Anda di halaman 1dari 10

PENYABUNAN DAN BILANGAN PENYABUNAN

Darwin Ryodanto Marpaung (1801080), Endah Ayu Ning Tyas (1701017)


Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Kimia Industri (PTKI) Medan
ABSTRAK
Angka penyabunan ialah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara
sempurna dari 1 gram atau minyak. Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai
berat molekul relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak dengan
berat molekul yang besar mempunyai angka penyabunan relative kecil. Sabun merupakan suatu bentuk
senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”.
Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah
reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan
dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Tujuan Percobaan dilakukan untuk menentukan berat molekul dari
suatu lemak atau minyak secara kasar pada Minyak Delima. Tahap percobaan mula-mula dilakukan dengan
menimbang minyak delima sekitar 2,02 gr dalam Erlenmeyer, lalu larutan KOH 0,09 N sebanyak 10 mL
ditambahkan, selanjutnya didinginkan dan ditambahkan beberapa tetes indikator PP kemudian dititrasi dengan
larutan standard HCL 0,46184 N. Dari hasil percobaan yang didapat pada menit ke – 3 sebesar 1,3886 mg
KOH/g, pada menit ke – 6 sebesar 2,7635 mg KOH/g dan pada menit ke –9 sebesar 1,3886 mg KOH/g. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi proses saponifikasi diantaranya suhu, konsentrasi alkali, pengadukan dan
waktu.
Keyword : Angka penyabunan, Sabun, lemak/minyak, suhu.
PENDAHULUAN
Pada saat ini, teknologi sabun telah berkembng pesat. Sabun dengan jenis dan bantuk yang bervariasi
dapat diperoleh dengan mudah dipasar mulai dari sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk
perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri. Kandugan zat – zat yang terdapat pada
sabun juga bervariasi sesuia dengan sifat dan jenis sabun. Zat – zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan dan merugikan (Jenny, 2019). Sabun merupakan salah satu produk industri kimia yang sudah
lama dikenal. Bahan baku pembuatan adalah lemak, minyak kelapa, minyak sawit, asam lemak dan lain – lain
yang direaksikan dengan alkali (Na, K). Proses pembuatan sabun pada dasarnya adalah saponifikasi dimana
alkali direaksikan dengan lemak, menghasilkan sabun dan alkohol (Jenny dan Dimas, 2020). Reaksi asam
lemak dengan NaOH/KOH biasanya disebut dengan saponifikasi. Sedangkan reaksi asam lemak dengan
metal/logam akan menghasilkan metallic soap. Sabun merupakan garam logam alkali denagn rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis
sabun tersebut. Larutan alkali yang biasanya digunakan pada sabun keras adalah natrium hidroksida (NaOH)
dan alkali yang biasanya digunakan pada sabun lunak adalah kalium hidroksida (KOH). Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran – kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses
saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali yang akan membebaskan gliserol. Lemak minyak yang
digunakan dapat berupa lemak minyak hewani, minyak nabati, lilin mapun minyak ikan laut.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah
asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing – masing mengandung sejumlah
molekul asam lemak dengan rantai karbon panjnag antara C 12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui
proses saponifikasi dengan larutan kalium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat – sifat sabun yang
menghasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam – asam lemak yang digunakan.
Komposisi asam – asam lemak yang sesuai dengan pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat
kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaannya karena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun
yang sangat sukat larut dan sulit meinimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam – asam lemak tak jenuh
menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Pembuatan sabun dalam industri terbagi
menjadi 2 yaitu saponifikasi lemak netral dan netralisasi asam lemak. Pada proses saponifikasi lemak netral
yaitu proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi
saponikasi dapat mengkatalisasi dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukannya suatu
percepatan pada kecepatan reaksi. Sedangkan pada proses netralisasi asam lemak reaksi asam basa antara asam
– asam lemak dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida
dengan alkali (Jenny, 2019).
Angka Penyabunan dapat dilakukan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.
Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil, akan
mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya. Minyak dengan berat molekul yang besar
mempunyai angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram (1 g) lemak atau minyak. Sabun merupakan merupakan suatu
bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap
making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap/sabun. Pengertian Saponifikasi
(saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak dicampur dengan larutan alkali
(blogspot.com/2014/09/penentuan-bilangan-penyabunan.html).
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih
dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu
molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL
sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Dalam penetapan bilangan penyabunan, misalnya larutan alkali yang digunakan adalah larutan KOH,
yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan buret atau pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tak jenuh, ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang
tak jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengan tingkat ketidak jenuhan yang tinggi akan mengikat iod
dalam jumlah yang lebih besar. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan. Untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak, apabila sejumlah sampel minyak atau lemak  disabunkan dengan
larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH
bereaksi denngan satu molekul minyak atau lemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun
oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan
mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar,
maka angka penyabunan relatif kecil (http://kimiaterpadusmakma20143a03.blogspot.com/2014/09/bilangan-
penyabunan.html).
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses saponifikasi diantaranya yaitu suhu, suhu pada
proses proses saponifikasi berkisar antar 60C – 70C yang berfungsi untuk mempercepat reaksi, jika suhu
lebih besar dari 70 C maka akan terjadi oksidasi pada minyak atau dapat merusak minyak tersebut.
Konsentrasi alkali, NaOH/KOH yang tinggi akan terpecah menjadi emulsi dan tidak homogen, jika fasa tidak
homogen maka reaksi tidak yang terjadi sempurna. Pengadukan, pengadukan pada proses saponikasi berfungsi
untuk mempercepat terjadinya laju reaksi dan waktu jika semakin lama waktu reaksi yang terjadi maka sabun
yang didapat akan semakin banyak.
Sabun dikenal luas dan sangat penting sebagai penurun tegangan permukaan. Karena itu sabun
merupakan salah satu jenis surfaktan. Sabun asam lemak sangat baik menghilangkan kotoran (tanah) dan sangat
baik mensuspensi minyak pada proses pencucian. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi
kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Pada
umumnya sabun ditambahkan zat pewangi atau antiseptik. Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak
terikat sebagai senyawa sabun. Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,10 % untuk sabun
natrium dan 0,14 % untuk KOH. Hal ini disebabkan karena alkali mempunyai sifat yang keras dan dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali
yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Sabun dengan kadar alkali yang lebih besar biasanya
digolongkan ke dalam sabun cuci (Mochamad Zulkifli dan Teti Estiasih, 2014).
METODE PERCOBAAN
Percobaan dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri, Medan. Bahan
baku yang digunakan adalah ‘Minyak Goreng Delima’. Uji kualitas yang akan dilakukan dalam percobaan
meliputi penentuan Bilangan penyabunan, pengaruh dari lama waktu pengadukan, suhu pemanasan dan jumlah
alkali terhadap sabun yang dihasilkan.
Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Neraca digital, Magnetic stirer, Beaker
glass, Buret, Gelas ukur, Statif dan Klem, Corong kaca, Thermometer, Erlenmeyer, Spatula dan Jam dinding.
Serta bahan yang digunakan yaitu Minyak goreng delima, Larutan KOH 0,09 N, Larutan HCl 0,46184 N dan
Indikator pp.
Prosedur Kerja
Gambar Rangkaian

Proses Penyabunan Penetapan Angka Penyabunan

Proses Penyabunan
Alat dan bahan disiapkan, ukurlah minyak delima dengan menggunakan gelas ukur sebanyak 250 mL.
Lalu pindahkan kedalam beaker glass 500 mL. Beaker glass yang berisi minyak di letakkan diatas magnetic
stirrer lalu hidupkan magnetic stirrer kemudian atur putarannya dan suhu yang digunakan. Masukkan
thermometer sebagai pengukur suhu. Lalu isilah buret yang terpasang tepat diatas sampel dengan KOH 0,09 N
lalu ditetesi sedikit demi sedikit sampai membentuk sabun.
Penentuan Angka Penyabunan
Titrasi Blanko
Larutan KOH 0,09N diukur sebanyak 10 mL dengan menggunakan gelas ukur 10 mL. Kemudian
larutan KOH 0,09 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Selanjutnya, indikator PP ditambahkan
sebanyak 3 tetes, lalu dititrasi menggunakan larutan standard HCl 0,46184 N hingga mencapai TAT larutan
tidak berwarna.
Titrasi Sampel
Minyak Delima ditimbang didalam erlenmeyer sebanyak tiga kali penimbangan dengan berat masing-
masing 2,02 gr, 2,03 gr dan 2,02 gr menggunakan Neraca digital. Kemudian larutan KOH 0,9 N ditambahkan
sebanyak 10 mL, lalu didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indikator PP. Kemudian dititrasi secara berlebih
dengan larutan standard HCL 0,46184 N hingga mencapai titik akhir titrasi . Percobaan dilakukan sebanyak 3
kali dengan rentan waktu yang telah ditentukan yaitu 3 menit, 6 menit dan 9 menit. Angka penyabunan
dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak
yang dihitung menggunakan persamaan berikut :

28,05(titrasi blanko−titrasi contoh)


Angka penyabunan  berat sampel( g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
A. Data

Waktu Suhu Berat Sampel Volume KOH Volume HCl Indikator PP


No.
(Menit) (C) Minyak (gram) 0,09 N (mL) 0,46184 N (mL) (tetes)
1. Blanko - - 10 mL 1,7 mL 3 tetes
2. 3 Menit 65 C 2,02 gram 10 mL 1,6 mL 3 tetes
3. 6 Menit 65 C 2,03 gram 10 mL 1,5 mL 3 tetes
4. 9 Menit 65 C 2,02 gram 10 mL 1,6 Ml 3 tetes

B. Pengamatan
1. Blanko
KOH + Indikator PP Larutan warna ungu
Larutan ungu titrasi Larutan tidak berwarna
HCl 0,46184 N

2. Minyak Goreng Delima


Minyak goreng delima 65 C Larutan kuning pucat

Larutan kuning pucat + KOH Larutan kuning keruh

Larutan kuning keruh + KOH Larutan putih keruh


Larutan putih keruh + Indikator PP Larutan berwarna ungu
Larutan berwarna ungu titrasi Terbentuk 2 lapisan :
HCl 0,46184 N 1. Atas minyak
2. Bawah larutan putih keruh

Perhitungan

1. Pada menit ke – 3
28,05 ml KOH (volume blanko−volume contoh)
Angka penyabunan 
berat sampel

28,05 mg KOH /mL(1,7−1,6)mL



2,02 gram

 1,3886 mg KOH/gram

2. Pada menit ke – 6
28,05 ml KOH (volu me blanko−volume contoh)
Angka penyabunan 
berat sampel

28,05 mg KOH /mL(1,7−1,5)mL



2,03 gram

 2,7635 mg KOH/gram

3. Pada menit ke – 9
28,05 ml KOH (volume blanko−volume contoh)
Angka penyabunan 
berat sampel

28,05 mg KOH /mL(1,7−1,6)mL



2,02 gram

 1,3886 mg KOH/gram

Reaksi
O O
CH2 – C – C – C15H32 CH2 – OH C15H32 – C – C – K
O O
CH – C – C – C15H32 + 3 KOH CH – OH + C15H32 – C – C – K
O (Kalium Hidroksida) O
CH2 – C – C – C15H32 CH – OH C15H32 – C – C – K

(Trigliserida Palmitat) (gliserol) (Sabun)

PEMBAHASAN
Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang tersusun
dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan
karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak. Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair
pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari
gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawa ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah
asam karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis
yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan
dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponifikasi
Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan
berikut: 1) Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau
pertanian, 2) Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses
ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau,
penghilangan warna dan sebagainya, 3) Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat
minyak tertentu.
1. Penamaan lemak dan Minyak
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu dengan cara
menggantikan akhiran -at pada asam lemak dengan akhiran -in , misalnya :
- tristearat dari gliserol diberi nama tristearin
- tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin
Selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu
ester, misalnya:
- triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat
- tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat
2. Pembentukan Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam pembentukannya, trigliserida
merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga
asam lemak tersebut berbeda –beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air .
3. Kegunaan Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.adapun
lemak dan minyak ini antara lain:
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik
2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul
3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,karena lemak dan minyak jika
dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein
dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat. Karena titik didih
minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk menggoreng makanan di mana bahan yang
digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.
4. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti.
5. Memberikan tekstur yang lembut dan lunakl dalam pembuatan es krim.
6. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarine
7. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega
8. Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam lemak esensial.
4. Sifat-sifat Lemak dan Minyak
4.1 Sifat-sifat fisika Lemak dan Minyak
1.  Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin
2.  Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperature kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian
kemurnian minyak.
4.  Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil), sedikit larut dalam
alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi karena asam-asam yang
berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut
lemak.
8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak/lemak
9. shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak / lemak
10. slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran
komponen-komponennya
4.2 Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak
1. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,menjadi bentuk ester.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asamasam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat
terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
3. penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila
penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol
dipulihkan dengan penyulingan.
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada
lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung
pada derajat kejenuhan.
5. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau
minyak . terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.
5. Perbedaan Antaa Lemak dan Minyak
Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu:
1. Pada temperatur kamar lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair
2. Gliserrida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida pada tumbuhan berupa minyak
(minyak nabati)
3. Komponen minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak jenuh sedangkan
komponen lemak memiliki asam lemak jenuh
Angka Penyabunan dapat dilakukan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.
Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relative kecil, akan
mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak dengan berat molekul yang besar
mempunyai angka penyabunan relative kecil.
Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
(1 g) lemak atau minyak. Alcohol yang ada pada koh berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa
agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah
saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap /
sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur
dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak, sampel yang dipergunakan untuk
penentuan angka penyabunan adalah margarine. Penentuan bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk
mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dipergunakan untuk membedakan lemak yang satu
dengan yang lainnya. Selain untuk mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga dapat
dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.
Apabila sampel yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH
akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak.
Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam,
sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan untuk melarutkan KOH
adalah Alkohol, penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat
membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Kesalahan yang timbul pada saat
titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya yerjadi
adalah dari coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari kuning ke
putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit ditentukan. Untuk mengetahui hasil
pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko.
Penetuan angka penyabunan dilakukan untuk menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak
secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat
molekul yang relatif kecil mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai
berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai
banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot molekul minyak/lemak secara
kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek, akan mempunyai bobot molekul (Mr)
kecil, sedangkan minyak dengan rantai karbon panjang akan mempunyai bobot molekul yang lebih besar.
Minyak/lemak yang mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan
sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan mempunyai bilangan penyabunan yang relatif kecil.
Bilangan Penyabunan (Safonifikasi) adalah banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk mempersabunkan
satu gram minyak/lemak.
Prinsip kerja angka penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan
basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun. Sisa dari NaOH
dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa
banyak NaOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel.
Pada saat melakukan percobaan untuk menguji angka penyabunan sampel minyak  direaksikandengan NaOH
dalam alkohol berlebih, seharusnya ditambahkan KOH, namun karena keterbatasan alat sehingga digantikan
fungsinya dengan menggunakan NaOH. Pada saat melakukan percobaan untuk menentukan angka penyabunan,
asam lemak dan asam lemak bebas dari minyak (sampel) dengan menggunkan NaOH dalam Alkohol dapat
membentuk sabun, Angka penyabunan tersebut adalah banyaknya mg NaOH yang diperlukan untuk
menyabunkan secara sempurnya 1g Lemak atau minyak. Pada saat percobaan angaka penyabunan juga
digunakan titrasi blanko ( titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer
yang bereaksi dengan preaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
preaksi.
Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk
akrolein yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Bila minyak mengalami pemanasan yang berlebihan,
bagian molekulnya yaitu gliserol akan mengalami kerusakan dan minyak tersebut akan mengeluarkan asap biru
yang sangat mengganggu lapisan selaput mata. Molekul-molekul gliserol tersebut menjadi kering dan
membentuk aldehida tidak jenuh yang disebut akrolein. Titik asap suatu minyak goreng bergantung pada kadar
gliserol bebasnya.Semakintinggi titik asapnya,semakin baik mutu minyak goreng tersebut. Perubahan sifat
fisika dan kimia pada minyak dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu keberadaan komponen air di dalam bahan pangan
yang digoreng yang dapat menyebabkan reaksi hidrolisis minyak, adanya oksigen dari atmosfer yang dapat
mempercepat reaks ioksidasi minyak, dan suhu proses yang sangat tinggi yang berdampak pada percepatan
proses kerusakan minyak. Dalam proses penggorengan , minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas,
menambah rasa gurih, menambah nilai giZi, dan sumber kalori dalam pangan. Kerusakan minyak akibat
pemanasan dapat diamati dari perubahan warna,kenaikan kekentalan, peningkatan bilangan peroksida. Selain
itu dapat juga dilihat dari penurunan bilangan iod dan penurunan asam.

Tujuan utama proses pemurnian minyak adalah menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak,warna
yang tidak menarik, serta memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai
bahan mentah dalam industri. Kotoran-kotoran yang ada dalam minyak dapat berupa komponen yang tidak
larut dalam minyak. Komponen yang tidak larut dalam minyak adalah lendir, getah,abu, dan mineral.
Komponen dalam bentuksuspensi koloid adalah fosfolipid, karbohidrat, dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Komponen yang larut dalam minyak berupa asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, monogliserida,
digliserida, dan zat warna yang terdiri dari karotenoid dan klorofil.Pemurnian merupakan tahap pertama dari
proses pemanfaatan minya kgoreng bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali atau
sebagai bahan baku produk untuk pembuatan sabun mandi padat.

Pada percobaan yang telah dilakuakan, sampel yang digunakan adalah minyak delima. Minyak Delima
adalah minyak yang dihasilkan dengan cara memeras biji delima. Proses yang digunakan biasanya cold-press,
sehingga nutrisi di dalam minyak biji delima senantiasa terjaga. Minyak Delima atau Pomegranate oil sering
disebut sebagai minyak kecantikan yang berkhasiat. Kandungan antioksidannya yang kaya bisa mendatangkan
berbagai manfaat untuk kulit wajah dan tubuh. Pomegranate oil memiliki kandungan antioksidan yang lebih
tinggi dari anggur merah dan setara teh hijau. Flavanoid dan asam punicic yang dikandungnya memiliki sifat
antiinflamasi dan antimikroba. Minyak biji delima mengandung asam ellagic berkonsentrasi tinggi. Asam
ellagic adalah senyawa polifenol yang telah terbukti membantu mencegah kanker kulit. Asam ellagic juga
berkhasiat untuk mencegah kerusakan UV dan pembentukan kerutan. Selain itu, kemampuannya untuk
mencerahkan kulit juga cukup baik. Pomegranate oil atau minyak biji delima mampu merangsang proliferasi
keratinosit (sel kulit tua). Artinya minyak ini akan mendorong sel kulit tua agar mengelupas lebih cepat dan
merangsang pembentukan sel-sel baru. Dengan demikian, kulit akan senantiasa kenyal, muda, dan jauh dari
kerutan. Pengelupasan keratinosit ini juga mengurangi risiko terjadinya jaringan parut pada bekas luka.

Sampel yang digunakan pada pengujian kali ini adalah CPO yang telah mengalami pemurnian yaitu
Minyak Goreng Delima. Sampel kemudian ditimbang dengan berat kurang lebih 2 gram. Kemudian
ditambahkan pelarut alkohol yang kondisi alkoholnya harus netral. Digunakan alkohol netral agar data akhir
yang diperoleh benar-benar tepat. Karena bila kondisi tidak netral, titrasi asam-basa akan berakhir dengan
diperoleh data yang salah. Sesuai dengan definisi bilangan asam itu sendiri yaitu jumlah miligram KOH atau
basa-basa lainnya yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak. Kemudian pada sampel ditambahkan
indikator fenolftalein (PP). Indikator ini merupakan indikator yang sering dipergunakan untuk titrasi asam-basa.
Indikator ini akan berubah menjadi merah muda bila suasana basa dan tetap bening jika dalam suasana asam.
Karena pada sampel alkohol yang dipergunakan tidaklah netral, maka ketika ditetesi fenolftalein, berubah
warna menjadi merah muda. Hal ini berakibat pada penentuan titik akhir yang keliru pula. Setelah itu dititrasi
menggunakan KOH 0,09 N yang telah distandarisasi menggunakan asam oksalat sampai timbul warna pink
yang tidak hilang setelah 30 detik. Saat itulah titik akhir tercapai. Titik akhir adalah waktu ketika proses titrasi
dihentikan karena suasana telah menjadi netral yang ditunjukkan oleh perubahan warna oleh indikator.
Penentuan titik akhir dengan tepat pun tidak menunjukkan suasana yang netral karena warna indikator berubah.
Oleh karena itu ada yang disebut titik ekuivalen yaitu waktu ketika jumlah titran dengan titrat ekuivalen
sehingga suasana benar-benar netral. 
Fungsi penambahan alkohol netral adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar
dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga
alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan
pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak
tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya.
Pemberian tiga tetes indikator fenolftalein (pp) pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian bahwa
bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi dengan KOH, larutan alkohol dan
minyak kelapa yang telah ditetesi indikator fenolftalein (pp) berubah warna menjadi merah muda. Hal ini
membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Penggunaan KOH saat proses titrasi adalah untuk
menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan
untuk mentitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas.
Angka penyabunan dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang
tersusun oleh asam lemak rantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil yang akan mempunyai
angka penyabunan yang besar. Angka penyabunan yang tinggi membutuhkan banyak KOH karena banyak
asam lemak berantai pendek. Angka penyabunan merupakan bilangan penyabunan yang dinyatakan sebagai
banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Penentuan
bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dapat
digunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya.
Angka penyabunan sama dengan bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya ( mg ) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Lemak yang mengandung komponen yang tidak
tersabunkan seperti sterol mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung
asam lemak tidak jenuh tidak mempunyai bilangan penyabunan tinggi. Tingginya bilangan penyabunan ini
disebabkan ikatan tidak jenuh dapat teroksidasi menghasilkan pembentukan gugus karbonil yang pada akhirnya
dapat juga bereaksi dengan alkali.
Reaksi saponifikasi adalah suatu reaksi yang  melibatkan lemak atau  minyak dengan suatu alkali yang
akan menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip dari saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa yang
akan menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Dengan dilakukannya percobaan ini dapat diketahui bahwa
sabun kalium yang terbuat dari lemak/minyak KOH memiliki sifat yang lunak dan umumnya digunakan untuk
sabun mandi cair. Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah Minyak Goreng Delima kemasan yang
beredar di pasaran. Untuk mengetahui cara pembuatan sabun pertama sekali minyak delima diukur dengan
menggunakan gelas ukur sebanyak 250 mL. Lalu pindahkan kedalam beaker glass 500 mL. Beaker glass yang
berisi minyak di letakkan diatas magnetic stirrer kemudian hidupkan magnetic stirrer lalu atur putarannya dan
suhu yang digunakan 60 – 70 C. Masukkan thermometer sebagai pengukur suhu. selanjutnya isilah buret yang
terpasang tepat diatas sampel dengan KOH 0,09 N lalu ditetesi sedikit demi sedikit sampai membentuk sabun.
Sedangkan untuk menentukan angka penyabunan dilakukan proses pertama kali dengan menimbang sampel
sabun yang telah dibuat sebelumnya sebanyak ± 2 gram di dalam erlenmeyer menggunakan neraca digital.
Kemudian tambahkan 10 mL KOH 0,09 N ke dalam erlenmeyer yang berisi sampel. Selanjutnya, tambahkan 3
tetes indikator PP, lalu dititrasi menggunakan larutan HCl 0,46184 N hingga mencapai titik akhir titrasi.
Kemudian catat hasil dari larutan HCl yang telah terpakai. Lakukan percobaan sebanyak 3 kali dengan rentan
waktu yang telah ditentukan yaitu 3 menit, 6 menit dan 9 menit. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan,
dihasilkan Angka penyabunan pada menit ke-3 adalah 1,3886 mg KOH/gram, pada menit ke-6 adalah 2,7635
mg KOH/gram, pada menit ke-9 adalah 1,3886mg KOH/gram. Menurut Standar Nasional Indonesia ( SNI 01-
3741-2002 Standar Mutu Minyak Goreng ) Standar Bilangan penyabunan Minyak Goreng adalah 196 - 206 mg
KOH/gram. Dapat dikatakan bahwa Standar Mutu Minyak Goreng Delima memenuhi Standar Nasional
Indonesia.

KESIMPULAN

Angka penyabunan ialah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara
sempurna dari 1 gram atau minyak. Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai
berat molekul relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak dengan
berat molekul yang besar mempunyai angka penyabunan relative kecil. Tujuan Percobaan dilakukan untuk
menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak secara kasar pada Minyak Delima. Prinsip kerja angka
penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah
diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun. Sampel Minyak Goreng Delima telah berhasil
dilakukan pengujian terhadap mutu/kualitasnya berdasarkan Standar Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-2002.
Penelitian ini dilakuakan menggunakan sampel minyak goreng delima yang dapat diperoleh dari pedagang
pasar sekitar PTKI medan. Pengujuan dilakuakan sebanyak tiga kali pengulangan (triplo) dengan berat sampel
yang berbeda yaitu masing-masing 2,02 gram, 2,03 gram dan 2,02 gram dengan rentan waktu pengujian yaitu 3
menit, 6 menit dan 9 menit. Menurut standar mutu minyak goring SNI 01-3741-2002, Nilai Standar Bilangan
penyabunan minyak goreng adalah sekitar 196 – 206 mg KOH/gram. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Minyak Goreng Delima Memenuhi standar mutu bilangan penyabunan minyak goreng dengan hasil pengujian
masing-masing yaitu 1,3886 mg KOH/gram, 2,7635 mg KOH/gram dan 1,3886 mg KOH/gram. Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa minyak goreng kemasan delima layak untuk dipakai atau digunakan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi proses saponifikasi diantaranya suhu, konsentrasi alkali, pengadukan dan
waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Danartodan Saman. 2005,“Pengaruh Angka Penyabunan Dalam Minyak Goreng’’, Penerbit ITB, Bandung.
Ir Jenny. 2019. Oleokimia 1. Politeknik Teknologi Kimia Industri: Medan.
Ir Jenny Dan Dimas F. 2020. Penuntun Praktikum Oleokimia 1. Politeknik Teknologi Kimia Industri: Medan.
Ketaren, S, 2002, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Lamsihar, G, 2007, Laporan Penelitian Saponifikasi, USU, Medan.
Mochamad Zulkifli dan Teti Estiasih. 2014. Sabun Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. FTP Universitas
Brawijaya Malang: Malang.
http://kimiaterpadusmakma20143a03.blogspot.com/2014/09/bilangan-penyabunan.html.
blogspot.com/2014/09/penentuan-bilangan-penyabunan.html.

Anda mungkin juga menyukai