3 ( intan )
- Titik lebur : 4300-4700 K
- Titik didih : 4000 K
- Kalor peleburan : 100 kJ/mol ( grafit )dan 120 kJ/mol ( intan )
- Kalor penguapan : 355,8 kJ/mol
- Kapasitas kalor : 8,517 J/mol K (grafit) dan 6,115 J/mol K ( intan )
b. Sifat Kimia
Karbon sangat tak reaktif pada suhu biasa. Apabila karbon bereaksi, tidak ada
kecenderungan dari atom-atom karbon untuk kehilangan elektron-elektron terluar dan
membentuk kation sederhana seperti C4+. Ion ini akan mempunyai rapatan-rapatan
muatan begitu tinggi sehingga eksistensinya tidaklah mungkin.
Sifat kimia karbon antara lain sebagai berikut :
1. Karbon bereaksi langsung dengan Fluor, dengan reaksi sebagai berikut:
MSDS
No. Parameter Penjelasan
1. Identifikasi Bahaya