Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR KERJA MAHASISWA

PERCOBAAN I
“KEADAAN GAS DAN CAIR”

Nama : Ayu pratiwi


Stambuk : A251 22 018
Kelas :B
Kelompok :
Asisten : sauli safitri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
PERCOBAAN I

KEADAAN GAS DAN CAIR

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat – sifat kimianya
II. DASAR TEORI

Gas merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan kacau


balau, acak tetapi berkesinambungan dengan kecepatan yang bertambah
jika temperatur dinaikkan (Atkins, 1999). Empat sifat dasar yang
menentukan sifat jisis gas adalah banyaknya molekul gas, volume gas,
suhu atau temperatur, dan tekanan. Jika nilai-nilai numeris tiga besaran
diketahui, maka nilai besaran keempat dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan keadaan (equation of state) yang secara
matematis dinyatakan dengan . Persamaan tersebut biasa juga disebut
dengan persamaan gas ideal (Petrucci, 1987). Gas berbeda dengan cairan
(yang molekul-molekulnya juga bergerak secara acak) karena molekul-
molekul gas terpisah jauh satu sama lain (Atkins, 1999).

Pada keadaan gas, partikel-partikel bergerak secara acak. Jarak antara


partikel-partikel relatif jauh lebih besar dari pada ukuran-ukuran partikel
sehingga gaya tarik menarik antara partikel sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Laju suatu partikel selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan
terjadinya tumbukan antara partikel yang satu dengan yang lainnya
ataupun antara partikel dengan diding wadah. Berbeda dengan cairan atau
padatan, gas mudah dimampatkan. Gas tidak mempunyai bentuk dan
volume yang tetap, gas akan selalu mengisi setiap ruang dimana gas
tersebut dimampatkan. Gas selalu dipengaruhi oleh perubahan teskanan
dan suhu (Bird, 1993).

Jika uap yang dihasilkan oleh cairan yang menguap tidak ditampung,
penguapan akan terus berlangsung sampai semua cairan habis teruapkan.
Jika uap tetap dipertahankan berhubungan dengan cairan, beberapa
molekul kembali dari keadaan uap ke cair. Proses ini merupakan kebalikan
dari proses penguapan dan dinamakan pengembunan (kondensasi).
Banyaknya pengembunan tergantung pada konsentarasi molekul uap
(jumlah molekul persatuan volume) dan pada luas bidang temu antara
cairan dan uapnya. Dalam tempat tertutup yang mengandung air dan
uapnya, peristiwa penguapan dan pengembunan terjadi serempak
(Petrucci, 1987).
III.Alat dan bahan

a) Alat
Erlenmeyer 1 buah
Pipet ukur 5 pipet 1 buah
Gelas kimi 500 ml
Neraca analitik 1 buah
Penangas listrik 1 buah
Termometer 1 buah
Barometer 1 buah
Desikator ke 1 buah
Karet penghisap 1 buah
Gegep 1 buah
Pipet volume 5 ml
b) Bahan
Chcl3
Air
Kertas label
Tisu
Aluminium foil
Jarum
Karet gelang
Kain lap
6.2 Pembahasan

Keadaan gas dan cair merupakan dua kedaan zat yang sangat yang berbeda.
Fase cair menunjukkan suatu keadaan dimana suatu zat berbentuk cairan dan
mempunyai kerapatan yang cukup tingg, karena jarak antara partikel-partikelnya
berdekatan. Sedangkan fase gas menunjukkan suatu keadaan dimana suatu zat
berbentuk gas dan memiliki kerapatan yang rendah karena jarak antara partikel-
partikelnya berjauhan. Jika sebuah zat memiliki gaya tarik partikel yang besar,
maka titik didihnya akan tinggi pula. Hal ini disebabkan karena untuk
memisahkan zat dari ikatannya sebagai zat cair, diperlukan sejumlah energi, atau
zat itu sukar untuk menguap (nonvolatile). Sebaliknya zat-zat yang gaya tarik
partikelnya kecil, maka titik didihnya akan rendah pula, atau zat tersebut mudah
menguap (volatile). Percobaan kali ini, adalah untuk menetukan berat molekul
suatu zat berdasarkan pengukuran massa jenis gas pada suhu tertentu, dimana
cairan volatil yang digunakan adalah kloroform (CHCl 3). Senyawa ini merupakan
senyawa volatil yang mempunyai titik didih lebih rendah dari titik air murni yakni
100oC. Karena senyawa ini memiliki titik didih lebih rendah dari titik didih air yang
bersuhu 100oC, maka digunakan air yang bersuhu 100 oC untuk menguapkan
semua cairan volatil (CHCl3). Adapun cairan volatil (CHCl3) tersebut dimasukkan
kedalam erlenmeyer dan setelah itu, dengan menggunakan aluminium foil, mulut
erlenmeyer ditutup sehingga kedap udara dan diberi lubang sebesar jarum.
Kemudian dipanaskan diatas penangas air bersuhu 100 oC sampai semua cairan
CHCl3 menguap. Setelah itu, system kembali didinginkan dalam desikator,
tujuannya yakni agar CHCl3 yang telah menjadi uap dapat mengembun (berwujud
cair kembali) sehingga dilakukan penimbangan kembali untuk menentukan berat
CHCl3.

Tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan berat molekul senyawa volativ
berdasarkan pengukuran massa jenis gas

Dari hasil pengamatan,pada perlakuan massa erlenmeyer ditutup keret gelang


dan cairannya dan massa erlenmeyer ditutup keret gelang dari hasil 101, 32
gram menjadi 94,09 gram. Dari massa cairan x ,massa erlenmeyer bersih dan
kering dan massa air ,hasilnya dari 7,23 gram menjadi 93,66 dan massa air nya
148,09 gram selanjutny pada suhu air dalam erlemenyer 36°C dan suhu dalam air
penangas 100°C selanjutnya massa jenis pada air suhu tersebut 0,9937 gr/mol
dan tekanan atmosfernya 752 mgh = 1atm selanjut nya dari massa gas dan massa
gas dan erlemenyer dari massa gas 0,5 gram dan pada erlenmeyer 94,59 gram
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.


Bird, T., 1998, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 2 Edisi Keempat.
Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai