Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PTK IV

ALIRAN FLUIDA

Disusun Oleh:
Aditya Pamungkas 2013430067
Endar Ade Candra 2013430079
Ghina Sumarti 2013430084
Jajang Rustandi R 2013430089
Muhamad Saehudin 2013430095
Rikfal Suryalaga 2012430085
Reni Rahayu 2013430102
Yulyansyah Susanto 2013430110

Jurusan Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016
ALIRAN FLUIDA

I. PRINSIP
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen. Aliran adalah cairan yang mengalir melalui pipa.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Menentukan hubungan pressure drop dengan kecepatan aliran
menggunakan suatu orificemeter dan venturimeter
2. Mengamati efek perubahan diameter orifice terhadap diameter pipa
dengan melihat penurunan tinggi tekan tekanan pada tiap orifice yang
digunakan.

III. TEORI PERCOBAAN


 FLUIDA
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen. Adanya usaha mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di
dalam fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan yang satu meluncur di atas
lainnya sehingga mencapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk
terdapat tegangan geser yang besarnya tergantung viscositas dan laju
luncur fluida. Jika keseimbangan tercapai semua tegangan geser akan
hilang.

Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran menurut dua cara
berlainan. Pada laju aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida
bertambah secara langsung berdasarkan kecepatan fluida tersebut,
sedangan pada laju aliran tinggi maka pertambahan itu jauh lebih cepat,
yaitu kira-kira menurut kuadrat kecepatan. Perbedaan kedua jenis aliran ini
pertama kali dipelajari oleh Osborne Reynolds (1883).

Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi


aliran jenis lain, dan menemukan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran
laminer berubah menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat buah
besaran, yaitu : diameter tabung, viskositas, densiti dan kecepatan linier
rata-rata zat cair.

Pada pengamatan selanjutnya ditunjukkan bahwa transisi dari aliran


laminer menjadi aliran turbulen dapat berlangsung pada kisaran angka
Reynolds yang cukup luas. Aliran laminer selalu ditemukan pada angka
reynolds di bawah 2100, tetapi bisa terdapat pada angka Reynolds sampai
beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang masuk tabung
sangat baik kebundarannya, dan zat cair di dalam tangki sangat tenang.

Pada kondisi aliran biasa, antara 2100 dan 4000, terdapat suatu daerah
transisi, dimana jenis aliran itu mungkin laminer dan mungkin pula
turbulen, tergantung pada kondisi di lubang masuk tabung dan jaraknya
dari lubang masuk tersebut.

Fluida biasa ditransportasikan di dalam pipa atau tabung yang


penampangnya bundar dan terdapat di pasaran dalam berbagai ukuran,
tebal dinding dan bahan konstruksi yang penggunaannya cepat dengan
kebutuhan prosesnya. Untuk menyambung potongan-potongan pipa atau
tabung bergantung antara lain pada sifat-sifat bahan yang digunakan, tetapi
ditentukan juga oleh tebalnya pipa. Bagian-bagian tabung yang berdinding
tebal biasanya dipersambungkan dengan penyambung ulir, flens atau las.
Tabung-tabung berdinding tipis disambung dengan solder atau dengan
sambungan jolak. Pipa yang terbuat dari bahan rapuh, seperti gelas atau
besi cor dipersambungkan dengan sambungan flens. Bila menggunakan
pipa sambung berulir bagian luar ujung pipa dibuat berulir dengan alat
pembuat ulir. Untuk menjamin rapatnya sambungan itu pada ujung berulir
pipa itu dibalutkan terlebih dahulu oleh pita politetraflouro etilen. Laju alir
fluida merupakan fungsi dari waktu, disamping merupakan fungsi
diameter lubang dan panjang fluida, persamaan-persamaan dasar fluida
dan lain sebagainya.
SIFAT-SIFAT FLUIDA
Fluida itu dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak menahan
distorsi (perubahan bentuk) secara permanen. Secara umum aliran fluida
dapat dibedakan menjadi :
1. Fluida Incompressible (Fluida yang tidak dipengaruhi tekanan)
2. Fluida Compressible ( Fluida yang dipengaruhi tekanan )

Fluida yang peka terhadap perubahan variable (tekanan, suhu). Bila kita
mencoba mengubah bentuk massa suatu fluida, maka di dalam fluida itu
akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas
yang lain, hingga mencapai suatu bentuk baru. Selama perubahan bentuk
itu terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya tergantung pada
viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi bila fluida itu sudah akan
mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser itu akan hilang.
Fluida yang dalam keseimbangan itu bebas segala tegangan geser.

Pada suatu suhu dan tekanan tertentu setiap fluida mempunyai densitas
tertentu, yang dalam praktek keteknikan biasa diukur dalam kilogram per-
meter kubik. Walupun densitas fluida bergantung pada suhu dan tekanan,
perubahan karena variabel itu mungkin besar dan mungkin kecil.

 ALIRAN FLUIDA
Fluida adalah suatu zat yang dpat mengalir bisa berupa cairan atau gas.
Fluida mengubah bentuknya dengan mudah dan didalam kasus mengenai
gas,mempunyai volume yang sama dengan volume uladuk yang
membatasi gas tersebut. Pemakaian mekanika kepada medium kontinyu,
baik benda padat maupun fluida adalah didasari pada hukum gerak newton
yang digabungkan dengan hukum gaya yang sesuai.

Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu fluida adalah dengan
membagi–bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang sangat kecil
yang dapat dinamakan partikel fluida danmengikuti gerak masing-masing
partikel ini. Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi
menjadi tabung aliran, bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-
tabung tetap tidak berubah bentuknya dan fluida yang pada suatu saan
berada didalam sebuah tatung akan tetap berada dalam tabung ini
seterusnya. Kecepatan aliran didalam tabung aliran adalah sejajar dengan
tabung dan mempunyai besar berbanding terbalik dengan luas
penampangnya.

Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam pipa
adalah :
1. Hukum kekentalan massa
2. Hukum kekentalan energy
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orifacemeter
6. Arcameter (rotarimeter)

Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:


turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam,
tak seragam, rotasional, tak rotasional. Aliran fluida melalui instalasi
(pipa) terdapat dua jenis aliran yaitu : aliran laminar dan aliran turbulensi.

1. Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan–lapisan, atau
lamina–lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam
aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan
terjadinya gerakan relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar
memenuhi hukum viskositas Newton yaitu: τ = µ dy/du2.

2. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian
fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan
tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan
kerugian – kerugian aliran.

3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.

 PIPA DAN TABUNG


Fluida biasanya diangkut di dalam pipa dan tabung dengan penampang
lingkaran bundar dan tersedia dalam berbagai macam ukuran, ketebalan
dinding dan bahannya. Tidak ada perbedaan antara pipa dengan tabung.
Pada umumnya, pipa mempunyai panjang yang sedang dari 20 ft - 40 ft.
Tabung pada umumnya berdinding tipis dan sering dijumpai sebagai
lilitan (coils) dengan panjang beberapa ratus feet. Pipa logam dapat dibuat
ulir, sementara tabung biasanya tidak. Dinding pipa biasanya besar, tabung
mempunyai dinding yang sangat halus. Pipa disambung dengan ulir,
flange atau sambungan las. Tabung disambung dengan sambungan tekan,
fitting, flare fitting atau soldered fitting.

Pipa dan tabung dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang meliputi
logam dan logam paduan, plastik, karet, kayu, keramik, beton, asbes.
Ukuran pipa ditentukan oleh diameter dan tebal dindingnya. Tebal pipa
ditunjukkan dengan schedule number. Hal ini berkatitan dengan allowabel
stress dan ultimate strength-nya. Ukuran pipa yang optimum ditentukan
oleh biaya relatif untuk investasi, daya, pemeliharaan, persediaan dan
fleksibilitas sambungan.Untuk instalasi kecil, umumnya kecepatan rendah
lebih menguntungkan terutama dalam aliran gravitasi dari tekanan tinggi.
 VALVE
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan
ukuran dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk
membuka dan menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk
mengurangi tekanan dan laju aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi
mengatur agar aliran fluida terjadi pada satu arah saja.

Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve.
Pada gate valve, bukaan tempat aliran fluida hampir sama besar dengan
pipa sehingga aliran fluida tidak berubah. Akibatnya, gate valve yang
terbuka penuh hanya menyebabkan penurunan tekanan sedikit. Dalam gate
valve terdapat piringan tipis yang berada pada dudukan yang tipis pula.
Bila gate valve dibuka, piring naik ke selongsong atas, sehingga
seluruhnya berada di luar lintasan fluida. Valve ini tidak cocok digunakan
sebagai pengendali aliran, dan biasanya dipakai dalam keadaan terbuka
atau tertutup penuh.

Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai pengendali aliran.


Bukaannya bertambah secara hampir linear menurut posisi batang valve,
sehingga keausan di sekeliling piringan terdistribusi secara seragam.
Fluida mengalir melalui bukaan yang terbatas dan berubah arah beberapa
kali. Akibatnya, penurunan tekanan pada globe valve cukup besar.
Untuk suhu di bawah 2500C, tipe plug cock yang terbuat dari logam
banyak digunakan dalam sistem pipa pengolahan bahan kimia. Seperti tipe
stop cock yang biasa terdapat di laboratorium, tipe plug cock dapat
berubah dari posisi terbuka penuh sampai tertutup sempurna dengan
memutar batang seperempat putaran. Pada posisi terbuka penuh, saluran di
dalam plug cock dapat sebesar penampang pipa sehingga penurunan
tekanan kecil sekali.
Pada ball valve, elemen penutup ini berbentuk bola. Daerah kontak antara
elemen yang bergerak dan dudukannya biasanya besar, dan valve ini dapat
digunakan untuk menurunkan laju alir fluida atau mengendalikan tekanan.

Check valve menyebabkan aliran hanya berlangsung pada satu arah saja.
Valve terbuka oleh tekanan fluida pada arah yang dikehendaki, bila aliran
berhenti atau akan berbalik, valve menutup otomatis karena gravitasi atau
dengan bantuan pegas yang menekannya ke piringan.

Beberapa rule of thumb yang penting dalam penyusunan aliran pipa, antara
lain:
1. Pipa-pipa harus sejajar dengan belokan-belokan tegak lurus pipa-pipa
disusun sedemikian sehingga dapat dibuka bila perlu untuk mengganti
pipa yang rusak atau membersihkannya.
2. Dalam sistem aliran gravitasi, pipa harus dibuat lebih besar daripada
seharusnya dan belokan dirancang sesedikit mungkin. Pengotoran
saluran sangat mengganggu bila aliran berlangsung dengan gravitasi
saja, karena tinggi tekan fluida tidak dapat ditambah untuk
meningkatkan laju aliran saat pipa mengecil karena fouling.
3. Kebocoran valve harus selalu diperhtungkan. Valve harus dipasang
vertical dengan batangnya ke atas. Valve harus mudah dicapai, dan
didukung tanpa mengalami regangan, dan diberi allowance untuk
menampung ekspansi termal pipa di sebelahnya.

 POMPA
Pemindahan fluida melalui pipa, peralatan, atau udara terbuka dilakukan
dengan pompa, kipas, blower, dan kompresor. Alat-alat tersebut berfungsi
meningkatkan energy mekanik fluida. Tambahan energi itu lalu digunakan
untuk meningkatkan kecepatan, tekanan, atau elevasi fluida. Metoda yang
umum untuk penambahan energi tersebut adalah dengan positive
displacement dan aksi sentrifugal yang diberikan dengan gaya dari luar.
Kedua metoda tersebut menyebabkan ada 2 jenis utama peralatan
pemindah fluida, yaitu menggunakan tekanan langsung pada fluida dan
menggunkaan momen puntir untuk membangkitkan rotasi.

Pompa digunakan untuk mengalirkan fluida (umumnya cair) dari satu unit
operasi ke unit operasi yang lain. Fluida mengalir akibat terjadinya
perpindahan energi. Driving force yang umum digunakan untuk
mengalirkan fluida adalah gravitasi, displacement, gaya sentrifugal, gaya
elektromagnetik, perpindahan momentum, impuls mekanik, atau
kombinasinya. Saat ini, yang paling umum diaplikasikan adalah gaya
sentrifugal dan gravitasi.

Ada 2 kelompok utama pompa:


1. Positive Displacement Pump
Pada pompa jenis ini, volume tertentu zat cair terperangkap di dalam
satu ruang yang berganti-ganti diisi melalui pemasuk dan dikosongkan
pada tekanan yang lebih tinggi melalui pembuang. Ada 2 jenis positive
displacement pump. Pada reciprocating pump ruang tersebut adalah
silinder stasioner yang berisi piston atau plunger. Pada pompa putar
ruangnya bergerak dari pemasuk sampai pembuang dan masuk lagi ke
inlet. Contoh reciprocating pump antara lain pompa piston, pompa
plunger, dan pompa diafragma. Sedangkan jenis-jenis pompa putar
antara lain gear pump, lobe pump, screw pump, cam pump, dan vane
pump.

2. Pompa Sentrifugal
Pada jenis pompa ini energi mekanik zat cair ditingkatkan dengan aksi
sentrifugal. Pompa ini paling banyak digunakan dipabrik. Pada pompa,
densitas fluida konstan dan besar. Perbedaan tekanan biasanya cukup
besar dan konstruksinya harus kuat. Pompa dipasang untuk
memberikan energi yang diperlukan untuk menarik zat cair dari
sumber dan membuatnya mengalir dengan laju alir volumetrik yang
konstan pada waktu keluar pada ketinggian tertentu di atas pompa.
 PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA
Untuk melakukan pengendalian pada proses-proses industri, kuantitas
bahan yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui. Karena itu perlu
diukur laju alir fluida pada pipa atau saluran. Berbagai jenis alat ukur
digunakan untuk itu, diantaranya:
1. Alat ukur yang didasarkan pada pengukuran volume langsung
2. Alat ukur dengan tangki tekan variable
3. Alat ukur penampang aliran
4. Alat ukur arus
5. Alat ukur positive displacement
6. Alat ukur magnetic
7. Alat ukur ultrasonic
Yang paling banyak digunakan untuk mengukur aliran adalah beberapa
jenis alat ukur head dan area meter . Contoh alat ukur head adalah venturi
meter, oreifice meter, dan tabung pitot.

 VENTURIMETER
Venturimeter adalah alat yang dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk
mengukur laju aliran suatu zat cair. Menghitung laju aliran fluida di dalam
pipa menggunakan venturimeter menggunakan persamaan Bernaulli.

1 1
𝑃1 + 2𝜌𝑣1 2 + 𝜌. 𝑔. ℎ1 = 𝑃2 + 2𝜌𝑣2 2 + 𝜌. 𝑔. ℎ2

Dimana nilai kontinuitas dapat dikalkulasi melalui persamaan:


𝐴1 . 𝑉1 = 𝐴2 . 𝑉2

Sehingga jika fluida mengalir pada mendatar maka h1 = h2, sehingga:


𝑃1 − 𝑃2 = 1⁄2 . 𝜌. (𝑉2 − 𝑉1 )

1 𝑣2
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌 ( 2 ) (𝐴1 2 − 𝐴2 2 )
2 𝐴2
Jika tekanan hidrostatis pada manometer :
P1 = ρ'.g.h dan P2 = ρ.g.h Eq : (1)
Maka :
P1 – P2 = g.h (ρ' - ρ) Eq : (2)

Sustitusi persamaan (1) ke (2) maka persamaan kecepatan fluida pada pipa
besar :

2. 𝑔. ℎ(𝜌′ − 𝜌)
𝑣 = 𝐴2 √
𝜌(𝐴1 2 − 𝐴2 2 )

Dimana : v = kecepatan fluida pada pipa besar (𝑚⁄𝑠)


h = beda tinggi cairan pada manometer (m)
A1 = luas penampang pipa besar (m2)
A2 = luas penampang pipa besar (m2)
ρ = massa jenis fluida yang mengalir (𝑘𝑔⁄𝑚3 )
ρ' = massa jenis fluida pada manometer (𝑘𝑔⁄𝑚3 )

 ORIFICE METER
Meteran Orifice mempunyai kelemahan tertentu dalam praktek pabrik
pada umumnya. Alat ini cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan
diameter leher terhadap diameter pipa tidak dapat diubah-ubah. Untuk
meteran tertentu dengan sistem manometer tertentu pula, laju aliran
maksimum yang dapat diukur terbatas sehingga apabila laju aliran
berubah, diameter leher mungkin menjadi terlalu besar untuk memberikan
bacaan yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju aliran
maksimum yang baru. Meteran Orifice dapat mengatasi keberatan-
keberatan terhadap venturi, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi.

Prinsip meteran orifice identik dengan prinsip venturi, Penurunan


penampang arus aliran melalui orifice itu menyebabkan tinggi tekan
kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan menurun, dan penurunan tekanan
antara kedua titik sadap diukur dengan manometer.

Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasikan


peningkatan tinggi tekan kecepatan dengan penurunan tinggi tekan
tekanan.

Ada satu kesulitan pokok yang terdapat pada meteran orifice yang tidak
terdapat pada venturi. Oleh karena orifice itu tajam, arus fluida itu
memisah disebelah hilir, disitu terbentuk vena kontrakta.

Jet itu tidak dipengaruhi oleh dinding padat, seperti halnya pada venturi,
dan luas penampang jet itu bervariasi antara besarnya lubang orifice dan
vena kontrakta. Luas penampang pada setiap titik tertentu, umpamanya
pada posisi sadap hilir tidak mudah ditentukan, sedangkan kecepatan jet
pada lokasi sadap hilir tidak dapat dihubungkan dengan mudah dengan
diameter orifice. Koefisien orifice lebih empirik sifatnya daripada venturi,
dan pengolahan kuantitatif untuk meteran orifice harus dimodifikasikan
berhubungan dengan itu.

Persamaan untuk aliran orifice adalah sebagai berikut :

𝐶𝑜 2𝑔𝑐(𝑃𝑎 + 𝑃𝑏 )
𝑈𝑜 = √
√1 − 𝛽 4 𝜌

Dimana : Uo = kecepatan fluida melalui orifice


 = rasio diameter orifice terhadap diameter pipa
Pa-Pb = tekanan pada titik A dan titik B
Co = koefisien orifice.

Pada persamaan di atas Co adalah koefisien orifice, tanpa termasuk


kecepatan datang. Koefisien ini memberikan koreksi atas kontraksi jet
fluida antara orifice dan vena kontrakta , Juga terhadap gesekan dan
terhadap Pa dan Pb. Nilai Co selalu ditentukan d5ari percobaan. Nilainya
cukup bervariasi sesuai dengan b dan Bilangan Reynolds pada orifice,
persamaan Bilangan Reynolds sebagai berikut :
𝐷𝑜 × 𝑈 × 𝜌 4𝑚
𝑁𝑅𝑒 = =
𝜇 𝜇𝐷𝑜 𝜇

Dimana : Nre = Bilangan Reynold


 = Viskositas
Do = Diameter Orifice
m = Laju alir massa
U = Kecepatan fluida melalui orifice
 = Densitas

Orificemeter
IV. PERALATAN DAN BAHAN PERCOBAAN
A. Alat Percobaan 8
1. Orifice 1
2. Gelas Ukur
3. Stop Watch 6
1 6
4. Meteran 7
5. Pompa
6. Pipa 5

7. Kelingan
8. Manometer

B. Bahan Percobaan
1. Air sebagai fluida

V. PROSEDUR
1. Sambungkan aliran listrik, isikan air pada tabung sampai penuh
kemudian tamping air ke dalam beaker glass 1000 ml untuk menentukan
debit alir pada waktu tertentu.
2. Lakukan kalibrasi pada Orifice meter dengan membuka valve 21 dan 22.
Catat ketinggian yang terlihat pada manometer dan catat juga volume
yang didapat pada waktu yang ditentukan dan percobaan dilakukan
sampai beberapa kali.
3. Untuk kalibrasi Venturi meter dengan membuka valve 19 dan 20. Catat
ketinggian yang terlihat pada manometer dan catat juga volume yang
didapat pada waktu yang ditentukan dan percobaan dilakukan sampai
beberapa kali.
4. Kemudian lakukan percobaan pada pipa baik seri maupun parallel, catat
beda ketinggiannya.
5. Percobaan diulangi untuk variabel diameter pipa yang berbeda dengan
mencatat beda ketinggian dan volume penampungan yang dipeoleh pada
waktu tertentu.
6. Untuk mengetahui karakteristik valve, tee, dan elbow lakukan langkah
yang sama pada tahap sebelumnya.

VI. DATA PENGAMATAN


 Debit Fluida
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑣𝑜𝑙)
𝑄=
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡)

Waktu (Detik) Volume (m3) Q (m3/detik)


3 3,50 x 10 -4 1,167 x 10-4
4 4,50 x 10 -4 1,125 x 10 -4
5 5,50 x 10 -4 1,10 x 10 -4

 Orificemeter
No. Waktu (detik) Volume (m3) Q (m3/detik) Hc Hc
1 3 4,0 x 10 -4 1,33 x 10 -4 0,0875 0,2958
2 4 5,0 x 10 -4 1,25 x 10 -4 0,0110 0,1049
3 5 6,0 x 10 -4 1,20 x 10 -4 0,0100 0,1000

 Venturimeter
No. Waktu (detik) Volume (m3) Q (m3/detik) Hc Hc
1 3 4,0 x 10 -4 1,33 x 10 -4 0,0330 0,1817
2 4 5,5 x 10 -4 1,38 x 10 -4 0,0165 0,1285
3 5 6,5 x 10 -4 1,30 x 10 -4 0,0080 0,0894

 Elbow
No. Volume (m3) Kran Waktu (detik) He He
1 4,5 x 10 -4 3 0,0040 0,0632
2 5,5 x 10 -4 17 18 4 0,0505 0,2247
3 7,0 x 10 -4 5 0,0160 0,1265
 Tee
No. Volume (m3) Kran Waktu (detik) Ht Ht
1 4,0 x 10 -4 3 0,0280 0,1673
2 5,0 x 10 -4 16 17 4 0,0115 0,1072
3 6,5 x 10 -4 5 0,0050 0,0707

 Pipa Seri
No. Volume (m3) Kran Waktu (detik) Hp Hp
1 4,0 x 10 -4 3 0,1445 0,3801
2 5,0 x 10 -4 13 14 4 0,0085 0,0922
3 6,0 x 10 -4 5 0,0010 0,0316
4 4,0 x 10 -4 3 0,0695 0,2636
5 5,0 x 10 -4 5 6 4 0,0045 0,0671
6 6,5 x 10 -4 5 0,0065 0,0806

 Pipa Paralel
No. Volume (m3) Kran Waktu (detik) Hp Hp
1 4,0 x 10 -4 3 0,1950 0,4416
2 5,0 x 10 -4 10 14 4 0,0215 0,1466
3 6,0 x 10 -4 5 0,0110 0,1049
4 4,0 x 10 -4 3 0,0305 0,1746
5 5,0 x 10 -4 6 10 4 0,0115 0,1072
6 6,5 x 10 -4 5 0,0175 0,1323
Grafik Hubungan Hc Vs Q
0.21
0.205
y = 0.013x + 0.164
0.2
0.195 R² = 0.9826
Hc 0.19
0.185
0.18
0.175
0.17
0.165
0.16
0.00025 0.003 0.0004
Debit (m3 /detik)

Perhitungan Co
A = 1,9793 x 10 -4 m3
 = 0,6097
gc = 9,81
ko = diperoleh dari grafik hubungan Hc Vs Q = 0,013

𝑘𝑜 1 − 𝛽 4
𝐶𝑜 = √
𝐴 2 𝑔𝑐

0,013 1 − 0,60974
𝐶𝑜 = √
1,9793. 10−4 2 .9,81

𝐶𝑜 = 13,765

Karakteristik pipa pada Hc = 0,037


𝑄𝑜 = 𝑘𝑜 . √∆𝐻𝑐
𝑄𝑜 = 0,013 . 0,192
𝑄𝑜 = 2,496.10−3
Qo = Qp
𝑄𝑜
𝐾𝑝 =
√∆𝐻𝑝
𝑄𝑜 2,496.10−3
𝐾𝑝 ∅ 1 = = = 0,013
√∆𝐻𝑝1 0,192

𝑄𝑜 2,496.10−3
𝐾𝑝 ∅ 0,5 = = = 0,0131
√∆𝐻𝑝2 0,190

Karakteristik Valve
𝑄𝑜 2,496.10−3
𝐾𝑣 ∅ 1 = = = 0,0131
√∆𝐻𝑣1 0,191

2,496.10−3
𝑄𝑜
𝐾𝑣 ∅ 0,75 = = = 0,0127
√∆𝐻𝑣2 0,197

𝑄𝑜 2,496.10−3
𝐾𝑣 ∅ 0,5 = = = 0,0125
√∆𝐻𝑣3 0,199

Karakteristik Elbow
𝑄𝑜 2,496.10−3
𝐾𝐸 = = = 0,0142
√∆𝐻𝑒 0,176

Karakteristik Tee
𝑄𝑜 2,496.10−3
𝐾𝑡 = = = 0,0139
√∆𝐻𝑡 0,180

VII. PEMBAHASAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam pabrik kimia sedapat mungkin dalam
keadaan berupa fluida. Hal ini memungkinkan agar transportasinya mudah
dan murah. Oleh sebab itu praktikum aliran fluida penting untuk dipelajari.
Dalam praktikum ini dipelajari mengenai alat ukur fluida, yaitu berupa
orifice. Untuk keperluan tersebut digunakan variabel-variabel : diameter
orifice, volume, dan waktu.

Dengan variabel-variabel tersebut dipelajari pengaruh diameter orifice


terhadap kecepatan aliran fluida dan terhadap diameter pipa berdasarkan
perbedaan tekanan yang terjadi sebelum dan seudah aliran melalui orifice.

Dalam praktikum ini kecermatan melihat perbedaan tekanan pada


manometer sangat penting. Selain itu ketepatan dalam menampung aliran
fluida dengan volume yang tepat serta mengatur waktu dengan cermat juga
menentukan besar kecilnya faktor kesalahan.

VIII. KESIMPULAN
1. Faktor-faktor kesalahan yang terjadi dalam praktek terdiiri dari :
 Pengamatan, yaitu adalah kurang teliti dalam membaca manometer
 Peralatan, diantaranya adalah alat-alat yang sudah tua dan
mempunyai ketelitian yang sangat kurang (manometer).
 Pengerjaan, misalnya pemasangan orifice kurang sempurna
sehingga terjadi kebocoran pada fllange. Kemudian penadahan
volume dan pencatatan waktu kurang teliti.
 Lain-lain, seperti tegangan (voltase) listrik yang tidak konstan,
sehingga mengakibatkan laju aliran fluida tidak konstan pula.
2. Semakin besar diameter orifice maka volume yang tertampung dalam
waktu konstan akan semakin banyak.
3. Semakin besar diameter orifice maka waktu yang dibutuhkan untuk
menampung aliran fluida pada volume konstan semakin cepat.
4. Presure drop yang terjadi dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana
semakin besar diameter orifice pressure dropnya akan semakin kecil.
5. Kecepatan aliran fluida juga dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana
semakin besar diameter orifice maka kecepatan alirannya semakin
pelan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2003. Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia. Lab. Operasi Teknik
Kimia FT-UMJ. Fakultas Teknik, Jurusan. Kimia Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Cabe W.L, Mc. and Smith, J.C. 1956. Unit Operation of Chemical Engineering.
Mc.Graw Hill Ltd. New York
Satibi, Lukman Dr. Ir. 2003. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Jurusan. Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Setyawan, M, S.T. 1999. Buku Petunjuk Praktikum Lanjut Teknik Kimia.
Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai