Semeseter 4
LAPORAN PRAKTIKUM
SIEVING
2. PERINCIAN KERJA
Persiapan bahan
Penghalusan/grinding (tumbuk)
Pengayakan
4. DASAR TEORI
Ada tiga wujud zat yaitu, zat padat, zat cair dan gas.
Diantara ketiga wujud zat tersebut, zat padat-lah yang
penanganannya paling sulit. Zat padat yang diolah bisa terdapat
dalam berbagai bentuk potongan-potongan besar bersudut,
lembaran – lembaran lebar yang kontinus (seimbang), ataupun
berbagai serbuk halus. Zat padat itu ada yang keras dan abrasif,
kuat, kenyal, lunak dan rapuh, mendesu, plastik atau lengket.
Bagaimanapun bentuk zat padat tersebut, harus diusahakan suatu
cara untuk menanganinya dan bila mungkin karakteristik
penangannya diperbaiki.
Salah satu penanganan zat padat yang digunakan dalam
industri kimia adalah sieving atau pengayakan merupakan suatu
cara untuk mendapatkan partikel bahan padat yang berukuran
seragam. Partikel-partikel padat dari hasil penggerusan
menggunakan peralatan seperti crusher, ball mill dan lain-lain.
Peralatan ini banyak diterapkan pada berbagai bidang seperti
teknik sipil, metalurgi, pertambangan dan lain-lain. Untuk industri
kimia, peralatan ini biasanya sebagai sarana yang digunakan pada
unit pengeringan, kristalisasi, reaksi padat cair pada reactor, dust
collector dan lain-lain.
Partikel zat padat secara individu dikarakterisasikan dengan
ukuran, bentuk, dan densitasnya. Partikel zat padat homogen
mempunyai densitas yang sama dengan bahan bongkahan.
Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat
campuran , mempunyai berbagai densitas yang biasanya berbeda-
beda. Untuk partikel yang bentuknya beraturan, miasalnya yang
berbentuk bola dan kubus ukuran dan bentuknya dapat dinyatakan
dengan mudah. Tetapi, partikel yang bentuknya tidak beraturan,
seperti butiran-butiran pasir dan serpihan mika, ukuran dan
bentuknya tidak begitu jelas dan harusd didefenisikan secara acak.
Karakteristik Partikel Zat Padat
Pada proses pengayakan, bahan dibagai menjadi bahan
kasar yang tertinggal (hasil atas) dan bahan lebih halus yang lolos
melalui ayakan (hasil bawah). Bahan yang tertinggal hanyalah
partikel yang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan,
sedangkan bahan yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang
itu. Dalam praktek sering kali terjadi penyimpangan dari keadaan
ideal ini. Penyimpangan dapat dinyatakan dalam efisiensi, yaitu
perbandingan antara jumlah bahan yang lolos dalam
kenyataannya dan jumlah bahan yang lolos secara teoritik efisiensi
selalu lebih kecil dari satu atau kurang dari 100%.
Faktor – faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah :
Bentuk Butir
Padatan yang berupa butir tidak beraturan lebih mudah lolos jika
dibandingkan dengan bahan-bahan berbentuk bola, jarum atau
sisik yang dapat menyumbat atau menutupi lubang ayakan.
Kelembaban
Umpan yang lembab atau lekat ikut menyebabkan penggumpalan
bahan dan menutup lubang ayakan.
Lubang Ayakan
Pada dasarnya semakin halus bahan yang diayak, semakin awal
terdapatnya kecenderungan penyumbat lubang ayakan.
Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan
ukuran, bentuk dan densitasnya. Partikel zat padat homogen
mempunyai densitas yang sama dengan bahan bongkahan. Untuk
partikel yang bentuknya beraturan, misalnya bola dan kubus,
ukuran dan bentuknya dapat dinyatakan dengan mudah. Tetapi
partikel yang ukurannya tak beraturan (seperti butiran-butiran
pasir dan serpih mika), istilah “ukuran (“size”) dan
“bentuk”(“shape”) tidak begitu jelas dan harus didefinisikan secara
acak.
Pada umumnya, ”diameter” dapat ditentukan untuk setiap
partikel yang ekidimensional. Partikel yang tidak ekidimensional,
yaitu yang lebih panjang pada satu arah ketimbang pada arah yang
lain, partikel itu dikarakterisasi dengan dimensi utama yang kedua
terpanjang.
Ukuran partikel, menurut konvensi, dinyatakan dalam
berbagai satuan, bergantung pada jangkauan ukuran yang terlibat.
Partikel–partikel kasar diukur dalam inci atau millimeter, partikel
halus dengan ukuran halus dengan ukuran ayak dan partikel yang
sangat halus dengan micrometer dan nanometer. Partikel yang
ultrahalus kadang-kadang diberikan dengan luas permukaan
persatuan massa, biasanya dalam meter persegi pergram.
Informasi dari analisis ukuran partikel didaftarkan untuk
menunjukkan massa atau jumlah fraksi yang terdapat dalam setiap
totokan atau pertambahan kecil (increment) ukuran sebagai fungsi
ukuran partikel rata–rata di dalam totokan itu. Analisis yang
ditabulasikan dengan cara demikian dinamakan analisis
deferensial. Hasilnya biasanya disajikan dalam bentuk histogram.
Cara kedua untuk menyajikan informasi itu ialah dengan
menggunakan analisis kumulatif (cumulative analysis) yang
didapatkan dengan menjumlahkan tokokan–tokokan itu secara
berurutan mulai yang mengandung partikel kecil, lalu memetakkan
jumlah kumulatif tersebut terhadap diameter maksimum dari
partikel yang terdapat dalam tokokan itu. Dalam analysis kumulatif,
data itu dapat dinyatakan dengan baik dalam bentuk kurva
kontinue.
Analisis Ayak
Ayak standar digunakan untuk mengukur besarnya partikel
(dan distribusinya) dalam jangkauan ukuran antara 3 sampai
0,0015 in (76 sampai 38 µm). Ayak-ayak uji itu terbuat dari
anyaman kawat, sedang rapat anyaman (mesh) dan ukuran
kawatnya dibakukan dengan teliti. Bukaan ayakan itu berbentuk
bujursangkar. Setiap ayak itu diindentifikasi menurut mesh (rapat
ayak ) perinci. Bukaan sebenarnya tentulah lebih kecil dari angka
meshnya, karena tebal kawat tertentu harus juga diperhitungkan
juga.
Mesin Pemecah
Mesin pemecah atau penghancur adalah mesin berkecepatan
lambat yang digunakan untuk membuat pecahan kasar zat padat
dalam jumlah besar. Jenis-jenis yang utama adalah :
Mesin Giling
Istilah penggiling atau mesin giling memberikan berbagai jenis
mesin pemecah-penghalus dengan tugas menengah. Hasil dari
mesin pemecah biasanya dimasukkan ke dalam mesin giling,
dimana umpan itu digiling sampai menjadi serbuk. Jenis utama
mesin giling antara lain :
𝑑(𝑂𝑃)
𝑃%𝑖 =
𝑀.𝑑(𝑑𝑃𝑖 )
𝜋
𝑂𝑃𝑖 = 𝑛𝑖 . 𝜌. . 𝑑 3 𝑝𝑖
6
Dengan demikian jumlah bola –bola pada size interval ini adalah :
6.𝑂𝑃𝑖
𝑛𝑖 =
𝜋.𝜌.𝑑 3 𝑝𝑖
6.𝑂𝑃𝑖
∆𝐴𝑖 = 𝑛𝑖 . 𝜋. 𝑑2 𝑝𝑖 =
𝜌.𝑑𝑝𝑖
6.𝑑𝑂𝑃
𝑑𝐴𝐵 =
𝜌.𝑑𝑝
𝑑𝐴𝐵 6.𝑃%
= 𝑑(𝑑𝑃)
𝑀 𝜌.𝑑𝑝
𝑑𝑝 𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐴𝐵 6 𝑃%
= . ∫ 𝑑(𝑑𝑃)
𝑀 𝜌 𝑑𝑝
𝑑𝑝 𝑚𝑖𝑛
6. PROSEDUR PERCOBAAN
7. DATA PENGAMATAN
lebbar berat ayakan + sampel (kg) OP (Kg)
berat ayakan
No. ayakan
kosng
(mm) 30 menit 50 menit 30 menit 50 menit
1 2 0,46 0,44 0,38 0,08 0,06
2 1,7 0,42 0,42 0,38 0,04 0,04
3 1,4 0,4 0,4 0,36 0,04 0,04
4 1 0,38 0,38 0,34 0,04 0,04
5 0,6 0,38 0,38 0,32 0,06 0,06
6 0,5 0,32 0,32 0,3 0,02 0,02
7 0,425 0,32 0,32 0,3 0,02 0,02
8 0,25 0,32 0,32 0,26 0,06 0,06
9 0,125 0,36 0,38 0,26 0,1 0,12
Panci 0 0,4 0,4 0,36 0,04 0,04
Total 0,5 0,5
8. PERHITUNGAN
a. Penentuan massa total (M)
Untuk waktu 30 menit
b. Penentuan OP%
Untuk 30 menit
𝑂𝑃
OP%1=
𝑀
0,08
=0,50 𝑔 = 0,16 𝑔
Untuk 50 menit
𝑂𝑃
OP% =
𝑀
=0,50
0,06
𝑔= 0,12 𝑔
Selanjutnya dapat dilihat pada table.
c. Penentuan P%
𝑂𝑃%
P% =
𝑑𝑝1 −𝑑𝑝2
Untuk 30 menit
0,08
P% = = 0,267 g
2−1,7
Untuk 50 menit
0,08
P% = = 0,267 g
2−1,7
d. Penentuan C%OP
Untuk 30 menit
C %OP1 = OP%1
C %OP1 = 0,16
C %OP2 = C %OP1 + OP%2
= 0,24
= 0,24 + 0,08
= 0,32
Untuk 50 menit
C %OP1 = OP%1
C %OP1 = 0,12
= 0,2
= 0,2 + 0,08
= 0,28
e. Penentuan C%UP
Untuk 30 menit
C %UP1 = 1 - C %OP1
= 1 – 0,16
= 0,84
C %UP1 = 1 - C %OP1
= 1 – 0,12
= 0,88
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada table
6𝑥𝑂𝑃%1
A1 =
𝜌 𝑥 𝑑𝑝1
6 𝑥 0,16 𝑔
= 𝑔
0,0017 𝑥 2𝑚𝑚
𝑚𝑚
= 141,1765 mm2
Atotal = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + Apanci
= 4797,034108 g
Untuk 50 menit
6𝑥𝑂𝑃%1
A1 =
𝜌 𝑥 𝑑𝑝1
6 𝑥 0,12 𝑔
= 𝑔
0,0017𝑚𝑚 𝑥 2𝑚𝑚
= 105,8824 mm2
Atotal = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + Apanci
C%OP
0.6
dp vs
0.5 C%UP
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
dp (mm)
dp vs OP%
0.25
0.20
0.15
OP%
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
C%OP
0.6
0.5
dp vs
0.4 C%UP
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
dp (mm)
dp vs OP%
0.28
0.24
0.20
0.16
OP%
0.12
0.08
0.04
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1
dp (mm)
1. Waktu Pengayakan
Semakin cepat waktu pengayakan maka kesempatan partikel untuk
lolos semakin kecil. Sebaliknya apabila waktu pengayakan terlalu lama
maka akan mengakibatkan gaya tumbukan antar partikel sehingga
partikel akan pecah dan lolos dalam ayakan sehingga perlu dicari waktu
ayakan yang optimal.
3. Kandungan Air
Apabila material yang digunakan mengandung air, maka akan membuat
proses pengayakan tidak optimal karena partikel-partikel yang
mengandung air akan mudah beraglomerasi (bersatu) membentuk
ukuran partikel yang lebih besar sehingga lama kelamaan akan
menyumbat lubang ayakan.
10. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan pengolahan
data pengamatan melalui grafik, maka dapat disimpulkan bahwa :
Nilai dpf untuk masing-masing variasi waktu adalah 0125 mm
untuk variasi waktu 30 menit dan 50 menit.
Nilai dpm untuk masing-masing variasi waktu adalah 0,661 mm
untuk variasi waktu 30 menit dan 0,545 mm untuk variasi waktu
50 menit.
Luas permukaan distribusi ukuran partikel untuk masing –
masing variasi waktu adalah 9,9541 mm2/g untuk variasi waktu
30 menit dan 10,6529 mm2/g untuk variasi waktu 50 menit.