Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR DAN AKTIVITAS


SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN KUINON PADA SEL
KANKER

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :
Riefkyansyah; 1710412004; 2017

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena morbiditas
dan mortalitasnya tinggi, dengan insidensi pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta
kasus kanker baru dengan 9,6 juta kematian karena kanker (IARC, 2013). Pada
tahun 2008, biaya produktivitas yang hilang akibat kematian karena kanker adalah
sebesar 115,8 milliar dolar Amerika Serikat, dan tahun 2020, biaya ini
diperkirakan akan mencapai 895 miliar dolar Amerika Serikat (Bradley, et al.,
2008). Permasalahan utama dalam terapi kanker saat ini adalah selektivitas yang
rendah dan toksisitas tinggi. Oleh karena itu perlu digali dan dikembangkan obat
antikanker dengan selektivitas tinggi sekaligus toksisitas rendah, sehingga terapi
lebih efektif.
Kejadian kanker dikaitkan dengan pola ekspresi gen yang abnormal yang
menimbulkan kerusakan informasi genetik, sehingga fungsi normal yang
dilakukan sel terganggu (Harrington, 2011). Abnormalitas tersebut dapat berupa
penambahan nukleotida, perubahan jumlah kopi kromosom, dan perubahan pada
kinerja DNA (MacConaill dan Garraway, 2010), yang bisa mengenai onkogen
atau gen supresor tumor (Harrington, 2011). Gen-gen yang mengalami perubahan
meliputi gen yang sangat berperan penting dalam siklus sel, apoptosis, perbaikan
DNA, imortalisasi sel, angiogenesis, invasi dan metastasis (Zingde, 2001). Oleh
karena itu kanker disebut sebagai the disease of the genome (MacConaill dan
Garraway, 2010).
Salah satu upaya dalam pengembangan obat baru adalah dengan Analisis
Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas (HKSA) atau Quantitative Structure-
Activity Relationship (QSAR) sebagai panduan dan acuan dalam memodifikasi
senyawa yang potensial sebagai antikanker (Su, et al., 2011). Tujuannya adalah
untuk memprediksi aktivitas senyawa atau molekul tertentu dan mengetahui
pengaruh deskriptor molekul tersebut terhadap aktivitas biologisnya. Analisis
QSAR menjadi sarana yang tepat untuk mengaitkan aktivitas biologis suatu
senyawa antikanker dengan deskriptor fisikokimiawi molekulnya (Moorthy,
Ramos & Fernandez, 2011). Hasil kajian QSAR menghasilkan persamaan yang
menggambarkan bagian dari struktur kimia senyawa yang memberikan kontribusi
paling besar terhadap aktivitas biologis prediksi (secara teoritis dan perhitungan
komputer). Atas dasar ini maka dapat direkomendasikan struktur yang paling
potensial dan aman untuk disintesis dan dikembangkan lebih jauh. Salah satu
senyawa yang potensial untuk dikembangkan adalah senyawa Vitamin C.
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang
dapat larut dalam air. Nama kimia dari asam askorbat(2R)-2-[(1S)-
1,2dihydroxyethyl]-3,4-dihydroxy-2H-furan-5-one pubchem. Bentuk utama dari
asam askorbat adalah L-ascorbic dan dehydroascorbic acid.Vitamin C merupakan
vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali
manusia. Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat
penting untuk sintesis dari prekursor vitamin C, yaitu 2keto-1-gulonolakton,
sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri.

Gambar 2. 1 Struktur Kimia Vitamin C (Lee et al., 2004)


Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan
mudah rusak selama pemprosesan dan penyimpanan. Laju kerusakan meningkat
karena kerja logam, terutama tembaga dan besi dan kerja enzim. Enzim yang
mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang
efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim yang paling penting dalam
golongan ini adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase, dan
peroksidase. Hanya asam askorbat oksidase yang terlibat reaksi langsung antara
enzim, substrat, dan oksigen molekul. Enzim yang lain mengoksidasi vitamin
secara tidak langsung. Fenolase mengkatalis oksidasi mono- dan dihidroksi fenol
menjadi kuinon. Kuinon bereaksi langsung dengan asam askorbat. Sitokrom
oksidase mengoksidasi sitokrom dan bereaksi dengan asam L-askorbat.
Peroksidase bergabung dengan senyawa fenol menggunakan hidrogen perosida
untuk melakukan oksidasi.
Salah satu aktivitas farmakologis Vitamin C yang banyak diteliti akhir-akhir
ini adalah antikanker, yang ditandai dengan aktivitas sitotoksiknya, dan dikaitkan
dengan bentuk heterosiklik senyawa tersebut. Beberapa senyawa heterosiklik telah
terbukti bersifat antikanker, terutama dengan menginduksi apoptosis. Sifat
Vitamin C sebagai antikanker diperantarai oleh kemampuannya sebagai
antioksidan, baik melalui kelator logam, peredam radikal bebas, maupun inhibitor
peroksidasi lipid. Senyawa Vitamin C baik alami maupun sintetis juga sudah dan
sedang dikembangkan, dalam rangka menggali obat antikanker baru yang efektif.
Sifat-sifat inilah yang menyebabkan Vitamin C juga berperan sebagai
antiinflamasi.
dan memvariasikan rantai donor terhadap efisiensi penyerapan cahaya dan
menentukan pengaruh gugus pendorong dan juga gugus penarik elektron terhadap
efisiensi penyerapan cahaya serta menentukan pelarut yang efisien untuk
digunakan.

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Urgensi Penelitian

1.5 Kontribusi Penelitian terhadap Ilmu Pengetahuan

1.6 Luaran yang Diharapkan

1.7 Manfaat Penelitian


1. Untuk Peneliti
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi baru untuk
mengembangkan teknologi Dye Sensitized Solar Cells (DSSCs).
2. Untuk Perguruan Tinggi
Meningkatkan reputasi perguruan tinggi dari aspek publikasi ilmiah.
3. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sensitizer pada Dye
Sensitized Solar Cells (DSSCs) yang dapat dijadikan sebagai sumber
energi alternatif yang ekonomis dan ramah lingkungan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2 Peralatan yang digunakan
3.3 Struktur yang diamati
3.4 Prosedur penelitian

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai