Anda di halaman 1dari 7

Nama : I Made Yoga Santika Putra

NIM : 1813081017
Prodi : Kimia
Tes Awal praktikum
Penentuan kadar protein secara Lowrey

Soal :

1. Jeaskan tujuan percobaan penetuan protein Secara Lowry


Jawaban :
Untuk menentukan kadar protein suatu ahan dengan menggunakan metode Lowry
2. Jelaskan prinsip kerja penetuan protein Secara Lowry
Jawaban :
Metode lowry merupakan metode penentuan konsentrasi dengan menggunakan reagen
pendeteksi gugus fenolik seperti reagen folin-ciocalteu. Reagen folin-ciacelteu dapat
mendeteksi residu protein (tirosin) karena kandungan fenolik dalam residu tirosin
yang mampu mereduksi reagen fosfotungstat dan fosfomolibdat menjadi tungstat dan
molibdenum yang berwarna biru. Reagen fosfotungstat dan fosfomolibdat ini
merupakan konstituen utama dari reagen folin-ciocalteu. Hasil reduksi ini
menunjukkan puncak adsorpsi yang lebar pada daerah merah dari spektrum sinar
tampak. Sensitivitas dari metode folin-ciocalteu ini mengalami perubahan yang cukup
signifikan apabila digabung dengan ion-ion Cu2+ (metode biuret). Kompleks Cu-
protein yang dihasilkan oleh reagen biuret akan menyebabkan reduksi pula pada
fosfotungstat dan fosfomolibdat dalam reagen folin-ciocalteu.
3. Apa fungsi reagen A dan reagen B dalam percobaan ini? Mengapa harus reagen A
dan reagen B perlu dicampur sehingga menghasilkan reagen C ?
Jawaban :
Fungsi reagen A berfungsi untuk membuat kompleks warna yang terbentuk menjadi
stabil dan reagen B yaitu mereduksi reagen Folin-Ciocalteu dan kompleks
phospholibdat-phosphotungstat. Ragen A dan reagen B yaitu untuk membentuk
larutan menjadi basa. Reagen A dan reagen B dicampurkan karena reagen A yaitu
Na2CO3 2% dicampur dengan reagen B yaitu CuSO4.5H2O dalam 1% larutan Nna-
Tartarat, kedua reagen ini dicampur akan menghasilkan reagen C yaitu reagen biuret.
Apabila reagen lain yang dicampurkan maka tidak akan mendapatkan reagen biuret
tersebut.
4. Apa fungsi reagen E
Jawaban :
Reagen E pada metode Lowry adalah campuran antara Ion Cu + bersama dengan
fosfotungstat dan fosfomolibdat yang berfungsi untuk membentuk warna biru,
sehingga dapat diserap saat melakukan absorbansi.
5. Jelaskan langkah kerja percobaan penentuan kadar protein secara Metode Lowry
Jawaban :

a. Reagen biuret dibuat dengan mencampurkan reagen A sebanyak 50 mL dan


reagen B sebanyak 1 mL.

b. Larutan albumin telur dibuat dengan melarutkan 10 mL albumin telur ke


dalam 90 mL aquades. 10 mL dari campuran ini diencerkan lagi sebanyak 10
kali (pengenceran menjadi 100 kali)

c. Larutan protein standar (BSA) dicampur dengan air hingga volumenya


menjadi 1,0 mL. hal yang sama juga dilakukan pada larutan sampel (larutan
albumin)

d. Sebanyak 5 mL reagen biuret dimasukkan ke dalam masing-masing tabung


yang berisi larutan standard an sampel. Kemudian campuran ini diinkubasi
selama 10 menit pada suhu kamar
e. Sebanyak 0,5 mL reagen fenol (fenolik-ciocelteu) ditambahkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi kemudian dikocok. Tabung-tabung ini
diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Waktu inkubasi dimulai setelah
penambahan reagen fenolik-ciocelteu ke dalam tabung terakhir.

f. Absorbansi dari masing-masing larutan tersebut diukur dengan spektronik 20+


dengan panjang gelombang 700 nm.

6. Mengapa terjadi perubahan warna pada penambahan reagen pada protein, jelaskan
mengapa demikian?
Jawaban :
Perubahan warna pada penambahan reagen pada protein warna biru yang terjadi pada
penambahan reagen pada protein, disebabkan reaksi antara protein dengan Cu dalam
larutan alkalis dan terjadi reaksi garam fosfotungstat dan garam fosfomolibdat oleh
tirosin dan triptopan.
7. Sebutkan zat-zat apa yang dapat menghambat pengukuran kadar protein secara
Lowry?
Jawaban :
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry
ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine,
EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, guanin, xanthine,
magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan
menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko
untuk mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa
dan EDTA dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi
sampel dengan pengendapan protein
8. Hukum Lambert-Beer merupakan gabungan dari Hukum lambert dan hukum Beer,
jelaskan perbedaan kedua hukum itu?
Jawaban :
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel (b) yang
disinari, dengan bertambahnya sel, maka serapan akan bertambah. A = k. b
Menurut Beer, yang berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan yang sangat
encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. A = k. c
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan bertambah,
sehingga serapan juga bertambah.
Kedua persamaan ini digabungkan dalam Hukum LambertBeer, maka diperoleh
bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat
ditulis dengan persamaan: A = k.c.b Umumnya digunakan dua satuan c (konsentrasi
zat yang menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai
tetapan (k) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana
yang digunakan. Bila c dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a)
dan bila dalam mol per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε). Jadi
dalam sistem dikombinasikan, hukum Lambert-Beer dapat dinyatakan dalam rumus
berikut:
A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter)
Dimana: A = serapan
a = absorptivitas
b = ketebalan sel
c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar
9. Reagen biuret dibuat dengan mencampurkan reagen A sebanyak 50 mL dan reagen B
sebanyak 1 mL. Jelaskan (1) mengapa larutan ini dibuat secara fresh, (2) mengapa
perbandigannya 50 A : 1B
Jawaban :

(1) : Larutan ini dibuat secara fresh agar larutan yang dihasilkan dapat dihitung
secara akurat dan tidak terkontaminasi dengan zat-zat lain yang bisa menghambat
pengukuran kadar protein sehingga dengan larutan fres didapatkan hasil yang
optimal
(2) : Perbandingannya 50 A : 1B agar mempercepat dalam pembentukan kompleks
dengan ikatan peptida. Setelah kompleks ini terbentuk, larutan berubah dari warna
biru menjadi warna ungu. Semakin dalam warna ungu, semakin banyak kompleks
peptida-tembaga yang terbentuk.
10. Larutan albumin telur dibuat dengan melarutkan 10 mL albumin telur ke dalam 90
mL aquades. 10 mL dari campuran ini diencerkan lagi sebanyak 10 kali (pengenceran
menjadi 100 kali). Apa tujuan pengenceran ini?
Jawaban :
Untuk menghasilkan larutan yang memiliki konsentrasi rendah
11. Larutan protein standar (BSA) dicampur dengan air hingga volumenya menjadi 1,0
mL. hal yang sama juga dilakukan pada larutan sampel (larutan albumin). Apa
perbedaan albumin telur dengan BSA?
Jawaban :
Perbedaan albumin telur dengan BSA adalah yang mana BSA (Bovine Serum
Albumin) merupakan albumin serum sapi. Albumin merupakan salah satu jenis
protein globuler yang larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. BSA berfungsi
untuk membuat kurva standar. BSA digunakan karena stabilitas untuk meningkatkan
sinyal dalam tes, kurangnya efek dalam reaksi biokimia, dan biaya rendah. Sedangkan
albumin telur merupakan kelas protein yang larut dalam udara yang ditemukan di
dalam putih telur yang pada kali ini dijadikan sampel yang akan ditentukan kadar
proteinnya.
12. Tujuan langkah ini sebanyak 5 mL reagen biuret dimasukkan ke dalam masing-
masing tabung yang berisi larutan standard an sampel. Kemudian campuran ini
diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar.
Jawaban :
Pada penambahan reagen biuret larutan diinkubasi bertujuan untuk agar reaksi
berlangsung sempurna dan tidak terjadi penggumpalan pada larutan protein.
13. Apa tujuan langkah ini, Sebanyak 0,5 mL reagen fenol (fenolik-ciocelteu)
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi kemudian dikocok. Tabung-
tabung ini diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Waktu inkubasi dimulai
setelah penambahan reagen fenolik-ciocelteu ke dalam tabung terakhir?
Jawaban :
Agar memaksimalkan reaksi dalam larutan
14. Absorbansi dari masing-masing larutan tersebut diukur dengan spektronik 20+ dengan
panjang gelombang 700 nm. Mengapa absorbansi diukur pada panjang gelombang
700 nm?
Jawaban :
Karena kombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-
Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein
menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, akan muncul
puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein
dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 700 nm dikarenakan metode
lowry lebih cocok untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi yang rendah
sehingga jika diukur pada panjang gelombang 700 nm mendapatkan absorbansi yang
optimal.
15. Apa perbedaan prinsip anatara penentuan protein secara keydal dengan metode lowry
?
Jawaban :
Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic
dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil
destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi.
Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang
terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl. Prinsip cara analisis Kjeldahl
adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat
menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi
ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya dapat
dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl
digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang
semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg
dari bahan yang homogen.
Metode lowry merupakan metode penentuan konsentrasi dengan
menggunakan reagen pendeteksi gugus fenolik seperti reagen folin-ciocalteu. Reagen
folin-ciacelteu dapat mendeteksi residu protein (tirosin) karena kandungan fenolik
dalam residu tirosin yang mampu mereduksi reagen fosfotungstat dan fosfomolibdat
menjadi tungstat dan molibdenum yang berwarna biru. Reagen fosfotungstat dan
fosfomolibdat ini merupakan konstituen utama dari reagen folin-ciocalteu. Hasil
reduksi ini menunjukkan puncak adsorpsi yang lebar pada daerah merah dari
spektrum sinar tampak. Sensitivitas dari metode folin-ciocalteu ini mengalami
perubahan yang cukup signifikan apabila digabung dengan ion-ion Cu2+ (metode
biuret). Kompleks Cu-protein yang dihasilkan oleh reagen biuret akan menyebabkan
reduksi pula pada fosfotungstat dan fosfomolibdat dalam reagen folin-ciocalteu.

Anda mungkin juga menyukai