Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASETIKA III

BULK DENSITY

OLEH:
KELOMPOK 4 SHIFT I JUMAT JAM 08.00-10.00
ANGGOTA KELOMPOK:
Niwayan sritanjung (15160007)
Roslina (15160030)
Trifani aprilla (15160005)
Rahmawati (15160019)
Cika sholikhah darel ( 15160009)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS

PADANG

2018
PERCOBAAN II

BULK DENSITY

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui teori tentang bulk density
2. Untuk mengetahui metode uji bobot jenis dan kompertibilitas
3. Untuk mengetahui proses pengujian bobot jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA


Bobot jenis serbuk dinyatakan dengan bulk density, sedangkan bobot
jenis murni dan bobot jenis granul dapat dinyatakan sebagai bobot jenis
partikel.
Digunakan alat tap volumeter yang terdiri dari gelas ukur, penahan gelas
ukur silinder, penahan, landasan, dan poros (sumbu) penggerak, alat dapat
digerakkan secara mekanis sedemikian rupa dengan hentakan yang dapat
dihitung, alat ini dilengkapi dengan system penghitung hentakan, yaitu 25
hentakan dalam satu menit.
Bulk density dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Bulk density untapped (bobot jenis tanpa goncangan)
Dari sejumlah material yang diketahui beratnya biasanya ditimbang 100
gram, dimasukkan hati-hati kedalam gelas ukur 200 ml, permukaan
serbuk diratakan dengan pinsel (brush), sehingga volume dapat langsung
dibaca. Dari berat dan volum dapat dicari bulk density untapped.
Sebelum pengukuran, pulva dikeringkan sampai berat konstan. Disini
partikel-partikel pulva berada dalam posisi yang teratur yang dapat
tercapai pada partikel-partikel isometric. Schuditche (bobot jenis murni)
ini dapat memberikan gambaran sampai berapa jauh partikel-partikel
yang isometri, sehingga dapat memberikan gambaran sampai berapa
jauh partikel-partikel pulva masih dapat mengalir dan berorientasi
sesamanya.
b. Bulk density tapped (bobot jenis setelah goncangan).
Melalui mekanisme penggoyangan atau penghentakan dari material
dalam gelas ukur pada keadaan Schuttvolum adalah mungkin untuk
memberikan energi pada masing-masing partikel, dimana energi ini
digunakan untuk mengatasi gaya gesekan antar partikel sehingga dengan
demikian terjadilah keadaan orientasi partikel yang cukup tinggi. Alat
yang dapat digunakan adalah tap volumeter (Stampvolumeter).
Perbandingan antara bobot jenis mampat (Dt) dan bobot jenis murni (Do)
dinamakan faktor Hausner :

Untuk mengukur Bulk Density digunakan tap volumeter, yang terdiri dari :
gelas ukur, silinder panah, landasan, poros penggerak, dan sistem penghitung
hentakan.

Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan


dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat
dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal
diayakan (butir kasar). Ukuran butiran tertentu yang masih bisa melintasi
ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt, 1994). Teknik pemisahan
dengan menggunakan pengayakan, merupakan teknik yang tertua, teknik ini
dapat dilakukan untuk campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa
padat. Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam
campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang
tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh.
Pada pengayakan manual, bahan dipaksa melewati lubang ayakan,
umumnya dengan bantuan bilah kayu atau bilah bahan sintetis atau dengan
sikat. Beberapa farmakope memuat spesifikasi ayakan dengan lebar lubang
tertentu. Sekelompok partikel dinyatakan memiliki tingkat kehalusan
tertentu jika seluruh partikel dapat melintasi lebar lubang yang sesuai
(artinya tanpa sisa diayakan). Dengan demikian ada batasan maksimal dari
ukuran partikel (Voigt, 1994).
Sedangkan, pada pengayakan secara mekanik (pengayak getaran,
guncangan atau kocokan) dilakukan dengan bantuan mesin, yang umumnya
mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar lubang standar yang
berlainan. Bahan yang dipak, bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan
melalui lubang kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi yang berbeda.
Beberapa mesin pengayak bekerja dengan gerakan melingkar atau ellipsoid
terhadap permukaan ayakan. Pada jenis ayakan yang statis, bahan yang
diayak dipaksa melalui lubang dengan menggunakan bantuan udara kencang
atau juga air deras (Voigt, 1994).
Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam pengayakan
tergantung dari material yang akan dianalisa, anatara lain:
1. Ayakan dengan gerakan melempar
Cara pengayakan dalam metode ini, sampel terlempar ke atas secara
vertikal dengan sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan
penyebaran pada sampel dan terjadi pemisahan secara menyeluruh, pada
saat yang bersamaan sampel yang terlempar keatas akan berputar (rotasi)
dan jatuh di atas permukaan ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih
kecil dari lubang ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih
besar akan dilemparkan ke atas lagi dan begitu seterusnya. Sieve shaker
modern digerakkan dengan electro magnetik yang bergerak dengan
menggunakan sistem pegas yang mana getaran yang dihasilkan dialirkan
ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu (Zulfikar, 2010).
2. Ayakan dengan gerakan horizontal
Cara Pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak secara horisontal
(mendatar) pada bidang permukaan sieve (ayakan), metode ini baik
digunakan untuk sampel yang berbentuk jarum, datar, panjang atau
berbentuk serat. Metode ini cocok untuk melakukan analisa ukuran
partikel aggregat (Zulfikar, 2010).

Metode pengayakan digunakan untuk pengukuran partikel diameter


50nm-500nm. Metode ini menggunakan satu seri ayakan standar yang telah
dikalibrasi oleh National Bureau of Standards. Menurut metode USP untuk
menguji kehalusan serbuk, suatu massa sampel diletakkan pada ayakan yang
sesuai dalam suatu alat penggojog mekanis (shaker). Serbuk digojog selama
beberapa waktu tertentu dan bahan yang lolos dari satu ayakan, berikutnya
dapat diayak pada ayakan yang lebih halus, kemudian dikumpulkan, dan
ditimbang (Sudjaswadi,2002).
Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel
berdasarkan nomor mesh. Metode ini merupakan metode langsung karena
ukuran partikel dapat dilhat secara dua dan tiga dimensi. Metode ini
menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi oleh The National
Bureau of Standard. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-
partikel yang lebih kasar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati,
ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus
44 mikrometer (ayakan no.325).
Jika diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima
berturut-turut mulai dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di
bawah. Satu sampel serbuk yang ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan
paling atas, dan setelah ayakan tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu
tertentu, serbuk yang tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan
pengayakan akan timbul dari sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan
lama serta intensitas penggoyangan.
Metode dengan menggunakan satu seri ayakan yang telah dikalibrasi
oleh Nasional Bureau of Standards, merupakan suatu metode yang paling
sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel. Di sini
penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui
sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang
disusun ke atas. Bahan yang akan diayak diletakkan pada ayakan teratas
dengan lebar jala paling besar. Partikel yang ukurannya lebih kecil dari lebar
jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.Menghasilkan bahan halus (bahan
yang lolos dari ayakan). Partikel yang tinggal pada ayakan, membentuk bahan
kasar.
Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa
sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara
mekanik. Nomor mesh menyatakan banyaknya lubang dalam 1 inchi. Ayakan
dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti ukuran
partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Sebaliknya ayakan dengan
nomor mesh besar memiliki lubang ayakan kecil berarti ukuran partikel yang
melewatinya kecil. Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel
sesuai dengan ukuran partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos
ayakan pertama akan tersaring pada ayakan kedua dan seterusnya hingga
partikel itu tidak dapat lagi melewati ayakan dengan nomor mesh tertentu.
III. PROSEDUR KERJA

III.1. Alat dan Bahan


 Timbangan analitik  Gelas ukur

 Hasil granul  Ayakan

III.2. Cara Kerja


Cara kerja penentuan bulk Density:
1. Terlebih dahulu alat tap volumeter dikalibrasi untuk mengetahui
berapa waktu yang dibutuhkan untuk 1250 x hentakan, yaitu dengan
cara :
a. Pasang alat dimana tap volumeter dalam keadaan kosong
b. Hitung jumlah hentakan dalam 1 menit
2. Timbang granul (20 g), masukkan ke dalam gelas ukur dan
permukaan atas serbuk diratakan sehingga volumnya dapat dibaca
(V1) dengan demikian bj murni dapat ditentukan (Do).
3. Alat dihidupkan dan akan terjadi hentakan, buat hentakan sebanyak
1250 kali dan baca volume serbuk (A) kemudian dilakukan
penghentakan kedua kalinya sebanyak 1250 kal dan baca volume
serbuk (B). Bila selisih pembacaan A dan B tidak melebihi 2
cm3 maka adalah volume mampat (Vt) maka dengan demikian bj
mampat dapat dihitung (Dt).
4. Bandingkan Bj murni dan Bj mampat, faktor Hausner,
kompresibilitas, dan porositasnya, dengan rumus :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. Hasil

P. nyata = = = 0,38 gr/ml

P.mampat = = = 0,39 gr/ml


FH ( faktor housner) = = = 0,974 gr/ml

Kompresibilitas = x 100%

= x 100%

= 3,3%

IV.2. Pembahasan
Pada percobaan ini dengan judul bulk density yang dilakukan adalah
mencari bobot jenis dan kompresibilitas dan untuk mengetahui nilai
dari faktor housner, yang dilakukan pertama adalah menentukan
bobot jenis nyata dengan cara menuangkat hasil granul ke dalam
gelas ukur dan mengukur jumlah nya setelah itu diberikan
guncangan selama 25-30 guncangan setelah itu ukur kembali berapa
jumlah hasil granul, pada percobaan ini hasil yang diperoleh
sebelum guncangan adalah 15 ml setelah itu diperoleh lagi setelah
guncangan adalah 14,5 ml. Namun sebelum itu dilakukan terlebih
dulu penimbangan granul didapat hasil 5,8 gram namun setelah
guncangan di peroleh massa 14,5 gram. Setelah proses itu selesai
maka dilakukan penghitungan dengan rumus massa yang didapat
dibagi dengan volume awal yang di dapat.
Sedangkan pada penentuan bobot jenis mampat yang di hitung
adalah mssa sesudah guncangan di bagi dengan volume setelah
gunvangan lalu diperoleh massa mampat.
Setelah itu kemudian dilakukan perhitungan faktor housner dengan
cara hasil dari bobot jenis mampat dibagi dengan bobot jenis nyata
lalu diperoleh lah faktor housner. Kemudian yang terakhir yang
dilakukan adalah menghitung kompresibilitas dengan cara volume
awal dikurangi dengan volume setelah guncangan dibagi dengan
volume awal lalu dikali 100% lalu diperolehlah hasil dari
kompresibilitas. Uji kompresebilitas ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan granul saling melekat menjadi massa yang
kompak,kompresibilitas ditujukan dengan kekerasan tablet yang
dihasilkan, sifat kompresibilitas yang baik akan menghasilkan
tablet yang baik serta kompak , biasa nya tablet yang dibuat dengan
metode granulasi basah lebih baik dibandingkan dengan metode
granulasi kering. Jika tidak ada nya uji kompresibilitas granul ini
maka serbuk yang akan dicampurkan tidak dapat menyatu sempurna
untuk menjadi granul yang baik.
Pada percobaan uji yang dilakukan pada praktikum hasil uji
kompresibilitas yang di dapat adalah 3,3 % sedangkan hasil
kompresibilitas yang baik menurut literatur adalag 5-15% masuk
pada kategori sangan baik, hal ini terjadi dimungkinkan karena
kesalahan pada proses praktikum yang dilakukan oleh praktikan
karena kurang teliti. Uji yang dilakukan selanjutnya adalah
penentuan faktor housner. Faktor housner itu sendiri adalah
perbandingan antara bobot jenis mampat dan bobot jenis nyata
dilakukan untuk mengatahui sifat alir pada granul. Pada percobaan
faktor housner yang diperoleleh adalah 0,947. Sedanagkan pada
litertur faktor housner yang baik adalah kurang dari 1,25 atau
mendekati 1. Maka faktor hausner yang diperoleh pada praktikum
bulk density ini masuk pada kategori sifat alir yang baik untuk suatu
granul.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan
1. Uji bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat dilakukan untuk
pengujian sifat alir apada serbuk granul
2. Uji kopresibilitas dilakukan untuk mengetahui kekuatan granul
untuk melekat menjadi massa yang kompak
3. Pada perccobaaan massa jenis nyata yang diperoleh adalah 0,39
sedangkan bobot jenis nyata yang diperoleh adalah 0,38
4. Hasil dari faktor housner yang diperoleh adalah 0,947 yaitu
dengan hasil sangat baik karena sesuai dengan literatur
5. Hasil nilai kompresibiltas yang diperoleh adalah 3,3% sedangkan
nilai kompresibilitas yang sangat baik adalag 5-15% sehingga
hal ini tidak sesuai dengan literatur
6. Semua pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat alir suatu
granul agara menghasilkan tablet yang baik.

6.2. Saran
Diharapkan dapat memahami teori, metode dan proses
pengujian sebelum praktikum sehingga dapat membuat dan
melakukan praktikum dengan hasil terbaik nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Parrot, EL. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third


Edition. USA: Burges Publishing Company.

Aulton M. E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. New


York. Churchill Livingstone Inc.

Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipient. 6th Edition. London : Pharmaceutical Press.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat.


Jakarta: Departemen Kesehatan.

Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Jakarta:BUniversitas Indonesis
Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : F. Ibrahim.
Edisi ke-4. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai