Anda di halaman 1dari 22

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUST

No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman

FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01

“PENENTUAN KADAR PO43-”

DISUSUN OLEH :

Nama : YOSSIA SEPTIA YOLANDA .T


NIM : 18 01 062
Group :C
Jurusan : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 04 Januari 2021
Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, ST, MT.

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
MEDAN

i
2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Penentuan Kadar PO43-

Nama : Yossia Septia Yolanda .T

NIM : 18 01 062

Grup :C

Jurusan : Teknik Kimia

Medan, 04 Januari 2021


Praktikan Asisten Laboratorium Pengembangan

(Yossia Septia Yolanda .T) (Juna Sihombing, ST, MT)

ii
KATA PENGANTAR

Dengan berkat Tuhan yang Maha Esa penulis panjatkan puji dan syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang di beri judul Penentuan Kadar PO43- dengan tepat
waktu.

Adapun laporan tentang Penentuan Kadar PO43- ini adalah untuk


memenuhi tugas praktikum Pengolahan Air Dan Limbah Industri. Pada
kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak
Juna Sihombing, ST. MT dan Ibu Sri Astuti, ST selaku Dosen Pembimbing mata
kuliah Pengolahan air dan Limbah Industri dan para Assistent Pembimbing yang
telah mengajari dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk laporan
ini

Penulis mengharapakan semoga laporan ini dapat memberi manfaat


sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Dumai, 05 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL LAPORAN………………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... 1

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

DAFTAR TABEL........................................................................................... 5

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 6

1.1.Tujuan Percobaan Praktikum.......................................................... 6

1.2.Landasan Teori............................................................................... 6
1.2.1. Fosfat.................................................................................... 6
1.2.2. Faktor yang mempengaruhi kadar fosfat dalam air.............. 7
1.2.3.Siklus Fosfat.......................................................................... 9
BAB II METODOLOGI................................................................................ 11

2.1. Alat dan Bahan............................................................................ 11


2.2. Prosedur Kerja Fosfat.................................................................. 11

BAB III DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA.............. 13

3.1.Data Pengamatan........................................................................................ 13
3.2.Pengolahan Data......................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 17

BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel.3.1. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Standar........................ 13

Tabel.3.2. Pengukuran Konsentrasi Fosfat Dalam Sampel........................ 14

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.2. Siklum Fosfat……………………….....................................9


Gambar 3.1. Kurva Kalibrasi Fosfat……………………….....................13

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Menganalisa kadar PO43- dalam sampel
2. Mengetahui apakah kadar PO43- memenuhi standart kualitas air.
3. Memahami metode analisis kadar PO43-
1.2 Landasan Teori
1.2.1 Fosfat
Ortofosfat atau sering disebut fosfat adalah ion poliatomik atau
radikal terdiri dari 1 atom fosforus atau sering disebut gugus fosfat
adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus
dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah -3
muatan formal, dan dinotasikan dengan (PO43-).Sumber fosfat di
perairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai.
Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat
daratan lainnya, sehingga sumber fosfat di muara sungai lebih besar
dari sekitarnya. Fosfat berasal dari detergen dalam limbah cair dan
pestisida serta insektisida dari lahan pertanian. Fosfat terdapat dalam air
alam atau air limbah sebagai senyawa orto fosfat, polifosfat dan fosfat
organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut,
tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah
pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam
sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki
sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan
bahan detergen yang mengandung fosfat .
Fosfor terbentuk di alam dalam bentuk ion fosfat (PO4³¯ ) ion
fosfat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan
menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk
sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang
mengandung fosfat muncul ke permukaan.Keberadaan fosfat di dalam

1
air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion
H2PO4- , HPO42- , PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan
seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat dalam
perairan berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari
hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut serta sungai itu sendiri.
Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya
ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk
pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter. Ortofosfat yang
merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor
yang paling sederhana di perairan. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor
yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik,
sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat
terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat.
Setelah masuk kedalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat
anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang
berikatan dengan ferri [Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap di
dasar perairan. Pada saat terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga
(ferri) akan mengalami reduksi menjadi ion besi valensi dua (ferro)
yang bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga
meningkatkan keberadaan fosfat di perairan. (Juna Sihombing, 2020).
1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Fosfat Dalam Air
a) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di
perairan dalam bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk
molekul hidrogenoksida, biasanya dinyatakan dalam mg/l (ppm).
Oksigen bebas dalam air dapat berkurang bila dalam air terdapat
kotoran/limbah organik yang degradable. Dalam air yang kotor
selalu terdapat bakteri, baik yang aerob maupun yang anaerob.
Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air menjadi
persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen diubah

2
menjadi persenyawaan nitrat, belerang diubah menjadi
persenyawaan sulfat. Bila oksigen bebas dalam air habis atau
berkurang jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh dan berkembang
adalah bakteri anaerob.
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air
secara kimiawi. Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh suhu. Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan
oksigen adalah pergolakan dan luas permukaan air terbuka di
atmosfer. Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi
oleh suhu perairan, salinitas perairan, ketinggian tempat dan
plankton yang terdapat di perairan (di udara yang panas, oksigen
terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut
jika dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya
larut O2 dalam air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan
daya larut dalam air tawar .
Terbatasnya kelarutan oksigen dalam air menyebabkan
kemampuan air untuk membersihkan dirinya juga terbatas,
sehingga diperlukan pengolahan air limbah untuk mengurangi
bahan-bahan penyebab pencemaran. Oksidasi biologis meningkat
bersama meningkatnya suhu perairan sehingga kebutuhan oksigen
terlarut juga meningka menyatakan bahwa kelarutan oksigen di
perairan bervariasi antara 7-14 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam
air pada sore hari > 20 ppm. Besarnya kadar oksigen di dalam air
tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air.
Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah
oksigen di dalam air. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2
ppm. Jika kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan
instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar
oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan.
Rendahnya kadar oksigen terlarut, akan mengakibatkan
kematian pada organisme akuatik. Adanya unsur Nitrogen yang

3
berlebih disertai dengan Fosfat akan menimbulkan blooming atau
eutrofikasi perairan.
b) Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam
badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi dari pada suhu
badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi.
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan
dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota
air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
(2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan
hewan air lainnya terganggu. (4) jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati.(Lewi,2016).
1.2.3 Siklus Fosfat

Gambar 1.2. Siklus Fosfat


Fosfor ada didalam air limbah melalui hasil buangan manusia, air
seni, dan melalui komponen fosfat dapat dipergunakan untuk membuat

4
sabun sebagai pembentuk buih. Dari setiap sumber tersebut akan
menambah jumlah total dari fosfor. Sebagian fosfor pada air limbah
masyarakat adalah dalam bentuk anorganik dengan ortofosfat (PO 43-,
HPO42-, H2SO4-) meningkatkan sebanyak 25 % dari seluruh total fosfat.
Pada proses biologis air limbah yang diolah mengubah jenis polifosfat
ke dalam ortofosfat, sehingga fosfor pada pembuangan akhir air limbah
terdiri dari 80 % (Sugiharto, 1987).

5
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
1. Alat filtrasi : 1 unit
2. Beaker Glass 1000 ml : 2 buah
3. Corong kaca : 1 buah
4. Gelas ukur 10 ml : 1 buah
5. Labu ukur 1000 ml : 1 buah
6. Pipet tetes : 1 buah
7. Pipet volum 25 ml : 1 buah
8. Pipet ukur 10 ml : 1 buah
9. Pipet ukur 5 ml : 1 buah
10. Neraca Analitik : 1 unit
11. Oven : 1 unit
12. Bola hisap : 1 buah
13. Spektrofotometer UV-Vis : 1 unit
2.1.2. Bahan
1. Larutan vanadate molibdate : 700 ml
2. Aquadest : 1000 ml
3. Limbah air laundry : 500 ml
4. Limbah air laundry hasil filtrasi : 500 ml
2.1 Prosedur Kerja
2.2.1 Prosedur Kerja Filtrasi
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Media filtrasi dibersihkan secara berulang sampai 3 kali
3. Setelah sudah benar-benar bersih, kemudian sampel limbah air
laundry difiltrasi

6
4. Hasil filtrasi ditampung ke dalam beaker glass

2.2.2 Prosedur Kerja Preparasi Larutan Standar


1. Alat dan bahan disiapkan
2. Larutan standar fosfat dibuat dengan konsentrasi 0,5 ppm;1,0
ppm; 1,5 ppm; 2,0 ppm; 2,5 ppm
3. Larutan standar fosfat 100 ppm di pipet sebanyak 0,5 ml;1,0 ml;
1,5 ml; 2,0 ml; dan 2,5 ml kedalam masing-masing tabung nesler
4. Vanadete molibdat di pipet sebanyak 10 ml kedalam masing-
masing tabung nesler
5. Aquades ditambahkan kedalam masing-masing tabung nesler
sampai tanda batas
6. Larutan kemudian di homogenkan
7. Absorbansi larutan standar diukur dengan menggunakan
spektrofotometer.
2.2.3 Prosedur Kerja Analisa Fosfat pada Sampel
1. Sampel limbah air laundry sebelum dan setelah filtrasi dipipet
sebanyak 25 ml kedalam tabung nesler
2. Vanadate molibdate ditambahkan sebanyak 10 ml kedalam
masing-masing tabung nesler yang berisi sampel
3. Aquadest ditambahkan kedalam masing-masing tabung nesler
sampai tanda batas
4. Larutan kemudian dihomogenkan
5. Absorbansi sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 650 nm.

7
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1.Data Pengamatan
A. Filtrasi
Volume Limbah air Laundry : 2 Liter
Volume Hasil Filtrasi Limbah air Laundry : 1950 ml
B. Pembuatan Pengukuran Standar
1. Volume Limbah air Laundry : 25 ml
2. Volume Hasil Filtrasi Limbah air Laundry : 25 ml
C. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
D. Tabel.3.1. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
SAMPEL
NO LABLE Concentration(ppm) Absorbance
1 Cal Blank 0,000 0,0001
2 Standar 1 0,500 0,0508
3 standar 2 1,000 0,1160
4 standar 3 1,500 0,1537
5 standar 4 2,000 0,2049
6 standar 5 2,500 0,2601

E. Kurva Kalibrasi Fosfat


Gambar 3.1. Kurva Kalibrasi Fosfat

8
F. Pengukuran Konsentrasi Fosfat Dalam Sampel
Tabel.3.2. Pengukuran Konsentrasi Fosfat Dalam Sampel
NO Sampel Lable Absorbance
1 Limbah Laundry 0,501
2 Limbah Laundry 0,122
  yang difiltrasi  

3.2.Pengolahan Data
3.1.1. Perhitungan volume pembuatan larutan standar
a. Pembuatan larutan standart konsentrasi 0,5 ppm
N1 X V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 0,5 ppm x 50 ml
V1= 0,25 ml
b. Pembuatan larutan standart konsentrasi 1,0 ppm
N1 x V1= N2 x V2
100 ppm x V1 =1,0 ppm x 50 ml
V1 = 0,5 ml
c. Pembuatan larutan standar konsentrasi 1,5 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1=1,5 ppm x 50 ml
V1 = 0,75 ml
d. Pembuatan larutan standar konsentrasi 2,0 ppm
N1 x V1= N2 x V2
100 ppm x V1=2,0 ppm x 50 ml
V1 = 1 ml
E. Pembuatan larutan standar konsentrasi 2,5 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 =2,5 ppm x 50 ml
V1 = 1,25 ml
3.2.2 Perhitungan konsentrasi Fospat dalam sampel
a. Limbah laundry sebelum filtrasi
Y = 0,0024 + 0,1029 x

9
0,501=0,0024 + 0,1029 x
0,501 – 0,0024 = 0,1029 x
0,4986 = 0,1029x
x = 4,845
Maka :

PO43- =

b. Limbah laundry sesudah filtrasi


Y = 0,0024 + 0,1029 x
0,501=0,0024 + 0,1029 x
0,122 – 0,0024 = 0,1029 x
0,122 – 0,0024 = 0,1029 x
0,1196 = 0,1029 x
x = 1,1623
Maka :

PO43- =

10
3.2.3 Reaksi
2(NH4)6Mo7O24 (aq) + 4NH4VO3(aq)
8(NH4)2VO3.14MoO3
Amonium hepta molibdate Amonium meta vanadate Molibdate vanadate

P2O5(aq) + 3H2O(l) 2H3PO4(aq)


senyawa ortofosfat air asam fosfat

4H3PO4(aq) + 2(NH4)6Mo7O24 (aq) + 4NH4VO3(aq)


Asam ammonium ammonium
fosfat hepta molibadate meta vanadate

4(NH4)3PO4.NH4VO3.14MoO3(aq) + 6H2O(l)
kompleks asam vanadate molibdate fosfat air

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah
merupakan limbah cair atau air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.
Gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu
atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa -3
muatan formal, dan dinotasikan dengan (PO43-). Sumber fosfat terdiri diperairan
laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai. Karena sungai
membwa hanyutan sampah mauoun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga
sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Fosfat berasal dari
detergen dalam limbah cair can peptisida serta insektisida dari lahan pertanian.
Fosfot terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat, dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam
bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat didalam sel organisme dalam air.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu air limbah laundry
sebelum filtrasi dan air limbah laundry sesudah filtrasi. Setelah dilakukan analisa
kadar posfat dalam air limbah laundry sebelum filtrasi dan air limbah laundry
sesudah filtrasi maka didapatkan kadar secara berturut-turut yaitu 0,3876 ppm dan
0,0020 ppm. Jika dibandingkan menurut Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001
untuk kadar posfat maksimum yaitu 0,2 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar
posfat pada air limbah laundry sebelum filtrasi tidak sesuai dengan standar yang

12
ditetapkan oleh pemerintah tetapi air limbah laundry sesudah berada di bawah
batas maksimum yang ditetapakn tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kadar posfat dalam air yaitu oksigen terlarut dan suhu. Besarnya kadar oksigen di
dalam air tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air.
Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam
air. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2 ppm. Jika kadar DO dalam air
tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu
diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan. Suhu
sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan air.
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai seperti, jumlah
oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat,
kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar PO43- pada air limbah laundry sebelum filtrasi dan air limbah
laundry sesudah filtrasi maka didapatkan kadar secara berturut-turut yaitu
0,3876 ppm dan 0,0020 ppm.
2. Air limbah laundry sebelum filtrasi tidak memenuhi standar kualitas air
dimana standar menurut Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 untuk
kadar posfat maksimum yaitu 0,2 mg/L. Sedangkan air limbah laundry
sesudah filtrasi telah memenuhi kualitas air yang ada.
3. Metode analisis kadar fosfat (PO43-) menggunakan larutan Vanadate
Molibdate dilakukan secara kualitatif dengan uji warna.

5.1. Saran
Sebaiknya pada praktikum yang akan datang digunakan sampel minuman
kemasan yang mengandung fosfat agar dapat diketahui perbandingan kadar
fosfat dari kedua sampel tersebut dan dapat bervariasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Lewi. 2016. Penentuan Kadar Senyawa Fosfat di Sungai Way Kuripan dan Kuala
dengan Way Kuala dengan Spektrofotometri UV-Vis.Universitas
Lampung: Bandar Lampung

Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah.UI Press, Jakarta

Sihombing, Juna. 2020. Penuntun Praktikum Pengolahan Air Dan Limbah


Industri. Medan : Politeknik Teknologi Kimia Industri

15

Anda mungkin juga menyukai