Dosen Pengampu:
Dr. Nazriati, M. Si.
Drs. Ida Bagus Suryadharma, M. S.
Oleh :
Kelompok 4 Offering J
B. DASAR TEORI
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu zwitter ion, dalam suasana asam
senyawa ini berupa HMR (yang berwarna merah), sedangkan dalam suasana basa senyawa
ini berupa MR- (yang berwarna kuning).
(Bentuk HMR)
(Bentuk MR-)
Dimana keadaan setimbang antara dua bentuk metil merah yang berlainan warnanya
ditunjukkan sebagai berikut:
HMR ⇄ H+ + MR-
[ ][ ]
Kɑ = atau pK𝛼 = pH – log[MR-]/[HMR]
Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan persamaan ini dari pengukuran
perbandingan (MR-) / (HMR) pada pH tertentu yang diketahui karena kedua bentuk metil
merah mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak (400 – 500 nm), maka perbandingan
(MR-) / (HMR) dapat ditentukan secara spektrofotometri (tim labor Kimia Fisika, 2013 ).
Adsorbsi adalah penyerapan suatu zat sehingga masuk kedalam pori-pori suatu zat lain.
Adsorbsi dapat terjadi antara zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair,
serta zat cair dan zat gas. Adsorbsi ini disebabkan oleh gaya tarik menarik molekul-
molekul dipermukaan adsorben. Absorbansi dapat didefinisikan oleh hukum Lambert-
Beer, yaitu:
A = -log = a.b.c
Dengan:
A = Absorbansi
I = Intensitas cahaya setelah melalui larutan
Io = Intensitas pelarut murni
A = Indeks absorbansi zat terlarut
B = Panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
C = Konsentrasi zat terlarut
D. RANGKAIAN ALAT
Keterangan gambar:
1. Tempat kuvet 7. Tombol untuk mencetak
2. Display digital 8. Pengatur panjang gelombang3.
3. Mode indicator 9. Pengatur transmitan/absorbans (100%T/ 0A)
4. Mode pilihan 10. Tombol power/pengatur nol5.
5. Tombol pengurangan 11. Pengatur filter
6. Tombol menaikkan
E. PROSEDUR KERJA
Dibuat larutan metil merah (1000 ppm) dengan menambahkan gram kristal metil
merah yang dilarutkan dalam 300 mL etanol 95 %, kemudian diencerkan hingga tepat
500 mL dengan air suling.
Dibuat larutan standar metil merah (100 ppm) dengan dimasukkan 10 mL larutan
metil merah (1000 ppm) ke dalam labu takar 100 mL dan kemudian ditambahkan 50
mL etanol 95 % dan aquadest hingga tepat 100 mL.
Dibuat larutan metil merah dalam suasana asam (5 ppm) dalam larutan asam
klorida. Dengan dimasukkan 5 mL larutan standar ke dalam labu takar 100 mL, lalu
ditambahkan 10 mL 0,1 M HCl dan aquadest hingga 100 mL.
Dibuat larutan metil merah dalam suasan basa (10 ppm) dalam larutan natrium
hidroksida. Dengan dipipet 10 mL larutan standar lalu dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL dan kemudian ditambahkan 25 mL 0,04 N larutan NaOH dan aquadest
tepat 100 mL.
Ditentukan absorbansi dari panjang gelombang 400-550 nm dengan air suling sebagai
sel pembanding.
Dibuat kurva Absoaban (A) terhadap panjang gelombang (λ, nm) dan ditentukan 1
dan 2 untuk menganalisis campuran bentuk asam dan basa.
Ditentukan tetapan kesetimbangan ionisasi dengan dibuat tiga larutan dalam labu
takar 100 mL, diambil 5 mL larutan standar, ditambahkan 25 mL larutan 0,04 M
Na-asetat, kemudian dijadikan volumenya tepat 100 mL dengan menambahkan 0,01
M asam asetat, 0,05 M asam asetat, dan 0,10 M asam asetat.
Ditentukan pH dan absorbansi pada 1 dan 2.
Hasil
Data Percobaan
Tabel 1. Besar dan absorbansi larutan metil merah dalam suasana asam dan basa dengan
rentang = 400-550 nm.
%T Absorbansi = -log (%T/100)
No (nm)
Asam Basa Asam Basa
1 400 95 17 0,022276 0,769551
2 410 92 15 0,036212 0,823909
3 420 88 14,5 0,055517 0,838632
4 430 79 15 0,102373 0,823909
5 440 68,5 13,5 0,164309 0,869666
6 450 56 16 0,251812 0,795880
7 460 43 19 0,366532 0,721246
8 470 35 24 0,455932 0,619789
9 480 24 38 0,619788 0,420202
10 490 18 53 0,744723 0,275724
11 500 14 67 0,853872 0,173925
12 510 11,5 81 0,939302 0,091515
13 520 11 88 0,958607 0,055517
14 530 12 94 0,920818 0,026872
15 540 14 96 0,853872 0,017729
16 550 18 98,5 0,744727 0,006564
Tabel 2
%T
No Larutan yang diukur
1 (520 nm) 2 (440 nm)
Tabel 3
Larutan yang %T
ditambahkan pada 5
1 (520 nm) 2 (440 nm)
No mL larutan standar + pH
25 mL larutan 0,04 M
Na-asetat
1 Asam asetat 0,01 M 5,170 27 58,5
2 Asam asetat 0,05 M 4,385 12 75
3 Asam asetat 0,01 M 3,460 11 84
Analisis Data
Spektrum absorpsi bentuk asam dan bentuk basa pada larutan metil merah
Kurva λ terhadap A
1,2
0,8
Absorbansi
0,6
Asam
0,4
Basa
0,2
0
400
410
420
430
440
450
460
470
480
490
500
510
520
530
540
550
λ (nm)
Penentuan indeks absorpsi molar metil merah dalam asam dan basa pada 1 dan 2
• Perhitungan absorbansi
A = - log T = -log (%T/100)
- HMR, 1 = 520 nm
A = -log (11/100) = -log (0,11) = 0,958607
- HMR, 2 = 440 nm
A = -log (68,5/100) = -log (0,685) = 0,164309
- MR-, 1 = 520 nm
A = -log (88/100) = -log (0,88) = 0,055517
- MR-, 2 = 440 nm
A = -log (13,5/100) = -log (0,135) = 0,869666
2 =440 nm 440 nm
A = a2,HMR . b . c A = a2,MR- . b . c
0,164309 = a2,HMR . 1 nm . 5 ppm 0,869666 = a1,HMR . 1 nm . 5 ppm
A2,HMR = 0,033 g/L a1, MR- = 0,174 g/L
Perlu mengubah nilai transmittan yang diperoleh menjadi nilai absorbansi dengan
menggunakan cara yang sama dengan sebelumnya (A=-log(%T/100)
• Pada pH = 5,170
0,568636 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-] x1
0,232844 nm = 0,033 g/L [HMR] + 0,174 g/L [MR-] x 5,818
• Pada pH = 4,385
0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-] x1
0,124939 nm = 0,033 g/L [HMR] + 0,174 g/L [MR-] x 5,818
• Pada pH = 3,460
0,958607 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-] x1
0,075721 nm = 0,033 g/L [HMR] + 0,174 g/L [MR-] x 5,818
-0,5
y = 1,2045x - 4,4173
log [MR-]/[HMR] -1 R² = 0,8984
-1,5
-2
-2,5
-3
-3,5
3,46 4,385 5,17
pH -2,979 -2,476 -0,57006
Selanjutnya adalah membuat larutan metil merah dalam suasana asam dengan konsentrasi 5 ppm
dan dalam suasana basa dengan konsentrasi 10 ppm. Untuk membuat larutan metil merah dalam
suasana asam digunakan larutan asam klorida (HCl) 0,1 M. Sebanyak 5 mL larutan standar metil
merah dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu ditambah 10 mL asam klorida dan aquades
sampai volumenya tepat 100 mL. Untuk membuat larutan metil merah dalam suasana basa
digunakan larutan Natrium hidroksida (NaOH) 0,04 N. Sebanyak 5 mL larutan standar metil
merah dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu ditambah 10 mL asam klorida dan aquades
sampai volumenya tepat 100 mL. Kemudian kedua larutan berbeda suasana tersebut diukur
serapannya (absorbansi) pada panjang gelombang 400-550 nm dengan interval 10 nm. Untuk
membantu proses pengukuran absorbansinya digunakan larutan blanko atau larutan pembanding.
Larutan blanko digunakan untuk mengukur besarnya serapan dari senyawa lain dalam larutan
selain senyawa yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer spektronik 20.
Pada percobaan ini, larutan blanko yang digunakan adalah air suling.
Dari berbagai nilai absorbansi yang diperoleh, kemudian dibuat spektrum serapan dengan kurva
absorbansi (A) terhadap panjang gelombang (λ). Pembuatan kurva spektrum serapan dapat
digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal dan absorbansi maksimal, serta
untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa. Untuk menganalisa campuran larutan metil merah
dalam suasana asam dan basa digunakan λ1 dan λ2 yang ditentukan berdasarkan absorbansi
terkecil dari keseluruhan nilai absorbansi yang diperoleh.
Langkah terakhir adalah menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi dengan larutan Na-asetat
0,04 N. Penentuan tetapan kesetimbangan ionisasi dilakukan dengan sebanyak 5 mL larutan
standar metil merah dimasukkan ke dalam 3 labu takar 100 mL dan ditambah 25 mL larutan Na-
asetat 0,04 N ke dalam masing-masing labu takar. Lalu, dibuat volumenya menjadi 100 mL
dengan menambahkan larutan CH3COOH 0,01 M; 0,05 M; dan 0,10 M pada ketiga labu takar.
Kemudian, diukur nilai absorbansinya pada λ1 dan λ2 dengan spektrofotomter dan diukur pHnya
dengan pH meter. PH yang diperoleh dari masing-masing larutan adalah 5,170; 4,385; dan 3,460.
Sedangkan konsentrasi yang diperoleh dari hasil perhitungan berturut-turut adalah pH 5,170
(asam : 2,917 ppm, basa : 0,785 ppm); pH 4,385 (asam : 4,795 ppm, basa : 0,016 ppm); dan pH
3,460 (asam : 4,7659 ppm, basa : 0,005 ppm).
Dari percobaan ini, diperoleh indeks absorbansi molar larutan metil merah dalam suasana asam
pada λ1 dan λ2 yaitu sebesar 0,192 g/L dan 0,033 g/L. Sedangkan dalam suasana basa pada λ1
dan λ2 yaitu sebesar 0,011 g/L dan 0,174 g/L. Indeks absorbansi atau absorptivitas adalah
kontanta yang bergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi.
Tetapan pengionan indikator metil merah yang diperoleh adalah sebesar 3,826 x 10-5 dengan
persen kesalahan sebesar 7,97%.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan yaitu tetapan
pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri adalah sebesar 3,826 x 10-5
DAFTAR PUSTAKA
Tim Labor Kimia Fisika. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Pekanbaru : FMIPA–UR.
PERTANYAAN :
1. Gambarkan dalam suatu skema peralatan suatu spektrofotometer sinar tampak, UV, dan
IR. Apakah sumber cahaya pada spektrofotometer tersebut?
Jawab :
Spektrofotometer sinar tampak
Sumber cahaya : sinar tampak (tungsten), lampu uap (lampu natrium lampu raksa),
lampu pembawa muatan dan electrode, lampu katode cekung/lampu katode berongga.
Spektrofotometer UV-Vis
Sumber cahaya : Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spectrum kontinyu pada
panjang gelombang 320-2500 nm, lampu hydrogen atau deuterium (160-375 nm), lampu
gas xenon (250-600 nm)
Spektrofotometer IR
Sumber cahaya : lampu nerst, lampu globar, lampu nikrom terdiri terdiri dari pita nikel
krom
2. Selain cara spektrofotometri, cara apalagi yang dapat digunakan untuk menentukan
tetapan kesetimbangan reaksi kimia?
Jawab :
Penentuan tetapan kesetimbangan dapat dilakukan dengan melakukan titrasi potensiometri.
ln K = −
ln K = − +
Lampiran
Cara Kerja Spektrometer
Diatur panjang gelombang Diatur transmisi 0% dengan 2 kuvet (berisi air dan
380 nm control knob pewarna makanan merah)
Dibersihkan kuvet utuk Ditempatkan kuvet dalam Diatur transmisi ke 100%
menghilangkan sidik jari ruang sampel dengan
menyamakan tanda yang ada
Transitans yang diperoleh Diambil kuvet pewarna Diletakkan kuvet air dan
sebesar 14,2% makanan dan diubah panjang diatur transmisi ke 100%
gelombang menjadi 405 nm