“HEAT EXCHANGER“
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
I. PRINSIP PERCOBAAN
Proses transfer energi panas dari satu fluida ke fluida yang lain pada temperatur
yang berbedadengan memanfaatkan perpindahan kalor dari fluida bertemperatur tinggi
menuju fluida bertemperature lebih rendah.
a. Mempelajari cara kerja dari heat exchanger shell and tube berdasarkan hukum
pertukaran panas.
b. Mengetahui dan mencari nilai ΔT LMTD pada fluida yang dialirkan dalam heat
exchanger shell and tube.
Alat penukar panas adalah suatu alat dimana di dalamnya terjadi proses pertukaran
panas antara dua arus fluida, yaitu fluida panas (hot fluid) dan fluida dingin (cold fluid)
dengan adanya perbedaan temperatur tanpa disertai dengan pencampuran (mixing) antar
keduanya, karena panas yang ditukar terjadi dalam suatu sistem maka kehilangan panas
dari suatu benda akan sama dengan panas yang diterima oleh benda lain. Alat penukar
panas dibutuhkan untuk mencapai kondisi operasi yang diinginkan pada industri yang
melibatkan proses pemanasan, pendinginan atau pengembunan dan penguapan. Tujuan
melakukan perpindahan panas pada industri antara lain memanaskan atau mendinginkan
suatu fluida hingga mencapai temperatur yang diinginkan pada proses lain, mengubah
keadaan atau fasa suatu fluida, serta menghemat energi pada proses selanjutnya.
Alat penukar panas digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem
lain tanpa perpindahan massa. Umumnya medium pemanas yang dipakai adalah air
yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai pendingin (cooling tower).
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Pada proses
pengolahan minyak, alat penukar panas banyak digunakan diantaranya sebagai alat
pemanas atau pendingin fluida proses maupun produk yang akan disimpan dalam tangki
penyimpanan.
Pada industri pengolahan minyak, heat exchanger yang paling banyak digunakan
adalah tipe shell and tube heat exchanger. Adapun keuntungan dari penggunaan shell
and tube heat exchanger, diantaranya :
a. Sesuai dengan operasi bertekanan tinggi.
b. Memberikan luas permukaan perpindahan panas yang besar dengan bentuk volume
yang kecil.
c. Dapat dibentuk dengan berbagai jenis material, sesuai dengan fluida yang
mengalir,suhu dan tekanan yang telah ditentukan.
d. Pengoperasian alat yang mudah dimengerti oleh operator.
e. Kontruksi sederhana dan kebutuhan ruang yang relatif kecil.
f. Mudah dalam pembersihan
a. Dapat digunakan secara luas di berbagai industry karena dapat digunakan untuk
kapasitas yang lebih besar (>200 ft2)
b. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untup
operasi bertekanan.
c. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi, dimana dapat dipilih jenis material yang
digunakan sesuai dengan temperature dan tekanan operasi.
d. Dapat digunakan dalam rentang kondisi operasi yang melebar.
e. Prosedur pengoperasian lebih mudah.
f. Metode perancangan yang lebih baik te;lah tersedia
g. Pembersihan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Square pitch
Triangular pitch
Square pitch rotated
Triangular pitch with cleaning lanes (Kern, 1980)
3) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels untuk membagi
aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari satu.
4) Baffle
Baffle digunakan untuk mengatur akiran lewat shell sehingga turbulensi yang
lebih tinggi akan diperole. Adanya baffle dalam shell menyebabkan arah aliran fluida
dalam shell akan memotong kumpulan tubes secara tegak lurus, sehingga
memungkinkan pengaturan arah aliran dalam shell maka dapat meningkatkan
kecepatan liniernya, sehingga akan meningkatkan harga koefisien perpindahan panas
lapisan fluida di sisi shell.
Baffle juga berfungsi untuk menahan tube bundle untuk menahan getaran pada
tube dan untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida yang mengalir di luar
tube sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh, dengan adanya turbulensi
aliran maka koefisien perpindahan panas juga akan meningkat
Dasar pertimbangan untuk fluida yang mengalir di bagian shell and tube heta
exchanger antara lain:
a. Fluida yang lebih kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu tube
terutama bila tube bundle bisadiambil, tetapi dapat juga melalui bagian shell bila
kotorannya banyak mengandung coke karena lebih mudah dibersihkan.
b. Fluida yang lebih cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, dan korosif selalu
ditempatkan di tube karena tube tahan terhadap high pressure dab biaya
pemeliharannya lebih murah.
c. Fluida yang berbentuk campuran non condensable gas melalui tube agar tidak
terjebak.
d. Fluida yang berpotensi menimbulkan korosi ditempatkan pada tube, dengan
tujuan dapat menekan biaya penggantian shell yang lebih mahal daripada tube jika
terjadi kerusakan akibat korosif.
e. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube karena adanya
cukup ruangan dan fluida yang mempunyai volume kecil dilewatkan melalui shell
karena dapat dipasang baffle untuk menambah transfer-rate tanpa menghasilkan
kelebihan pressure drop.
f. Fluida yang lebih viskos atau yang mempunyai low transfer-rate dilewatkan
melalui shell karena dapat digunakan baffle.
g. Fluida yang laju alir rendah dialirkan didalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linear fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunya pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam
sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk mendinginkan
fluida panas yang mengalir didalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler jenis
ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida didalam
shell yang akan diproses lanjut.
C. Heat Balance
Bila panas yang diterima fluida jauh lebih kecil dari pada panas yang dilepas fluida panas berarti
kehilangan panasnya besar dan ini mengurangi performance suatu heat exchanger.
Tabel 2.3 Pressure Drop yang diizinkan untuk fluida liquid (per shell)
E. Perbedaan Temperatur
Perbedaan suhu merupakan driving force yang menyebabkan terjadinya perpindahan
panas dari fluida panas ke fluida dingin. Kedua fluida baik dalam shell maupun tube akan
mengalami perubahan suhu sepanjang HE. Perbedaan temperatur pada bagian inlet akan
berbeda dengan bagian outlet. Oleh karena itu dipakai LMTD (Log Mean Temperature
Difference) yaitu perbedaan suhu pada salah satu ujung dikurangi dengan perbedaan suhu pada
ujung yang lain dibagi dengan logaritma dari rasio kedua perbedaan suhu tersebut. LMTD
dirumuskan sebagai berikut:
F. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan antara panas yang ditransfer dengan panas yang
disediakan oleh fluida panas (panas maksimum yang dapat ditransfer.
G. Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk medeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu
benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang terkandung sedikit. Dari hasil
percobaan yang sering dilakukan, besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda
bergantung pada tiga faktor, yaitu massa zat, kalor jenis, dan perubahan suhu. Secara
matematis dirumuskan:
Kalor yang digunakan untuk mengubah fasa (kalor laten). Persamaan yang digunakan dalam
kalor laten ada dua macam, yaitu:
Dimana U= kalor uap (J/Kg) dan L= kalor laten (J/Kg)
Persamaan untuk menyatakan jumlah kalor yang dipindahkan dalam suatu fluida dalam alat
penukar kalor dirumuskan dengan:
Aquadest
1. Sifat Fisika:
Berat molekul 18,02 gr/mol
Densitas 1000 kg/m3, cair
Tekanan uap 2,3 kPa
Titik didih: 100oC ( 273 K 32 F)
Berbentuk cairan tidak berwarna
2. Sifat Kimia:
Tidak dapat terbakar.
Tidak beracun.
Memiliki pH 7 (netral).
Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak.
Polimerisasi tidak terjadi.
A. Alat
B. Bahan
1. Air (Aquadest)
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Isi bak penampung dengan air bersih (diutamakan aquadest), dan nyalakan Master
Switch dan Heater Switch.
2. Set temperatur aliran fluida panas yang diinginkan dengan memutar kenop.
3. Buka sekrup pengaman yang terdapat di bagian atas dari kedua ujung HE.
4. Pastikan semua valve dari dan menuju bak penampung berada dalam posisi terbuka.
Nyalakan Pump Switch.
5. Tunggu hingga bagian Tube Head dan seluruh Tube terendam oleh air.
6. Matikan Pump Switch, segera tutup valve V1 dan V2 dan pasang kembali kedua sekrup
pengaman.
7. Buka kembali valve V1 dan V2, kemudian nyalakan kembali Pump Switch. Sesekali
periksalah bak penampungan untuk memastikan elemen pemanas tetap terendam air.
Tambahkan air jika elemen pemanas tidak terendam.
8. Pastikan valve V3 (dari keran air) dan V4 (menuju ke pembuangan) terbuka.
Sambungkan selang dari V3 ke keran air, dan selang dari V4 ke tempat pembuangan
air (wastafel atau selokan).
9. Nyalakan keran dari sumber air. Tunggu hingga seluruh bagian Shell terisi air.
10. Nyalakan Sensor Switch dan amati bacaan temperatur di berbagai titik pada HE.
11. Lakukan pengamatan dan pencatatan data yang dibutuhkan sesuai instruksi
Asisten/Dosen.
12. Setelah seluruh pengamatan dan pencatatan data selesai dilakukan, matikan secara
berurutan Sensor Switch, Pump Switch dan Heater Switch (dari kiri ke kanan). (Sensor
Switch harus dimatikan pertama kali untuk menghindari kejutan listrik pada rangkaian
sensor)
13. Sensor Switch dapat dinyalakan kembali untuk memantau temperatur pada HE.
Pastikan seluruh bacaan temperatur telah berada di bawah 30℃. Setelah itu, Sensor
Switch, Master Switch, serta aliran air pendingin (dari keran air) dapat dimatikan.
14. Demi keamanan, tutup kembali posisi semua valve yang ada, atau lakukan
pengosongan bak penampung dan seluruh bagian HE dari air yang tersisa jika
diinstruksikan oleh Asisten/Teknisi.