DISUSUN OLEH :
i
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Penentuan Kadar PO43-
NIM : 18 01 062
Grup :C
ii
KATA PENGANTAR
Dengan berkat Tuhan yang Maha Esa penulis panjatkan puji dan syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang di beri judul Penentuan Kadar PO43- dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk laporan
ini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL LAPORAN………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL........................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 6
1.2.Landasan Teori............................................................................... 6
1.2.1. Fosfat.................................................................................... 6
1.2.2. Faktor yang mempengaruhi kadar fosfat dalam air.............. 7
1.2.3.Siklus Fosfat.......................................................................... 9
BAB II METODOLOGI................................................................................ 11
3.1.Data Pengamatan........................................................................................ 13
3.2.Pengolahan Data......................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion
H2PO4- , HPO42- , PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan
seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat dalam
perairan berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari
hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut serta sungai itu sendiri.
Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya
ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk
pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter. Ortofosfat yang
merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor
yang paling sederhana di perairan. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor
yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik,
sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat
terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat.
Setelah masuk kedalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat
anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang
berikatan dengan ferri [Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap di
dasar perairan. Pada saat terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga
(ferri) akan mengalami reduksi menjadi ion besi valensi dua (ferro)
yang bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga
meningkatkan keberadaan fosfat di perairan. (Juna Sihombing, 2020).
1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Fosfat Dalam Air
a) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di
perairan dalam bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk
molekul hidrogenoksida, biasanya dinyatakan dalam mg/l (ppm).
Oksigen bebas dalam air dapat berkurang bila dalam air terdapat
kotoran/limbah organik yang degradable. Dalam air yang kotor
selalu terdapat bakteri, baik yang aerob maupun yang anaerob.
Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air menjadi
persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen diubah
2
menjadi persenyawaan nitrat, belerang diubah menjadi
persenyawaan sulfat. Bila oksigen bebas dalam air habis atau
berkurang jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh dan berkembang
adalah bakteri anaerob.
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air
secara kimiawi. Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh suhu. Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan
oksigen adalah pergolakan dan luas permukaan air terbuka di
atmosfer. Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi
oleh suhu perairan, salinitas perairan, ketinggian tempat dan
plankton yang terdapat di perairan (di udara yang panas, oksigen
terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut
jika dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya
larut O2 dalam air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan
daya larut dalam air tawar .
Terbatasnya kelarutan oksigen dalam air menyebabkan
kemampuan air untuk membersihkan dirinya juga terbatas,
sehingga diperlukan pengolahan air limbah untuk mengurangi
bahan-bahan penyebab pencemaran. Oksidasi biologis meningkat
bersama meningkatnya suhu perairan sehingga kebutuhan oksigen
terlarut juga meningka menyatakan bahwa kelarutan oksigen di
perairan bervariasi antara 7-14 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam
air pada sore hari > 20 ppm. Besarnya kadar oksigen di dalam air
tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air.
Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah
oksigen di dalam air. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2
ppm. Jika kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan
instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar
oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan.
Rendahnya kadar oksigen terlarut, akan mengakibatkan
kematian pada organisme akuatik. Adanya unsur Nitrogen yang
3
berlebih disertai dengan Fosfat akan menimbulkan blooming atau
eutrofikasi perairan.
b) Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam
badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi dari pada suhu
badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi.
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan
dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota
air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
(2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan
hewan air lainnya terganggu. (4) jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati.(Lewi,2016).
1.2.3 Siklus Fosfat
4
sabun sebagai pembentuk buih. Dari setiap sumber tersebut akan
menambah jumlah total dari fosfor. Sebagian fosfor pada air limbah
masyarakat adalah dalam bentuk anorganik dengan ortofosfat (PO 43-,
HPO42-, H2SO4-) meningkatkan sebanyak 25 % dari seluruh total fosfat.
Pada proses biologis air limbah yang diolah mengubah jenis polifosfat
ke dalam ortofosfat, sehingga fosfor pada pembuangan akhir air limbah
terdiri dari 80 % (Sugiharto, 1987).
5
BAB II
METODOLOGI
6
4. Hasil filtrasi ditampung ke dalam beaker glass
7
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1.Data Pengamatan
A. Filtrasi
Volume Limbah air Laundry : 2 Liter
Volume Hasil Filtrasi Limbah air Laundry : 1950 ml
B. Pembuatan Pengukuran Standar
1. Volume Limbah air Laundry : 25 ml
2. Volume Hasil Filtrasi Limbah air Laundry : 25 ml
C. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
D. Tabel.3.1. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
SAMPEL
NO LABLE Concentration(ppm) Absorbance
1 Cal Blank 0,000 0,0001
2 Standar 1 0,500 0,0508
3 standar 2 1,000 0,1160
4 standar 3 1,500 0,1537
5 standar 4 2,000 0,2049
6 standar 5 2,500 0,2601
8
F. Pengukuran Konsentrasi Fosfat Dalam Sampel
Tabel.3.2. Pengukuran Konsentrasi Fosfat Dalam Sampel
NO Sampel Lable Absorbance
1 Limbah Laundry 0,501
2 Limbah Laundry 0,122
yang difiltrasi
3.2.Pengolahan Data
3.1.1. Perhitungan volume pembuatan larutan standar
a. Pembuatan larutan standart konsentrasi 0,5 ppm
N1 X V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 0,5 ppm x 50 ml
V1= 0,25 ml
b. Pembuatan larutan standart konsentrasi 1,0 ppm
N1 x V1= N2 x V2
100 ppm x V1 =1,0 ppm x 50 ml
V1 = 0,5 ml
c. Pembuatan larutan standar konsentrasi 1,5 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1=1,5 ppm x 50 ml
V1 = 0,75 ml
d. Pembuatan larutan standar konsentrasi 2,0 ppm
N1 x V1= N2 x V2
100 ppm x V1=2,0 ppm x 50 ml
V1 = 1 ml
E. Pembuatan larutan standar konsentrasi 2,5 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 =2,5 ppm x 50 ml
V1 = 1,25 ml
3.2.2 Perhitungan konsentrasi Fospat dalam sampel
a. Limbah laundry sebelum filtrasi
Y = 0,0024 + 0,1029 x
9
0,501=0,0024 + 0,1029 x
0,501 – 0,0024 = 0,1029 x
0,4986 = 0,1029x
x = 4,845
Maka :
PO43- =
PO43- =
10
3.2.3 Reaksi
2(NH4)6Mo7O24 (aq) + 4NH4VO3(aq)
8(NH4)2VO3.14MoO3
Amonium hepta molibdate Amonium meta vanadate Molibdate vanadate
4(NH4)3PO4.NH4VO3.14MoO3(aq) + 6H2O(l)
kompleks asam vanadate molibdate fosfat air
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah
merupakan limbah cair atau air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.
Gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu
atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa -3
muatan formal, dan dinotasikan dengan (PO43-). Sumber fosfat terdiri diperairan
laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai. Karena sungai
membwa hanyutan sampah mauoun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga
sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Fosfat berasal dari
detergen dalam limbah cair can peptisida serta insektisida dari lahan pertanian.
Fosfot terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat, dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam
bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat didalam sel organisme dalam air.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu air limbah laundry
sebelum filtrasi dan air limbah laundry sesudah filtrasi. Setelah dilakukan analisa
kadar posfat dalam air limbah laundry sebelum filtrasi dan air limbah laundry
sesudah filtrasi maka didapatkan kadar secara berturut-turut yaitu 0,3876 ppm dan
0,0020 ppm. Jika dibandingkan menurut Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001
untuk kadar posfat maksimum yaitu 0,2 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar
posfat pada air limbah laundry sebelum filtrasi tidak sesuai dengan standar yang
12
ditetapkan oleh pemerintah tetapi air limbah laundry sesudah berada di bawah
batas maksimum yang ditetapakn tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kadar posfat dalam air yaitu oksigen terlarut dan suhu. Besarnya kadar oksigen di
dalam air tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air.
Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam
air. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2 ppm. Jika kadar DO dalam air
tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu
diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan. Suhu
sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan air.
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai seperti, jumlah
oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat,
kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar PO43- pada air limbah laundry sebelum filtrasi dan air limbah
laundry sesudah filtrasi maka didapatkan kadar secara berturut-turut yaitu
0,3876 ppm dan 0,0020 ppm.
2. Air limbah laundry sebelum filtrasi tidak memenuhi standar kualitas air
dimana standar menurut Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 untuk
kadar posfat maksimum yaitu 0,2 mg/L. Sedangkan air limbah laundry
sesudah filtrasi telah memenuhi kualitas air yang ada.
3. Metode analisis kadar fosfat (PO43-) menggunakan larutan Vanadate
Molibdate dilakukan secara kualitatif dengan uji warna.
5.1. Saran
Sebaiknya pada praktikum yang akan datang digunakan sampel minuman
kemasan yang mengandung fosfat agar dapat diketahui perbandingan kadar
fosfat dari kedua sampel tersebut dan dapat bervariasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Lewi. 2016. Penentuan Kadar Senyawa Fosfat di Sungai Way Kuripan dan Kuala
dengan Way Kuala dengan Spektrofotometri UV-Vis.Universitas
Lampung: Bandar Lampung
15