Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK II

Percobaan 1
PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Dosen Pengampu:
Dr. Sumari, M.Si
Dr. Darsono Sigit, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 8 Offering H:


Dwi Nofasari 160332605848**

Efendy Novianto Pane 160332605873

Emi Nurul Hidayati 160332605830

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2018

A. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri
B. Dasar Teori
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan
studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra,
2009).

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer
UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang
dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400
– 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan
sampel yang diukur.

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:

A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C

Dimana:

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi

I0 = Intensitas sinar masuk


It = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Serapan molar

b = Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel

(Tahir, 2009).

Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu, dan jenis pelarut.
Jika dalam suatu larutan terdiri lebih dari satu jenis zat terlarut yang masing-masing
mengabsorpsi secara bebas, maka absorbansinya bersifat aditif.
A = ∑ ai . b . ci .............................................................. (4)
Penentuan tetapan pengionan metil merah pada percobaan ini dilakukan secara
spektrofotometri. Mula-mula ditentukan spektrum absorbsi metil merah bentuk I
(HMR) dan bentuk II (MR-), kemudian dipilih dua panjang gelombang λ1 dan λ2 untuk
kedua larutan sedemikian rupa sehingga bentuk asam mengabsorbsi lebih kuat pada λ1
dibandingkan dengan bentuk basanya, demikian pula sebaliknya. Secara ideal, λ1 dan
λ2 berupa puncak seperti gambar berikut:

Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (a1, HMR) dan pada λ2 (a2, HMR). Demikian
pula indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (a1, MR-) dan pada (a2, MR-) ditentukan pada
berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan A = a . b. c. Komposisi
campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi A1 dan A2,
masing-masing pada λ1 dan λ2, dan tebal sel 1 cm (b = 1 cm), maka:
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] ................................ (5)
A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-] ................................ (6)

Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari
sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi pekat
maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari
kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat tersebut.
Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai serapan molar dari satu
molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai absorbansi yang
dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak
mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji.

C. Alat dan Bahan


Alat: Spektrofotometer
pH meter
Labu takar 100 mL
Pipet gondok 10 mL, 25 mL, dan 50 mL
Bahan: Metil merah
Natrium asetat
Asam asetat
Natrium klorida
Etanol 95%
NaOH

D. Prosedur Kerja
1. Dibuat larutan standar metil merah (100 ppm)
Diambil 10 mL larutan persediaan, kemudian dimasukkan dalam labu takar 100
mL. Ditambahkan 50 mL etanol 95% lalu diencerkan dengan aquades hingga tepat
100 mL.
2. Diukur spektrum absorpsi metil merah dalam bentuk asam (5 ppm)
Diambil 5 mL larutan standar dan dimasukkan dalam labu takar 100 mL.
Kemudian ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M dan diencerkan hingga tepat 100 mL.
3. Diukur spektrum absorpsi metil merah dalam bentuk basa (10 ppm)
Diambil 10 mL larutan standar dan dimasukkan dalam labu takar 100 mL.
Kemudian ditambahkan 25 mL NaOH 0,04 N dan diencerkan hingga tepat 100
mL.
4. Ditentukan absorbansi kedua bentuk larutan asam dan basa di atas pada berbagai
panjang gelombang, mulai dari 400 nm hingga 550 nm.
5. Dicatat absorbansi metil merah dalam larutan asam dan basa di atas, pada λ1 dan
λ2 yang diperoleh dari langkah 4.
6. Dibuat 3 larutan untuk menentukan tetapan kesetimbangan, yaitu 5 mL larutan
santar + 25 mL larutan natrium asetat 0,04 M.
7. Diencerkan hingga tepat 100 mL dengan menambahkan asam asetat 0,01 M; asam
asetat 0,05 M; dan asam asetat 0,10 M.
8. Diukur pH dan absorbansi pada λ1 dan λ2 untuk ketiga larutan pada langkah 7.

E. Data Hasil Pengamatan

Tabel 1
Absorbansi Transmitan
N
λ (nm) Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
O
asam basa asam basa
1. 400 0,036 0,823 0,92 0,15
2. 410 0,046 0,854 0,90 0,14
3. 420 0,060 0,854 0,87 0,14
4. 430 0,097 0,854 0,80 0,14
5. 440 0,155 0,854 0,70 0,14
6. 450 0,222 0,823 0,60 0,15
7. 460 0,319 0,745 0,48 0,18
8. 470 0,444 0,620 0,36 0,24
9. 480 0,585 0,481 0,26 0,33
10. 490 0,699 0,337 0,20 0,46
11. 500 0,824 0,222 0,15 0,60
12. 510 0,886 0,137 0,13 0,73
13. 520 0,921 0,071 0,12 0,83
14. 530 0,921 0,036 0,12 0,92
15. 540 0,886 0,018 0,13 0,96
16. 550 0,745 0,013 0,18 0,97

Tabel 2
N Absorbansi
Larutan yang diukur
O λ1 (520 nm) λ2 (420 nm)
1. Metil merah bentuk asam 0,921 0,060
2. Metil merah bentuk basa 0,071 0,854

Tabel 3
Larutan yang ditambahkan pada 5 Absorbansi
N
mL larutan standar + 25 mL natrium pH λ1 λ2
O
asetat 0,04 M (520 nm) (420 nm)
1. Asam asetat 0,01 M 5,268 0,796 0,180
2. Asam asetat 0,05 M 4,889 0,854 0,131
3. Asam asetat 0,10 M 4,855 0,854 0,114

F. Analisis Data dan Pembahasan


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan pengionan indikator
metil merah secara spektrofotometri. Hal yang pertama dilakukan yaitu pembuatan larutan
persediaan metil merah (1000 ppm). Larutan standar dibuat dengan melarutkan setengah
gram kristal metil merah ke dalam 300 ml etanol 95% dan diencerkan hingga tepat 500
mL dengan air suling.
Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan larutan standar metil merah (100 ppm).
Larutan standar ini dibuat dengan melarutkan 10 mL larutan persediaan ke dalam 50
mL etanol 95% dan diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL. Larutan
standar tersebut kemudian diencerkan dengan penambahan asam atau basa untuk
membuat bentuk asam basa metil merah. Pada pembuatan bentuk asam metil merah (5
ppm), 5 mL larutan standar ditambahkan dengan 10 mL HCl 0,1 M kemudian
diencerkan dengan air suling hingga 100 mL. Sedangkan pada pembuatan bentuk basa
metil merah (10 ppm), 10 mL larutan standar ditambahkan dengan 25 mL NaOH 0,04
N kemudian diencerkan dengan air suling hingga 100 mL.

Kedua bentuk larutan metil merah tersebur selanjutnya diukur % transmitannya


pada berbagai panjang gelombang, mulai dari 400 nm hingga 550 nm. Pada
pengukuran ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu setiap pergantian
panjang gelombang digunakan blanko berupa air suling. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kesalahan pada pembacaan nilai % transmitan. Selain itu, saat
memasukkan sampel ke dalam kuvet harus dilakukan dengan cepat agar cahaya dari
luar tidak ikut masuk dalam spektrofotometer. Data yang diperoleh dari spektrofoto
meter adalah data % transmitan yang perlu diubah menjadi data absorbansi dengan
perhitungan sebagai berikut:
1. Perhitungan Absorbansi
1
A=log atau A=−log T
T

Bentuk asam (λ1 = 520 nm) Bentuk asam (λ2 = 420 nm)
1 1
A=log A=log
0,12 0,87
A=log10 A=log1,15
A=0.921 A=0,060

Bentuk basa (λ1 = 520 nm) Bentuk basa (λ2 = 420 nm)
1 1
A=log A=log
0,85 0,14
A=log 0,18 A=log7,14
A=0,921 A=0,854

Selanjutnya dapat dicari nilai absorbansi dari masing-masing panjang


gelombang. Kemudian dibuat grafik antara absorbansi vs panjang gelombang untuk
masing-masing bentuk asam dan basa.

1) Spektrum absorbsi bentuk asam dan bentuk basa metil merah.


Dalam bentuk Asam :
Spektrum Absorbansi Bentuk Asam Metil Merah
1
0.8
Absorbansi

0.6
0.4
0.2
0
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530 540 550 560
Panjang gelombang (nm)

Dalam bentuk Basa:

Spektrum Absorbansi Bentuk Basa Metil Merah


0.9
0.8
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530 540 550 560
Panjang gelombang (nm)

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada panjang gelombang


520 nm bentuk asam metil merah menyerap paling tinggi, sedangkan pada bentuk basa
metil merah melakukan penyerapan paling tiggi pada panjang gelombang 420 nm.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh λ1 = 520 nm dan λ2 = 420 nm. Selanjutnya,
setelah ditentukan λ1 dan λ2 dapat digunakan untuk mencari indeks absorbansi molar
bentuk asam dan bentuk basa dari metil merah. Nilai indeks absorbansi molar tersebut
kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi dari MR- dan HMR. Selanjutnya
dapat ditentukan nilai dari pKa dan Ka.

2) Penentuan indeks absorbansi molar bentuk asam dan bentuk basa metil merah pada
λ1 dan λ2.

Dalam penentuan indeks absorbansi molar, berlaku hukum Lambert-Beer


A = a.b.c
Dengan, a = indeks absorbsi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya ( 1 cm )
c = konsentrasi zat terlarut (N)
Dari persamaan di atas dapat diturunkan menjadi :

A
a=
b .c
a. Asam (HMR) 5 ppm
 Pada λ1 = 520 nm, A = 0,921
0,921
a1, HMR ¿ = 0,1842
1 x5
 Pada λ2 = 420 nm, A = 0,060
0,060
a2, HMR ¿ = 0.012
1 x5
b. Basa (MR-) 10 ppm
 Pada λ1 = 520 nm, A = 0,071
0,071
a1 , MR- ¿ = 0,0071
1 x 10
 Pada λ2 = 420 nm, A = 0,854
0,854
a2 , MR- ¿ = 0,0854
1 x 10
Penentuan konsentrasi masing-masing spesi metil merah, menggunakan
persamaan:
A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR [MR-]
A2 = a2,HMR [HMR] + a2,MR [MR-]
MR−¿
3) Menggambarkan kurva log ¿ (ordinat) terhadap pH(absis).
¿
¿
Larutan yang ditambahkan pada 5 Absorbansi
N
mL larutan standar + 25 mL natrium pH λ1 λ2
O
asetat 0,04 M (520 nm) (420 nm)
1. Asam asetat 0,01 M 5,268 0,796 0,180
2. Asam asetat 0,05 M 4,889 0,854 0,131
3. Asam asetat 0,10 M 4,855 0,854 0,114

Pada pH 5,268
Misal, [HMR] = x dan [MR-] = y maka digunakan cara substitusi & eliminasi :
Cara substitusi :
0,796 = 0,1842 x + 0,0071 y x 0,0854
0,180 = 0,012 x + 0,0854 y x 0,0071

0,0679784 = 0,01573068 x + 0,00060634 y


0,001278 = 0,0000852 x + 0,00060634 y

0,0667004 = 0,01564548 x
4,2632 = x

Cara eliminasi :
x = 4,263237689
0,796 = 0,1842 x + 0,0071 y
0,796 = 0,1842 (4,2632) + 0,0071 y
0,796 = 0,7853 + 0,0071 y
0,0071 y = 0,0107
y = 1,5070
Jadi, x = [HMR] = 4,2632 ppm dan y = [MR-] = 1,5070 ppm

Pada pH 4,889
Misal, [HMR] = x dan [MR-] = y maka digunakan cara substitusi & eliminasi :
Cara substitusi :
0,854 = 0,1842 x + 0,0071 y x 0,0854
0,131 = 0,012 x + 0,0854 y x 0,0071

0,0729316 = 0,01573068 x + 0,00060634 y


0,0009301 = 0,0000852 x + 0,00060634 y

0,0720015 = 0,01564548 x
4,6021 =x

Cara eliminasi :
x = 4,6021
0,854 = 0,1842 x + 0,0071 y
0,854 = 0,1842 (4,6021) + 0,0071 y
0,854 = 0,84770682 + 0,0071 y
0,0071 y = 0.00629318
y = 0.8864
Jadi, x = [HMR] = 4,6021 ppm dan y = [MR-] = 0,8864 ppm

Pada pH 4.855
Misal, [HMR] = x dan [MR-] = y maka digunakan cara substitusi & eliminasi :
Cara substitusi :
0,854 = 0,1842 x + 0,0071 y x 0,0854
0,114 = 0,012 x + 0,0854 y x 0,0071

0,0729316 = 0,01573068 x + 0,00060634 y


0,0008094 = 0,0000852 x + 0,00060634 y

0,0721222 = 0,01564548 x
4,6098 = x

Cara eliminasi :
x = 4,6098
0,854 = 0,1842 x + 0,0071 y
0,854 = 0,1842 ( 4,6098) + 0,0071 y
0,854 = 0,84912516 + 0,0071 y
0,0071 y = 0.00487484
y = 0.6866
Jadi, x = [HMR] = 4,6098 ppm dan y = [MR-] = 0.6866 ppm

MR−¿ MR−¿
pH [HMR] [MR ] - ¿ ¿
¿ ¿
¿ −log¿
5,268 4,2632 1,5070 0,3535 0,4516
4,889 4,6021 0,8864 0,1926 0,7153
4,855 4,6098 0.6866 0,1490 0,8268

dari tabel diatas didapatkan kurva sebagai berikut :


0.9
0.8
0.7 f(x) = - 0.82x + 4.77
-��� ( [�� −])/( [��� ]

0.6 R² = 0.95
0.5
0.4
Y-Values
0.3
0.2 Linear (Y-Values)
0.1
0
4.8 4.85 4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3
pH

Dari kurva didapatkan : y = -0,8203x + 4,7693

4) Menghitung pKa dan Ka metil merah dengan menggunakan persamaan


MR−¿
pKa = pH - log ¿
¿
¿
MR−¿
log ¿ = pH – pKa
¿
¿
pKa = 4,7693
-log Ka = 4,7693
Ka = 1,7009 x 10-5

pKa hasil percobaan− pKateoritis


%Galat = x 100%
pKa teoritis
4,7693−4,8
= x 100 %
4,8
= 3,07 %

H. Kesimpulan
Tetapan pengionan metil merah berdasarkan percobaan ini didapatkan sebesar
1,7009 x 10-5 , dan persen kesalahannya yaitu sebesar 3,07%.

I. Daftar Pustaka
Atkins, Peter. Paula, Julio. 2010. Physical Chemistry 9th. Inggris: Oxford University.
Castelan, G. W. 1983. Physical Chemistry 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley
Publishing Company.
Laidler, Keith, J., Dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry. California: The
Benjamin/Cumming Publishing Company, Inc.
Sumari dan Nazriati. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang: Universitas
Negeri Malang.

J. Jawaban Pertanyaan
1) Gambarkan dalam suatu skema peralatan suatu spektrofotometer sinar tampak,
UV, dan IR. Apakah sumber cahaya pada spektrofotometer tersebut?
Jawab :
Spektrofotometer sinat tampak

- Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)


- Lampu katode cekung/lampu katode berongga
- Lampu pembawa muatan dan electrode (electrodeless discharge lamp)

Spektrofotometer UV-vis

- Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spectrum kontinyu pada panjang


gelombang 320-2500 nm
- Lampu hydrogen atau deuterium (160-375 nm)
- Lampu gas xenon (250-600 nm)

Spektrofotometer IR

- Lampu Nerst, dibuat dari campuran zirconium oksida (38%) Itrium oksida (38%)
dan erbiumoksida (3%)
- Lampu globar dibuat dari silisium carbide (SiC)
- Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4-20 nm

2) Selain cara spektrofotometri, cara apalagi yang dapat digunakan


untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi kimia?
Jawab :
Penentuan tetapan kesetimbangan dapat dilakukan dengan melakukan
titrasi potensiometri.

3) Turunkan hubungan tetapan kesetimbangan dengan suhu!


Jawab:
aA + bB cC + dD
C
A
B
Q = [¿ ¿ a][¿¿ b ]
¿
[¿¿ c][D d ]
¿
¿
Pada kondisi setimbang Q = K
∆ Go = ∆ H o - T ∆ So
∆G = ∆ Go + RT ln K
Pada saat kesetimbangan ∆ G =0
o
∆G = - R T ln K
∆ Go ∆ Ho ∆S
ln K = - =- =+
RT RT RT

LAMPIRAN

Larutan metil merah pH larutan asam asetat


bentuk asam dan basa

Larutan
pH larutan
asam
asam
asetat
asetat pH larutan asam asetat
berbagai konsentrasi

Anda mungkin juga menyukai