PERCOBAAN I
TERMOKIMIA
OLEH :
NAMA : AJINIA
KELOMPOK : AJINIA
MMMMMOleo, Kendari.
MARYANI
ABSTRAK
adalah ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan energi hubungan reaksi
kalor. Kalor adalah bentuk energi yang terjadi akibat adanya perubahan suhu.
Perubahan kalor suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu
yang terjadi. Jumlah kalor yang diserap atau dilepas suatu sistem sebanding
Secara umum sistem dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Sistem terbuka
pertukaran materi. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran
Kalor (heat) adalah energi yang ditrasnfer antara suatu sistem dan
sekelilingnya sebagai akibat dari perubahan suhu. Energi sebagai kalor, bergerak
dari benda yang lebih hangat (dengan suhu yang lebih tinggi) ke benda yang lebih
dingin (dengan suhu yang lebih rendah). Pada tingkat melekul, molekul-molekul
pada benda yang lebih hangat melalui benturan kehilangan energi kinetik dan
mengalihkannya ke benda yang lebih dingin. Transfer kalor tidak saja dapat
satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk mengurangi volume dari suatu
mengandung gizi. Semakin besar suhu pengeringan, maka proses penguapan air
pada banyak suhu yang harus diubah, kuantitas zat dan sifat zat (jenis atom atau
molekul). Kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu satu gram air
sebesar satu derajat celcius disebut kalori (kal) sedangkan kuantitas kalor yang
diperlukan untuk mengubah suhu suatu sistem sebesar satu derajat disebut
penguapan pada suatu larutan sampel. Sampel yang digunakan adalah karbon
dalam bentuk kalor dari lingkungan yang akan serap dalam sistem.
Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur dengan
alat yang bernama kalorimeter. Prinsip kerja kalorimeter adalah dengan cara
suhu dilingkungan meningkat. Jika suhu sitem turun maka dikatakan bahwa reaksi
tersebut eksoterm. Sedangkan jika suhu sistem naik maka dikatakan bahwa reaksi
tersbut endoterm. Sistem adalah bagian dari semesta yang merupakan fokus kajian
dan lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem yang bukan kajian. Aplikasi
dari termokimia adalah penggunaan termos air panas, dimana termos air panas
selalu menjaga kalor/panas dari sistem agar perpindahan kalor/panas dari sistem
ke lingkungan menjadi lambat dan air yang di dalam termos menjadi tetap panas.
lingkungannya. Sebagai contoh, sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah air
dalam wadah terbuka. Jika kita tutup botol tersebut sedemikian rupa sehingga
tidak ada uap air yang dapat lepas dari atau mengembun ke wadah maka kita
energi (kalor) tetapi bukan massanya. Dengan menempatkan air dalam wadah
yang disekat seluruhnya, maka kita membuat sistem terisolasi (isolated system)
heksana.
1.3 Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum ini yaitu penentuan kalor penguapan zat cair yang
bersifat volatil seperti N-heksana dengan melakukan pemanasan diatas tutup krus
porselin yang diapungkan diatas air dalam gelas kimia yang dipanaskan dengan
2.1 Termokimia
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas
suatu zat yang menyertai suatu reaksi disebut termokimia, jadi secara operasional
yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia. Fokus bahasan dalam termokimia
adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah pereaksi tertentu
dipermukaan ketika terdapat perbedaan konsentrasi uap air antara daerah dengan
permukaan dan daerah di posisi yang lebih jauh dibandingkan dengan pendidihan
yang juga merupakan peristiwa perubahan wujud. Dari air ke uap, penguapan
volume, karena setiap peristiwa perubahan wujud dari air ke uap selalu
membutuhkan kalor yang cukup besar, maka peristiwa penguapan juga akan
karbon dengan rumus molekul C6H Isomer heksana tidak reaktif dan digunakan
sebagai secara luas sebagai pelarut inert dalam reaksi organik karena heksana
bersifat sangat tidak polar. N-heksana dibuat dari hasil penyulingan minyak
mentah dimana untuk produk industrinya ialah fraksi yang mendidih pada suhu
lemak. Pemanfaatan n-heksana yang lainnya ialah : Sebagai cleansing agent pada
merupakan lem khusus yang digunakan pada atap dan sepatu (Yanti, 2019).
dapat digunakan secara efektif untuk karakterisasi sifat yang berbeda dari
yang ditujukan untuk mempelajari efek panas proses pembentukan inti untuk
pendekatan empiris semi sastra diusulkan oleh Pitzer dan diterapkan oleh penulis
lain seperti Manin´s et al. Penggambaran panjang dan jarak pendek ini merupakan
2.5 Suhu
Suhu adalah jumlah pendengaran jika dua benda berada pada suhu yang
sama mereka memiliki energi atau panas yang sama. Panas masuk dan
meninggalkan bahan yang berbeda dengan mudah, bahan yang berbeda juga
menahan panas atau menahan panas yang berbeda. Objek bisa menjadi lebih
panas daripada lingkungannya, suhu air bisa melebihi titik didih yang berarti
panas pada pertukaran panas. Panas adalah 'keadaan kuantitatif', sesuatu dalam
lebih lambat daripada isolator. Insulator melakukan panas dengan cepat dan
pada hari Rabu , 11 Desember 2019 pukul 13.00 WITA – selesai, bertempat di
3.2.1 Alat
kimia 500 mL, stopwacth, tutup krus porselin, pipet tetes, statif, klem, pipet ukur
3.2.2 Bahan
aquades.
Diisi gelas kimia dengan air hingga kira-kira setengah penuh dan
diapungkan tutup krus porselin secara terbalik diatas permukaan air. Setelah itu
dipanaskan air hingga suhu 40 ᴼC dan atur sedemikian rupa agar suhu dapat
tetes, diletakkan 1 tetes N-heksana pada permukaan tutup krus dan diamati waktu
yang diperlukan untuk menguapkan cairan sampai tepat habis. Lalu ulangi
pekerjaan ini sampai tiga kali. Kemudian lakukan pekerjaan yang sama dengan
suhu yang diatur pada 40,45, 50, 55, 60, dan 65 ᴼC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.7
f(x) = 1789.64 x − 4.13
1.6 R² = 0.96
1.5
1.4 Y-Values
Log T
Linear (Y-Values)
1.3
1.2
1.1
1
0 0 0 0 0 0 0
1/T
4.3 Pembahasan
kalor dari lingkungan ke sistem. Fokus bahasan dalam termokimia ini adalah
mengenai jumlah kalor yang dihasilkan oleh sejumlah reaksi serta cara
pengukuran kalor tersebut. Dalam percobaan ini, akan ditentukan kalor penguapan
dari fase cair ke fase gas, energi yang diperlukan untuk itu disebut kalor
penguapan atau entalpi penguapan yang bergantung pada suhu, semakin tinggi
percobaan yang telah dilakukan, yang dijadikan sampel yaitu N-Heksana (C4H16),
dimana cairan C4H16 diletakkan pada suatu tutup krus porselin, yang diapungkan
pada air dalam gelas kimia yang sedang dipanaskan pada suhu yang telah
ditentukan, suhu yang digunakan pada percobaan ini yaitu pada suhu 40 OC, 45 oC,
salah satu contoh cairan volatil, yang memiliki karakteristik khas sebagai suatu
pelarut polar dan mudah menguap. Penguapan C4H16 termasuk reaksi endoterm
sebab dalam penguapannya energi dalam bentuk kalor dari lingkungan akan serap
dalam sistem. Selain itu, dengan adanya penyerapan kalor, maka secara otomatis
energi dalam akan bertambah serta gerakan molekulnya akan semakin meningkat.
Saat menentukan kalor penguapan dari C4H16, maka harus diperhatikan waktu
yang diperlukan oleh C4H16 untuk menguap. Penguapan cairan terjadi karena
besar dari pada rata-rata cairan. Penguapan tidak terjadi secara terus menerus,
sebab sebagian dari uap akan kembali ke dalam cairan. Tekanan uap cairan
tergantung pada temperatur, semakin besar temperatur, maka semakin besar pula
dibutuhkan oleh C4H16 untuk menguap sempurna pada suhu 40OC, 45oC, 50OC,
55OC, dan 60OC berturut-turut yaitu 47,3sekon, 36,44 sekon, 30,96 sekon, 28,22
sekon, 20,47 dan 19,64 sekon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
air maka semakin mempercepat terjadinya penguapan, hal ini dikarenakan energi
ikatannya semakin cepat putus, sedangkan jika suhu pada lingkungan rendah,
maka C4H16 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguap, di karenakan
energi ikatannya yang semakin lama putus. Pada percobaan ini, diperoleh ∆Hv
positif, yang menunjukkan bahwa dalam perubahan terdapat penyerapan kalor dan
proses perubahan itu disebut proses endoterm, dimana terjadi penyerapan kalor
dari sistem ke lingkungan. ∆Hv rata-rata yang diperoleh dari C4H16 yaitu
8962,059 J/mol K.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Heksana berdasarkan variasi suhu 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C, secara
5.2 Saran
Saran pada percobaan ini yaitu jika tidak ada bahan yang akan
dipraktimkan, maka bisa cari bahan lain yang mempunyai sifat yang sama,
Contohnya, jika tidak ada karbon tetra klorida (CCl4) maka bisa menggunakan n-
heksana (C4H16).
DAFTAR PUSTAKA
Pirajan, J.C.M., Vanessa, S.G.C., dan Liliana, G.G. 2011. Thermodynamic and
Calorimetric Study of Acetylsalicylic Acid (Aspirin) and Ibuprofen.
Journal of Chemistry. 8(3).
Yanti, A., Sri M., Nuni W., Bowo N., dan M.A. 2019. Optimalisasi Metode
Penentuan Kadar Etanol dan Metanol pada Minuman Keras Oplosan
Menggunakan Kromatografi Gas (KG). Indonesian Journal of Chemical
Science. 8(1).
LAMPIRAN
1.Analisis Data
Menghitungkalorpenguapann-heksanadalam kJ/mol
1.1 Temperatur 40 °C
= 9865,143 J/mol K
1.2 Temperatur 45 °C
= 9378,885 J/mol K
1.3 Temperatur 50 °C
= 9066,562 J/mol K
1.4 Temperatur 55 °C
= 8962,059 J/mol K
1.5 Temperatur 60 °C
= 8962,059 J/mol K
∆ H v 1+ ∆ H v 2+ ∆ H v 3+ ∆ H v 4+ ∆ H v 5
∆Hv(rata-rata) =
5
9865,143+9378,885+9066,562+8962,059+ 8109,802
=
5
= 9076,49 J/mol K
1 −∆ Hv 1 ∆ Hv
log
t
=
2,3 RT
+ tetapan log
t
= 2,3 RT
−¿tetapan.
∆ Hv 1
log t = × −¿ tetapan
2,3 RT T
∆ Hv 1
log t = −¿ tetapan + ×
2,3 RT T
∆ Hv 1
Misal : y = log t ; b = ; dan x =
2,3 RT T
∆ Hv
Dimana a adalah tetapan sehingga a =
2,3 RT
Berdasarkan grafik yang telah dibuat, dapat diperoleh nilai a (1774,9). Sehingga
∆ Hv = a× 2,3 R
= 33939,99 J/mol K
= 33,93999 kJ/mol K
ANALISIS DATA
4.2.1 Pengamatan CHCl3 pada suhu 40 oC
R = 8,314 J/K
T1 = 313 K
Penyelesaian :
∆Hv1 = 11.186,0585 J
R = 8,314 J/K
T2 = 318 K
Penyelesaian :
∆Hv2 = 10.429,1850 J
R = 8,314 J/K
T3 = 323 K
Penyelesaian :
∆Hv3 = 10.079,0673 J
R = 8,314 J/K
T4 = 328 K
Penyelesaian :
∆Hv4 = 9.771,0752 J
R = 8,314 J/K
T5 = 333 K
Penyelesaian :
∆Hv5 = 8.483,4168 J
4.2.5 ∆HvRata-rata
∆ Hv 1+∆ Hv 2+∆ Hv 3+ ∆ Hv 4
∆Hv rata-rata =
5
= 9.989.760,56KJ/ mol K
1 ΔH
log = − v + tetapan
t 2,3 RT
ΔH v
log t = − tetapan
2,3 RT
ΔHv 1
log t = − tetapan + x
2,3 RT T
Misal : log t = y
ΔH v
2,3 RT =b
1
T =x
tetapan = a
ΔΗ v
b=
sehingga, 2,3 RT
= 115,5516 J/mol K
= 115.551,6 KJ/mol K
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0 0 0 0 0 0
panas suatu zat yang menyertai suatu reaksi, perubahan keadaan dan pembentukan
larutan.Kalor reaksi adalah kalor yang diserap atau dilepaskan dalam reaksi..
Beberapa reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat diukur melalui suatu percobaan
digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam suatu
proses tertentu.
Percobaan kali ini akan menentukan besarnya kalor penguapan zat cair
meneteskan CHCl3 diatas tutup krus porselin yang diapungkan dalam gelas kimia
yang berisi air pada suhu tertentu. Klorofom adalah salah satu contoh cairan zat
yang mudah menguap (volatil), yang memiliki karakteristik khas sebagai suatu
pelarut polar dan mudah menguap. Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan
dalam penguapannya energi dalam bentuk kalor dari lingkungan akan terserap
dalam sistem. Entalpi penguapan (∆Hv) adalah energi yang dibutuhkan dalam
Salah satu faktor yang mempengaruhi kalor penguapan suatu zat adalah
melihat bahwa suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kalor
penguapan. Energi sistem dapat diubah dengan cara yang berbeda dengan kerja itu
sendiri. Jika energi sistem berubah sebagai hasil perbedaan antara temperatur
sistem dan temperatur lingkungan, dapat dikatakan bahwa energi sudah
mengurangi energi rata–rata molekul yang tidak menguap. Akibatnya, akan terjadi
penurunan suhu.
yang pertama kali diteteskan pada permukaan tutup krus porselin yang berada
pada 45, 50, 55, dan 60 oC dengan menghitung waktu dari setiap penguapan yang
lingkungan sebagai bagian luar sistem yang mempengaruhi sistem, digunakan air
dalam gelas kimia. Pada proses penguapan ini terjadi pemutusan ikatan antara
molekul-molekul dalam fase uap dan energi yang diperlukan untuk itu disebut
kalor penguapan. Dari hasil pengamatan ini dapat ketahui bahwa temperatur (T)
berbanding terbalik dengan waktu (t) yang dibutuhkan sistem untuk menguap.
Kalor penguapan dari CHCl3 pada hasil pengamatan diperoleh sebesar 115.551,6
suatu grafik yang menghubungkan log t dengan 1/T. Dan dari persamaan tersebut
ΔHv = b x 2,3R. Dimana nilai b 6,0428 yang diperoleh dari garfik log terhadap
1/T sehingga kalor penguapan yang diperoleh dari CHCl3 adalah 115.551,6
KJ/mol K.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kloroform (CHCl3) berdasarkan variasi suhu 40, 45, 50, 55, dan 60 °C secara
5.2 Saran
Saran dari percobaan ini agar fasilitas atau alat-alat yang terdapat pada