Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PTK 4

“HEAT EXCHANGER“

Disusun Oleh :

Farhan Aldi Pratama (2017430034)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
I. PRINSIP PERCOBAAN

Proses transfer energi panas dari satu fluida ke fluida yang lain pada temperatur
yang berbedadengan memanfaatkan perpindahan kalor dari fluida bertemperatur tinggi
menuju fluida bertemperature lebih rendah.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Mempelajari cara kerja dari heat exchanger shell and tube berdasarkan hukum
pertukaran panas.
b. Mengetahui dan mencari nilai ΔT LMTD pada fluida yang dialirkan dalam heat
exchanger shell and tube.

III. TEORI PERCOBAAN

Alat penukar panas adalah suatu alat dimana di dalamnya terjadi proses pertukaran
panas antara dua arus fluida, yaitu fluida panas (hot fluid) dan fluida dingin (cold fluid)
dengan adanya perbedaan temperatur tanpa disertai dengan pencampuran (mixing) antar
keduanya, karena panas yang ditukar terjadi dalam suatu sistem maka kehilangan panas
dari suatu benda akan sama dengan panas yang diterima oleh benda lain. Alat penukar
panas dibutuhkan untuk mencapai kondisi operasi yang diinginkan pada industri yang
melibatkan proses pemanasan, pendinginan atau pengembunan dan penguapan. Tujuan
melakukan perpindahan panas pada industri antara lain memanaskan atau mendinginkan
suatu fluida hingga mencapai temperatur yang diinginkan pada proses lain, mengubah
keadaan atau fasa suatu fluida, serta menghemat energi pada proses selanjutnya.
Alat penukar panas digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem
lain tanpa perpindahan massa. Umumnya medium pemanas yang dipakai adalah air
yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai pendingin (cooling tower).
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Pada proses
pengolahan minyak, alat penukar panas banyak digunakan diantaranya sebagai alat
pemanas atau pendingin fluida proses maupun produk yang akan disimpan dalam tangki
penyimpanan.
Pada industri pengolahan minyak, heat exchanger yang paling banyak digunakan
adalah tipe shell and tube heat exchanger. Adapun keuntungan dari penggunaan shell
and tube heat exchanger, diantaranya :
a. Sesuai dengan operasi bertekanan tinggi.
b. Memberikan luas permukaan perpindahan panas yang besar dengan bentuk volume
yang kecil.
c. Dapat dibentuk dengan berbagai jenis material, sesuai dengan fluida yang
mengalir,suhu dan tekanan yang telah ditentukan.
d. Pengoperasian alat yang mudah dimengerti oleh operator.
e. Kontruksi sederhana dan kebutuhan ruang yang relatif kecil.
f. Mudah dalam pembersihan

Prinsip Kerja Heat Exchanger

Hukum pertama termodinamika atau Hukum Kekekalan Energi menyatakan


bahwa “Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bias
diubah bentuknya saja”. Dalam suatu proses perpindahan panas dapat mengakibatkan
adanya perubahan-perubahan yang terjadi, seperti perubahan temparatur, tekanan,
reaksi kimia, dan lain-lain.
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari secara rinci mekanisme
perpindahan energy terutama yang berupa panas karena perbedaan temperature (driving
force ΔT). Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu
fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya
pemisah, dan tidak langsung yaitu jika di antar fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan secara langsung tetapi dipisahkan oleh sekat – sekat pemisah.
Proses perpindahan panas terbagi menjadi tiga yaitu :
A. Perpindahan panas secara konduksi
Perpindahan panas antara molekul – molekul yang saling berdekatan antar satu
dengan yang lain dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul – molekul tersebut secara
fisik. Molekul – molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-
molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran – getaran yang cepat ini
memiliki tenaga yang dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat yang akan memberikan panas.
B. Perpindahan panas secara konveksi
Perpindahan panas yang memiliki proses yang hampir sama dengan perpindahan
panas secara konduksi. Namun perpindahan panas secara konveksi disertai dengan
gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik. Media penghantar panas pada proses ini
adalah fluida.
C. Perpindahan panas secara radiasi.
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik di mana tenaga elektromagnetik
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda lain.

 Jenis Heat Exchanger


Heat Exchanger atau alat penukar panas adalah suatu alat dimana didalamnya
terjadi proses pertukaran panas antara dua arus fluida yaitu: fluida panas (hot fluid) dan
fluida dingin (cold fluid) dengan adanya perbedaan temperature tanpa disertai dengan
pencampuran (mixing) antara keduanya, karena panas yang ditukar terjadi dalam suatu system
maka kehilangan panas dari suatu benda akan sama dengan panas yang diterima oleh benda lain.
Heat Exchanger memiliki beberapa tipe sesuai dengan kebutuhan proses yang ada. Ada enam
tipe heat exchanger yang umum digunakan sebagai berikut :

 Shell and Tube Heat Exchanger


Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil Satu
jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar
pipa tetapi masih didalam shell. Pada dinding shell biasanya bipasang penghalang
(baffle) untuk menambah turbulensi (jarak antar baffle biasanya 0,2-1 Dshell).

Shell and Tube Heat Exchanger


Keuntungan dari shell and tube heat exchanger adalah sebagai berikut:

a. Dapat digunakan secara luas di berbagai industry karena dapat digunakan untuk
kapasitas yang lebih besar (>200 ft2)
b. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untup
operasi bertekanan.
c. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi, dimana dapat dipilih jenis material yang
digunakan sesuai dengan temperature dan tekanan operasi.
d. Dapat digunakan dalam rentang kondisi operasi yang melebar.
e. Prosedur pengoperasian lebih mudah.
f. Metode perancangan yang lebih baik te;lah tersedia
g. Pembersihan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Komponen penyusun Heat Exchanger jenis Shell and Tube adalah :


1) Shell
Merupakan bagian tempat untuk tube bundle. Antara shell and tube bundle
terdapat fluida yang menerima atau melepaskan panas, yang dimaksud dengan
lintasan shell adalah lintasan yang dilakukan oleh fluida yang mengalir ke dalam
melalui saluran masuk (inlet nozzle) melewati bagian dalam shell dan mengelilingi
shell kemudian keluar melalui saluran keluar (outlet nozzle)
2) Tube
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam aktual dalam ukuran inch
dengan toleransi yang sangat cepat. Tube dapat diubah dari berbagai jenis logam,
seperti besi, tembaga, perunggu, tembaga-nikel, aluminium perunggu, aluminium
dan stainless steel. Ukuran ketebalan pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam
bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage (BWG). Ukuran pipa yang secara
umum digunakan biasanya mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku, semakin besar
bilangan BWG, maka semakin tipis tubenya. Aliran fluida dalam tube sering dibuat
meintas lebih dari satu kali dengan tujuan untuk memperbesar koefisien perpindahan
panas lapisan film sisi fluida dalam tube. Pengaturan ini terjadi dengan adanya pass
devider dalam channel yang berfungsi untuk membagi aliran fluida dalam tube.
Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah :

 Square pitch
 Triangular pitch
 Square pitch rotated
 Triangular pitch with cleaning lanes (Kern, 1980)
3) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels untuk membagi
aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari satu.

4) Baffle
Baffle digunakan untuk mengatur akiran lewat shell sehingga turbulensi yang
lebih tinggi akan diperole. Adanya baffle dalam shell menyebabkan arah aliran fluida
dalam shell akan memotong kumpulan tubes secara tegak lurus, sehingga
memungkinkan pengaturan arah aliran dalam shell maka dapat meningkatkan
kecepatan liniernya, sehingga akan meningkatkan harga koefisien perpindahan panas
lapisan fluida di sisi shell.
Baffle juga berfungsi untuk menahan tube bundle untuk menahan getaran pada
tube dan untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida yang mengalir di luar
tube sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh, dengan adanya turbulensi
aliran maka koefisien perpindahan panas juga akan meningkat
Dasar pertimbangan untuk fluida yang mengalir di bagian shell and tube heta
exchanger antara lain:

a. Fluida yang lebih kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu tube
terutama bila tube bundle bisadiambil, tetapi dapat juga melalui bagian shell bila
kotorannya banyak mengandung coke karena lebih mudah dibersihkan.
b. Fluida yang lebih cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, dan korosif selalu
ditempatkan di tube karena tube tahan terhadap high pressure dab biaya
pemeliharannya lebih murah.
c. Fluida yang berbentuk campuran non condensable gas melalui tube agar tidak
terjebak.
d. Fluida yang berpotensi menimbulkan korosi ditempatkan pada tube, dengan
tujuan dapat menekan biaya penggantian shell yang lebih mahal daripada tube jika
terjadi kerusakan akibat korosif.
e. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube karena adanya
cukup ruangan dan fluida yang mempunyai volume kecil dilewatkan melalui shell
karena dapat dipasang baffle untuk menambah transfer-rate tanpa menghasilkan
kelebihan pressure drop.
f. Fluida yang lebih viskos atau yang mempunyai low transfer-rate dilewatkan
melalui shell karena dapat digunakan baffle.
g. Fluida yang laju alir rendah dialirkan didalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linear fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.

 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)


Heat Excanger jenis ini adalah tipe yang paling sederhana, terdiri dari dua buah
pipa dengan ukuran diameter yang berbeda, pipa dengan diameter lebih kecil didalam
pipa dengan diameter lebih besar dan kedua pipa disusun secara konsentris (satu
sumbu). Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri-sendiri.
Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi
U pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan memindahkan panas,
bagian luar pipa diberi sirip. Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar dan
sebagainya.
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang di mana
suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 1 mengalir dari titik A ke titik B,
dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan yang mengalir dapat
berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat dari pipa
yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe heat
exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang
kecil (Geankoplis, 1983).
Kelemahan heat exchanger jenis double pipe ini adlaah terbatasnya jumlah
panas yang dapat ditransfer, namun karena kemudahan dalam pembersihan dan
konstruksinya maka penggunaannya menjadi lebih umum . Dengan keterbatasannya
untuk kapasitas yang kecil, jika diperlukan luas perpindahan panas yang besar, maka
dapat dipakai beberapa pipa U yang dihubungkan secara seri atau paralel. Namun, cara
tersebut kurang efektif karena jumlah hairpin yang besar sehingga akan membutuhkan
tempat yang luas dan jika terjadi kebocoran akan sulit dikendalikan. Oleh karena itu
sebagai solusinya dapat digunakan heat exchanger tipe shell and tube.

Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)


Keuntungan dan kerugian Double Pipe Heat Exchanger:
Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.
Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan dengan
konstruksi pipa-U.
Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area permukaan
untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.
Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak dibangun untuk
industri standar dimanapun selain ASME code.
Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan single shell
dan tube heat exchanger.
Desain penutup memerlukan gasket khusus.

 Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunya pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam
sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk mendinginkan
fluida panas yang mengalir didalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler jenis
ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida didalam
shell yang akan diproses lanjut.

 Plate and Frame Heat Exchanger


Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat-pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
(biasanya terbuat dari karet). Pelat-pelat dan sekat digabungkan oleh suatu perangkat
penekan yang pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segi empat) terdapat lubang
pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi
yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi
sebelahnya karena ada sekat.
Plate and Frame Heat Exchanger

 Fouling factor (Rd) pada Heat Exchanger


Dalam ilmu perpindahan kalor, fouling (faktor kekotoran) adalah pembentukan
lapisan deposit pada permukaan perpindahan panas dari bahan atau senyawa yang tidak
diinginkan. Bahan atau senyawa itu berupa kristal, sedimen, senyawa biologi, produk
reaksi kimia, ataupun korosi. Pembentukan lapisan deposit ini akan terus berkembang
selama alat penukar kalor dioperasikan. Akumulasi deposit pada permukaan alat penukar
kalor menimbulkan kenaikan pressure drop dan menurunkan efisiensi perpindahan panas.
Untuk menghindari penurunan performa alat penukar kalor yang terus berlanjut dan
terjadinya unpredictable cleaning, maka diperlukan suatu informasi yang jelas tentang
tingkat pengotoran untuk menentukan jadwal pembersihan (cleaning schedule). Lapisan
fouling dapat berasal dari partikel - partikel atau senyawa lainnya yang terangkut oleh
aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat apabila permukaan deposit
yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat. Gradien temperatur yang cukup
besar antara aliran dengan permukaan dapat juga meningkatkan kecepatan pertumbuhan
deposit. Pada umumnya proses pembentukan lapisan fouling merupakan fenomena yang
sangat kompleks sehingga sukar sekali dianalisa secara analitik. Mekanisme
pembentukannya sangat beragam, dan metode – metode pendekatannya juga berbeda-
beda. Fouling yang paling sering terjadi yaitu didalam tube karena temperature yang
tinggi dan kecepatan yang rendah. Berdasarkan proses terbentuknya endapan atau
kotoran, faktor pengotoran dibagi 5 jenis, yaitu :
a. Pengotoran akibat pengendapan zat padat dalam larutan (precipitation fouling).
Pengotoran ini biasanya terjadi pada fluida yang mengandung garam-garam yang
terendapkan pada suhu tinggi, seperti garam kalsium sulfat, dll.
b. Pengotoran akibat pengendapan partikel padat dalam fluida (particulate fouling).
Pengotoran ini terjadi akibat pengumpulan partikel-partikel padat yang terbawa oleh
fluida di atas permukaan perpindahan panas, seperti debu, pasir, dll.
c. Pengotoran akibat reaksi kimia (chemical reaction fouling).
Pengotoran terjadi akibat reaksi kimia di dalam fluida, di atas permukaan perpindahan
panas, dimana material bahan permukaan perpindahan panas tidak ikut bereaksi, seperti
adanya reaksi polimerisasi, dll.
d. Pengotoran akibat korosi (corrosion fouling).
Pengotoran terjadi akibat reaksi kimia antara fluida kerja dengan material bahan
permukaan perpindahan panas.
e. Pengotoran akibat aktifitas biologi (biological fouling).
Pengotoran ini berhubungan dengan akitifitas organisme biologi yang terdapat atau
terbawa dalam aliran fluida seperti lumut, jamur, dll.
Kecepatan aliran dan temperatur fluida (beda temperatur) dapat menjadi variabel
signifikan terjadinya fouling. Peningkatan kecepatan menyebabkan transfer massa spesies
fouling dapat meningkat, seiring dengan terbentuknya deposit pada permukaan perpindahan
kalor. Secara terus menerus, shear force pada fluida/permukaan perpindahan kalor
meningkat, melalui mekanisme removal deposit. Temperatur yang digunakan pada alat
penukar kalor dapat mempengaruhi besarnya luasan fouling pada permukaan perpindahan
kalor.
Kondisi yang mempengaruhi terjadinya fouling yaitu :
a. Temperature yang tinggi
b. Waktu tinggal yang lama, terutama pada daerah yang temperaturnya tinggi
c. Flow velocity
d. Material konstruksi dan permukaan yang halus
Akibat pembentukan fouling tersebut, maka kemampuan alat penukar kalor akan
mengalami penurunan. Dalam beberapa kasus, pembersihan lapisan fouling dilakukan secara
kimia dan mekanis. Salah satu cara mekanis yang umum dilakukan adalah dengan metode on-
line cleaning. Semakin besar harga Rd hasil kalkulasi dari harga Rd yang didesain maka alat
penukar panas dapat dikatakan tidak layak digunakan sehingga alat penukar panas perlu
dibersihkan dan diservis.
Salah satu penyebab utama plugging di heat exchanger untuk refinery adalah coke.
Lapisan tebal coke ditemukan pada dinding tube dalam zone yang temperaturenya tinggi sangat
keras dan kuat menempel dan sering kali mempunyai ketebalan lebih dari 2-5 mm. Lapisan ini
bertambah seiring dengan waktu. Tipe deposit yang ditemukan tergantung pada lokasi dalam
HE, temperature dan waktu tinggal dari deposit.
 Analisa Performance Heat Exchanger
Untuk menganalisa performance suatu heat exchanger, diperlukan beberapa parameter
yang meliputi clean overall koefisien (Uc), dirt overall coefficient (Ud).

A. Clean Overall Coefficient (Uc)


Clean overall coefficient adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh pada awal heat
exchanger dipakai (masih bersih). Harga Uc ditentukan oleh besarnya tahanan konveksi ho dan
hio, sedangkan tahanan konduksi diabaikan karena sangat kecil bila dibandingkan dengan
tahanan konveksi
ℎ𝑖0 𝑋 ℎ0
𝑈𝑐 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜

B. Design Overall Coefficient (Ud)


Merupakan koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah terjadi pengotoran pada heat
exchanger. Besarnya Ud lebih kecil dari Uc.
𝑄
𝑈𝑐 =
𝐴 𝑥 𝐿𝑀𝑇𝐷

C. Heat Balance
Bila panas yang diterima fluida jauh lebih kecil dari pada panas yang dilepas fluida panas berarti
kehilangan panasnya besar dan ini mengurangi performance suatu heat exchanger.

Q = M x Cph x (T1-T2) = m x Cpc x (t2-t1)

D. Pressure Drop (ΔP)


Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat mempertahankan tekanan yang dimilikinya selama
fluida mengalir. Pressure drop pada suatu heat exchanger dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
karena adanya friksi yang disebabkan oleh aliran dan pembelokan aliran. Pressure drop yang
tinggi dapat disebabkan oleh jarak antar baffle yang terlalu dekat dan tentu tidak diharapkan
karena meningkatnya biaya operasi. Kehilangan tekanan yang besar dapat menyebabkan aliran
fluida secara alamiah terhambat sehingga memerlukan bantuan pompa. Namun jika pressure
drop terlalu rendah dapat mengakibatkan perpindahan panas tidak sempurna.

Tabel 2.3 Pressure Drop yang diizinkan untuk fluida liquid (per shell)
E. Perbedaan Temperatur
Perbedaan suhu merupakan driving force yang menyebabkan terjadinya perpindahan
panas dari fluida panas ke fluida dingin. Kedua fluida baik dalam shell maupun tube akan
mengalami perubahan suhu sepanjang HE. Perbedaan temperatur pada bagian inlet akan
berbeda dengan bagian outlet. Oleh karena itu dipakai LMTD (Log Mean Temperature
Difference) yaitu perbedaan suhu pada salah satu ujung dikurangi dengan perbedaan suhu pada
ujung yang lain dibagi dengan logaritma dari rasio kedua perbedaan suhu tersebut. LMTD
dirumuskan sebagai berikut:

F. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan antara panas yang ditransfer dengan panas yang
disediakan oleh fluida panas (panas maksimum yang dapat ditransfer.
G. Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk medeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu
benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang terkandung sedikit. Dari hasil
percobaan yang sering dilakukan, besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda
bergantung pada tiga faktor, yaitu massa zat, kalor jenis, dan perubahan suhu. Secara
matematis dirumuskan:

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu (kalor sensibel)

Kalor yang digunakan untuk mengubah fasa (kalor laten). Persamaan yang digunakan dalam
kalor laten ada dua macam, yaitu:
Dimana U= kalor uap (J/Kg) dan L= kalor laten (J/Kg)
Persamaan untuk menyatakan jumlah kalor yang dipindahkan dalam suatu fluida dalam alat
penukar kalor dirumuskan dengan:

Dimana: Q= Kalor yang dipindahkan persatuan waktu (Watt)


U= Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/m2.C)
A= Luas Perpindahan Kalor Menyeluruh (m2)
LMTD= Beda Suhu rata- rata Log (℃)

 Aquadest

1. Sifat Fisika:
Berat molekul 18,02 gr/mol
Densitas 1000 kg/m3, cair
Tekanan uap 2,3 kPa
Titik didih: 100oC ( 273 K 32 F)
Berbentuk cairan tidak berwarna

2. Sifat Kimia:
Tidak dapat terbakar.
Tidak beracun.
Memiliki pH 7 (netral).
Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak.
Polimerisasi tidak terjadi.

Fungsi : Sebagai pelarut universal


IV. RANGKAIAN ALAT

V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. 1 set alat Heat Exchanger


2. 1 set sensor suhu dan flow sensor
3. Penampung air keluaran tube

B. Bahan

1. Air (Aquadest)
VI. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Isi bak penampung dengan air bersih (diutamakan aquadest), dan nyalakan Master
Switch dan Heater Switch.
2. Set temperatur aliran fluida panas yang diinginkan dengan memutar kenop.
3. Buka sekrup pengaman yang terdapat di bagian atas dari kedua ujung HE.
4. Pastikan semua valve dari dan menuju bak penampung berada dalam posisi terbuka.
Nyalakan Pump Switch.
5. Tunggu hingga bagian Tube Head dan seluruh Tube terendam oleh air.
6. Matikan Pump Switch, segera tutup valve V1 dan V2 dan pasang kembali kedua sekrup
pengaman.
7. Buka kembali valve V1 dan V2, kemudian nyalakan kembali Pump Switch. Sesekali
periksalah bak penampungan untuk memastikan elemen pemanas tetap terendam air.
Tambahkan air jika elemen pemanas tidak terendam.
8. Pastikan valve V3 (dari keran air) dan V4 (menuju ke pembuangan) terbuka.
Sambungkan selang dari V3 ke keran air, dan selang dari V4 ke tempat pembuangan
air (wastafel atau selokan).
9. Nyalakan keran dari sumber air. Tunggu hingga seluruh bagian Shell terisi air.
10. Nyalakan Sensor Switch dan amati bacaan temperatur di berbagai titik pada HE.
11. Lakukan pengamatan dan pencatatan data yang dibutuhkan sesuai instruksi
Asisten/Dosen.
12. Setelah seluruh pengamatan dan pencatatan data selesai dilakukan, matikan secara
berurutan Sensor Switch, Pump Switch dan Heater Switch (dari kiri ke kanan). (Sensor
Switch harus dimatikan pertama kali untuk menghindari kejutan listrik pada rangkaian
sensor)
13. Sensor Switch dapat dinyalakan kembali untuk memantau temperatur pada HE.
Pastikan seluruh bacaan temperatur telah berada di bawah 30℃. Setelah itu, Sensor
Switch, Master Switch, serta aliran air pendingin (dari keran air) dapat dimatikan.
14. Demi keamanan, tutup kembali posisi semua valve yang ada, atau lakukan
pengosongan bak penampung dan seluruh bagian HE dari air yang tersisa jika
diinstruksikan oleh Asisten/Teknisi.

Anda mungkin juga menyukai