Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERAPAN

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Dosen Pengampu:
Dr. Nazriati, M. Si.
Drs. Ida Bagus Suryadharma, M. S.

Oleh :
Kelompok 4 Offering J

Akbar Narayana (190332622427)

Lailatul Rosida (190332622471)

Linda Nur Azizah (190332622435)

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER 2021
A. TUJUAN
Menentukan tetapan pengionan indicator metil merah secara spektrofotometri.

B. DASAR TEORI
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu zwitter ion, dalam suasana asam
senyawa ini berupa HMR (yang berwarna merah), sedangkan dalam suasana basa senyawa
ini berupa MR- (yang berwarna kuning).

(Bentuk HMR)

(Bentuk MR-)

Dimana keadaan setimbang antara dua bentuk metil merah yang berlainan warnanya
ditunjukkan sebagai berikut:

HMR ⇄ H+ + MR-
[ ][ ]
Kɑ = atau pK𝛼 = pH – log[MR-]/[HMR]

Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan persamaan ini dari pengukuran
perbandingan (MR-) / (HMR) pada pH tertentu yang diketahui karena kedua bentuk metil
merah mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak (400 – 500 nm), maka perbandingan
(MR-) / (HMR) dapat ditentukan secara spektrofotometri (tim labor Kimia Fisika, 2013 ).

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan larutan bewarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube (Saputra, 2009). Spektrofotometri adalah salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang
dimaksud berupa cahaya visibel, UV, dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa
atom atau dan molekul lain yang lebih berperan adalah elektron valensi (Anton, 2013).

Spektrofotometer UV–Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitasi,


reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofoto-meter menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditansmisikan atau yang
diabsorbsi. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang
sinambung dan mono-kromatis.

Prinsipnya adalah penentuan tetapan metil merah secara spektro-fotometri berdasarkan


perbandingan intensitas warna pada asam bewarna merah dan bewarna kuning pada
suasana basa dengan variasi konsentrasi dan rentang pH tertentu. Secara sederhana
instrumen spektrofotometri yang disebut spektrofotometer terdiri dari :

Sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – red out ( pembaca ).

Adsorbsi adalah penyerapan suatu zat sehingga masuk kedalam pori-pori suatu zat lain.
Adsorbsi dapat terjadi antara zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair,
serta zat cair dan zat gas. Adsorbsi ini disebabkan oleh gaya tarik menarik molekul-
molekul dipermukaan adsorben. Absorbansi dapat didefinisikan oleh hukum Lambert-
Beer, yaitu:
A = -log = a.b.c
Dengan:
A = Absorbansi
I = Intensitas cahaya setelah melalui larutan
Io = Intensitas pelarut murni
A = Indeks absorbansi zat terlarut
B = Panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
C = Konsentrasi zat terlarut

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Spektrofotometer (Spectronic 20)
pH meter
Labu takar 100 mL
Pipet gondok 10 mL, 25 mL, 50 mL
2. Bahan
Metil merah
Natrium asetat
Asam asetat
Asam klorida
Etanol 95%
NaOH
Aquades

D. RANGKAIAN ALAT

Keterangan gambar:
1. Tempat kuvet 7. Tombol untuk mencetak
2. Display digital 8. Pengatur panjang gelombang3.
3. Mode indicator 9. Pengatur transmitan/absorbans (100%T/ 0A)
4. Mode pilihan 10. Tombol power/pengatur nol5.
5. Tombol pengurangan 11. Pengatur filter
6. Tombol menaikkan

E. PROSEDUR KERJA

Kristal metil merah

 Dibuat larutan metil merah (1000 ppm) dengan menambahkan gram kristal metil
merah yang dilarutkan dalam 300 mL etanol 95 %, kemudian diencerkan hingga tepat
500 mL dengan air suling.
 Dibuat larutan standar metil merah (100 ppm) dengan dimasukkan 10 mL larutan
metil merah (1000 ppm) ke dalam labu takar 100 mL dan kemudian ditambahkan 50
mL etanol 95 % dan aquadest hingga tepat 100 mL.
 Dibuat larutan metil merah dalam suasana asam (5 ppm) dalam larutan asam
klorida. Dengan dimasukkan 5 mL larutan standar ke dalam labu takar 100 mL, lalu
ditambahkan 10 mL 0,1 M HCl dan aquadest hingga 100 mL.
 Dibuat larutan metil merah dalam suasan basa (10 ppm) dalam larutan natrium
hidroksida. Dengan dipipet 10 mL larutan standar lalu dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL dan kemudian ditambahkan 25 mL 0,04 N larutan NaOH dan aquadest
tepat 100 mL.
 Ditentukan absorbansi dari panjang gelombang 400-550 nm dengan air suling sebagai
sel pembanding.
 Dibuat kurva Absoaban (A) terhadap panjang gelombang (λ, nm) dan ditentukan 1
dan 2 untuk menganalisis campuran bentuk asam dan basa.
 Ditentukan tetapan kesetimbangan ionisasi dengan dibuat tiga larutan dalam labu
takar 100 mL, diambil 5 mL larutan standar, ditambahkan 25 mL larutan 0,04 M
Na-asetat, kemudian dijadikan volumenya tepat 100 mL dengan menambahkan 0,01
M asam asetat, 0,05 M asam asetat, dan 0,10 M asam asetat.
 Ditentukan pH dan absorbansi pada 1 dan 2.

Hasil

F. Analisi Data dan Pembahasan

Data Percobaan
Tabel 1. Besar dan absorbansi larutan metil merah dalam suasana asam dan basa dengan
rentang  = 400-550 nm.
%T Absorbansi = -log (%T/100)
No  (nm)
Asam Basa Asam Basa
1 400 95 17 0,022276 0,769551
2 410 92 15 0,036212 0,823909
3 420 88 14,5 0,055517 0,838632
4 430 79 15 0,102373 0,823909
5 440 68,5 13,5 0,164309 0,869666
6 450 56 16 0,251812 0,795880
7 460 43 19 0,366532 0,721246
8 470 35 24 0,455932 0,619789
9 480 24 38 0,619788 0,420202
10 490 18 53 0,744723 0,275724
11 500 14 67 0,853872 0,173925
12 510 11,5 81 0,939302 0,091515
13 520 11 88 0,958607 0,055517
14 530 12 94 0,920818 0,026872
15 540 14 96 0,853872 0,017729
16 550 18 98,5 0,744727 0,006564
Tabel 2
%T
No Larutan yang diukur
1 (520 nm) 2 (440 nm)

1 Metil merah bentuk asam (HMR) 11 68,5


2 Metil merah bentuk basa (MR-) 88 13,5

Tabel 3
Larutan yang %T
ditambahkan pada 5
1 (520 nm) 2 (440 nm)
No mL larutan standar + pH
25 mL larutan 0,04 M
Na-asetat
1 Asam asetat 0,01 M 5,170 27 58,5
2 Asam asetat 0,05 M 4,385 12 75
3 Asam asetat 0,01 M 3,460 11 84

Analisis Data
Spektrum absorpsi bentuk asam dan bentuk basa pada larutan metil merah

Kurva λ terhadap A
1,2

0,8
Absorbansi

0,6
Asam
0,4
Basa
0,2

0
400
410
420
430
440
450
460
470
480
490
500
510
520
530
540
550

λ (nm)

Penentuan indeks absorpsi molar metil merah dalam asam dan basa pada 1 dan 2
• Perhitungan absorbansi
A = - log T = -log (%T/100)
- HMR, 1 = 520 nm
A = -log (11/100) = -log (0,11) = 0,958607
- HMR, 2 = 440 nm
A = -log (68,5/100) = -log (0,685) = 0,164309
- MR-, 1 = 520 nm
A = -log (88/100) = -log (0,88) = 0,055517
- MR-, 2 = 440 nm
A = -log (13,5/100) = -log (0,135) = 0,869666

• Penentuan indeks absorbansi molar (a)


1 = 520 nm  520 nm
A = a1,HMR . b . c A = a1,MR- . b . c
0,958607 = a1,HMR . 1 nm . 5 ppm 0,055517 = a1,HMR . 1 nm . 5 ppm
a1,HMR = 0,192 g/L a1, MR- = 0,011 g/L

2 =440 nm  440 nm
A = a2,HMR . b . c A = a2,MR- . b . c
0,164309 = a2,HMR . 1 nm . 5 ppm 0,869666 = a1,HMR . 1 nm . 5 ppm
A2,HMR = 0,033 g/L a1, MR- = 0,174 g/L

• Penentuan konsentrasi MR- dan HMR


Menggunakan persamaan sebagai berikut :
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] ............................................... (1)
A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-] ............................................... (2)

Perlu mengubah nilai transmittan yang diperoleh menjadi nilai absorbansi dengan
menggunakan cara yang sama dengan sebelumnya (A=-log(%T/100)

Larutan yang Absorbansi


ditambahkan pada 5
1 (520 nm) 2 (440 nm)
No mL larutan standar + pH
25 mL larutan 0,04 M
Na-asetat
1 Asam asetat 0,01 M 5,170 0,568636 0,232844
2 Asam asetat 0,05 M 4,385 0,920819 0,124939
3 Asam asetat 0,01 M 3,460 0,958607 0,075721

• Pada pH = 5,170
0,568636 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-] x1
0,232844 nm = 0,033 g/L [HMR] + 0,174 g/L [MR-] x 5,818

0,568636 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-]


1,354686 nm = 0,192 g/L [HMR] + 1,012 g/L [MR-]

(-0,78605 nm) = (-1,001 g/L [MR-])


[MR-] = (-0,78605 nm) / (-1,001 g/L) = 0,785 ppm
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-]
0,568636 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [0,785 ppm]
0,568636 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,00863
0,560006 nm = 0,192 g/L [HMR]
[HMR] = 2,917 ppm

• Pada pH = 4,385
0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-] x1
0,124939 nm = 0,033 g/L [HMR] + 0,174 g/L [MR-] x 5,818

0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-]


0,936895 nm = 0,192 g/L [HMR] + 1,012 g/L [MR-]

(-0,016076 nm) = (-1,001 g/L [MR-])


[MR-] = (-0, 016076 nm) / (-1,001 g/L) = 0,016 ppm

A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-]


0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [0,016 ppm]
0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,000176
0,920643 nm = 0,192 g/L [HMR]
[HMR] = 4,795 ppm

• Pada pH = 3,460
0,958607 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-] x1
0,075721 nm = 0,033 g/L [HMR] + 0,174 g/L [MR-] x 5,818

0,958607 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [MR-]


0,964054 nm = 0,192 g/L [HMR] + 1,012 g/L [MR-]

(-0,005447 nm) = (-1,001 g/L [MR-])


[MR-] = (-0,005447 nm) / (-1,001 g/L) = 0,005 ppm

A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-]


0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,011 g/L [0,005 ppm]
0,920819 nm = 0,192 g/L [HMR] + 0,005
0,915819 nm = 0,192 g/L [HMR]
[HMR] = 4,769 ppm

• Kurva log [MR-]/[HMR] vs pH


Larutan pH [HMR] (ppm) [MR-] (ppm) log [MR-
]/[HMR]
1 5,170 2,917 0,785 -0,57006
2 4,385 4,795 0,016 -2,476
3 3,460 4,769 0,005 -2,979
Kurva log [MR-]/[HMR] terhadap pH
0

-0,5
y = 1,2045x - 4,4173
log [MR-]/[HMR] -1 R² = 0,8984

-1,5

-2

-2,5

-3

-3,5
3,46 4,385 5,17
pH -2,979 -2,476 -0,57006

 Perhitungan pKa dan Ka metil merah


Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diperoleh persamaan garis linier, yaitu
y = 1,2045x – 4,4173. Persamaan tersebut kemudian disubstitusikan ke
persamaan
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]
Oleh karena pada gambar grafik tersebut log [MR-]/[HMR] sebagai ordinat
(sumbu y) dan pH sebagai absis (sumbu x), maka persamaan tersebut berubah
menjadi:
Log [MR-]/[HMR] = pH - pKa
-pKa = - 4,4173
pKa = 4,4173
pKa = - log Ka
Ka = antilog – pKa
Ka = 10-4,4173
Ka = 3,826 x 10-5
% kesalahan = (│𝑝𝐾𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 – 𝑝𝐾𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠│)/𝑝𝐾𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 x
100%
= (│4,4173−4,8│)/ 4,8 x 100 %
= 7,97 %
F. Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan spektrofotometer spektronik 20 (analog) Spektronik 20
adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang dari 340 nm sampai 600 nm. Alat
ini hanya dapat mengukur absorbansi dengan sampel larutan yang berwarna. Sehingga apabila
didapatkan sampel yang tidak berwarna maka sampel itu harus dikomplekkan sehingga sampel
itu dapat berwarna. Larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukan ke tempat
cuplikan dan absorbansi atau persen transmitansi dapat dibaca pada sekala pembacaan.
Pada percobaan kali ini digunakan larutan indikator metil merah secara spektrofotometri.
Spektrofotometri adalah salah satu metode pengukuran kuantitatif terhadap sifat refleksi atau
transmisi cahaya suatu materi sebagai fungsi dari panjang gelombang dengan memanfaatkan
proses penyerapan cahaya (absorbsi). Metil merah adalah indikator pH; berwarna merah pada pH
di bawah 4,4; kuning pada pH 6,2; dan jingga pada pH di antaranya. memiliki rentang pH 4,8 –
6,0. Di dalam larutan asam, metil merah akan menunjukkan warna merah, sedangkan di dalam
larutan basa, metil merah akan menunjukkan warna kuning.
Pada keadaan kesetimbangan indikator metil merah memiliki persamaan reaksi sebagai
berikut,
HMR (asam) H+ + MR- (basa)
Percobaan ini diawali dengan membuat larutan persediaan metil merah dengan konsetrasi 1000
ppm. Sebanyak 0,5 gram kristal metil merah dilarutkan ke dalam 300 mL etanol 95%. Tujuan
penggunaan etanol 95% adalah untuk melarutkan senyawa metil merah lebih banyak atau lebih
sempurna. Lalu diencerkan dengan air suling sampai volumenya tepat 500 mL, larutan ini
berwarna merah. Selanjutnya adalah pembuatan larutan standar metil merah dengan konsentrasi
100 ppm. Sebanyak 10 mL larutan persediaan metil merah yang dibuat diawal percobaan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Lalu ditambah 50 mL etanol 95% dan aquades sampai
volumenya tepat 100 mL.

Selanjutnya adalah membuat larutan metil merah dalam suasana asam dengan konsentrasi 5 ppm
dan dalam suasana basa dengan konsentrasi 10 ppm. Untuk membuat larutan metil merah dalam
suasana asam digunakan larutan asam klorida (HCl) 0,1 M. Sebanyak 5 mL larutan standar metil
merah dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu ditambah 10 mL asam klorida dan aquades
sampai volumenya tepat 100 mL. Untuk membuat larutan metil merah dalam suasana basa
digunakan larutan Natrium hidroksida (NaOH) 0,04 N. Sebanyak 5 mL larutan standar metil
merah dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu ditambah 10 mL asam klorida dan aquades
sampai volumenya tepat 100 mL. Kemudian kedua larutan berbeda suasana tersebut diukur
serapannya (absorbansi) pada panjang gelombang 400-550 nm dengan interval 10 nm. Untuk
membantu proses pengukuran absorbansinya digunakan larutan blanko atau larutan pembanding.
Larutan blanko digunakan untuk mengukur besarnya serapan dari senyawa lain dalam larutan
selain senyawa yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer spektronik 20.
Pada percobaan ini, larutan blanko yang digunakan adalah air suling.

Sebelum melakukan pengukuran dengan spektrofotometer dilakukan kalibrasi. Kalibrasi


merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Tujuan
kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
kuvet yang digunakan harus memiliki ketebalan sama hal dilakukan karena akan berpengaruh
pada perhitungan. Pengukuran dimulai dengan menyalakan alat, lalu ditunggu 15 menit untuk
pemanasan (warming up). Lalu diatur panjang gelombang (pertama) sebesar 400 nm. Kemudian
diatur persen transmitan (%T) sebesar 0%T dengan menyesuaikan posisi filter. Setelah itu
dimasukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam wadah sampel. Lalu diatur %T menjadi
100%T. Setelah proses kalibrasi selesai, diambil kuvet larutan blanko dan diganti kuvet yang
berisi larutan yang akan dianalisa. Nilai %T akan muncul pada layar. Setiap mengukur dengan
panjang gelombang berbeda, %T harus diubah menjadi 0%T terlebih dahulu dan langkah-langkah
yang dilakukan seperti sebelumnya.

Dari berbagai nilai absorbansi yang diperoleh, kemudian dibuat spektrum serapan dengan kurva
absorbansi (A) terhadap panjang gelombang (λ). Pembuatan kurva spektrum serapan dapat
digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal dan absorbansi maksimal, serta
untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa. Untuk menganalisa campuran larutan metil merah
dalam suasana asam dan basa digunakan λ1 dan λ2 yang ditentukan berdasarkan absorbansi
terkecil dari keseluruhan nilai absorbansi yang diperoleh.

Langkah terakhir adalah menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi dengan larutan Na-asetat
0,04 N. Penentuan tetapan kesetimbangan ionisasi dilakukan dengan sebanyak 5 mL larutan
standar metil merah dimasukkan ke dalam 3 labu takar 100 mL dan ditambah 25 mL larutan Na-
asetat 0,04 N ke dalam masing-masing labu takar. Lalu, dibuat volumenya menjadi 100 mL
dengan menambahkan larutan CH3COOH 0,01 M; 0,05 M; dan 0,10 M pada ketiga labu takar.
Kemudian, diukur nilai absorbansinya pada λ1 dan λ2 dengan spektrofotomter dan diukur pHnya
dengan pH meter. PH yang diperoleh dari masing-masing larutan adalah 5,170; 4,385; dan 3,460.
Sedangkan konsentrasi yang diperoleh dari hasil perhitungan berturut-turut adalah pH 5,170
(asam : 2,917 ppm, basa : 0,785 ppm); pH 4,385 (asam : 4,795 ppm, basa : 0,016 ppm); dan pH
3,460 (asam : 4,7659 ppm, basa : 0,005 ppm).
Dari percobaan ini, diperoleh indeks absorbansi molar larutan metil merah dalam suasana asam
pada λ1 dan λ2 yaitu sebesar 0,192 g/L dan 0,033 g/L. Sedangkan dalam suasana basa pada λ1
dan λ2 yaitu sebesar 0,011 g/L dan 0,174 g/L. Indeks absorbansi atau absorptivitas adalah
kontanta yang bergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi.
Tetapan pengionan indikator metil merah yang diperoleh adalah sebesar 3,826 x 10-5 dengan
persen kesalahan sebesar 7,97%.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan yaitu tetapan
pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri adalah sebesar 3,826 x 10-5

DAFTAR PUSTAKA

Sumari, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang: UM

Tim Labor Kimia Fisika. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Pekanbaru : FMIPA–UR.

Anton. 2013. Spektroskopi (online), (http://antonchemical.blogspot.com/2012/01/


spektrofotometri.html), diakses pada 19 September 2021

PERTANYAAN :

1. Gambarkan dalam suatu skema peralatan suatu spektrofotometer sinar tampak, UV, dan
IR. Apakah sumber cahaya pada spektrofotometer tersebut?
Jawab :
Spektrofotometer sinar tampak

Sumber cahaya : sinar tampak (tungsten), lampu uap (lampu natrium lampu raksa),
lampu pembawa muatan dan electrode, lampu katode cekung/lampu katode berongga.

Spektrofotometer UV-Vis
Sumber cahaya : Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spectrum kontinyu pada
panjang gelombang 320-2500 nm, lampu hydrogen atau deuterium (160-375 nm), lampu
gas xenon (250-600 nm)
Spektrofotometer IR

Sumber cahaya : lampu nerst, lampu globar, lampu nikrom terdiri terdiri dari pita nikel
krom

2. Selain cara spektrofotometri, cara apalagi yang dapat digunakan untuk menentukan
tetapan kesetimbangan reaksi kimia?
Jawab :
Penentuan tetapan kesetimbangan dapat dilakukan dengan melakukan titrasi potensiometri.

3. Turunkan hubungan antara tetapan kesetimbangan dengan suhu


Jawab :
aA + bB → cC + dD
⌊ ⌋
Q=⌊ ⌋

Pada kondisi kesetimbangan Q = K


ΔG0 = ΔH0 – T ΔS0
ΔG = ΔG0 + RT ln K
Pada saat kesetimbangan ΔG = 0
ΔG0 = - RT ln K

ln K = −

ln K = − +
Lampiran
Cara Kerja Spektrometer

Alat spektrofotometer Lampu sebagai sumber Cahaya melewati diffraction


cahaya grating terpisah sesuai
panjang gelombangnya

Diffraction grating berputar Cahaya mengenai sampel, Transmitans bergantung


membuat hanya satu panjang detector mengukur pada jumlah cahaya yang
gelombang yang dapat transmitans dan absorbansi mengenai sampel dan
melewati celah detektor

Absorbansi mengukur Detektor menangkap cahaya


cahaya yang diserap oleh yang ditansmisikan melalui
sampel sampel dan mengubah
informasi yang diperoleh
menjadi informasi digital

Menentukan Spektrum Absorbansi Pewarna Makanan

Diatur panjang gelombang Diatur transmisi 0% dengan 2 kuvet (berisi air dan
380 nm control knob pewarna makanan merah)
Dibersihkan kuvet utuk Ditempatkan kuvet dalam Diatur transmisi ke 100%
menghilangkan sidik jari ruang sampel dengan
menyamakan tanda yang ada

Diambil kuvet dan diatur Dimasukkan kuvet berisi Absorbansi pewarna


alat ke mode absorbansi pewarna makanan makanan 845

Transitans yang diperoleh Diambil kuvet pewarna Diletakkan kuvet air dan
sebesar 14,2% makanan dan diubah panjang diatur transmisi ke 100%
gelombang menjadi 405 nm

Diambil kuvet air dan Didapatkan transmitans Didapatkan absorbansi


diganti dengan kuvet sampel sebesar 7,4% sampel sebesar 1.130
pewarna makanan
Diambil kuvet pewarna Dimasukkan kuvet air Dicatat nilai %transmitans
makanan dan diatur panjang dan absorbansi yang
gelombang menjadi 430 didapatkan

Anda mungkin juga menyukai