Anda di halaman 1dari 61

ofu^ 2~ool

01^

PELUNAKAN AIR S AD AH MELALUI PENYARINGAN ZEOLIT

, Oleh: Heri Hermana C02497077

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILIYIU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR September 2001

PELUNAKAN AIR S AD AH MELALUI PENYARINGAN ZEOLIT

Oleh : Her Hermana C02497077

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN JOLMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR September 2001

Leifi 6aikjmengerti af(an ketidakmengertian kita

Vntuf^fiadiafi ufang tafiunfcu, 'perjuanganku, dan fiaC-fia 6 erfiarga y ang mungkin teHivpakan
RINGKASAN Kesadahan dalam suatu perairan apabila ditinjau dari segi kesehatan tidak membahayakan. Akan tetapi jika ditinjau dari segi teknis dan ekonomis dapat menimbulkan kerugian dalam pemanfaatannya, seperti memboroskan sabun, menimbulkan kerak ketel, membentuk endapan pada pipa dan menimbulkan perubahan warna pada rendaman pakaian cucian (Siahaan, 2000). Untuk mengatasi kerugian yang disebabkan oleh kesadahan di dalam air diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi atau menghilangkan nilai kesadahan tersebut. Salah satu upaya untuk menurunkan nilai kesadahan adalah melalui pelunakan air dengan metoda pertukaran ion. Pelunakan air melalui metoda pertukaran ion dengan menggunakan resin zeolit alami merupakan metoda yang efektif untuk menghilangkan kesadahan. Pengaktifan dan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif serta penyusunan rancangan unit pelunakan air yang efisien dapat meningkatkan proses pelunakan air yang dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2001 yang terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan penelitian, analisa laboratorium dan analisa data. Parameter kualitas air yang diamati adalah kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH yang dianalisa di laboratorium Limnologi MSP. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit alam dari Cikembar, Sukabumi, air sadah dari daerali Sindang Barang, Bogor dan larutan HC1 0,2N 6 liter. Sedangkan alat yang digunakan adalah pipa PVC, ember, selang, dan corong plastik, busa penyaring dan ijuk. Zeolit yang digunakan dibagi ke dalam 3 ukuran kristal yang berbeda, yaitu ukuran kristal besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm), ukuran kristal sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm ), dan ukuran kristal kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm). Kemudian diaktifkan terlebih dahulu dalam 2 fraksi yang berbeda, yaitu aktifasi pemanasan melalui pengovenan pada suhu 150 C selama 2 jam dan aktifasi pengasaman melalui perendaman di dalam larutan HC1 0,2N selama 2 jam. Selanjutnya zeolit tersebut dikelompokan kedalam kombinasi perlakuan yang berbeda, lalu dimasukan ke dalam kolom pelunakan air berdasarkan kombinasi perlakuannya masingmasing. Selanjutnya air hasil perlakuan dari kolom pelunakan tersebut dianalisa nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH-nya yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai dari air bahan (yakni air sadah yang berasal dari daerah Sindang Barang, Bogor) dimana sebelumnya telah dianalisa kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH-nya. Kombinasi perlakuan aktifasi pemanasan-ukuran kristal sedang (40-60 mesh = 0 1,61,9 mm ) memberikan nilai tertinggi dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi air bahan dengan nilai yang didapatkan pada air hasil perlakuan yaitu sebesar 87,56 mg/lCaC 03 dan 0,009 mg/l. Begitu pula efisiensi kombinasi perlakuannya yang masing-masing sebesar 65,01% (kesadahan total) dan 88,89% (kandungan besi). Sedangkan perlakuan ukuran kristal kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) untuk semua fraksi aktifasi dan perlakuan tanpa aktifasi untuk semua ukuran kristal zeolit memberikan efisiensi yang rendah dalam pelunakan air. Hal ini terlihat dari penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi air bahan yang rendah.

Adanya peningkatan niiai kekeruhan pada air hasil perlakuan disebabkan oleh pengaruh dari pengaktifan secara pemanasan, dimana partikel-partikel halus dari zeolit terbawa aliran air ketika proses pelunakan air terjadi, sehingga nilai kekeruhan air hasil perlakuan menjadi lebih tinggi. Begitu pula pada nilai pH air hasil perlakuan yang mengalami perubahan, kemungkinan disebabkan oleh pengaruh dari pengaktifan secara pengasaman, dimana pengaruh larutan asam mempengaruhi nilai pH air hasil perlakuan. Akan tetapi peningkatan kekeruhan dan perubahan nilai pH pada air hasil perlakuan masih berada dalam kisaran yang aman, khususnya untuk air baku air minum serta kepentingan domestik dan industri lainnya (Perda, 1991). Pengaktifan dan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif dapat meningkatkan proses pelunakan air. Dengan adanya pengaktifan pada zeolit yang digunakan dapat meningkatkan daya tukar kation, daya selektifitas dan kemampuan sobrpsinya terhadap ionion penyebab kesadahan didalam air dan kandungan besi (Fe). Adapun fraksi aktifasi yang efektif dalam menurunkan nilai kesadahan didalam air adalah pengaktifan dengan cara pemanasan pada suhu 150C selama 2 jam. Sedangkan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif akan meningkatkan proses pelunakan air yang dilakukan. Ukuran kristal yang efektif dalam menurunkan nilai kesadahan air dan kandungan besi (Fe) adalah ukuran kristal sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm ).

SKRIPSI
Judul Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit : Heri Hermana : C02497077 : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui: I. KOMISI PEMBIMBING

Anggota

H. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN IPB

Tanggai Ujian: 30 Agustus 2001

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang Maha Rahman dan Rahim yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit. Pembuatan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Ibu, Embap, dan De' Hendi beserta Keluarga Besar di Sumedang atas do a restu dan dorongannya yang begitu berharga 2. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Bambang Widigdo, M.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya dimulai dari tahap persiapan, selama penelitian sampai tersusunnya skripsi ini 3. Ibu Ir. Hendarti Muluk dan Ibu Mayarina Krisanti. S,Pi selaku dosen tamu atas masukan yang begitu berarti bagi terciptanya skripsi yang lebih baik 4. Semua pihak yang telah membantu penulis sejak dari tahap persiapan sampai tersusunnya skripsi ini. Semoga menjadi amal ibadah yang mendapat balasan yang lebih baik lagi dari Alloh SWT. Harapan penulis semoga hasil-hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi mereka yang membutuhkannya.

Bogor, Juni 2001

Penulis DAFTARISI

DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... I. PENDAHULUAN ................................................................................ A. Latar belakang ................................................................................ B. Tujuan ............................................................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... A. Kesadahan .................................................................................... 1. Pengertian dan batasan kesadahan .......................................... 2. Proses terjadinya kesadahan ................................................... 3. Implikasi dari kesadahan ........................................................ 4. Klasifikasi kesadahan ............................................................. B. Besi (Fe) ....................................................................................... C. Zeolit ............................................................................................ 1. Pengertian zeolit ..................................................................... 2. Sifat fisik dan kimia zeolit...................................................... 3. Aplikasi penggunaan zeolit .................................................... 4. Proses pengaktifan zeolit ........................................................ 5. Proses regenerasi zeolit .......................................................... D. Pelunakan air ............................................................................... 1. Pengertian proses pelunakan air ............................................. 2. Metoda pelunakan air ............................................................. 3. Pelunakan air dengan zeolit melalui proses pertukaran ion

BAHAN DAN METODA A. Waktu dan tempat ......................... B. Alat dan bahan............................... C. Metoda kerja................................. 1. Tahap persiapan ...................... 2. Tahap pelaksanaan penelitian D. Metoda Analisa Data.................... 1. Efisiensi (E) ............................ 2. Perancangan percobaan ..........

Halaman III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... A. Kondisi air bahan ................................................................................................... B. Kesadahan total air hasil perlakuan ........................................................................ C. Kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan ................................................................ D. Kekeruhan air hasil perlakuan................................................................................ E. Nilai pH air hasil perlakuan .................................................................................... F. Analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air ....................................................... 21 21 22 25 31 33 34

IV. ...................................................................................................................... KESIM PULAN DAN SARAN...................................................................................................... 37 A. Kesimpulan ............................................................................................................ 37 B. Saran....................................................................................................................... 38 DAFTARPUSTAKA ......................................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................................... RIWAYAT HIDUP 39 41
49

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan (Peavy et al., 1985) ..................................................................................................... 2. Kombinasi perlakuan ................................................................................................... 3. Nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan .................. 4. Nilai rataan kesadahan total (mg/lCaCOs) air hasil perlakuan .................................... 5. Selisih nilai kesadahan total (mg/l CaCC>3) air bahan dan air hasil perlakuan .......... 6. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan ...................................................................................................................... 7. Nilai rataan kandungan besi (Fe) (mg/l) air hasil perlakuan ........................................ 8. Selisih nilai kandungan besi (Fe) air bahan dan air hasil perlakuan ............................ 9. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan ............................................................................ 10. Nilai rataan kekeruhan (NTU) air hasil perlakuan ..................................................... 11. Nilai rataan pH air hasil perlakuan ............................................................................. 24 26 26 28 31 33 7 16 21 22 22

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Skema proses pelarutan kation penyusun kesadahan perairan (Sawyer dan McCarty in Effendi, 2000) ..................................................................... 2. Proses regenerasi zeolit dengan larutan NaCl .............................................................. 3. Skema proses pelunakan air ......................................................................................... 4. Proses pertukaran ion yang terjadi di dalam kolom pelunakan air ............................... 5. Susunan alat.................................................................................................................. 6. Grafik nilai kesadahan total air bahan dan air hasil perlakuan ..................................... 7. Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan...................................................................................................................... 8. Grafik nilai kandungan besi (Fe) air bahan dan air hasil perlakuan ............................ 9. Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan ...................................................................................................................... 10. Proses awai delauminasi (pengasaman) pada kristal zeoli ........................................ 11. Grafik nilai kekeruhan (NTU) air bahan dan air hasil perlakuan ...............................

4 11 13 13 17 23

25 26

28 29 32

ix

12. Grafik nilai pH air bahan dan air hasil perlakuan ....................................................... DAFTAR LAMPIRAN
Gambar

33

Halaman

1. Bagian-bagian unit pelunakan air .................................................................................. 41 2a. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air hasil perlakuan .......................................................................................... 42 2b. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan ......................................................................................................... 42 3. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kesadahan total air hasil perlakuan ............................................................. 43 4. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan ..................................................... 44 5. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kekeruhan air hasil perlakuan ..................................................................... 45 6. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai pH air hasil perlakuan ................................................................................. 46 7. Hasil analisa kimia zeolit Cikembar-Sukabumi (Prayitno in Setiyadi, 1997) ............. 47 8. Biaya pembuatan unit pelunakan air ............................................................................ 48

I.

PENDAHULUAN

A Latar belakang Kebutuhan masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang vital. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan bertambahnya berbagai kegiatan industri, penyediaan air bersih menjadi hal yang mahal. Di lain pihak pembukaan lahan basah yang dikenal sebagai daerah resapan dan cadangan air, secara gencar dilakukan dengan berbagai tujuan, sehingga tidak mengherankan jika siklus distribusi alami air terganggu. Hal yang terjadi selanjutnya adalah kekeringan atau kelangkaan penyediaan air bersih pada daerah- daerah tertentu. Pada akhimya harga air bersih tidak lagi proporsional. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas dari penyediaan air bersih tidak lagi terjamin. Salah satu kasus yang berhubungan dengan masalah penyediaan air bersih adalah kesadahan pada air tanah yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk kepentingankepentingan domestik. Kesadahan pada air biasanya ditemukan di daerah-daerah yang mempunyai lapisan batu gamping atau daerah gunung kapur. Pada umumnya kualitas air tanah di daerah tersebut cukup baik, kecuali kandungan unsur mineral atau senyawa tertentu seperti Ca2+ (kalsium) dan Mg2+ (magnesium) yang cukup tinggi. Kesadahan ditinjau dari bidang perikanan terutama untuk budidaya ikan air tawar memang menguntungkan. Air sadah dapat mencukupi kebutuhan ikan terhadap mineralmineral terlarut dalam perairan. Selain itu perairan yang tergolong sadah dapat menetralisir kandungan logam berat dan senyawa-senyawa toksik lainnya seperti amonia yang berbahaya bagi ikan. Akan tetapi apabila ditinjau dari segi teknis dan ekonomis akan menimbulkan beberapa kerugian, yaitu memboroskan sabun, menimbulkan kerak pada ketel, menimbulkan endapan pada pipa yang dapat mempersempit pipa, serta menimbulkan perubahan warna pada rendaman cucian pakaian. Oleh karena itu pemanfaatan air sadah oleh masyarakat untuk kepentingan domestik dan industri tidak menguntungkan. Dampak yang merugikan dengan adanya sifat sadah pada air yang digunakan oleh masyarakat tersebut tentu saja menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam penggunaannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan pengolahan air sadah agar dampak yang merugikannya dapat dihilangkan. Salah satu metoda yang dipakai dalam pelunakan air adalah metoda pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan resin zeolit.

Prinsip kerja dari metoda ini adalah proses pertukaran kation-kation penyebab kesadahan dalam air (Ca2+, Mg2+) dengan kation-kation yang dapat dipertukarkan dalam kerangka kristal zeolit. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh metoda ini, yaitu diantaranya proses berlangsung cepat (10-20 menit), efisiensi tinggi, tidak menghasilkan endapan dan dapat dioperasikan berulang-ulang. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh pelunakan air dengan metoda pertukaran ion ini adalah air yang akan diolah tidak boleh keruh. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dari metoda pertukaran ion dengan resin zeolit dalam proses pelunakan air sadah diperlukan penelitian mengenai perbedaan perlakuan fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit efektif yang digunakan. Melalui penelitian tersebut diharapkan permasalahan yang ditimbulkan oleh kesadahan dapat diatasi, sehingga penggunaan air sadah untuk kepentingan domestik oleh masyarakat dapat lebih optimal lagi. B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memperkenalkan metoda pelunakan air sadah yang sederhana tetapi memiliki efisiensi yang tinggi. 2. Mendapatkan fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit yang efektif dalam menurunkan kesadahan pada air. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesadahan 1. Pengertian dan batasan kesadahan Kesadahan menggambarkan keadaan kation logam divalen (valensi dua). Kation- kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Kation-kation ini juga dapat bereaksi dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan pada peralatan logam (Effendi, 2000). Kesadahan dalam air disebabkan oleh keberadaan dari kalsium karbonat, magnesium bikarbonat, kalsium sulfat, magnesium sulfat, kalsium klorida dan magnesium klorida yang terlarut (Salvato, 1992). Pada perairan tawar, kation yang paling berlimpah adalah kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium yang dinyatakan dengan satuan mg/l CaCCb (Effendi, 2000). Keberadaan kation lainnya seperti

strontium, besi valensi dua, dan mangan juga memberikan kontribusi bagi nilai kesadahan total, akan tetapi peranannya relatif kecil (EPA, 1986). Perairan dengan nilai kesadahan yang tinggi pada umumnya adalah perairan yang berada pada daerah yang mempunyai lapisan batu gamping atau pada wilayah batuan berkapur. Sedangkan perairan lunak berada pada lapisan relatif tidak ada atau sedikit batuan kapurnya. Air permukaan biasanya mempunyai nilai kesadahan yang lebih rendah dari air tanah (Effendi, 2000). 2. Proses terjadinya kesadahan Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan bebatuan yang menyebabkan ion-ion yang terkandung di dalamnya larut dalam aliran air. Larutnya ion- ion tersebut ke dalam air lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas bakteri di dalam tanah yang banyak mengeluarkan karbondioksida. Selanjutnya keberadaan karbondioksida tersebut membentuk keseimbangan dengan asam karbonat. Pada kondisi yang relatif asam, senyawasenyawa karbonat yang terdapat di dalam tanah dan batuan berubah menjadi senyawa bikarbonat yang larut dalam air. Pelarutan ion-ion tersebut menyebabkan terjadinya kesadahan dalam suatu perairan (EPA, 1986).

Sawyer dan McCarty in Effendi (2000) menjelaskan mengenai proses pelarutan senyawa karbonat dan kation-kation penyusun kesadahan perairan seperti yang ditunjukan dalam Gambar 1.

Air hujan 4 Lapisan tanah pucuk (top soil) Zonase dengan aktifitas bakteri yang intensif, menghasilkan CCS dalamjumlah besar CaC03 + H2C03 Ca(HC03)2(lamt) I Lapisan sebelah bawah tanah (sub soil) Zonase dengan aktifitas lebih sedikit pula bakteri lebih sedikit, Menghasilkan CO^
CaC03 + H2C03 Ca(HC03)2 (lanit)

Lapisan batuan kapur (limestone) Zonase dengan aktivitas reaksi kimia yang berlangsung intensif CaC03 + H2C03 > Ca(HC03)2 (lamt) MgC03 + H2C03 Mg(HC03)2 (ani{)

Gambar 1. Skema proses pelarutan kation penyusun kesadahan perairan (Sawyer dan McCarty in Effendi, 2000)

3. Implikasi dari kesadahan Kesadahan ditinjau dari segi kesehatan tidak membahayakan. Akan tetapi apabila ditinjau dari segi teknis dan ekonomis akan menimbulkan beberapa kerugian, (Siahaan, 2000) yaitu antara lain: 1. Memboroskan sabun Ion Ca2+ dan Mg2+ akan bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Endapan yang terbentuk menyebabkan tidak timbul busa, sehingga memerlukan penambahan sabun lagi untuk mengatasinya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ci7H35C02Na + H20 C02NaCi7H350H

'j t

n t

Karena ada ion Ca dan Mg , maka reaksinya menjadi: C, 7H35C02Na + Ca2+ - (Ci7H35)Ca + Na+
endapan

Menimbulkan kerak-kerak pada ketel Air sadah yang dipanaskan dalam suatu medium (misal ketel) akan membentuk endapan, yaitu berupa kerak-kerak. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
dipanaskan

Ca(HC03)2

CaC03 + C02 + H20


endapan

Apabila pada ketel ada kerak, maka tidak ada transfer panas, sehingga untuk mendidihkan air diperlukan pemanasan yang lebih tinggi. Hal ini berbahaya karena ___dapatjnenyebabkanmeledaknyaJcetel ........... ......................................................................... 3. Menimbulkan endapan-endapan pada pipa, sehingga dapat mempersempit pipa 4. Menimbulkan perubahan warna pada rendaman cucian pakaian Akan tetapi Laws (1993) menyebutkan bahwa kesadahan yang mempunyai hubungan dengan pH dan alkalinitas dapat menurunkan toksisitas logam berat dalam suatu perairan. Begitu pula Doudoroff (1953) dalam salali satu literaturnya tentang toksisitas menyebutkan bahwa kehadiran kalsium yang berlimpah dalam suatu perairan dapat mereduksi toksisitas logam berat. Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan suatu perairan untuk kepentingan domestik dan industri. Tebbut in Effendi (2000) mengemukakan bahwa nilai

kesadahan tidak memiliki implikasi langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat dengan cara kation-kation penyusun kesadahan (kalsium dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut. Sebagai contoh, toksisitas lmg/1 timbal (Pb) pada perairan dengan kesadahan rendah (soft water) dapat mematikan ikan. Akan tetapi toksisitas lmg/1 timbal pada perairan dengan kesadahan lebih dari 150mg/l CaCC>3 dapat menurunkan sifat toksik dari Pb tersebut bagi ikan. Nilai kesadahan juga dipakai sebagai dasar bagi pemilihan metode yang diterapkan pada proses pelunakan air (softening).

Klasifikasi Kesadahan

* ' '

Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara : (i) berdasarkan ion logam, yaitu kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium, (ii) berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat Pengelompokan kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium didasari oleh kesadahan pada perairan alami lebih banyak disebabkan oleh kation kalsium dan magnesium (Effendi, 2000). Kesadahan karbonat dihasilkan dari asosiasi antara kalsium dan magnesium dengan
'y

ion karbonat (CO3 ). Kesadahan ini sensitif terhadap panas dan mengendap pada proses pemanasan. Sehingga kesadahan karbonat disebut juga sebagai kesadahan sementara. Sedangkan kesadahan non karbonat merupakan asosiasi antara kalsium dan magnesium dengan sulfat klorida nitrat atau anion-anion lainnva. Kesadahan ini tidak dapat hilang dengan pemanasan, sehingga disebut dengan kesadahan tetap. Kesadahan total merupakan jumlah dari kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat (Moss dan Moss, 1990). Sedangkan Siahaan (2000) memberikan satu jenis lagi dari klasifikasi kesadahan selain yang telah disebutkan diatas, yaitu kesadahan pseudo (kesadahan semu). Kesadahan pseudo adalah kesadahan yang terbentuk apabila konsentrasi Na+ dalam air tinggi, misalnya : air laut, air payau, dan air-air yang banyak mengandung Na+ tinggi. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan yang dimilikinya disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan (Peavy et al. in E: iendi, 2000)
Kesadahan (mg/l CaC03) <50 50-150 150-300 >300 Klasifikasi perairan Lunak (soft) Menengah (moderately hard) Sadah (hard) Sangat sadah (very hard)

B. Besi (Fe) Besi (Fe) adalah salali satu elemen kimiawi yang dapat ditemukan pada hampir seluruh tempat di bumi (pada semua lapisan geologis dan badan air). Pada umumnya besi yang ada dalam air bersifat : (1) terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri), (2) tersuspensi sebagai butir koloidal, seperti FeO, Fe2C>3, Fe(OH)3 atau Fe(OH)2, dan (3) tergabung dalam zat padat organik atau anorganik (seperti tanah liat) (Alaerts dan Santika, 1987). Kandungan besi yang tinggi di dalam air tanah disebabkan oleh jenis tanah dan batuan yang menyusun tanah atau buangan industri seperti industri pertambangan dan penggerusan bijih besi, industri kimia (organik, anorganik dan petrokimia), industri pengalengan makanan, industri pupuk dan sebagainya (Paterson in Yuliantie, 1991). Besi dalam air merupakan unsur yang penting dan berfungsi bagi metabolisme tubuh. Ambang batas kadar besi maksimum untuk air minum adalah 0,3 mg/l dan untuk air baku air minum sebesar 5 mg/l (Perda, 1991). Adanya kandungan besi yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan bau. warna dan rasa pada air. Air sumur yang mengandung konsentrasi besi yang tinggi jika dipergunakan untuk mencuci pakaian atau perkakas dapur dapat menyebabkan terbentuknya noda kuning setelah barang-barang tersebut kering. C. Zeolit 1. Pengertian zeolit Zeolit adalah kelompok mineral dari hydrous alumunium silikat dari beberapa logam, terutama Ca dan Na, kadang-kadang dari Ba, Sr, K dan jarang dari Mg dan Mn. Rumus umumnya adalah Lm(AlxSiy0z).nH20 (L=logam) (Komar et al, 1985). Zeolit alam umumnya terdapat dalam bentuk campuran dengan senyawa atau unsur

pengotor dalam jumlah tertentu yang dapat mempengaruhi sifat dan kualitasnya, sehingga analisa sifat fisik-kimia dan mineralogi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum bahan tersebut dioptimalkan pemakaiannya (Wiradinata dan Astiana, 1989). Jenis-jenis mineral zeolit alam adalah analsit, khabazit, klinoptilolit, etionit, ferrierit, heulandit, laumenit dan fillipsit. Di Indonesia j enis mineral zeolit alam terbanyak adalah klinoptilolit dan modernit Salah satu jenis zeolit alam adalah klinoptilolit dengan rumus molekul (Na, K)20.A203.10SiC>2.8H20 ; dimana kation Na+ dan K+ merupakan yang dapat dipertukarkan (Arifin dan Harsodo, 1991). 2. Sifat fisik dan kimia zeolit Sifat fisik zeolit umumnya berwarna putih, merah, coklat, kuning atau hijau, tergantung dari bahan pembentuknya. Kekerasannya termasuk sedang (3-5 skala mosh). Berat jenis berkisar dari 2,0-2,5 g/cm (Barrer, 1982). Dalam pemanfaatannya, karakteristik zeolit yang harus diketahui antara lain: (1) kemurniannya, (2) komposisi kimiawi, (3) ukuran kristal, agregasi serta struktur -mila*oMstalinrdan-(4)-telmik^pengaktifannya(-Wiradinatadan-Astiana7-1989)^ -------------Sifat yang khusus dari mineral zeolit adalah dalam hal: 1. struktur kristal tetrahedral dari alumino siliko oksigen termasuk ke dalam tipe terbuka, berisi molekul air yang mudah lepas. 2. kation yang mengisi kenegatifan muatan dalam kisi kristal, mudah dipertukarkan 3. dengan asam mudah bereaksi Dari .sifat-sifat dasar tersebut memberikan manfaat dalam penggunaannya, yaitu: pengayak molekuler, penukar kation, penyerap dan katalisis. Sifat pertukaan kation merupakan dasar dari proses-proses lain kegunaannya dalam bidang pertanian, lingkungan, industri, termasuk farmasi (Komar et al, 1985). Zeolit mempunyai tiga sifat penting dalam aplikasinya sebagai bahan penukar kation, yaitu kinetika penukar ion, kapasitas tukar kation dan selektifitas ion. Kinetika penukar ion adalah menyangkut waktu yang dibutuhkan untuk menangkap ion yang diangkut pada kisi serapan dan menggantikan kation dalam struktur zeolit. Kapasitas tukar kation menunjukan jumlah milliekuivalen ion yang dapat diabsorpsi oleh seluruh kisi rongga partikel zeolit. Untuk kation yang lebih besar atau multivalensi (valensi ganda), maka kapasitas tukar kation zeolit

lebih rendah dibandingkan yang monovalen. Selanjutnya selektifitas kation menunjukan kemampuan zeolit dalam memilih kation yang akan diserap, yang didasarkan padatingkat energinya. Tingkat energi ini ditentukan oleh jarak antarkation, radius kation dan energi hidrasi dari kation (Alfandi, 1994). 3. Aplikasi penggunaan zeolit Zeolit memiliki kemampuan yang baik dalam menurunkan kadar kesadahan di dalam air (Moss dan Moss, 1990). Pelunakan air sadah dengan menggunakan zeolit merupakan metoda yang paling tua dan mudah yang memanfaatkan proses pertukaran ion. Zeolit mampu menghilangkan kesadahan dengan cara menukar ion-ion penyebab kesadahan, seperti besi (Fe), dan mangan (Mn) serta ion-ion yang lainnya dari dalam air dengan ion-ion tertentu (Kemmer, 1979). Sifat pertukaran ion yang dimiliki zeolit tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai penyerap unsur hara dan mineral-mineral tertentu, akan tetapi dapat dipergunakan untuk mengikat ion-ion logam berat. Penambahan zeolit dapat mengurangi pengaruh logam berat, seperti-QivCdT-Pbdan-Zn-pada-larutan-tanah-(Fugii-?-ShQfiantyT-l-999). Selain itu zeolit dapat dipakai sebagai bahan penyaring dalam pemurnian air, menyerap amoniak dalam suatu perairan dan dapat mengurangi konsentrasi unsur-unsur logam berat yang terdapat dalam air limbah (Minato in Shofianty, 1999). Resin zeolit alami yang berasal dari Cikembar mampu menurunkan kandungan besi (Fe) dalam air sebesar 89,33%. Begitu pula dengan resin zeolit alami yang lain, yaitu zeolit dari Bayah mampu menurunkan kesadahan total sebesar 63,33% dalam suatu proses pelunakan air dengan menggunakan metoda pertukaran ion. Sedangkan ukuran kristal zeolit yang efektif dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi (Fe) dalam air adalah 20-40 mesh (Yuliantie, 1991). 4. Proses pengaktifan zeolit Zeolit perlu diaktifkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk mempertinggi daya keijanya sebagai penyerap ataupun penukar kation. Pengaktifan zeolit dapat dilakukan melelui beberapa cara, antara lain: (1) pemanasan pada suhu dan waktu tertentu, (2) mengubah atau mempertukarkan kation yang dapat dipertukarkan, (3) mengubah rasio Si:Al dengan perlakuan dekationisasi atau dealumunasi (pengasaman). Pemanasan terhadap zeolit bertujuan

10

untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam rongga-rongga atau saluran zeolit, sehingga larutan kation, gas ataupun molekul-molekul yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter saluran dapat masuk ke bagian dalam rongga zeolit. Pengaktifan zeolit melalui pengasaman (dealumunasi) ditujukan untuk mengurangi efek hambatan dari
'j

pertukaran kation dengan cara pencucian kation Al dalam kerangka zeolit dan persisnya akan digantikan oleh ion H + (Wiradinata dan Astiana,1989). 5. Proses Regenerasi Zeolit Resin zeolit memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengikat ion-ion dalam struktur rangkanya. Semakin lama kemampuan menukar ionnya semakin menurun, bahkan dapat mencapai tingkat kejenuhan. Jika hal itu terjadi, maka diperlukan regenerasi. Dalam regenerasi tersebut terdiri dari proses pencucian, regenerasi, pembilasan dan pemeliharaan (Kemmer, 1979). Regenerasi itu sendiri adalah proses pengolahan untuk mendapatkan kembali resin dalam bentuk aktif seperti semula dengan cara menghilangkan ion-ion yang telah terserap -olehresin.-Regenerasi-dapatdilakukandengan-bemiacan'umacam-cara-bergantungpada _______ ion-ion apa yang terserap dalam resin tersebut. Regeneran yang dapat digunakan diantaranya adalah larutan HC1 dan NaOH. Setelah dilakukan regenerasi, perlu diberikan pembilasan terhadap resin. Pembilasan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pembilasan awai dan akhir. Tujuannya adalah untuk menghilangkan regeneran yang masih menempel pada resin dan menghilangkan kemungkinan garam yang terbentuk (Fitriah, 2000).

Proses regenerasi pada zeolit dengan menggunakan larutan NaCl dapat dilihat pada Gambar 2. (Simon, 1991) (R = zeolit)

Ca -> 2R-Na R2 + 2NaCl Mg + larutan NaCl > kolom kolom pertukaran ion pertukaran ion

CaCl2 MgCl2 + air sisa

Gambar 2. Proses regenerasi zeolit dengan larutan NaCl D. Pelunakan air 1. Pengertian proses pelunakan air Pelunakan air merupakan proses pemindahan atau pengurangan ion-ion yang menyebabkan kesadahan pada air. Proses ini dapat disempurnakan dengan penurunan kandungan total mineral dalam air ataupun melalui penukaran ion-ion penyebab kesadahan dengan sodium (Moss dan Moss, 1990). Sedangkan Alaerts dan Santika (1987) menyebutkan bahwa pelunakan merupakan penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan yang dapat bereaksi dengan zat-zat lain yang menyebabkan distribusi air dan penggunaannya terganggu. 2. Metoda pelunakan air Metoda yang biasa digunakan dalam pelunakan air adalah proses kapur-abu soda, proses zeolit, dan proses resin organik. Dalam proses zeolit, ion kalsium dan magnesium digantikan dengan ion sodium, membentuk campuran sodium dalam air yang tidak menyebabkan kesadahan, tetapi dapat menambah konsentrasi sodium yang ada (Salvato, 1992). Alaerts dan Santika (1987) memberikan perbandingan mengenai beberapa metoda pelunakan air , yaitu seperti dibawah ini : o 1. Proses pengendapan senyawa Ca 2+ dan Mg2+ Kebutuhan : Ca(OH)2, Na^CCb

12

Sifat: cepat (1-2 jam), dapat bersamaan dengan flokulasi, cara sederhana, efisiensi cukup tinggi, harga murah 2. Proses pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan ion Na+ atau H+ Kebutuhan : instalas! lengkap dengan penukar ion dan larutan regeneran Sifat: sangat cepat (10-20 menit), tidak dapat bersamaan dengan proses lain dan air baku tidak boleh keruh, instalas! dan operasi rumit, efisiensi sangat tinggi, untuk industri dan penyediaan air ketel 3. Proses kontak air dengan butir pasir atau kapur Kebutuhan : instalasi kolom kontak pasir atau kapur Sifat: lambat(lebih dari 2 jam ), tidak dapat bersamaan dengan proses lain, cara sederhana, efisiensi rendah. 3. Pelunakan air dengan zeolit melalui proses pertukaran ion Pelunakan air dengan menggunakan zeolit dan resin buatan merupakan metoda yang sederhana dan hanya memerlukan sedikit pengawasan. Biasanya digunakan untuk mengolah persediaan air di rumah-rumah pribadi atau penduduk,- Namun, diperlukan perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan kekeruhan dan partikel-partikel organik tersuspensi yang terkandung didalam air, sebelum dialirkan kedalam unit pengolahan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya (Salvato, 1992). Pertukaran ion atau ion exchange adalah proses penggantian satu ion oleh ion lain yang berada pada permukaan suatu resin (EPA, 1990). Pertukaran ion merupakan salah satu metoda penghilangan mineral didalam air. Media (resin) yang umum digunakan untuk proses ini adalah resin alami seperti zeolit atau resin buatan. Pada saat operasi dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion-ion yang terlarut didalam air akan terserap ke dalam resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen (Kemmer, 1979). Pontius (1990) memberikan penjelasan mengenai skema proses pelunakan air dengan menggunakan metoda pertukaran ion dalam Gambar 3.

13
Backwash keluar

Air bahan masuk


Regeneran masuk

Kolom pertukaran ion

Bypass

Regeneran sisa Backwash masuk

Air hasil olahan

Gambar 3. Skema proses pelunakan air Proses pelunakan air dengan menggunakan metoda pertukaran ion yang dijelaskan pada Gambar 3 diatas terdiri dari beberapa tahapan, yaitu proses pertukaran ion, keadaan jenuh, proses backwash (pencucian), regenerasi, pembilasan lambat serta pembilasan cepat. Simon (1991) menjelaskan mengenai reaksi yang terjadi di dalam kolom pertukaran ion pada proses pelunakan air, seperti terlihat dalam Gambar 4.

Ca (HC03)2 S04 + 2R-Na -> Na2S04 + Mg Cl2 air sadah + kolom pertukaran ion

2NaHCO 2NaCl air lunak + kolom

Ca R2 Mg

pertukaran ion

Gambar 4. Proses pertukaran ion yang terjadi di dalam kolom pelunakan air Sebagai media penukar ion, resin yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu (Fitriah, 2000), yaitu diantaranya adalah : 1. Memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi

14

2. Memiliki kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan, sehingga dapat digunakan secara berulang kali. Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, oleh karena itu resin harus tahan terhadap air 3. Memiliki kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada kisaran pH yang besar dan tahan terhadap sifat asam dan basa serta pada proses oksidasi dan radiasi 4. Memiliki kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, hidrostatis cairan dan osmosis Pertukaran ion dengan resin zeolit mampu menurunkan kesadahan didalam air (Moss dan Moss, 1990). Didalam proses tersebut ion-ion penyebab kesadahan seperti besi dan mangan serta ion-ion yang lain ditukarkan dengan ion yang lain (Kemmer, 1979). Pertukaran ion dapat sangat efektif dalam memindahkan kontaminan-kontaminan tertentu yang terdapat dalam proses pengolahan air limbah, bahkan dapat menghasilkan effluen dengan nilai kontaminasi mendekati nol (EPA, 1990). Kelebihan pelunakan air dengan menggunakan resin zeolit jika dibandingkan dengan metoda lain adalah : selama proses tidak terbentuk endapan, ongkos operasi dan modal lebih kecil, operasi mudah, regenerasi dan pengontrolan kualitasnya dapat dibuat otomatis, tidak meyebabkan efek yang membahayakan serta dapat mencapai hasil dengan nilai kesadahan nol (Husain, 1974). Sedangkan keterbatasan yang dimiliki oleh metoda tersebut adalah : sulit digunakan untuk air yang keruh, tidak digunakan untuk air dengan kadar Fe dan Mn yang tinggi (lebih
dari 2mg/1); kurang efektif untuk air yang bersifat asam dan dapat menjadi husuk jika disimpan

dalam keadaan lembab (zeolit alam) (Overman, 1969; Husain, 1974) Desain peralatan pelunakan air dengan menggunakan kolom zeolit mempunyai konstruksi yang hampir sama dengan penyaring pasir cepat. Bagian-bagian utama dari satu unit pelunakan air, yaitu : inlet dan outlet air sadali, outlet air lunak, inlet dan outlet larutan regeneran, pengontrol kecepatan aliran dan sistem pembuangan (drainase) (Powell, 1954).

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan tempat Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2001 yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, analisa laboratorium dan analisa data. Lokasi pengambilan air bahan dilakukan di daerah Sindang Barang, Bogor. Sedangkan penyiapan alat dan pelaksanaan penelitian dilakukan di laboratorium Limnologi. Analisa kualitas air berupa kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan (turbiditas) dan pH, dilakukan di laboratorium Limnologi lantai 3, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor B. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini meliputi: pipa PVC 3 buah (tinggi 75 cm, diameter 15 cm), ijuk, selang, corong, dan 1 buah ember plastik (10 liter), busa penyaring, lem plastik, oven Gakken, kipas angin Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : zeolit alam asai CikembarSukabumi dengan 3 ukuran kristal yang berbeda, yaitu : ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8- 5,5 mm), sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm), dan kecil (80-100 mesh = 0 l,2-l,4mm), air sadah dari daerah Sindang Barang, larutan HC1 0,2 N 6 liter, larutan aquades C. Metoda kerja Tahap persiapan Tahap persiapan terdiri dari dua bagian, yaitu tahap menganalisa kondisi air bahan dan tahap mempersiapkan alat-bahan serta pengaktifan zeolit. Analisa terhadap air bahan meliputi analisa parameter-parameter kualitas air, yaitu kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan untuk masing-masing parameter kualitas air. Kemudian nilai tersebut dirata-ratakan, sehingga didapatkan satu nilai yang mewakili kondisi tiap-tiap parameter yang dianalisa dari air bahan tersebut. Analisa dilakukan di laboratorium Limnologi jurusan MSP, FPIK-IPB. Dari hasil analisa tersebut didapatkan nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan sebagai nilai awai yang akan dibandingkan dengan air hasil perlakuan.

15

16

Proses pengaktifan zeolit terdiri dari 2 fraksi berbeda, yaitu pemanasan dan pengasaman. Aktifasi pemanasan dilakukan dengan pengovenan zeolit dalam 3 ukuran kristal berbeda yang masing-masing dioven pada suhu 150 C selama 2 jam. Sedangkan pengasaman dilakukan dalam larutan HC1 0,2 N selama 2 jam. Selama proses pengasaman dilakukan pengadukan yang bertujuan agar semua bagian zeolit terendam larutan HC1 secara merata. Kemudian zeolit hasil dari pengaktifan tersebut diberikan perlakuan lanjutan. Untuk zeolit dengan aktifasi pemanasan, selanjutnya dihilangkan partikel-partikel halusnya (sisa dari pengovenan) melalui kipas angin, sehingga yang tersisa adalah benar-benar zeolit dengan ukuran kristal yang digunakan. Sedangkan untuk zeolit hasil dari pengasaman, selanjutnya dicuci secara mengalir dengan larutan aquades. Hal ini bertujuan untuk menetralkan kembali zeolit setelah perendaman dengan HC1 0,2 N tadi. Lalu zeolit tersebut ditiriskan sampai benarbenar kering. Zeolit yang telah diaktifkan tersebut siap untuk digunakan sebagai resin dalam proses pelunakan air. Kemudian dikelompokan berdasarkan fraksi aktifasi dan ukuran kristalnya masing-masing dengan mengikuti kombinasi perlakuan yang diberikan, seperti tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Kombinasi perlakuan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kolom I II III IV V VI VII VIII IX Perlakuan AIBI A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Keterangan Tanpa aktifasi ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm) Tanpa aktifasi -ukuran sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm) Tanpa aktifasi -ukuran kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) Aktifasi pemanasan - ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm) Aktifasi pemanasan - ukuran sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm) Aktifasi pemanasan - ukuran kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) Aktifasi pengasaman - ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm) Aktifasi pengasaman - ukuran sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm) Aktifasi pengasaman - ukuran kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm)

Keterangan: Al; tanpa aktifasi, A2; fraksi aktifasi dengan pemanasan, A3; fraksi aktifasi dengan pengasaman, BI; ukuran besar (5 - 20 mesh = 0 2,8-5,5 mm), B2; ukuran sedang (40 - 60 mesh ^ 0 1,6-1,9 mm), B3; ukuran kecil (80 - 100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) 1. Tahap pelaksanaan penelitian

Penyusunan alat dalam penelitian ini ditunjukan seperti ditunjukan pada Gainbar 5
17

Kolom pelunakan air

Plastik penampung air liasi! perlakuan

Gambar 5. Susunan alat Air sadah yang berasal dari tempat penampungan (ember plastik) dialirkan melalui selang

18

plastik menuju kolom pelunakan air (pipa PVC) dengan kecepatan alir sebesar 1,5 cm/detik. Untuk mendapatkan nilai kecepatan alir yang konstan dilakukan pengaturan terhadap volume air sadah yang berada dalam ember plastik sedemikian rupa sehingga didapatkan nilai kecepatan alir yang tetap. Air sadah yang masuk ke dalam kolom pelunakan air akan melewati lubang inlet air sadah dan terus dialirkan oleh shower. Dari shower ini, air sadah tadi didistribusikan secara merata menuju resin zeolit yang terdapat di dalam kolom pelunakan air. Selanjutnya di dalam resin tersebut terjadi proses pelunakan air. Pelunakan air yang
I ^i

terjadi mengikuti proses pertukaran ion, dimana ion-ion penyebab kesadahan (Ca , Mg ) yang terdapat dalam air akan ditukarkan dengan ion-ion Al3+, Si2+ atau H* yang terdapat dalam resin zeolit dalam proses kesetimbangan. Air sadah yang mengalami pelunakan tersebut selanjutnya akan masuk ke lapisan ijuk dan diteruskan menuju busa penyaring. Lapisan ijuk dan busa penyaring berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang ikut bersama aliran air yang akan menyebabkan meningkatnya nilai kekeruhan pada air hasil perlakuan. Kemudian air yang sudah dilunakkan tadi dikeluarkan melalui lubang outlet air lunak yang akan ditampung dalam botol plastik. Air yang terdapat dalam botol plastik sebagai air hasil perlakuan tadi akan dianalisa nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pHnya. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, maka dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali ulangan. Selanjutnya nilai hasil analisa yang didapatkan dari air hasil perlakuan tersebut akan dibandingkan dengan nilai dari air balian (yang telah dianalisa sebelumnya). Kemudian dianalisa apakah terjadi kenaikan, penurunan atau tetap atau hal-hal lain yang terjadi selama penelitian terhadap nilai kesadahan, kandungan besi, kekeruhan dan pH air bahan. E. Metoda analisa data 1. Efisiensi (E) Untuk menghitung efisiensi (E) kombinasi perlakuan yang diberikan terhadap perubahan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe), maka digunakan rumus sebagai berikut: E = No-Nt x 100% ; No = 250,24 mg/lCaC03 No

19

Dimana : E = efisiensi kombinasi perlakuan (%) No = nilai kesadahan total atau kandungan besi (Fe) air bahan Nt = nilai kesadahan total atau kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan 2. Perancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berfaktor 3x3 dengan 3 kali ulangan. Penelitian ini terdiri dari dua faktor, yaitu fraksi aktifasi zeolit sebagai faktor I dan ukuran kristal sebagai faktor II. Faktor I dan faktor II masing-masing terdiri dari tigataraf. (Steel dan Torrie, 1995) Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yyk = M + a, + (3j + (a(3)ij + yk

dimana :
Yyk -

nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-i

dari faktor aktifasi zeolit dan taraf ke-j dari faktor ukuran kristal jj, = rataan umum ctj = pengarah utama dari faktor aktifasi zeolit taraf ke-i Pj = pengaruh utama dari faktor ukuran kristal taraf ke-j (a(3)ij= pengaruh interaksi dari faktor aktifasi zeolit taraf ke-i dan faktor ukuran kristal taraf ke-j jjk = pengaruh galat dari satuan percoban ke-k kombinasi perlakuan ij Selanjutnya data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Anova (Anlisis of variance). Sedangkan untuk mengetahui perbandingan dari masing-masing perlakuan terhadap nilai pengamatan yang diteliti, digunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan rumus : BNT = t(a/2,n) x V2KTS/r dimana : t a/2 = nilai dari Tabel t( a - 5%) n derajat bebas sisa (dbs) KTS = kuadrat tengah sisa r = banyaknya ulangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi air bahan Nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan, yakni air sadah dari daerah Sindang Barang yang diamati disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan
No. 1 2 3 4 Parameter fisika/kimia Kesadahan total Besi Kekeruhan pH Nilai 250,24 0,081 0,43 7,12 Satuan mg/I CaC03 mg/l NTU -

Berdasarkan data pada Tabel 3 didapatkan nilai kesadahan total air bahan yang sebesar 250,24 mg/lCaC03 termasuk kedalam golongan air sadah. Hal ini sesuai dengan pendapat Peavy et al. in Effendi (2000) yang menyebutkan bahwa nilai kesadahan yang terletak diantara 150-300 mg/lCaC03 termasuk kedalam golongan air sadah. Dengan kondisi air yang sadah tersebut dapat menimbulkan kerugian-kerugian dalam penggunaannya, khususnya untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan industri. Seperti halnya beberapa kerugian yang dialami oleh masyarakat sekitar yang menggunakan air tersebut, berupa : pemborosan konsumsi sabun, menimbulkan kerak pada ketel, terbentuknya endapan-endapan pada pipa yang akan mempersempit diameternya dan menimbulkan perubahan warna pada rendaman cucian pakaian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2000) mengenai kerugian-kerugian dari penggunaan air sadah untuk keperluan domestik dan industri. Sedangkan nilai kandungan besi (Fe) yang sebesar 0,081mg/l masih tergolong dalam nilai yang aman sebagai bahan untuk air baku air minum serta air untuk kepentingan domestik dan industri (Perda, 1991), sehingga dalam penggunaannya tidak menimbulkan permasalahan. Untuk nilai kekeruhan yang sebesar 0,43 NTU masih tergolong kedalam nilai yang memenuhi baku mutu untuk bahan air minum (Perda, 1991). Begitu pula halnya dengan nilai pH air

20

21

bahan sebesar 7,12 merupakan nilai yang masih berada dalam kisaran nilai pH untuk air baku air minum dan untuk kepentingan domestik yang diperbolehkan, yaitu sebesar 5-9 (Perda, 1991). B. Kesadahan total air hasil perlakuan Nilai kesadahan total air hasil perlakuan bervariasi mulai dari 80,97 mg/lCaC03 (A2B2 ulangan 2) hingga 215,01 mg/lCaC03 (AIBI ulangan 2) (Lampiran 2). Untuk nilai rataan kesadahan total air hasil perlakuan disajikan pada Tabel 4. dan Gambar 6. Sedangkan selisih nilai antara air bahan dan air hasil perlakuan diperlihatkan pada Tabel 5

Tabel 4. Nilai rataan kesadahan total (mg/lCaC03) air hasil perlakuan


Aktifasi Mo. BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan)
'V 3

Ukuran kristal B2 (Sedang) 190,56 B3 (Kecil) 203,47

211,86

200,33

87,56

199,93

A3 (aktifasi pengasaman)

204,94

99,87

196,47

Keterangan : nilai kesadahan awai - 240,24 mg/lCaCC>3 Tabel 5. Selisih nilai kesadahan total (mg/lCaC03) air bahan dan air hasil perlakuan
>J0 Aktifasi BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) 'i
J

Ukuran kristal B (Sedang) 59,68 B3 (Kecil) 46,77

38,38

49,91

162,68

50,31

A3 (aktifasi pengasaman)

45,30

150,37

53,77

22

P3 2 O 0 O 2 j O % g5 0 1 J0 1 0 *5 0 5 0 v0 0 0 *0

air Lahan

I
V -| s s I-

'f

3 ukuran kristal BI

I
A2
A3ttLfas i

sI % f/ i -m

ukuaii kristal B2 3 ukuran krbtal B3

4 1

air A1 bahan

A3

H Gambar 6. Grafik nilai kesadahan total air bahan dan air hasil perlakuan
Dari Gambar 6 dapat dinyatakan keterangan bahwa secara umum terjadi penurunan nilai kesadahan total air bahan. Kombinasi perlakuan BI (ukuran kristal besar) untuk semua perlakuan A (fraksi aktifasi) menunjukan nilai penurunan yang tidak begitu signifikan, yaitu berkisar antara 38,38-45,30 mg/lCaC03 dengan nilai kesadahan total pada air hasil perlakuan berkisar dari 200,33-211,86 mg/lCaC03. Begitu pula halnya untuk perlakuan B3 (ukuran kristal kecil) pada semua perlakuan A (fraksi aktifasi) menghasilkan nilai penurunan yang rendah, yaitu berkisar antara 46,77-53,77 mg/lCaC03 dengan nilai kesadahan total pada air hasil perlakuan sebesar 196,47-199,93 mg/lCaC03. Berbeda halnya dengan perlakuan B2 (ukuran kristal sedang) menghasilkan nilai penurunan yang bervariasi. Kombinasi perlakuan A1B2 (tanpa aktifasi - ukuran kristal sedang) menghasilkan nilai kesadahan total air hasil perlakuan sebesar 190,56 mg/l CaC03. Sedangkan kombinasi perlakuan A2B2 (aktifasi pemanasan ukuran kristal sedang) dan A3B2 (aktifasi pengasaman - ukuran kristal sedang) menghasilkan penurunan nilai kesadahan total yang tertinggi, yaitu 162,68 dan 150,37 mg/lCaC0 3 dengan nilai kesadahan total pada air hasil perlakuan masing-masing sebesar 87,56 dan 99,87 mg/ICaCC>3. Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan, sehingga didapatkan nilai kesadahan total air hasil perlakuan yang lebih rendah dari nilai air bahan (Lampiran 3). Sedangkan untuk mengetahui pengaruh

23

interalcsi tiap perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan, dilakukan uji statistik lanjutan berupa Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji BNT menunjukan bahwa secara umum seluruh perlakuan memberikan pengaruh yang nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan (Lampiran 2). Perlakuan yang memberikan pengaruh sangat nyata adalah A2B2 (aktifasi pemanasan - ukuran kristal sedang) dan A3B2 (aktifasi pengasaman ~ ukuran sedang). Sedangkan kombinasi perlakuan Al (tanpa aktifasi) untuk semua perlakuan B (ukuran kristal zeolit) tidak berpengaruh nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan. Begitu pula kombinasi B3 (ukuran kristal kecil) pada semua perlakuan A (fraksi aktifasi) memberikan pengaruh yang kurang nyata sampai nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan. Hal ini terlihat dari penurunan nilai kesadahan total air bahan yang tidak begitu signifikan. Tingkat efisiensi (E%) kombinasi perlakuan aktifasi dan ukuran kristal zeolit dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan terlihat dalam Tabel 6 dan Gambar 7

Tabel 6. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan
No. Aktifasi BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) 0 A3 (aktifasi pengasaman) 19,94 18,10 65,01 60,09 20,10 21,49 15,34 Ukuran kristal B2 (Sedang) 23,85 B3 (Kecil) 18,69

24

Aktifasi Gambar 7, Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan Dari Tabel 5 dan Gambar 7 terlihat bahwa efisiensi kombinasi perlakuan A2B2 (aktifasi pemanasan - ukuran kristal sedang) (65,01%) dan A3B2 (aktifasi pengasaman - ukuran kristal sedang) (60,09%) memberikan nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain dalam menurunkan kesadahan total air bahan. Sedangkan nilai efisiensi yang terkecil dihasilkan oleh perlakuan Al BI (tanpa aktifasi- ukuran kristal besar) sebesar 15,34%). Adanya perbedaan nilai tingkat efisiensi pada perlakuan-perlakuan yang diberikan lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan ukuran kristal zeolit yang digunakan kemudian oleh fraksi aktifasi yang diberikan. Terlihat bahwa ukuran kristal sedang lebih efisien dibanding ukuran kristal besar dan kecil. Sedangkan fraksi aktifasi pemanasan dan pengasaman mampu meningkatkan tingkat efisiensi zeolit dalam menurunkan nilai kesadahan dalam air. Dibandingkan dengan zeolit yang tidak diaktifkan terlebih dahulu. C. Kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan Nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan beragam berkisar mulai dari 0,008 0, 059 mg/l. Untuk nilai rataan kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan disajikan pada

Tabel 7 dan Gambar 8. Sedangkan selisih nilai air bahan dengan air hasil perlakuan ditunjukan pada Tabel 8

25

Tabel 7. Nilai rataan kandungan besi (Fe) (mg/l) air hasil perlakuan
No. Aktifasi BI (Besar) l Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) 3 A3 (aktifasi pengasaman) 0,028 0,016 0,052 0,025 0,009 0,046 0,041 Ukuran kr istal B2 (Sedang) 0,034 B3 (Kecil) 0,0587

keterangan : nilai kandungan besi (Fe) awai - 0,081 mg/l

Tabel 8. Selisih nilai kandungan besi (Fe) (mg/l) air bahan dan air hasil perlakuan
Aktifasi No. BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) J A3 (aktifasi pengasaman)
E3 .air "baliaii EJ Tjikvuraii knst-al E1 B lAJairaii Jciistal B2 E3\ikuaraii liristal B3

Ukuran kristal B2 (Sedang) 0,047 B3 (Kecil) 0,022

0,040

0,056

0,072

0,035

0,053

0,065

0,029

0.09 -0*08 air bahan A1 A2 A3

Akdfasi Gambar 8. Grafik nilai kandungan besi (Fe) air bahan dan air hasil perlakuan

26

Dari Gambar 8didapatkan keterangan bahwa secara umum terjadi penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan. Kombinasi perlakuan B3 (ukuran kristal kecil) untuk semua perlakuan A (fraksi aktifasi) menunjukan nilai penurunan yang tidak begitu signifikan, yaitu berkisar antara 0,022-0,35 mg/l dengan nilai yang didapatkan dari air hasil perlakuan sebesar 0,046-0,058 mg/l. Berbeda halnya dengan perlakuan B2 (ukuran kristal sedang) untuk semua perlakuan A (fraksi aktifasi) menghasilkan nilai penurunan yang tinggi, yaitu dari 0,047-0,072 mg/l dengan nilai kandungan besi (Fe) pada air hasil perlakuan sebesar 0, 009-0,034 mg/l. Kombinasi perlakuan BI (ukuran kristal besar) untuk semua

perlakuan A (fraksi aktifasi) menghasilkan nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan yang cukup tinggi, yaitu berkisar 0,025-0,041 mg/l. Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit berpengaruh sangat nyata serta interaksi keduanya berpengaruh nyata dalam menurunkan nilai kandungan besi (Fe) air bahan, sehingga didapatkan nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan yang lebih rendah dari nilai air bahan (Lampiran 4). Sedangkan untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan, dilakukan uji statistik lanjutan berupa Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji BNT menunjukan bahwa secara umum seluruh perlakuan memberikan pengaruh yang nyata dalam menurunkan nilai kandungan besi (Fe) air bahan (Lampiran 4). Perlakuan yang memberikan pengaruh sangat nyata adalah A2B2 (aktifasi pemanasan - ukuran kristal sedang) dan A3B2 (aktifasi pengasaman - ukuran kristal sedang). Sedangkan kombinasi perlakuan Al (tanpa aktifasi) untuk semua perlakuan B (ukuran kristal zeolit) 4idak-beipengaruh-nyatadalam-menurunkannilaLkandungan-besL(Ee)air-bahan_Begitu_______ pula kombinasi B3 (ukuran kristal kecil) pada semua perlakuan A (fraksi aktifasi) memberikan pengaruh yang kurang nyata sampai nyata dalam menurunkan nilai kandungan besi (Fe) air bahan. Hal ini terlihat dari penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan yang tidak begitu signifikan. Tingkat efisiensi (E%) kombinasi perlakuan aktifasi dan ukuran kristal zeolit dalam penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan terlihat dalam Tabel 9 dan Gambar 9.

27

Tabel 9. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan ___ nilai kandungan besi (Fe) air bahan _______________________________________
Ukuran kristal No. Aktifasi BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) 3 A3 (aktifasi pengasaman) 65,43 80,25 35,80 69,14 88,89 43,21 49,38 B2 (Sedang) 58,02 B3 (Kecil) 28,40

Gambar 9. Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilaTKandungan besr(Fe)airbahan Dari Tabel 9 dan Gambar 9 terlihat bahwa efisiensi kombinasi perlakuan A2B2 (88,89%) dan A3B2 (80,25%) memberikan nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain dalam menurunkan kandungan besi (Fe) air bahan. Sedangkan nilai efisiensi yang terkecil dihasilkan oleh perlakuan A1B3 sebesar 28,40%. Pengaktifan zeolit melalui pemanasan bertujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam rongga-rongga atau saluran zeolit, sehingga larutan kation, gas ataupun molekulmolekul yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter saluran dapat masuk kebagian dalam rongga zeolit. Wiradinata dan Astiana (1989) menyebutkan bahwa

perlakuan aktifasi pemanasan yang terbaik adalah berkisar antara suhu 150~300C dengan waktu pemanasan 2-4 jam, dimana struktur zeolit tidak mengalami kerusakan, sehingga daya absorpsi dan kapasitas tukar kationnya lebih meningkat. Pada penelitian ini dimana suhu aktifasi yang sebesar 150C dengan waktu aktifasi 2 jam ternyata dapat memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan. Hal ini terlihat pada kombinasi perlakuan A2B1, A2B2, A2B3 yang menunjukan penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan cukup besar. Wiradinata dan Astiana (1989) menerangkan bahwa aktifasi pemanasan yang tinggi akan menyebabkan terjadinya dehidroksilasi (pemecahan ikatan gugus hidroksil) gugus OH yang menyebabkan penurunan kapasitas pertukaran kationnya melalui reaksi: 3(A10HSi) - 2 (Al-O- Si) + A1(0H)+2 + (Si-O-Si) + H20 yang membentuk gugus siloksan dan aluminum yang miskin gugus hidroksil, sehingga terjadi kerusakan pada struktur kristal zeolit. Fraksi aktifasi lain yang diteliti dalam penelitian ini adalah dengan pengasaman (larutan HC1 0,5N). Pengaktifan zeolit melalui pengasaman (dealuminasi) ditujukan dengan cara pencucian kation Al3+ dalam kerangka zeolit dimana posisinya akan digantikan oleh ion H+ (Wiradinata dan Astiana, 1989). Pemberian suatu larutan asam pada mineral zeolit yang kaya akan silika seperti klinoptilolit dan modernit akan menyebabkan Al pada sisi kristal akan terlepas dan membentuk hidrogen zeolit, serta membuka saluran dari struktur zeolit melalui penghilangan pengaruh penutupan silika pada saluran zeolit; Tahap awai dari dealuminasi ditunjukan pada Gambar 10.
Si 0 Si Si il Si

0
!Z Al + HC1 A1C13 + MCI + 7f

OH HO OH HO 71 R Si Si

0 71 Si

0 K Si

Gambar 10. Proses awai dealuminasi (pengasaman ) pada kristal zeolit Akan tetapi apabila proses ini berlebihan maka pada akhirnya Si(OH)4 mudah mengalami polimerasi karena terjadinya pemisahan gugus OH (dehidroksilasi) membentuk Si-O-Si yang

29

merupakan ikatan yang kuat. Hidrolisis tidak akan terjadi lagi karena semakin berkurangnya gugus hidroksil Setiap oksigen pada ikatan ini cenderung mengikat H* membentuk OH yang dapat mengalami disosiasi atau hidrolisis dengan mudah apabila terjadi perubahan keadaan lingkungan terutama pH. Ion hidrogen pada gugus hidroksil ini siap dipertukarkan dengan kation lain, dengan demikian kapasitas tukar pertukaran zeolit menjadi lebih besar dan daya absorpsinya semakin tinggi (Wiradinata dan Astiana, 1989). Hal ini terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 10, dimana perlakuan A3B1, A3B2, dan A3B3 memperlihatkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) yang menurun pada air bahan. Sedangkan perlakuan A3B2 menghasilkan nilai yang terendah diantara perlakuan dengan fraksi aktifasi pengasaman. Daya absorbsi, kapasitas tukar kation dan daya selektifitas zeolit dipengaruhi oleh jenis zeolit, proses aktifasi dan ukuran kristal zeolit, keadaan air bahan serta unit kolom zeolit yang digunakan. Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan diatas terlihat bahwa fraksi aktifasi yang diberikan mampu meningkatkan daya absorpsi dan kapasitas tukar kation zeolit. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perlakuan yang berhasil menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan (Gambar 6 dan Gambar 8) dengan tingkat efisiensi tertentu (Gambar 7 dan Gambar 9). Faktor lain yang mempengaruhi daya absorpsi dan kapasitas tukar kation zeolit selain fraksi aktifasi adalah ukuran kristal zeolit. Wiradinata dan Astiana (1989) menyebutkan bahwa semakin halus ukuran butir zeo 1 it dari 5-10 mesh sampai dengan 60 mesh dapat meningkatkan nilai absorpsi dan kapasitas tukar kationnya. Penggerusan lebih lanjut untuk dipergunakan sebagai bahan penukar kation dalam reaksi pertukaran kemampuannya menjadi rendah. Keadaan ini kemungkinan disebabkan adanya kerusakan pada sebagian struktur mikrokristalin ataupun tertutupnya rongga saluran akibat penggerusan, sehingga menyebabkan daya tukar kation dan daya absorbsinya menurun. Hal ini membuktikan mengapa perlakuan B 3 (ukuran kristal kecil) untuk semua perlakuan A (fraksi aktifasi) memiliki tingkat efisiensi penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) yang terendah. Hal yang sama pula didapatkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliantie (1991) mengenai pengaruh asai, ukuran zeolit dan kecepatan alir terhadap proses pelunakan air. Disebutkan bahwa ukuran kristal zeolit yang efektif dalam menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) dalam air adalah 20-40 mesh.

30

Tingkat efisiensi yang dicapai adalah sebesar 63,33% (kesadahan total) dan 89,33% (kandungan besi). Selain dari faktor pengaktifan dan ukuran kristal zeolit, faktor lain yang mempengaruhi efektifitas proses pelunakan air adalah unit pelunakan air yang digunakan. Unit pelunakan air yang digunakan dalam penelitian ini sangant sederhana. Walaupun demikian, unit pelunakan tersebut telah memenuhi syarat dimana suatu unit pelunakan air dapat dikatakan layak untuk dioperasikan, yaitu terdiri dari inlet air sadah, unggun zeolit, pengatur kecepatan alir/debit air dan outlet air lunak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Powell (1954) mengenai beberapa syarat dimana suatu unit pelunakan air dapat dioperasikan. D. Kekeruhan air hasil perlakuan Tabel 10. Nilai rataan kekeruhan (NTU) air hasil perlakuan
No. Aktifasi BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) 3 A3 (aktifasi pengasaman) 0,40 0,47 0,51 0,91 0,94 0,96 0,57 Ukuran kristal B2 (Sedang) 0,62 B3 (Kecil) 0,82

Keterangan : nilai kekeruhan awai = 0,43

31

Gambar 11. Grafik nilai kekeruhan (NTU) air bahan dan air hasil perlakuan Dari Tabel 10 Gambar 11 dapat diketahui bahwa secara umum terjadi kenaikan nilai kekeruhan pada air hasil perlakuan, kecuali perlakuan A3B1 (aktifasi pengasaman-ukuran kristal kecil) yang mengalami penurunan menjadi sebesar 0,40 NTU. Sedangkan perlakuan- perlakuan yang lainnya ternyata mengalami kenaikan nilai kekeruhan. Adanya kenaikan nilai kekeruhan air hasil olahan diperkirakan terjadi karena pengaruh dari aktifasi pemanasan pada zeolit yang digunakan. Proses aktifasi dilakukan melalui pengovenan mineral zeolit pada suhu 150C selama 2 jam. Dalam proses tersebut diperkirakan zeolit dengan ukuran kristal kecil mengalami perubahan struktur mikrokristalin menjadi lebih halus lagi, sehingga menghasilkan partikelpartikel debu yang dapat meningkatkan nilai -kekeruhan-aii-bahan^Berdasarkan-Gambar-14-dapatdilihaUernyata-perlakuanJB3-untuk _____ berbagai fraksi aktifasi mampu memberikan nilai kenaikan kekeruhan yang lebih tinggi dari perlakuan yang lainnya, terutama dengan kombinasi perlakuan A2 (aktifasi pemanasan). Akan tetapi walaupun secara umum terjadi kenaikan nilai kekeruhan pada air hasil olahan, nilai-nilai kekeruhan yang dihasilkan masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan (aman) untuk air baku air minum dan kepentingan domestik lainnya (Perda, 1991). Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi dan ukuran kristal berpengaruh sangat bahan nyata serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai kekeruhan air bahan. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap perlakuan terhadap perubahan kekeruhan air bahan, dilakukan uji statistik lanjutan berupa

32

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan Al (tanpa aktifasi) dan A2 (aktifasi pemanasan) untuk semua ukuran kristal memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan nilai kekeruhan air bahan. Sedangkan perlakuan A3 (aktifasi pengasaman) memberikan pengaruh yang kurang nyata. E. pH air hasil perlakuan Hasil analisa perubahan nilai pH air hasil perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 11. Nilai rataan pH air hasil perlakuan
No. Aktifasi BI (Besar) 1 Al (tanpa aktifasi) 2 A2 (aktifasi pemanasan) 0 A3 (aktifasi pengasaman) 5,99 6,03 5,64 7,36 7,45 7,50 7,12 Ukuran kristal B2 (Sedang) 7,09 B3 (Kecil) 7,18

keterangan : nilai pH awai = 7,12


7

6
K PH '
5 4

M isf %
vf

1f-i P
lF::

n>l

I-:P m m

Hair bakm H
ukuran kristal B1

ukuran. kristal B2 E ukuran kristal B3

mi
air bahan
A1

i
A2

i
A3

Aktifasi

Gambar 12. Grafik nilai pH air bahan dan air hasil perlakuan Dari Gambar 12 diatas dapat diketahui bahwa perubahan nilai pH air hasil olahan bervariasi (terjadi penurunan dan kenaikan nilai pH). Nilai perubahan pH yang paling berfluktuasi

33

adalah terjadi pada perlakuan A3 (aktifasi pengasaman) dengan berbagai ukuran kristal zeolit yang diberikan. Adanya perubahan nilai pH air bahan disebabkan karena pengaruh dari aktifasi dengan pengasaman dimana larutan asam yang belum tercuci (masih menempel pada zeolit) dari pembilasan penghilangan pengaruh asam pada zeolit dapat menurunkan nilai pH air hasil perlakuan, terutama untuk kombinasi A3 (aktifasi pengasaman). Akan tetapi, perubahan nilai pH tersebut masih berada dalam kisaran yang aman untuk air baku air minum dan untuk keperluan domestik yang lainnya (Perda, 1991). Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan nilai pH air bahan. Sedangkan ukuran kristal zeolit serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai pH air bahan. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan, dilakukan uji statistik lanjutan berupa Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan A3 (aktifasi pengasaman) untuk semua ukuran kristal zeolit yang digunakan berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai pH air bahan. F. Analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air Usaha untuk melakukan analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air merupakan hal yang penting guna meningkatkan efektifitas dan kualitas pelunakan air yang dilakukan. Pemilihan j enis dan volume resin yang digunakan, pengaturan besarnya kecepatan alir/debit alir air sadah dan air lunak, dimensi kolom pelunakan air dan jumlah unit pelunakan yang dioperasikan-dapatmempengaruhi-kualitasdan-efisiensi-prosespelunakan-air-yang ---------------dilakukan. Untuk penelitian ini dimana resin yang digunakan adalah resin zeolit alami dengan kecepatan alir sebesar 1,5 cm/s mampu memberikan hasil yang baik. Kemudian perancangan dimensi kolom serta jumlah unit pelunakan air yang sebanyak satu unit tersebut ternyata dapat menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan dengan hasil yang cukup signifikan. Apalagi jika dilakukan pada lebih dari satu unit pelunakan air dan penyempurnaan kembali rancang bangun dimensi kolom diharapkan terjadi proses pelunakan air yang lebih berkualitas.

Analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air yang dioperasikan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Kombinasi perlakuan yang dianalisa adalah kombinasi perlakuan A2B2 (aktifasi pemanasan - ukuran kristal sedang; 40 - 60 mesh = 0 1,6-1,9 mm). Hal ini disebabkan kombinasi perlakuan tersebut adalah yang paling baik dalam menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan 2. Jumlah unit pelunakan air yang dioperasikan dalam penelitian ini adalah sebanyak satu unit. Adapun kapasitas operasionalnya adalah sebagai berikut: a Berat zeolit alami yang digunakan sebesar 4,5 kg. b Besarnya volume air sadah yang dapat dilunakan dalam satu kali running atau dalam satu kali siklus pelunkan air adalah sebesar 5 liter. Dengan volume air tersebut resin zeolit masih efektif digunakan untuk pelunakan air, dimana gejalagejala tercapainya titik jenuh pada resin zeolit belum tercapai, sehingga proses regenerasi belum dilakukan c Lamanya waktu dalam satu kali running pelunakan air adalah sebesar 15 menit 3. Dengan air lunak yang dihasilkan sebesar 5 liter tiap 15 menit dan belum dicapainya proses regenerasi, unit pelunakan ari yang sebanyak satu unit tersebut diharapkan dapat diterapkan pada skala rumah tangga untuk keperluan-keperluan domestik. Jika diasumsikan bahwa satu keluarga kecil memerlukan air yang tidak sadah sebanyak 80 liter tiap harinya untuk keperluan memasak air minum dan mencuci, maka dibutuhkan 4 kali running pelunakan air untuk mencukupinya. Usaha tersebut dapat ditempuh dengan asumsi selama proses pelunakan berlangsung keadaan jenuh pada resin belum terjadi atau regenerasi belum tercapai. Asumsi yang lainnya adalah nilai kesadahan total air bahan tetap berada pada kisaran nilai sebesar 250 mg/l CaC03. Akan tetapi apabila kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka unit pelunakan air yang digunakan dalam penelitian ini tidak lagi praktis dan kurang ekonomis untuk diaplikasikan pada skala rumah tangga bagi keperluan-keperluan domestik, seperti mencuci pakaian dan memasak air

35

Oleh karena itu untuk mengoptimalkan proses dan unit pelunakan air yang dilakukan secara ekonomis dan aplikatif, dapat dilakukan langkah-langkah antisipatif sebagai berikut: 1. Menambah j umlah unit pelunakan air yang dioperasikan lebih dari satu unit dengan menggunakan sistem resirkulasi. Diharapkan volume, waktu, dan kualitas air hasil perlakuan dapat lebih baik lagi dibandingkan dengan hanya menggunakan satu unit pelunakan air yang dioperasikan 2. Menambah cadangan resin zeolit. Dengan menambah cadangan zeolit yang akan digunakan, diharapkan saat terjadinya kejenuhan pada resin yang dioperasikan dapat dicampur dengan resin cadangan yang baru, sehingga efektifitas dari proses pelunakan air tetap tinggi dan regenerasi tidak perlu dilakukan 3. Melakukan rancang bangun dan kalkulasi lagi terhadap unit pelunakan air yang digunakan, sehingga kapasitas dan produktifitasnya dapat lebih meningkat dibandingkan dengan unit pelunakan air yang digunakan dalam penelitian ini V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pelunakan air merupakan upaya untuk menghilangkan kesadahan pada air. Dengan dilakukannya pelunakan air tersebut diharapkan penggunaan air sadah bagi keperluan domestik dan industri oleh masyarakat tidak lagi menimbulkan masalah. Metoda pertukaran ion dengan resin zeolit merupakan metoda pelunakan air yang efisien. Perlakuan pengaktifan dan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya absorbsinya dalam proses pelunakan air. Fraksi aktifasi yang efektif adalah dengan pemanasan pada suhu 150 C selama 2 jam. Sedangkan ukuran kristal zeolit yang efisien dalam pelunakan air adalah 40-60 mesh (0 1,6-1,9 mm). Kombinasi perlakuan yang terbaik dalam menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) adalah perlakuan aktifasi pemanasan dengan ukuran kristal zeolit sedang (40 - 60 mesh = 0 1,6-1,9 mm) dengan masing-masing nilai sebesar 87,56 mg/lCaC03 dan 0,009

36

mg/l. Tingkat efisiensi perlakuan tersebut dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi (Fe) yang dicapai adalah masing-masing sebesar 65,01% dan 88,89%. Sedangkan perlakuan tanpa aksifasi untuk semua ukuran kristal zeolit dan perlakuan ukuran kristal zeolit kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) untuk semua fraksi aktifasi merupakan perlakuan yang tidak efisien dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi (Fe). 'Unit-pelunakan-airyang-diraneang-dalam-penelitiaii-ini-cukup-efisien-HaHni-terbuktidari penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan yang cukup tinggi pada air hasil perlakuan yang diamati. B. Saran Diperlukan kajian dan penelitian lebih spesifik lagi untuk mengetahui pemanfaatan zeolit pada bidang perikanan dan lingkungan hidup yang lainnya. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengarah perlakuan regenerasi terhadap daya absoprsi dan kapasitas tukar kation zeolit pada proses pelunakan air. Rancangan unit pelunakan air yang sederhana, praktis dan ekonomis serta mudah dalam pengoperasiannya, memerlukan kajian yang lebih mendalam lagi, sehingga permasalahan yang ditimbulkan oleh kesadahan dapat diatasi dengan baik. DAFTAR PSTAKA

Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1987. Metoda penelitian air. Usaha Nasional. Surabaya, h. 72- 74 Alfandi. 1994. Pemanfaatan limbah lumpur Perusahaan Air Minum (PAM) dan zeolit alam sebagai media tanam. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor, h. 5-14 Arifin, M. dan Harsodo. 1991. Zeolit alam : potensi, teknologi, kegunaan dan prospeknya di Indonesia. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM). Laporan Ekonomi Bahan

Galian No. 72. Bandung. 13(72): 1-27 \J Barrer, R. M. 1982. Hydrothermal, chemistry of zeolites. Academic Press. London, h. 61-65 Doudoroff, P. 1953. Critical review of literature on toxicity of industrial wastes and their components to fish II. The Metals and Salts Sewerage and Industrial Wastes, h. 802 Effendi, H. 2000. Telaahan kualitas air ; bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. IPB. Bogor, h. 104-111 Environmental Protection Agency (EPA). 1986. Quality criteria for water. U.S Environmental Protection Agency. Washington, DC. h. 20-39 Environmental Protection Agency (EPA). 1990. Seminar publication : risk assesment, management and communication of drinking water contamination. U.S Environmental Protection Agency. Washington DC. h. 65-66 Fitriah, P. 2000. Kajian awai penurunan kadar ammonium nitrat dalam limbah cair dengan proses oksidasi kimia dan pertukaran Ion. ITB. Bandung, h. 19-23 Husain, S.K. 1974. Text book of water supply and sanitary engineering. Oxford and IBM Publishing Co. New Delhi, h. 45-52 ICemmer, F. 1979. The NALCO Water handbook. McGraw-Hill, Inc. New York. Chapter ^ 12 Komar, P.A.; J. Nugraha dan Kurnia. 1985. Prospek pemanfaatan zeolit asal bayah sebagai penukar kation. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM). Bandung, h. 1-5^
n.

Laws, E.A. 1993. Aquatic polution : an introductory text (2 Edition). John Wiley & Sons, Inc. New York, h.201 Moss, R. Jr dan G.E. Moss. 1990. Handbook of ground water development. John Wiley & Sons, Inc. New York. h. 374, 387 ^ Overman, M. 1969. Water, solutions to a problem of supply and demand. Doubleday and Co. Inc. New Delhi, h. 46-49 Peratutan Daerah (Perda). 1991. Keputusan Gubernur KDh. Tingkat I Jawa Barat: peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat. h. 69-105 Pontius, F.W. 1990. Water quality and treatment: a handbook of community water supplies. American Water Works Association. McGraw-Hill, Inc. Tokyo, h. 580-597 Powell, S. 1954. Water conditioning for industry. McGraw-Hill, Inc. New York. h. 34-38 Salvato, J.A. 1992. Environmental engineering and sanitation (4th Edition). John Wiley & Sons, Inc. New York. h. 270, 394-396

37

38

Setiyadi, B. 1997. Pola pergerakan air horizontal tanah tak jenuh dan respon pertumbuhan bawang putih {AUium sativum. Lumbu putih) dengan pemberian bahan organik dan zeolit pada latosol Darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor, h. 6-11 Siahaan, R. 2000. Pengolahan air sadah dengan proses pengendapan dan kristalisasi. Jurnal Penelitian Pemukiman. Bandung. 16 (3) : 65-70 Shofianty, Y. 1999. Pengarah pemberian zeolit terhadap kandungan logam berat kadmium (Cd) di tambak skala laboratorium. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor, h. 33 Simon, G.P. 1991. Ion exchange training manual. Chapman & Hall. London, h. 56-57 Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan prosedur statistika : suatu pendekatan biometrik (terjemahan). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, h. 403-447 -Wkadinata^O^Wdan-Astiana1-98-9Peranan-zeolit-dalam-peningkatan-produksipertanian.- Makalah Seminar. IPB. Bogor, h. 14-29 Yuliantie, A. 1991. Pengarah jenis (asai) dan ukuran batuan zeolit serta kecepatan aliran air terhadap kemampuan pelunakan air. Skripsi. Program Studi Teknologi Ilmu Nutrisi. IPB. Bogor, h. 5-29, 30

LAMPIRAN

41

Lampiran 1. Bagian-bagian unit pelunakan air

Lubang udara (0-(),5cin) Inlet air sadah (0=1 cm) Shower (i=5cm) Kolom udara (t=10cm)

Pipa PVC (0=15cm, l=80cm)

l !n g g u n / eo l il ( t= 60c m)

- Lapisan ijuk (1=5cm) - Plastik penyangga (0=3mm) Busa penyaring Corong plastik Outlet air lunak (0=0,5cm

42

Lampiran 2a. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air hasil perlakuan

No

Perlakuan

Ulangan

Nilai (mg/lCaC03) 210,67 215,01 209,91 199,21 190,97 181,51 200,71 201,68 208,01 200,01 199,98 201,00 87,19 80,97 94,53 201,09 198,99 199,71 207,66 200,20 206,95 99,71 99,89 100,01 200,01 199,91 189,50

Nilai (mg/l)

Nilai (NTU) 0,54 0,56 0,60 0,61 0,61 0,64 0,88 0,76 0,81 0,91 0,92 0,89 0,94 0,96 0,92 0,99 0,99 0,89 0,39 0,44 0,38 0,46 0,46 0,49 0,51 0,49 0,54

Nilai

1 2
J

4 5
6

7 8 9 10 lP 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

A IB I A IB I A IB I A1B2 A1B2 A1B2 A1B3 A1B3 A1B3 A2B1 A2B1 A2B1 A2B2 A2B2 A2B2 A2B3 A2B3 A2B3 A3B1 A3B1 A3B1 A3B2 A3B2 A3B2 A3B3 A3B3 A2B3

1 2
J>

1 2 3 1 2
-n

0 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2
'y J

1 2
J

1 2
*

0,039 0,043 0,040 0,035 0,029 0,038 0,056 0,059 0,058 0,021 0,025 0,030 0,010 0,009 0,008 0,044 0,048 0,045 0,031 0,026 0,028 0,016 0,015 0,016 0,051 0,050 0,055

7,09 7,25 7,01 7,21 7,07 6,99 7,33 6,97 7,25 7,37 7,40 7,29 7,30 7,56 7,48 7,61 7,49 7,39 5,99 6,01 5,98 6,10 6,09 5,89 5,95 5,55 5,43

Lampiran 2b. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan
No 1 2
-> J

Ulangan 1 2
J

Nilai (mg/lCaC03) 249,56 250,92 250,26

Nilai (mg/l) 0,079 0,075 0,089

Nilai (NTU) 0,41 0,39 0,48

Nilai 6,99 7,31 7,05

43

Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) Tabel Sidik Ragam (TSR) data ni ai kesadahan total air hasil olahan data nilai kesadahan total air hasil perlakuan SK db JK KT Fhitung Ftabel (99%) P 8 543831,18 A 2 8355,18 4177,59 185,42** 6,01 B 2 35570,14 17785,07 789,40** 6,01 AB 4 10906,14 2726,54 121,02** 4,58 S 18 405,46 22,53 T 26 55236,92
-

Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kesadahan total air hasil olahan Hiptesis : Ho: I Ym-Yn | < BNT - perlakuan tidak berpengaruh Hi: I Ym-Yn | > BNT perlakuan berpengaruh nyata BNT - t(a/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18) x V(2x22,52)/3 = 2,878x 3,88 = 11,15 Selisih nilai tengah kesadahan total I Ym-Yn I
Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y1
-

Y2 21,30*
-

Y3 8,39 12,91*
-

Y4 11,53* 9,77 3,14


-

Y5 124,30* 103,00* 115,91* 112,77*


-

Y6 11,93* 9,37 3,54 0,40 112,37*


-

Y7 6,92 14,38* 1,47 4,61 117,38* 5,01


-

Y8 111,99* 90,69* 103,60* 100,46* 12,31* 100,06* 105,07*


-

Y9 15,39* 5,91 7,00 3,86 108,91* 3,46 8,47 96,60* -

Keterangan : * berbeda nyata

44

Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai kesadahan total air hasil olahan SK db JK KT Fhitung P 8 0,0064 A 2 0,0014 0,0007 116,67** B 2 0,0048 0,0024 400,00** AB 4 0,0002 0,00005 8,33** S 18 0,0001 0,000006 T 26 0,0065
-

Ftabel (99%)
-

6,01 6,01 4,58


-

Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kesadahan total air hasil olahan Hiptesis: HQ : I Ym-Yn| < BNT perlakuan tidak berpengaruh H): | Ym-Yn I > BNT perlakuan berpengaruh nyata BNT = t(cc/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18) x V(2x0,000006)/3 = 2,878 x 0,002 = 0,0058 = 0,006 Selisih nilai tengah kesadahan total |Ym-Yn
Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y1
-

Y2 ---0,007
-

..... Y3...... 0,018* 0,025*


-

Y4 ..... 0,016* 0,009* 0,034*


-

..... Y5 ........ ..... Y6 ..... 0,032* 0,005 0,025* 0,012* 0,050* 0,013* 0,016* 0,021* 0,037*
-

Y7 0,013* 0,006 0,031* 0,003 0,019* 0,018*


-

Y8 0,025* 0,018* 0,043* 0,009 0,007 0,030* 0,012*


-

Y9 0,011* 0,018* 0,007 0,027* 0,043 0,006 0,024* 0,036* -

Keterangan : * berbeda nyata

45

Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kekeruhan air hasil perlakuan Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai kekeruhan air hasil olahan SK db JK KT Fhitung P 8 1,13 A 2 1,01 0,51 463,64** B 2 0,08 0,04 36,36** AB 4 0,04 0,01 9,09** S 18 0,02 0,0011 T 26 1,15
-

Ftabel (99%)
-

6,01 6,01 4,58


-

Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kekeruhan air hasil olahan Hiptesis : Ho: I Ym-Yn I < BNT perlakuan tidak berpengaruh Hi: | Ym-Yn I > BNT - perlakuan berpengaruh nyata BNT = t(oc/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18) x V(2x0,0011)/3 = 2,878 x 0,03 = 0,08 Selisih nilai tengah kekeruhan |Ym-Yn I Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y1 0,05 0,25* 0,34* 0,37* Y2 0,20* 0,29* 0,32* Y3 0,09 0,12* Y4 0,03 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
-

Y6 0,39* 0,34* 0,14* 0,05 0,02


-

Y7 0,17* 0,22* 0,42* 0,51* 0,54* 0,56*


-

Y8 0,10* 0,15* 0,35* 0,44* 0,47* 0,49* 0,07


-

Y9 0,06 0,11* 0,31* 0,40* 0,43* 0,45* 0,11* 0,04


-

Keterangan : * berbeda nyata

Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai pH air hasil perlakuan Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai pH air hasil olahan SK db JK KT Fhitung P 8 12,37 A 2 12,06 6,03 301,50** B 2 0,03 0,02 1,00 AB 4 0,28 0,07 3,50 S 18 0,37 0,02 T 26 12,74
-

Ftabel (99%)
-

6,01 6,01 4,58


-

Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) pH air hasil olahan Hiptesis : Ho: I Ym-Yn I < BNT > perlakuan tidak berpengaruh Hi: I Ym-Yn I > BNT perlakuan berpengaruh nyata BNT = t(oc/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18)x V(2x0,02)/3 = 2,878 x 0,22 = 0,62 Selisih nilai tengah pH |Ym-Yn | Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y1 0,03 0,06 0,24 ~Y2~ 0;09 0,27 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Keterangan : * berbeda nyata o

Y5 0,33 0,36 0,27 0,09


-

Y6 0,38 0,41 0,32 0,14 0,05


-

Y7 1,13* \,W*~ 1,19* 1,37* 1,46* 1,51*


-

Y8 Y9 1,09* 1,48* -1-06*- 1,45* 1,15* 1,54* 1,33* 1,72* 1,42* 1,81* 1,47* 1,86* 0,04 0,35 0,39
-

oo

Lampiran 7. Hasil analisa kimia zeolit Cikembar-Sukabumi (Prayitno in Setiyadi, 1997)

Jenis Analisa
Si02 AI2O3 Fe203 Ti02 CaO MgO K20 (me/100g) Mordenit

Na20

KTK

Hasil 70,8 12.52 2.52 0,19 1,60 0,42 4.20 1,33 144,9 0 61.20

Lampiran 8. Biaya pembuatan unit pelunakan air No. 1 2 3 4 5 '6 7 Bahan PipaPVC 0 15cm (6) Ember plastik (30 liter) Selang plastik 0 lcm, p = Im Corong plastik PVC Busa penyaring Lem plastik Batuan zeolit 4kg @ Rp 1.500 Total *Harga tahun 2001 Harga (rupiah)* 32.000 10.000 1.000 2.500 1.500 1.500 6.000 53.500

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggai 1 Agustus 1978, anak ke2 dari tiga bersaudara dari keluarga Iri Kusnadi dan Imas Suartini. Penulis memulai pendidikan formalnya di SDN Rancamulya pada tahun 1986-1991. Tahun 1991-1994 melanjutkan ke jenjang SMPN 2 Sumedang. Kemudian pada tahun 1994-1997 penulis melanjutkan pendidikan SMUN 1 Sumedang. Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur UMPTN pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Periakan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Selama mengikuti kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, yaitu pengurus dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB periode 1997-1998, pengurus Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) periode 1999-2000 dan dalam kegiatan kerohanian mahasiswa MT Al-Marjan periode 1999-2000. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis melaksanakan penelitian dengan judul Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit. Penulis dinyatakan lulus pada tanggai 31 Agustus 2001.

49

Anda mungkin juga menyukai