Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIK I

PERCOBAAN I
TERMOKIMIA

OLEH :

NAMA : AJINIA

STAMBUK : A1L1 18 046

KELOMPOK : AJINIA

ASISTEN PEMBIMBING : DJABAR GAJALIB

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing

Praktikum Kimia Fisik I dengan judul “Penentuan Kalor Penguapan Kloroform

(CHCl3) dengan Menggunakan Berbagai Variasi Suhu” yang dilaksanakan pada:

Hari,Tanggal : Jumat, 08 November 2019

Waktu : 13:00 WITA-Selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

MMMMMKeguruan dan ilmu Pendidikan, Universitas Halu

MMMMMOleo, Kendari.

Kendari, November 2019


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

MARYANI
ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum mengenai termokimia oleh Hardianti


(A1L118030), termokimia merupakan cabang kimia yang berhubungan dengan
hubungan timbal balik panas dengan reaksi kimia atau dengan perubahan keadaan
fisika. Salah satu reaksi adalah kalor penguapan, panas atau kalor penguapan
adalah energi yang dibutuhkan untuk mengubah suatu kuantitas zat menjadi gas.
Tujuan percobaan ini dilakukan dengan menentukan kalor penguapan N-heksana
dengan suhu yang bervariasi. Prinsip kalor penguapan penentuan kalor penguapan
N-heksana adalah dengan menghitung waktu setiap kenaikan suhu 5°C, dimulai
dari suhu 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C. Percobaan dilakukan dengan variasi
suhu hasil analisa, pada suhu 40oC waktu rata-rata. Percobaan dilakukan dengan
memasukkan air dalam gelas kimia hingga setengah penuh, dengan menggunakan
tutup krus yang dipasang secara terbaik dengan diteteskan N-heksana sebanyak 2
tetes pada variasi suhu 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C. Semakin tinggi
suhunya maka air akan semakin mempercepat terjadinya penguapan, hal ini
dikarenakan energi ikatannya semakin cepat putus, sedangkan jika suhu pada
lingkungan rendah, N-heksana membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menguap, dikarenakan energi ikatannya yang semakin lama putus. Berdasarkan
hasil perhitungan maka diperoleh kalor penguapan rata-ratanya adalah ΔHv =
15,187.4 kJ/mol K.

Kata kunci :termokimia, kalor penguapan, perubahan entalpi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termokimia adalah cabang dari termodinamika dan merupakan

pengetahuan dasar yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia. Temokimia

adalah ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan energi hubungan reaksi

kimia dengan energi. Bentuk energi bermacam-macam. Salah satunya adalah

kalor. Kalor adalah bentuk energi yang terjadi akibat adanya perubahan suhu.

Perubahan kalor suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu

yang terjadi. Jumlah kalor yang diserap atau dilepas suatu sistem sebanding

dengan massa, kalor jenis zat perubahan suhunya.

Secara umum sistem dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Sistem terbuka

merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran energi dan materi

ke lingkungan. Sistem tertutup merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya

pertukaran materi. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran

energi maupun materi ke lingkungan.

Kalor (heat) adalah energi yang ditrasnfer antara suatu sistem dan

sekelilingnya sebagai akibat dari perubahan suhu. Energi sebagai kalor, bergerak

dari benda yang lebih hangat (dengan suhu yang lebih tinggi) ke benda yang lebih

dingin (dengan suhu yang lebih rendah). Pada tingkat melekul, molekul-molekul

pada benda yang lebih hangat melalui benturan kehilangan energi kinetik dan

mengalihkannya ke benda yang lebih dingin. Transfer kalor tidak saja dapat

mengubah suhu tetapi juga dapat mengubah wujud materi.


Kalor Penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air yang bertujuan

untuk meningkatkankonsentrasi padatan dari suatu bahan makanan cair. Salah

satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk mengurangi volume dari suatu

produk sampai batas-batas tertentu tanpa menyebabkan kehilangan zat-zatyang

mengandung gizi. Semakin besar suhu pengeringan, maka proses penguapan air

dalam bahanakan semakin cepat. Perbedaan suhu antara medium pemanasan

dengan bahan semakin cepat pindahpanas ke bahan dansemakin cepat pula

penguapan air dari bahan

Kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suatu zat bergantung

pada banyak suhu yang harus diubah, kuantitas zat dan sifat zat (jenis atom atau

molekul). Kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu satu gram air

sebesar satu derajat celcius disebut kalori (kal) sedangkan kuantitas kalor yang

diperlukan untuk mengubah suhu suatu sistem sebesar satu derajat disebut

kapasitas kalor sistem tersebut.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, kita dapat menentukan dan

mengetahui pengaruh perubahan-perubahan suhu yang terjadi serta kalor

penguapan pada suatu larutan sampel. Sampel yang digunakan adalah karbon

tetraklorida yang jika dipanaskan senyawa tersebut akan menguap. Dimana

penguapan tersebut termasuk reaksi endoterm karena dalam penguapan energin

dalam bentuk kalor dari lingkungan yang akan serap dalam sistem.

Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur dengan

alat yang bernama kalorimeter. Prinsip kerja kalorimeter adalah dengan cara

mengisolasi kalor dalam sistem agar kalornya tidak berpindah kelingkunganya.


Jika dalam reaksi kimia terjadi perpindahan panas dari sistem ke lingkungan maka

suhu dilingkungan meningkat. Jika suhu sitem turun maka dikatakan bahwa reaksi

tersebut eksoterm. Sedangkan jika suhu sistem naik maka dikatakan bahwa reaksi

tersbut endoterm. Sistem adalah bagian dari semesta yang merupakan fokus kajian

dan lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem yang bukan kajian. Aplikasi

dari termokimia adalah penggunaan termos air panas, dimana termos air panas

selalu menjaga kalor/panas dari sistem agar perpindahan kalor/panas dari sistem

ke lingkungan menjadi lambat dan air yang di dalam termos menjadi tetap panas.

Terdapat tiga jenis sistem, sistem terbuka (open system) dapat

mempertukarkan massa dan energi (biasanya dalam bentuk kalor) dengan

lingkungannya. Sebagai contoh, sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah air

dalam wadah terbuka. Jika kita tutup botol tersebut sedemikian rupa sehingga

tidak ada uap air yang dapat lepas dari atau mengembun ke wadah maka kita

menciptakan sistem tertutup (closed system) yang memungkinkan perpindahan

energi (kalor) tetapi bukan massanya. Dengan menempatkan air dalam wadah

yang disekat seluruhnya, maka kita membuat sistem terisolasi (isolated system)

yang tidak menginginkan perpindahan massa maupun energi.

Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu dilakukan percobaan tentang

termokimia untuk menentukan kalor penguapan dengan cara menguapkan N-

heksana pada variasi temperatur tertentu.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kalor penguapan N-

heksana.
1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip dari praktikum ini yaitu penentuan kalor penguapan zat cair yang

bersifat volatil seperti N-heksana dengan melakukan pemanasan diatas tutup krus

porselin yang diapungkan diatas air dalam gelas kimia yang dipanaskan dengan

variasi suhu 40, 45, 50, 55, 60, dan 65 ᴼC.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Termokimia

Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas

suatu zat yang menyertai suatu reaksi disebut termokimia, jadi secara operasional

termokimia berkaitan dengan pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang

menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.

Termokimia adalah cabang dari termodinamika dan merupakan pengetahuan dasar

yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia. Fokus bahasan dalam termokimia

adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah pereaksi tertentu

serta cara pengukuran kalor reaksi (Masnari, 2016).

2.2 Kalor Penguapan

Peristiwa penguapan merupakan peristiwa lepasnya molekul-molekul air

dipermukaan ketika terdapat perbedaan konsentrasi uap air antara daerah dengan

permukaan dan daerah di posisi yang lebih jauh dibandingkan dengan pendidihan

yang juga merupakan peristiwa perubahan wujud. Dari air ke uap, penguapan

hanya terjadi dipermukaan air saja sedangkan pendidihan terjadi diseluruh

volume, karena setiap peristiwa perubahan wujud dari air ke uap selalu

membutuhkan kalor yang cukup besar, maka peristiwa penguapan juga akan

memberikan koefisien perpindahan kalor yang relatif besar dibandingkan dengan

konfeksi tanpa perubahan fasa (Tjahjono, 2014).


2.3 N-heksana

N-heksana adalah hidrokarbon alkana rantai lurus yang memiliki 6 atom

karbon dengan rumus molekul C6H Isomer heksana tidak reaktif dan digunakan

sebagai secara luas sebagai pelarut inert dalam reaksi organik karena heksana

bersifat sangat tidak polar. N-heksana dibuat dari hasil penyulingan minyak

mentah dimana untuk produk industrinya ialah fraksi yang mendidih pada suhu

65-70°C. Heksana digunakan di laboratorium untuk mengekstrak minyak dan

lemak. Pemanfaatan n-heksana yang lainnya ialah : Sebagai cleansing agent pada

tekstile, furniture, pembuatan sepatu, dan printing industri. • N-heksana juga

merupakan lem khusus yang digunakan pada atap dan sepatu (Yanti, 2019).

2.4 Perubahan entalpi

Entalpi larutan (pengenceran) adalah fungsi penting termodinamika dan

dapat digunakan secara efektif untuk karakterisasi sifat yang berbeda dari

molekul-molekul obat. Sebagai contoh, entalpi larutan telah digunakan untuk

menggambarkan bagian yang tidak terbentuk dalam bahan obat-obatan dan

menganalisis berbagai persyaratan energi interaksi obat-pelarut. Ada beberapa

yang ditujukan untuk mempelajari efek panas proses pembentukan inti untuk

mendapatkan informasi tentang stabilitas larutan farmasi. Selain itu, dalam

pendekatan empiris semi sastra diusulkan oleh Pitzer dan diterapkan oleh penulis

lain seperti Manin´s et al. Penggambaran panjang dan jarak pendek ini merupakan

interaksi garam dalam larutan. Pendekatan ini memberikan kesempatan untuk

mempertimbangkan data termokimia dalam kerangka model untuk jarak waktu


konsentrasi suhu dan menghitung seluruh kumpulan fungsi termodinamika.

Kelebihan larutan hanya didasarkan pada termokimia (Pirajan, 2011).

2.5 Suhu

Suhu adalah jumlah pendengaran jika dua benda berada pada suhu yang

sama mereka memiliki energi atau panas yang sama. Panas masuk dan

meninggalkan bahan yang berbeda dengan mudah, bahan yang berbeda juga

menahan panas atau menahan panas yang berbeda. Objek bisa menjadi lebih

panas daripada lingkungannya, suhu air bisa melebihi titik didih yang berarti

panas pada pertukaran panas. Panas adalah 'keadaan kuantitatif', sesuatu dalam

tubuh, logam menarik, menahan, atau menyerap konduktor dingin, mendengar

lebih lambat daripada isolator. Insulator melakukan panas dengan cepat dan

memanaskan daun sehingga isolator tidak merasakan isolator panas menyerapatau

memerangkap panas yang menghangatkan benda (Sozbilir, 2003).


BAB III
METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum Kimia Fisik I dengan judul “Termokimia” yang dilaksanakan

pada hari Rabu , 11 Desember 2019 pukul 13.00 WITA – selesai, bertempat di

Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu termometer, gelas

kimia 500 mL, stopwacth, tutup krus porselin, pipet tetes, statif, klem, pipet ukur

25mL, filler dan pemanas (hotplate).

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah N-heksana dan

aquades.

3.3 Prosedur Kerja

Diisi gelas kimia dengan air hingga kira-kira setengah penuh dan

diapungkan tutup krus porselin secara terbalik diatas permukaan air. Setelah itu

dipanaskan air hingga suhu 40 ᴼC dan atur sedemikian rupa agar suhu dapat

sekonstan mungkin (jangan melebihi 1ᴼC). Kemudian dengan menggunakan pipet

tetes, diletakkan 1 tetes N-heksana pada permukaan tutup krus dan diamati waktu
yang diperlukan untuk menguapkan cairan sampai tepat habis. Lalu ulangi

pekerjaan ini sampai tiga kali. Kemudian lakukan pekerjaan yang sama dengan

suhu yang diatur pada 40,45, 50, 55, 60, dan 65 ᴼC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 1.Penentuan kalor penguapan n-heksana


Suhu t1 t2 t3 tata-rata Suhu
No (sekon (sekon (sekon Log t 1/T
(0 C) (sekon) (0K)
) ) )
1 40 46,5 47,2 48,3 47,3 308 1,675 0,003247
2 45 36,8 36,96 37,07 36,94 313 1,567 0,003195
3 50 31,79 30,93 30,2 30,96 318 1,491 0,003145
4 55 27,15 28,41 29,1 28,22 323 1,451 0,003096
5 60 19,39 19,76 19,77 19,64 328 1,293 0,003049

4.2 Grafik Penetuan Kalor Penguapan N-Heksana

Grafik 1. Penentuan Kalor Penguapan N-Heksan

Plot log t terhadap 1/T


1.8

1.7
f(x) = 1789.64 x − 4.13
1.6 R² = 0.96

1.5

1.4 Y-Values
Log T

Linear (Y-Values)
1.3

1.2

1.1

1
0 0 0 0 0 0 0
1/T

4.3 Pembahasan

Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang merupakan bagian dari

termodinamika yang mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti

reaksi-reaksi kimia. Reaksi dalam termokimia terbagi menjadi reaksi eksoterm


dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari

sistem ke lingkungan sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap

kalor dari lingkungan ke sistem. Fokus bahasan dalam termokimia ini adalah

mengenai jumlah kalor yang dihasilkan oleh sejumlah reaksi serta cara

pengukuran kalor tersebut. Dalam percobaan ini, akan ditentukan kalor penguapan

suatu cairan C4H16 dalam proses penguapan.

Percobaan termokimia yang dilakukan ini mengalami eltalpi penguapan.

Dalam suatu proses penguapan terjadi pemutusan ikatan antara molekul-molekul

dari fase cair ke fase gas, energi yang diperlukan untuk itu disebut kalor

penguapan atau entalpi penguapan yang bergantung pada suhu, semakin tinggi

suhu pada lingkungan, maka akan mempercepat proses penguapan. Berdasarkan

percobaan yang telah dilakukan, yang dijadikan sampel yaitu N-Heksana (C4H16),

dimana cairan C4H16 diletakkan pada suatu tutup krus porselin, yang diapungkan

pada air dalam gelas kimia yang sedang dipanaskan pada suhu yang telah

ditentukan, suhu yang digunakan pada percobaan ini yaitu pada suhu 40 OC, 45 oC,

50 OC, 55OC, dan 60OC.

Percobaan ini dimulai pada suhu terendah. N-Heksana (C4H16) merupakan

salah satu contoh cairan volatil, yang memiliki karakteristik khas sebagai suatu

pelarut polar dan mudah menguap. Penguapan C4H16 termasuk reaksi endoterm

sebab dalam penguapannya energi dalam bentuk kalor dari lingkungan akan serap

dalam sistem. Selain itu, dengan adanya penyerapan kalor, maka secara otomatis

energi dalam akan bertambah serta gerakan molekulnya akan semakin meningkat.

Saat menentukan kalor penguapan dari C4H16, maka harus diperhatikan waktu
yang diperlukan oleh C4H16 untuk menguap. Penguapan cairan terjadi karena

cairan meninggalkan cairan. Molekul-molekul ini memiliki tenaga yang lebih

besar dari pada rata-rata cairan. Penguapan tidak terjadi secara terus menerus,

sebab sebagian dari uap akan kembali ke dalam cairan. Tekanan uap cairan

tergantung pada temperatur, semakin besar temperatur, maka semakin besar pula

tekanan uapnya dan mempunyai harga maksimal pada temperatur kritis.

Tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang

dibutuhkan oleh C4H16 untuk menguap sempurna pada suhu 40OC, 45oC, 50OC,

55OC, dan 60OC berturut-turut yaitu 47,3sekon, 36,44 sekon, 30,96 sekon, 28,22

sekon, 20,47 dan 19,64 sekon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu

air maka semakin mempercepat terjadinya penguapan, hal ini dikarenakan energi

ikatannya semakin cepat putus, sedangkan jika suhu pada lingkungan rendah,

maka C4H16 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguap, di karenakan

energi ikatannya yang semakin lama putus. Pada percobaan ini, diperoleh ∆Hv

positif, yang menunjukkan bahwa dalam perubahan terdapat penyerapan kalor dan

proses perubahan itu disebut proses endoterm, dimana terjadi penyerapan kalor

dari sistem ke lingkungan. ∆Hv rata-rata yang diperoleh dari C4H16 yaitu

8962,059 J/mol K.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah kalor penguapan N-

Heksana berdasarkan variasi suhu 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C, secara

brturut-turut adalah 9865,143 J/mol K, 9378,885 J/mol K, 9066,562 J/mol K,

8962,059 J/mol K dan 8962,059 J/mol K. Dengan rata-rata kalor penguapan

adalah 8962,059 J/mol K.

5.2 Saran

Saran pada percobaan ini yaitu jika tidak ada bahan yang akan

dipraktimkan, maka bisa cari bahan lain yang mempunyai sifat yang sama,

Contohnya, jika tidak ada karbon tetra klorida (CCl4) maka bisa menggunakan n-

heksana (C4H16).
DAFTAR PUSTAKA

Masnari. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head


Together (NHT) pada Materi Termokimia di Kelas XI IA-2 SMAN 8
Banda Aceh. Jurnal Media Inovasi Edukasi. 2(6).

Pirajan, J.C.M., Vanessa, S.G.C., dan Liliana, G.G. 2011. Thermodynamic and
Calorimetric Study of Acetylsalicylic Acid (Aspirin) and Ibuprofen.
Journal of Chemistry. 8(3).

Sozbilir, M. 2003. A Review of Selected Literature On Students Misconceptions


of Heat Temperature. Bogazici University Journal of Education. 20(1).

Tjahjono, H. 2014. Optimasi Pendinginan Eksternal pada Model Sungkup PWR-


1000 Menggunakan Metode Estimasi Analitik. Jurnal Teknologi Reaktor
Nukl. 16(2).

Yanti, A., Sri M., Nuni W., Bowo N., dan M.A. 2019. Optimalisasi Metode
Penentuan Kadar Etanol dan Metanol pada Minuman Keras Oplosan
Menggunakan Kromatografi Gas (KG). Indonesian Journal of Chemical
Science. 8(1).
LAMPIRAN

1.Analisis Data

Menghitungkalorpenguapann-heksanadalam kJ/mol

1. ∆Hv dapat diperoleh dengan menghitung ∆Hv masing-masing suhu dan

kemudian ditentukan ∆Hv rata-ratanya

1.1 Temperatur 40 °C

∆Hv1 = log t1 × 2,3RT

= 1,675 × 2,3 × 8,314 × 308

= 9865,143 J/mol K

1.2 Temperatur 45 °C

∆Hv2 = log t2 × 2,3RT

= 1,567 × 2,3 × 8,314 × 313

= 9378,885 J/mol K

1.3 Temperatur 50 °C

∆Hv3 = log t3 × 2,3RT

= 1,491 × 2,3 × 8,314 × 318

= 9066,562 J/mol K

1.4 Temperatur 55 °C

∆Hv4 = log t4 × 2,3RT

= 1,451 × 2,3 × 8,314 × 323

= 8962,059 J/mol K
1.5 Temperatur 60 °C

∆Hv5 = log t5 × 2,3RT

= 1,293 × 2,3 × 8,314 × 328

= 8962,059 J/mol K

1.6 Penentuan ∆Hv rata-rata

∆ H v 1+ ∆ H v 2+ ∆ H v 3+ ∆ H v 4+ ∆ H v 5
∆Hv(rata-rata) =
5

9865,143+9378,885+9066,562+8962,059+ 8109,802
=
5

= 9076,49 J/mol K

1.2 Penentuan ∆Hvberdasarkangrafik yang ada, makapersamaan :

1 −∆ Hv 1 ∆ Hv
log
t
=
2,3 RT
+ tetapan log
t
= 2,3 RT
−¿tetapan.

Dapat dianalogikan dengan persamaan regresi linear y = ax + b

∆ Hv 1
log t = × −¿ tetapan
2,3 RT T

∆ Hv 1
log t = −¿ tetapan + ×
2,3 RT T
∆ Hv 1
Misal : y = log t ; b = ; dan x =
2,3 RT T

∆ Hv
Dimana a adalah tetapan sehingga a =
2,3 RT

Berdasarkan grafik yang telah dibuat, dapat diperoleh nilai a (1774,9). Sehingga

nilai kalor penguapan n-heksana dapat dihitung dengan persamaan berikut :

∆ Hv = a× 2,3 R

= 1774,9 × 2,3 (8,314 J/mol K)

= 33939,99 J/mol K
= 33,93999 kJ/mol K

Jadi, kalor penguapan n-heksana yang didapatkan adalah 8962,059 J/mol K

ANALISIS DATA
4.2.1 Pengamatan CHCl3 pada suhu 40 oC

Dik : log t1 = 1,868938

R = 8,314 J/K

T1 = 313 K

Dit : ∆Hv1 = …..?

Penyelesaian :

∆Hv1 = logt1 x 2,3 RT1

∆Hv1 = 1,868938 x 2,3 x 8,314 x 313

∆Hv1 = 11.186,0585 J

∆Hv1 = 11.186.058,5 J KJ/ mol K

4.2.2 Pengamatan CHCl3 pada suhu 45 oC

Dik : log t2 = 1,715084

R = 8,314 J/K

T2 = 318 K

Dit : ∆Hv2 = …..?

Penyelesaian :

∆Hv2 = logt2 x 2,3 RT2

∆Hv2 = 1,715084x 2,3 x 8,314 x 318

∆Hv2 = 10.429,1850 J

∆Hv2 = 10.429.185 KJ/ mol K

4.2.3 Pengamatan CHCl3 pada suhu 50 oC


Dik : log t3 = 1,631849

R = 8,314 J/K

T3 = 323 K

Dit : ∆Hv3 = …..?

Penyelesaian :

∆Hv3 = logt3x 2,3 RT3

∆Hv3 = 1,631849 x 2,3 x 8,314 x 323

∆Hv3 = 10.079,0673 J

∆Hv3 = 10.079.067,3 KJ/ mol K

4.2.4 Pengamatan CHCl3 pada suhu 55 oC

Dik : log t4 = 1,557868

R = 8,314 J/K

T4 = 328 K

Dit : ∆Hv4 = …..?

Penyelesaian :

∆Hv4 = logt4 x 2,3 RT4

∆Hv4 = 1,557868x 2,3 x 8,314 x 328

∆Hv4 = 9.771,0752 J

∆Hv4 = 9.771.075,2 KJ/ mol K

4.2.5 Pengamatan CHCl3 pada suhu 60 oC

Dik : log t5 = 1,352568

R = 8,314 J/K
T5 = 333 K

Dit : ∆Hv5 = …..?

Penyelesaian :

∆Hv5 = logt5 x 2,3 RT5

∆Hv5 = 1,352568 x 2,3 x 8,314 x 328

∆Hv5 = 8.483,4168 J

∆Hv5 = 8.483.416,8 KJ/ mol K

4.2.5 ∆HvRata-rata

∆ Hv 1+∆ Hv 2+∆ Hv 3+ ∆ Hv 4
∆Hv rata-rata =
5

11.186 .058,5+10.429 .185+ 10.079.067,3+ 9.771.075,2+8.483 .416,8


5

= 9.989.760,56KJ/ mol K

Menghitung kalor penguapan CHCl3 dalam kJ/mol

Berdasarkan grafik yang ada, maka persamaan :

1 ΔH
log = − v + tetapan
t 2,3 RT

ΔH v
log t = − tetapan
2,3 RT

dapat dianalogikan dengan persamaan regresi linear y = bx + a


ΔH v 1
log t = x − tetapan
2,3 RT T

ΔHv 1
log t = − tetapan + x
2,3 RT T

Misal : log t = y

ΔH v
2,3 RT =b

1
T =x

tetapan = a

ΔΗ v
b=
sehingga, 2,3 RT

berdasarkan grafik yang telah dibuat, didapatkan nilai a dan b berturut-turut

2475,5 dan 6,0428.

Maka ΔΗv= b x 2,3 R

= 6,0428 x 2,3 (8,314 J/mol K)

= 115,5516 J/mol K

= 115.551,6 KJ/mol K

Jadi kalor penguapan CHCl3 yang didapatkan adalah 115.551,6 KJ/mol K.


Tabel 1 KalorPenguapanKloroform (CHCl3)
N Suhu t1(seko t2 t3 t́ (sekon suhu(oK 1/T (K1) log
o (oC) n) (sekon (sekon ) ) t
) )
1 40 74,32 73,71 75,82 73.95 313 0.00319 1.86893
5 8
2 45 52,14 51,75 51,78 51.89 318 0.00314 1.71508
5 4
3 50 43,36 43,87 43,30 42.84 323 0.00309 1.63184
6 9
4 55 36,50 36,12 35,79 36.13 328 0.00304 1.55786
9 8
5 60 21,91 22,86 22,81 22.52 333 0.00300 1.35256
3 8

4.2 Grafik Hubungan I/T dan log t

Grafik 1 Hubungan log t dengan 1/T


2

1.8 f(x) = 2475.5 x − 6.04


R² = 0.96
1.6
1.4
1.2

0.8

0.6

0.4
0.2

0
0 0 0 0 0 0 0

Termokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau

panas suatu zat yang menyertai suatu reaksi, perubahan keadaan dan pembentukan
larutan.Kalor reaksi adalah kalor yang diserap atau dilepaskan dalam reaksi..

Beberapa reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat diukur melalui suatu percobaan

di dalam laboratorium. Pengukuran kalor reaksi tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan alat yang disebut termometer. Termometer merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam suatu

proses tertentu.

Percobaan kali ini akan menentukan besarnya kalor penguapan zat cair

yang mudah menguap yakni kloroform CHCl3. Perlakuannya adalah dengan

meneteskan CHCl3 diatas tutup krus porselin yang diapungkan dalam gelas kimia

yang berisi air pada suhu tertentu. Klorofom adalah salah satu contoh cairan zat

yang mudah menguap (volatil), yang memiliki karakteristik khas sebagai suatu

pelarut polar dan mudah menguap. Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan

untuk menunjukan tentang termokimia adalah kloroform (CHCl 3) mudah

menguap karena tidak mampu membentuk ikatan hidrogen, sehingga titik

didihnya sangat rendah. Penguapan kloroform termasuk reaksi endoterm karena

dalam penguapannya energi dalam bentuk kalor dari lingkungan akan terserap

dalam sistem. Entalpi penguapan (∆Hv) adalah energi yang dibutuhkan dalam

proses penguapan ini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kalor penguapan suatu zat adalah

suhu. Sehingga dilakukan perlakuan temperatur yang bervariasi agar dapat

melihat bahwa suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kalor

penguapan. Energi sistem dapat diubah dengan cara yang berbeda dengan kerja itu

sendiri. Jika energi sistem berubah sebagai hasil perbedaan antara temperatur
sistem dan temperatur lingkungan, dapat dikatakan bahwa energi sudah

dipindahkan sebagai kalor. Penguapan membutuhkan kalor karena ketika

diuapkan, molekul–molekul yang memiliki energi akan terlepas yang akan

mengurangi energi rata–rata molekul yang tidak menguap. Akibatnya, akan terjadi

penurunan suhu.

Klorofom (CHCl3) sebagai sampel pengamatan yang merupakan sistem,

yang pertama kali diteteskan pada permukaan tutup krus porselin yang berada

diatas permukaan air yang dipanaskan pada suhu 40 oC kemudian berturut-turut

pada 45, 50, 55, dan 60 oC dengan menghitung waktu dari setiap penguapan yang

terjadi. Sistem merupakan bagian yang menjadi fokus perhatian, dengan

lingkungan sebagai bagian luar sistem yang mempengaruhi sistem, digunakan air

dalam gelas kimia. Pada proses penguapan ini terjadi pemutusan ikatan antara

molekul-molekul dalam fase uap dan energi yang diperlukan untuk itu disebut

kalor penguapan. Dari hasil pengamatan ini dapat ketahui bahwa temperatur (T)

berbanding terbalik dengan waktu (t) yang dibutuhkan sistem untuk menguap.

Kalor penguapan dari CHCl3 pada hasil pengamatan diperoleh sebesar 115.551,6

KJ/mol K. Sebelum menghitung besarnya kalor penguapan terlebih dahulu dibuat

suatu grafik yang menghubungkan log t dengan 1/T. Dan dari persamaan tersebut

diperoleh persamaan regresi linear, dengan demikian nilai b dapat diketahui

sehingga besarnya kalor penguapan dapat dihitung dengan rumus:

ΔHv = b x 2,3R. Dimana nilai b 6,0428 yang diperoleh dari garfik log terhadap

1/T sehingga kalor penguapan yang diperoleh dari CHCl3 adalah 115.551,6

KJ/mol K.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah kalor penguapan

kloroform (CHCl3) berdasarkan variasi suhu 40, 45, 50, 55, dan 60 °C secara

brturut-turut adalah 11.186.058,5 J KJ/ mol K, 10.429.185 KJ/ mol K,

10.079.067,3 KJ/ mol K, 9.771.075,2 KJ/ mol K dan8.483.416,8 KJ/ mol K.

Dengan rata-rata kalor penguapan adalah 9.989.760,56KJ/ mol K.

5.2 Saran

Saran dari percobaan ini agar fasilitas atau alat-alat yang terdapat pada

laboratorium agar dilengkapi sehingga para praktikan tidak kekurangan alat-alat

laboratorium ketika sedang melakukan suatu percobaan.

Anda mungkin juga menyukai