Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANORGANIK FISIK

REAKSI SUBSITUSI LIGAN

DI SUSUN OLEH:

KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’aala, yang telah
memberikan saya kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini, dalam
makalah ini saya membahas tentang ‘’Reaksi Subsitusi Ligan’’ dengan ini, saya
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal
ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang
saya miliki sebagai mahasiswa. Namun demikian, banyak pula pihak yang telah
membantu saya dan memberikan pemikiran serta solusi untuk pemecahan masalah
saya.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
saya khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Palu, 27 November 2023

Kelas A

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

Latar Belakang ............................................................................................................ 4

Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

Tujuan ........................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

Pengertian Senyawa Kompleks .................................................................................. 6

Pengertian Reaksi Substitusi ....................................................................................... 6

Reaksi penggantian ligan dalam kompleks octahedral .............................................. 11

Substitusi pada komplkes octahedral ......................................................................... 11

Mekanisme asosiatif dan disosiati dalam kompleks octahedral ................................. 16

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 18

Kesimpulan ................................................................................................................ 18

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 19

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya donor
pasangan elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion pusat yang
menerima pasangan elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi.
Senyawa kompleks yang banyak ditemukan umumnya memiliki struktur
oktahedral, dalam struktur ini enam ligan membentuk oktahedral di sekitar ion
logam (mempunyai bilangan koordinasi 6). Pada simetri oktahedral, orbital-d akan
berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δoct. Orbital dxy,
dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2
Hal ini dikarenakan orbital dxy,dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari
ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks
tetrahedral juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan
membentuk tetrahedral disekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 4).
Dalam pemisahan medan kristal tetrahedral, orbital-d kembali berpisah menjadi dua
kelompok dengan perbedaan energi Δtet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi
orbital yang lebih rendah, dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang
lebih tinggi. Hal bertolak belakang dengan struktur octahedral. Selain itu,
dikarenakan elektron ligan pada simetri tetrahedral tidaklah berorientasi pada orbital-
orbital-d pemisahan energi akan lebih kecil daripada pemisahan energi octahedral.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari senyawa kompleks?
2. Apa itu reaksi substitusi?
3. Bagaimana reaksi penggantian ligan dalam kompleks oktahedral?
4. Bagaimana substitusi pada komplkes oktahedral?
5. Baagaimana mekanisme asosiatif dan disosiati dalam kompleks octahedral?

4
1.3 Tujuan
1. Memahami senyawa kompleks.
2. Memahami reaksi substitusi.
3. Mengetahui reaksi penggantian ligan dalam kompleks octahedral.
4. Mengetahui substitusi pada komplkes oktahedral.
5. Mengetahui mekanisme asosiatif dan disosiati dalam kompleks octahedral.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian senyawa Kompleks


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya donor
pasangan elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion pusat yang
menerima pasangan elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi.
Senyawa kompleks yang banyak ditemukan umumnya memiliki struktur
oktahedral, dalam struktur ini enam ligan membentuk oktahedral di sekitar ion
logam (mempunyai bilangan koordinasi 6). Pada simetri oktahedral, orbital-d
akan berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δoct.
Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2
and dx2-y2 Hal ini dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih
jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks
tetrahedral juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan
membentuk tetrahedral disekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 4).

2.1.1 Reaksi Substitusi


Reaksi substitusi adalah reaksi di mana 1 atau lebih ligan dalam suatu
kompleks digantikan oleh ligan lain. Karena ligan memiliki pasangan elektron bebas
sehingga bersifat nukleofilik (menyukai inti atom), maka reaksi tersebut juga dikenal
sebagai reaksi substitusi nukeofilik (SN). Berdasarkan mekanismenya reaksi
substitusi dapat dibedakan menjadi:
1. SN1 (lim)
2. SN1
3. SN2
4. SN2 (lim)
5. SN1 (lim) : substitusi nukleofilik orde-1 ekstrim

6
Meakanisme reaksi diawali dengan pemutusan salah satu ligan, ini berlangsung
lambat sehingga merupakan tahap penentu reaksi (rate determining step). Dengan
demikian konstanta laju reaksi(k) hanya dipengaruhi oleh jenis kompleks dan
sama sekali tidak dipengaruhi oleh jenis ligan pengganti. Untuk reaksi ini disebut
reaksi disosiatif dimana ikatannya putus dahulu kemudian nukleofilik (dalam hal
ini ligan) baru menyerang masuk. Pada reaksi ini terjadi dalam 2 tahap reaksi,
dimana reaksi tidak serempak. Mekanisme reaksi yang pertama adalah pemutusan
ikatan yang melepas satu ligan. Kemudian membentuk intermediet dengan
bilangan koordinasi 5. Kemudian pada mekanisme reaksi yang kedua barulah
ligan masuk kedalam senyawa kompleks. Ligan yang datang mencari pusat positif
(seperti : inti atom) yaitu ion logam karena ligan lebih bermuatan negative
(nukleofilik). Pada mekanisme yang pertama reaksi berjalan dengan lambat dan
merupakan tahap penentu laju, sedangkan pada mekanisme kedua reaksi berjalan
dengan cepat.
Contoh :
[Co(CN–)5(H2O)]2-+ Y– ↔ [Co(CN–)5(Y–)]2- + H2O

Diperoleh data harga k untuk berbagai ligan pengganti (Y–) sebagai berikut :
ligan pengganti (Y–) k (detik-1)

Br– 1,6 . 10-3

I– 1,6 . 10-3

SCN– 1,6 . 10-3

N3– 1,6 . 10-3

7
H2O– 1,6 . 10-3

Mekanisme reaksi :

[Co(CN–)5(H2O)]2-↔ [Co(CN–)5]2-+ H2O (lambat)

[Co(CN–)5]2- + Y– ↔ [Co(CN–)5(Y–)]2- (cepat)

Persamaan laju reaksi : r = k ([Co(CN–)5(H2O)]2-)

SN1 : substitusi nukleofilik orde-1

Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan


ikatan. Pada saat ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti sudah hampir putus
sudah terjadi pembentukan ikatan (walaupun sangat lemah) antara ion pusat dengan
ligan pengganti. Dengan demikian tahap penentu utama laju reaksi adalah pemutusan
ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti dan hanya sedikit dipengaruhi oleh
pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti. Harga k terutama
ditentukan oleh jenis ion kompleks, namun jika jenis ligan pengganti divariasi
ternyata memberikan sedikit pengaruh seperti tersaji pada tabel berikut:

K
Ligan pengganti (Y–)
[Ni(H2O)6]2+ [Co(H2O)6]2+
SO42- 1,5
Glisin 0,9 2,6
Diglisin 1,2 2,6
Imidazol 1,6 4,4

8
Untuk reaksi ini disebut reaksi disosiatif dimana ikatannya putus dahulu
kemudian nukleofilik (dalam hal ini ligan) baru menyerang masuk. Pada reaksi ini
terjadi dalam 2 tahap reaksi, dimana reaksi tidak serempak. Mekanisme reaksi yang
pertama adalah pemutusan ikatan yang melepas satu ligan. Kemudian membentuk
intermediet dengan bilangan koordinasi 5. Kemudian pada mekanisme reaksi yang
kedua barulah ligan masuk kedalam senyawa kompleks. Ligan yang datang mencari
pusat positif (seperti: inti atom) yaitu ion logam karena ligan lebih bermuatan
negative (nukleofilik). Pada mekanisme yang pertama reaksi berjalan dengan lambat
dan merupakan tahap penentu laju, sedangkan pada mekanisme kedua reaksi berjalan
dengan cepat.
SN2 : substitusi nukleofilik orde-2
Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan ikatan.
Pada saat ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti baru mulai melemah sudah
terjadi pembentukan ikatan yang sudah hampir sempurna antara ion pusat dengan
ligan pengganti. Dengan demikian tahap penentu utama laju reaksi adalah
pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti dan hanya sedikit
dipengaruhi oleh pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti. Reaksi ini
disebut dengan reaksi assosiatif, dimana reaksinya terjadi secara serempak dalam
satu tahap reaksi. Melibatkan bentuk intermediet berkoordinasi tujuh dalam tahap
lambat dan disosiasi dalam tahap cepat. Pada SN2 ini pembentukan ikatan ligan
logam (produk) sama pentingnya dengan pemutusan ikatan ligan, logam. Mekanisme
adalah ligan kuat akan masuk dulu kedalam senyawa kompleks dan membentu
intermediet. Kemudian barulah ligan yang lemah didalam senyawa tersebut akan
putus ikatannya dan kemudia lepas.
SN2-lim : substitusi nukleofilik orde-2 ekstrim
Mekanisme reaksi diawali dengan pembentukan ikatan yang sempurna antara
ion pusat dengan ligan pengganti, dilanjutkan dengan pemutusan ligan terganti.
Dengan demikian zantara (intermediate) merupakan kompleks koordinasi 5.

9
Konstanta laju reaksi (k) dipengaruhi baik oleh jenis kompleks maupun oleh jenis
ligan pengganti.
Contoh :
[PtCl4]2-+ X– ↔ [PtCl3X–]2- + Cl–
Mekanisme :
[PtCl4]2- + X– ↔ [PtCl4X–]2- (lambat)
[PtCl4X–]2- ↔ [PtCl3X–]2- + Cl– (cepat) Persamaan laju reaksi: r = k ([PtCl4]2-)2(X–)

Untuk reaksi SN2 (lim) tersebut dapat disusun urutan laju reaksi untuk
bebagai ligan pengganti (Y–), dimana perbandingan laju reaksi bilamana digunakan
ligan PR3 OR–= 107: 1

Reaksi ini disebut dengan reaksi assosiatif, dimana reaksinya terjadi secara
serempak dalam satu tahap reaksi. Melibatkan bentuk intermediet berkoordinasi tujuh
dalam tahap lambat dan disosiasi dalam tahap cepat. Pada SN2 ini pembentukan
ikatan ligan logam (produk) sama pentingnya dengan pemutusan ikatan ligan, logam.
Mekanisme adalah ligan kuat akan masuk dulu kedalam senyawa kompleks dan
membentu intermediet. Kemudian barulah ligan yang lemah didalam senyawa
tersebut akan putus ikatannya dan kemudia lepas.

Reaksi substitusi pada kompleks oktahedral pada umunya berlangsung melalui


mekanisme SN1 dan SN1-lim (mekanisme disosiatif), sedang substitusi pada
kompleks bujursangkar pada umunya berlangsung melalui mekanisme SN2 dan SN2-
lim (asosiatif). Hal ini dapat dipahami mengingat kompleks koordinat 6 sudah cukup
crowded dan tidak ada tempat lagi bagi ligan pengganti untuk bergabung sehingga
dihasilkan kompleks koordinat 7. Adapun untuk kompleks bujursangkar masih
tersedia ruangan yang cukup longgar bagi ligan pengganti untuk bergabung
membentuk intermediate berupa kompleks koordinat 5.

10
2.2.2 Reaksi Penggantian Ligan dalam Kompleks Oktahedral

Persamaan umum bagi reaksi pemindahan ligan adalah:

[LnMX] + Y = [LnMY] + X

Dalam larutan air kasus istimewa di mana Y adalah H2O (atau OH-)
sangatlah penting. Terdapat sedikit reaksi, jika memang ada, dimana X mula- mula
tidak diganti oleh H2O, dan hanya dengan cara masuknya ligan lain Y ke dalam
kompleks dengan menggantikan H2O. Jadi pembahasan terutama akan dibatasi
sepenuhnya kepada pokok bahasan mengenai reaksi akua atau hidrolisis.

Laju hidrolisis kompleks aminkobal (III) bergantung kepada pH dan


umumnya mengikuti hukum laju;

ʋ = kA[L5CoX] + kB[L5CoX] [OH-].

Pada umumnya kB (bagi hidrolisis basa) adalah sekitar 104 kali kA (hidrolisis
asam)
2.2.3 Subtitusi pada Kompleks Oktahedral
Geometri oktahedral adalah yang paling umum dalam kimia anorganik, dan
ditemukan sepanjang tabel periodik. Diantara kompleks oktahedral, kobalt (III)
barangkali yang paling secara luas terinvestigasi senyawa koordinasinya. Maka
adalah alamiah untuk memulai mendiskripkan kompleks subtitusi oktahedral dengan
kompleks tertentu.
Kebanyakan dokumen baik dari reaksi subtitusi kompleks kobal (III)
berlangsung dengan jalan-jalan disosiatif (D atau Id) dan dengan jelas berpengaruh
pada sifat dari ligan pergi. Efek dari ligan masuk secara relatif kecil. Laju juga pada
pelarut dan faktor-faktor lain.
a. Pengaruh dari Ligan Pergi
Suatu contoh karakteristik yang disebut hidrolisis asam terjadi dalam media
encer (aqueous), sebagai contoh:

11
Co(NH3)5 X2+ + H2O →Co (NH3)5OH2 + X
Untuk kompleks pada jenis umum ini (berbeda dengan X), ada suatu relasi
energi bebas linear antara energi bebas pada aktifasi (AG2) dan energi bebas untuk
reaksi (AGO). Hubungan adalah 1 ke 1, yang menyatakan bahwa variasi pada
(AGO) adalah dalam kaitan dengan variasi pada kekuatan ikatan Co-X. Pernyataan
ini dalam cara berbeda, kita boleh berkata bahwa pencapaian konfigurasi kompleks
teraktifasi membutuhkan pemutusan pada ikatan Co3-X. Dalam kompleks teraktifasi,
X telah secara esensial telah dipindahkan, mekanisme adalah disosiatif.

b. Halangan Stereokimia

Jika sedang sesak disekitar ion logam, disosiasi akan mendorong kearah beberapa
macam relief. Sebaliknya diharapkan struktur untuk lebih terbuka. Akuasi pada
bentuk meso dari dikloro-bis(butilendilamin)cobalt (III) adalah 30 kali lebih cepat
dibandingkan reaksi bersesuai pada suatu campuran d, l. Bentuk meso
dipertimbangkan lebih secara sterik menghalangi.

c. Efek Ligan Tak Pergi

Laju juga dipengaruhi ligan dalam posisi cis dan trans ligan pergi. Dalam
kompleks pada formula umum cis dan trans Coen2ACl+, dimana A adalah ligan
anionik dengan dirinya tak dapat disubtitusikan tetapi mempengaruhi labilitas Cl-,
labilisasi mengikuti kecenderungan A dalam posisi trans terhadap Cl

OH->NO2->N3>CN->Br->Cl->SO42->NCS-

A dalam posisi cis terhadap Cl:

OH->Cl->Br->NO2->SO42->NCS-

Kompleks cis memberikan reaksi lebih cepat daripada spesies trans bersesuaian,
kecuali A= NO2- atau N3-, tetapi secara umum perbedaannya kecil disana tak
pengaruh streokimia yang signifikan.

12
d. Pengaruh Pelarut

Suatu kasus khas adalah solvasis pada cis-dibromo(tren)cobalt (III) adalah jelas
nyata dari data termaksud tak ada korelasi langsung dengan nilai konstana dielektrik
pelarut

Tabel 1. Laju solvolisis dari cis-CoIII(tren)Br2+ pada 250C

Larutan k, s-1 ΔH≠, kJ ΔS≠, J deg-1 mol-

mol-1 1

Formamida 2,7 x 10-2 42 -134

0
Dimetilformamida 4,3 x 10-4 92

-50
Dimetilsulfoksida 7,7 x10-4 75

N-Metilformamida 2,5 x 10-1 - -

Air 2,8 x 10-2 63 -63

e. Hukum laju
Corak umum dari hukum laju untuk jenis berbeda pada reaksi subtitusi telah
disebutkan. Disini beberapa aspek tajam akan diujikan, menggunakan model suatu
reaksi anation umum pada bentuk:
Co – OH2 + Y → Co – Y + OH2

13
Untuk kesederhanaan prestasi, dalam persamaan ini lima ligan tak pergi pada
Co3 dan muatan telah dihilangkan. Grup datang Y adalah suatu anion, grup pergi X
adalah molekul air. Konsentrasi air adalah juga diabaikan, sedang medium
diasumsikan jadi aqueous.

Untuk suatu mekanisme D

Pengukuran hukum laju sendiri bukanlah suatu ukuran diagnostik yang baik
untuk memutuskan antara suatu mekanisme D dan Id. Kombinasi dengan kriteria lain
adalah diperlukan. Salah satunya adalah dengan besarnya konstanta laju dan
konstanta keseimbangan. Besarnya dapat diestimasi secara teoritikal atau dengan
analogi atau kadangkala boleh saja memungkinkan untuk mengukurnya secara bebas.
Demikian, jika pada mekanisme inter-perubahan nilai diharapkan untuk konstanta
kesetimbangan adalah kecil dan kondisi k(y)>>1 adalah tak dibenarkan. Dengan cara
yang sama, jika laju untuk proses water-exchange maka diukur secara bebas,

Co-OH2 + OH2 → Co- OH2 + OH2

K’ haruslah lebih besar ketimbang k dan mekanisme id, Atas dasar argumentasi,
seperti ini, telah disimpulkan bahwa reaksi anasi (anation) yang dipertimbangkan
berproses dengan mekanisme Id bukannya D.

14
Hidrolisis asam secara normal dilaksanakan dalam larutan asam. Untuk ligan
seperti I-, Br- Dan Cl-, laju hidrolisis adalah selalu bebas dengan keasaman. Untuk
ligan Xn-1 (n>2), yang dapat berkombinasi dengan satu atau lebih proton, laju
bergantung pada konsentrasi ion hidrogen, sebagai contoh, untuk n=2, Hidrolisis basa
adalah hidrolisis pada alkali sebagai

Contoh: (H3N)5CoX2+ + OH →(H3N)5CoOH2+ + X

Umumnya disepakati bahwa proses hidrolisis dengan mekanisme basa konjugasi


garick:

15
Mekanisme ini konsisten dengan temuan yang mendasarkan hidrolisis hanya
terjadi jika kompleks mempunyai ligan seperti H2O atau NH3 dan etilendiamin yang
dapat menyumbangkan suatu proton. Reaksi kedua adalah lambat daripada suatu
karakter disosiatif, seperti keselinhubungan subtitusi pada larutan asam, kecuali
bahwa presensi basa konjugasi (NH2- dalam pemberian contoh) memberikan suatu
kesan percepatan efek.

Hukum laju umum untuk hidrolisis basa diberikan dengan ekspresi: Rate = kaq
[kompleks] + kOH [compleks] [OH-] Itu berarti, ia mengandung istilah yang
berhubungan dengan alur OH- terkatalisa pada penambahan untuk suatu istilah orde
pertama yang sesuai dengan suatu alur tak terkatalisa.

2.2 4 Mekanisme Asosiatif dan Disosiati dalam Kompleks Oktahedral Cis

Kedua sistem substitusi oktahedral dapat dilukiskan pada kompleks kromium


(III). Sebuah aspek yang menarik dalam kasus ini adalah pengaruh- mempengaruhi
(interplay) antara mekanisme asosiasi dan disosiasi. Fakta- fakta untuk mekanisme
asosiatif dalam beberapa kompleks kobalt (III) juga telah dilaporkan, tetapi hal
tersebut jarang dan barangkali tanpa solusi. Pada kromium (III) saling mempengaruhi
secara baik dapat dijelaskan. Itu kemudian menarik untuk dikaji. Fakta-fakta yang di
dapatkan mengindikasikan bahwa suatu tipe mekanisme asosiatif (Ia) adalah penting
dalam reaksi substitusi kompleks kromium (III) yang mengandung air sebagai ligan,
seperti substitusi X- pada Cr(H2O)5X2+ (dimana X adalah ligan unidentat).
Demikian halnya, suatu mekanisme asosiatif tampak dominant dalam pertukaran air
antara Cr(H2O)6X3+ dan larutan berair (aqueous) atau antara Cr(DMF)6X3+ dan
larutan DMF. Sebaliknya, suatu mekanisme Id adalah disukai untuk Cr(NH3)5X2+
juga untuk reaksi anasi (anation),

Cr(NH3)5OH23+ + X n→k Cr(NH3)5OH23-n + H2O

16
Pengukuran konstanta laju terdepan (forward) bermacam-macam dengan
kurang dari suatu orde dari besarnya grup datang yang bermuatan sama, dan
pengukuran laju hanya kurang sedikit dari laju pertukaran larutan. Perilaku ini adalah
khas untuk mekanisme Id. Orbital kosong yang rendah letaknya (lowerlying) dalam
Cr(III) boleh jadi menurut fikiran dapat digunakan pada formasi ikatan pada orbital
antibonding secara ganda pada orbital eg degenerasi.

Amoniak adalah donor yang lebih baik ketimbang air. Sebagai


konsekuensinya, dalam kompleks amin orbital ikatan (bonding) diturunkan dari
logam orbital d yang dihadapkan untuk bertempat lebih rendah dibanding dalam
kompleks air. Pada orbital anti-ikatan urutannya adalah dibalikkan. Keadaaan transisi
untuk asosiasi lewat antibonding eg diharapkan akan jadi lebih stabil pada spesies air,
dan mekanisme asosiatif diharapkan jadi lebih disukai. Dalam pencapaian pada
penafsiran ini kita secara esensial mengabaikan tolakan antara elektron pada ligan
masuk dan mereka yang dari senyawa koordinasi. Bagaimanapun kita melihat dalam
substitusi persegi planar bahwa permainan tolakan antar-elektronik adalah sangat
penting peranannya dalam penentuan jalan pada reaksi dan secara umum diharapkan
akan menjadikan asosiasi lebih sulit. Ini mungkin lalu jadi alasan utama asosiasi
adalah sering untuk kromium (III), dengan hanya ketiga elektron d saja, tetapi tidak
untuk Co (III), yang mempunyai enam electron d.

17
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Senyawa
kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya donor pasangan
elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion pusat yang menerima
pasangan elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi. Rekasi
substitusi adalah rekasi di mana 1 arau lebih ligan dalam suatu kompleks digantikan
oleh ligan lain. Rekasi disosiasi adalah rekasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Solihatun, R. (2017). Makalah Kimia Anorganik IV Disosiasi dan Substitusi Ligan.


Semarang: Universitas Diponegoro

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai