Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)

PERCOBAAN 4

TITRASI SPEKTROFOTOMETEI BISMUT TEMBAGA DENGAN EDTA

DISUSUN OLEH :

NAMA : INDAH HAERUNISSA

NIM : A 251 20 025

KELAS :C

KELOMPOK : 1

ASISTEN : SELMIANTI KONDOLELE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
I. TUJUAN
Memahami dan medeskripsikan dasar analisis titrasi fotometri dan
aplikasinya pada titrasi bismuth dan tembaga.
II. DASAR TEORI
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat yang seringkali digunakan
sebagai titran dalam titrasi kompleksometri. EDTA sebenarnya adalah ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut (Nurhasnawati, dkk. 2016).
Pada titrasi dengan cara spektrofotometri, pada larutan yang akan dititrasi
ditambahkan zat penitrasi itu sedikit demi sedikit. Setiap kali setelah dilakukan
penambahan zat penitrasi itu , larutan dikocok (diaduk), kemudian adsorbansi (A)
larutan diukur pada panjang gelombang tertentu. Adanya perbedaan antara nilai –
nilai adsorbtivitas molar sebagai zat yang ada pada larutan diukur pada panjang
gelombang yang dipilih digunakan disini. Timbulnya atau lenyapnya zat – zat
penyerap (sebagai akibat reaksi selama titrasi) akan menghasilkan suatu
perubahan absorbansi (A) yang linear (lurus) sebagai fungsi dari konsentrasi.
Berubahnya A dengan konsentrasi bila dilarutkan (diplot) pada kertas grafik akan
menghasilkan dua garis lurus (linear) yang akan saling berpotongan tepat pada
titik ekivalensi. Komponen zat yang diukur A-nya harus menaati hukum Lambert-
beer (Situmorang, 2010).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Spektronik-20
2. Magneetik stirrer
3. Pipet volume 10 mL
4. Buret 50 mL
5. Buret 10 mL
6. Pipet tetes
7. Kaca arloji
8. Spatula
9. Gelas ukur
10. Neraca analitik
B. Bahan :
1. EDTA 0,1 M
2. Cu2+ (CuSO4)
3. Bi3+ (BiNO3)
4. NaOH 5 M
5. HNO3 pekat
6. Aquades
7. Tissue
IV. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasukkan larutan Cu 0,2 M kedalam labu ukur 100 mL.
3. Menambahkan 5 mL larutan buffer pH 2.
4. Menambahkan aquades sampai tanda batas.
5. Mengambil larutan Cu 0,05 M yang dihasilkan dari prosedur 1-5 dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
6. Mengukur absorbansi awal sebelum titrasi.
7. Memasukkan larutan EDTA 0,1 M kedalam buret.
8. Mentitrasi larutan Cu 0,05 m secara bertahap dengan penambahan EDTA 1 mL
hingga melampaui titik ekivalen.
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Tabel Pengamatan

Volume
Absorbansi
EDTA
0 0,32
1 0,452
2 0,56
3 0,674
4 0,781
5 0,872
6 0,956
7 1,008
8 1,002
9 0,972
10 0,945
10,5 0,935
11 0,925
11,5 0,908
12 0,902
12,5 0,892
13 0,891
14 0,898
15 0,953
5.2 Grafik

5.3 Perhitungan
1. konsentrasi Cu2+ saat titik ekuivalen
Dik: M1 = 0,1 M
V1 = 7 mL
V2 = 25 mL
Dit: M2 = …. ?
Penyelesaian :
M1 x V1 = M2 . V2

0,1 M x 7 mL = M2 x 25 mL

0 ,1 M x 7 mL
M2 =
25 mL

M2 = 0,028 M

5.4 Reaksi

Cu2+ + EDTA [ Cu ( EDTA ) ] 2+


VI. Pembahasan

Titrasi pada spektrofotometri sama seperti titrasi pada umumnya, selalu ada

hubungan linier konsentrasi data yang didapatkan selama proses titrasi. Perbedaan

yang mencolok antara titrasi konvensional dengan titrasi secara spektrofotometri

adalah penentuan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Pada titrasi secara

spektrofotometri titik ekuivalen langsung bias dilihat dari plot absorbansi larutan

terhadap volume titran yang ditambahkan sehingga tidak diperlukan indicator lagi

(Situmorang, 2010).

Pada percobaan ini digunakan larutan buffer, hal ini bertujuan untuk

menjaga pH larutan tetap 2. Karena titrasi campuran Bi 3+ dan Cu2+ dengan EDTA

harus dilakukan pada saat pH = 2. Ini karena jika pH kurang dari 2 maka titik

ekuivalen yang dihasilkan tidak akan terlihat jelas, sedangkan jika pH lebih dari 2

maka aka nada kemungkinan Bi3+ mengendap sebagai garam basa atau hidroksida,

oleh karena itu digunakan larutan buffer agar menjaga pH=2 (Sudarmin, dkk.

2016).

Hasil absorbansi yang diperoleh dalam percobaan ini adalah pada

penambahan 0 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,32,. Pada penambahan EDTA 1

mL absorbansinnya yaitu 0,452. Pada penambahan EDTA 3 mL absorbansinya

yaitu 0,674. Pada penambahan EDTA 4 mL absorbansinya yaitu 0,781. Pada

penambahan EDTA 5 mL absorbansinya yaitu 0,872. Pada penambahan EDTA 6

mL absrobbansinya adalah 0,956. Pada penambahan EDTA 7 mL absorbansinya

yaitu 1,008. Pada penambahan EDTA 8 mL absorbansinya yaitu 1,002. Pada

pena,bahan EDTA 9 mL absorbansinya yaitu 0,972. Pada penambahan EDTA 10


mL absorbansinya yaitu 0,945. Pada penambahan EDTA 10,5 mL absorbansinya

yaitu 0,935. Pada penambahan EDTA 11 mL absorbansinya yaitu 0,925. Pada

penambahan EDTA 11,5 mL absorbansinya yaitu 0,908. Pada penambahan EDTA

12 mL absorbansinya yaitu 0.902. pada penambahan EDTA 12,5 mL

absorbansinya yaitu 0,892. Pada penambahan EDTA 13 mL absornbansinya yaitu

0,891. Pada penambahan EDTA 14 mL absorbansinya yaitu 0,898. Dan pada

penambahan EDTA 15 mL absorbansinya yaitu 0,953 (Staf Pengajar, 2023),

Dari grafik yang diperoleh pada percobaan ini menunjukkan bahwa titik

ekuivalen pada percobaan ini adalah saat penambahan ke 7 mL larutan EDTA, hal

ini ditandai dengan kenaikan absorbansi yang terjadi ketika saat penambahan

EDTA 7 mL. Hal ini dapat terjadi karena EDTA tidak dapat menyerap panjang

gelombang 745 nm sehingga hanya kompleks Cu-EDTA yang terbaca

transmitannya pada alat (Situmorang, 2010).


VII. Kesimpulan

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa titrasi fotometri merupakan titrasi yang digunakan untuk mengukur

kandungan suatu zat dalam campuran dengan mengukur absorbansinya. Dan pada

percobaan konsentrasi Cu2+ saat titik ekuivalen diperoleh dengan hasil 0,028 M.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhasnawati, H., Jubaidah, S., & Elfia, N. (2016). Penentuan Kadar Residu
Tetrasiklin HCl pada Ikan Air Tawar yang Beredar di Pasar Segiri
Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultra Violet. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 2(2), 173-178.

Situmorang, M. (2010). Kimia Analitik Lanjut dan Instrumentasi.

Staf Pengajar Kimia Analisis Instrument. (2023). Penuntun Praktikum


Kimia Analisis Instrument. Palu : Universitas Tadulako

Sudarmin, M. S., Wardani, S., & Mudzakki, A. (2016). Larutan Penyangga


(Buffer).
LEMBAR PENGESAHAN

Palu, 11 Desember 2023

Mengetahui

Koordinator Asisten Asisten

Muharrikah Rahmat Selmianti Kondolele

Anda mungkin juga menyukai