Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Dasar dengan judul “TERMOKKIMIA”


Disusun oleh :
nama : Nur Arida
NIM : 1913041015
kelas/kelompok : Pendidikan Kimia A/ 4
telah dan dikoreksi secara saksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, September 2019


Koordinator Asisten Asisten

Abdul Rahman Novia Sanriliani Maluegha, S.Pd


NIM:1613142002

Mengetahui,
DOsen penanggung Jawab

Munawwarah, S.Pd.M.Pd
NIM:19930533312019032019
A. JUDUL PERCOBAAN
Termokimia

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari perubahan energi yang terjadi pada setiap reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mempelajari perubahan kalor yang diukur melalui percobaan
sederhana.

C. LANDASAN TEORI
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami
perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi
termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering mengatakan “”aliran
kalor” dari benda panas ke benda dingin walaupun “ kalor” itu sendiri
mengandung arti perpindahan energi, kita biasanya menyebut “kalor diserap “
atau “kalor dibebaskan“ ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi
dalam proses tersebut. Ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia disebut termokimia (thermochemistry) (Chang, 2005:161).
Menurut sejarah, kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu
atau gram air sebesar satu derajat celcius disebut kalori (kal) kalori adalah suatu
energi yang kecil, dan satuan kilokalori (kkal) juga digunakan secara luas. Satuan
SI untuk kalor adalah satuan SI untuk energi, atau joule.
1 kal = 4,184 J
Kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu sistem sebesar satu
derajat disebut kapasitas kalor (heat capacity) sistem tersebut. Jika sistem adalah
suatu mol zat, digunakan istiklah kapasitas kalor molar. Jika sistem adalah satu
gram zat, istilah yang digunakan adalah kapasistas kalor spesifik, atau lebih lazim
disebut kalor spesifik . kalor spesifik suatu zat bergantuyng pada suhu (Petrucci,
2011: 224)
Untuk menganalisi perubahan energi yang berkaitan dengan reaksi kimia
kita pertama-tama harus ,mendefinisikan sistem. Atau bagian tertentu dari alam
yang menjadi perhatian kita untuk kimiawan, setelah biasanya mencakup za-zat
yang terklibat dalam perubahan kimia dan fisika. Sebagai contoh, dalam suatu
percobaan penetralan asam basa, sistem dapat berupa gelas kimia yang
mengandung 50 ml HCl yang kedalamnya ditanbahkan 50 ml NAOH. Sisa alam
yang berada diluar sistem, disebut lingkungan (chang,2005:161).
Terdapat 3 jenis sistem. Sistem terbuka dapat mempertukarkan massa dan
energi dengan lingkungannya. Sebagai contoh, sistem terbuka dapat terdiri dari
sejumlah air dalam wadah terbuka jika kita tutup botol itu, sedemikian rupa
hingga tidak ada uap air yang dapat dari atau mengembun kebawah wadah maka
kita menciptakan system tertutup. Yang memungkinkan perpindahan energi tetapi
bukan massanya. Yang disekat seluruhnya, maka membuat sistem terisolasi, yang
tidak memungkinkan perpindahan massa maupun energi (Chang, 2005:161)
Dua istilah banyak digunakan berkaitan dengan kalor reaksi adalah reaksi
eksotermik dan reaksi endotermik. Reaksi eksotermik (exothermic reaction)
adalah reaksi yang menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem terisolasi, atau
sistem tidak terisolasi, memberikan kalor kesekeliling. Untuk reaksi eksotermik,
kalor reaksi mempunyai kuantitas negatif (qreaksi ˂ 0). Dalam reaksi endotermik
(endothermic reaction), situasinya adalah suhu turun dalam sistem terisolasi atau
memperoleh kalor dari sekeliling pada sistem tidak terisolasi. Dalam kasus ini,
kalor reaksi kuantitas positif (qreaksi ˃ 0). Kalor reaksi ditentukan melalui
percobaan dalam suatu kalorimeter, yaitu peranti untuk mengukur kuantitas
kalor (Petrucci, 2011: 228).
pada proses peleburan dalam pembuatan feronikel sehingga mengoksidasi
karbon menjadi gas CO2.
C(s) + O2(g) → CO2(g)
∆H = -394 kJ
Reaksi ini sangat eksoterm (menghasilkan panas), sehingga panas yang
dibebaskan akan menaikan suhu bagian bawah tanur sampai mencapai 1.600oC.
Kemudian gas CO2 bergerak naik dan bereaksi lagi dengan kokas menjadi CO.
CO2(g) C(s) 2CO(g)
∆ H =+ 173 kJ
Reaksi yang terjadi adalah endoterm (memerlukan panas). Gas CO yang
terbentuk ini akan mereduksi kembali kalsin bijih nikel dan sisa gas CO dan CO2
yang tidak sempat mereduksi dan tereduksi akan keluar sebagai gas tanur
listrik bersama gas-gas yang lainnya (Tarumingkeng, 2016 : 162)
Termokimia adalah bagian dari pembahasan yang lebih luas yang disebut
termodinamika (thermodynamics).Yaitu ilmu yang mempelajari perubahan antara
kalor dan bentuk-bentuk energi yang lain. Hukum-hukum termodinamika
menyediakan panduan yang berguna untuk pemahaman energetika dan arah
proses. Dalam termodinamika, kita mempelajari perubahan-perubaha dalam
kadaan sistem (state a sytem), yang didefinisikan sebagai nilai-nilai semua sifat
makroskopis yang relevan seperti susunan energi, suhu, tekanan, dan volume.
Energi, tekanan, volume, dan, suhu dikatakan sebagai fungsi keadaan ( state
function ) sifat-sifat yang ditentukan oleh keadaan sistem bagaimana keadaan
tersebut dicapai. Dengan kata lain, ketika keadaan suatu sistem berubah, besar
perubahan dalam setiap fungsi keadaan hanya bergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir sistem bergantung bagaimana perubahan itu dilakukan (Chang,
2005:162-163).
hukum termodinamika pertama yang didasarkan pada hukum kekekalan
energi,menyatakan bahwa energi dapat diubah dari satu kebentuk yang lain,tetapi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan (Chang, 2005:163).
Panas dan kerja, keduanya adalah bentuk perpindahan energi kedalam atau
keluar sistem, maka dapat dibayangkan sebagai energi dalam keadaan
singgah.Jika perubahan energi disebabkan kontak mekanik sistem dengan
lingkungannya,maka kerja dilakukan : jika perubahan itu disebabkan ileh kontak
kalor(menyebabkan perubahan suhu, maka kalor dipindahkan. Dalam banyak
proses,kalor dan keduanya menembus batas sistem, dan perubahan energi dalam
sistem adalah jumlah dari kontribusi itu. Pernyataan ini disebut hukum pertama
yang mempunyai rumus matematika : E = q + w Suatu sistem dapat dibayangkan
mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan kalor keduanya mengacu bukan
pada keadaan sistem, tetapi pada proses yang mengubah suatu keadaan-keadaan
lainnya. Perubahan keadaan yang sama dari sistem dapat dilakukan dengan
memindahkan kalor ke sistem tanpa melakukankerja sehingga : E = w + w.
Karena q dan w tergantung pada proses tertentu atau(lintasan) yang
menghubungkan keadaan, maka mereka bukanlah fungsi keadaan (Oxtoby, 2001:
197).
Perpindahan suhu adalah proses perpindahan dari suhu yang tinggi ke suhu
yang rendah. Pada penelitian ini digunakan 200 ml air dengan suhu awal 67ºC-
68ºC yang dimasukkan kedalam gelas dengan bahan yang berbeda dan dihitung
proses perpindahan panasnya selama 5 menit sekali. Pada percobaan dengan
menggunakan gelas berbahan kaca, rata-rata penurunan suhu yang cepat yaitu
sebesar 8ºC , yaitu pada suhu awal sebesar 68ºC terukur selama 5 menit berkurang
menjadi 60ºC. Akan tetapi, ketika suhu mulai mendekati suhu kamar, kelajuan
penurunan suhunya melambat. Pada perlakuan menggunakan gelas alumunium,
didapat kelajuan penurunan suhu lebih kecil dari gelas kaca yaitu sebesar 5ºC,
dimana yang suhu awalnya 68ºC setelah didiamkan selama 5 menit suhunya
berkurang menjadi 63ºC, akan tetapi, ketika suhu mulai mendekati suhu kamar,
rata-rata penurunan suhunya melambat jika dibandingkan dengan gelas kaca. Pada
percobaan dengan menggunakan gelas plastik, didapat kelajuan penurunan sebesar
7ºC, dimana yang suhu awalnya 67ºC dan setelah didiamkan selama 5 menit
suhunya berkurang menjadi 60ºC, akan tetapi, ketika suhu mulai mendekati suhu
kamar, kelajuan penurunan suhunya semakin melambat seperti pada percobaan
yang lainnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kelajuan
penurunan suhu pada menit pertama pada gelas dengan bahan yang berbeda yaitu
karena sifat konduktifitas dari masing-masing bahan berbeda.
Data eksperimen untuk membahas perilaku diskrit perpindahan panas dari
pipat panas dengan pipa tembaga ditunjukan pada gambar 11 dan 12. Pada gambar
11 ditemukan bahwa perubahan suhu permukaan distribusi dipipat panas terdekat
yang merupakan sumber panas adalah lemah daripada bagian akhir yang berada
dibawah kondisi eksperime yang sama. Gambar 12 menunjukan bahwa diskrit
distribusi temperature pada pipoat panas ditengah lapangan memiliki suhu
rendah (Ching Thing,2011:962).
Jumlah perubahan kalor sebagai reaksi kimia dapat diukur dalam suatu
kalorimeter (yang diukur adalah temperatur). Kalorimeter terdiri dari suatu tabung
yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada pertukaran atau pertukaran atau
perpindahan kalor dengan sekelilingnya, dan kalau pun ada pertukaran kalor harus
sekecil mungkin sehingga dapat diabaika (Tim dosen, 2019:24).
Kalorimeter dipergunakan untuk mengukur perubahan panas yang terjadi
pada reaksi kimia umumnya reaksi dilakukan pada suatu tempat yang disoler.
Perubahan temperature diukkur dengan termometer yang sensitif. Hasil perkalian
antara kenaikan temperatu dan kapasitas panas total dari air dan kalorimeter, yang
merupakan ukuran dari bpanas yang terjadi (Respati, 1992:187)
Perlu diperhatikan bahwa ada pertukaran kalor antara kalorimeter dngan
isinya, sehingga perlu mnera kalorimeter (yaitu menentukan kalor yang diserap
oleh kalorimeter) seteliti mungkin. Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk
menaikan suhu sebesar satu derajat disebut tetapan kalorimeter, salah satu cara
untuk menentukan tetapan calorimeter dengan mencampurkan air dingin (masa
M1 dan suhu T1 ) dengan air panas didalam kalorimeter yeng akan ditentukan
tetapannya ( Tim dosen, 2019 : 25)

D.Alat dan Bahan


1. Alat
a. Kalorimeter (2 buah)
b. Termometer (3 buah)
c. Gelas ukur 250 mL (1 buah)
d. Gelas ukur 25 Ml (1 buah)
e. Pembakar spiritus (1 buah)
f. Corong (1 buah)
g. Gelas kimia 100 mL (1 buah)
h. Pipet tetes (4 buah)
i. Lap kasar (1 buah)
j. Lap halus (1 buah)
k. Korek (1 buah)
l. Tisu (1 buah)
2. Bahan
a. Aquades
b. Natrium Hidroksida (NaOH) 2M
c. Asam Klorida (HCl) 2M

E. Prosedur Kerja
1 Penentuan tetapan kalorimeter.
a. 20 mL air dimasukkan ke dalam kalorimeter. Kemudian ukur
temperaturnya dengan menggunakan termometer. Catat temperaturnya.
b. 20 mL air dimasukkan lagi ke dalam gelas kimia kemudian panaskan
sampai kira-kira 10 derajat di atas temperatur kamar. Catat temperaturnya.
c. Air panas kemudian dicampurkan ke dalam kalorimeter, aduk dengan
cepat dan amati temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu satu
menit setelah pencampuran.
d. Dibuat kurva pengamatan temperatur terhadap selang waktu, untuk
menentukan harga penurunan temperatur air panas dan penaikan temperatur air
dingin.
e. Hitung tetapan kalorimeter.
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH.
a. 20 mL HCl 2 M dimasukkan ke dalam kalorimeter. Catat temperaturnya.
b. 20 mL NaOH 2 M diukur ke dalam kalorimeter. Catat temperaturnya
(diatur sedemikian rupa sehingga temperatur NaOH sama dengan temperatur
HCl).
c. Larutan NaOH dicampurkan ke dalam kalorimeter, catat temperatur
campuran selama 5 menit dengan selang waktu setengah menit.
d. Buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi
tersebut.
e. Hitung ∆H penetralan jika kerapatan larutan = 1,03 gr/mL dan kalor
jenisnya 3,96 J/grK.

D. Hasil Pengamatan
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Temperatur awal 20 mL air4 dingin = 29oC = 302 K
Temperatur 20 mL air setelah dipanaskan = 35oC = 308 K
Tabel 1. Perubahan suhu campuran terhadap perubahan waktu

waktu (menit) Temperatur (0C) Temperatur (K)

000 00: 00 320C 305


01:00 320C 305
02:00 330C 306
03:00 330C 306
04:00 330C 306
05:00 350C 308
06:00 350C 308
07:00 350C 308
08:00 350C 308
09:00 350C 308
10:00 350C 308
2. Penentuan kalor penetralan HCL dan NaOH
Temperatur 20 Ml HCl 2 M = 30oC = 303 K
Temperatur 20 Ml NaOH 2 M = 30oC = 303 K
Tabel 2. Perubahan suhu campuran terhadap perubahan waktu
Selang Waktu (detik) Temperatur (0C) Temperatur (K)
0 30 303
30 33 306
60 33 306
90 33 306
120 33 306
150 33 306
180 33.5 306,5
210 34 307
240 34 307
270 34 307
300 34 307

G.Analisis Data

1. Penentuan tetapan Kalorimeter


Diketahui:
Volume aquades panas = 20 mL
Volume aquades dingin = 20 mL
Massa jenis aquades = 1 gr/mL
Suhu air dingin = 29°C = 303 K
Suhu air panas = 35°C = 308 K
Suhu campuran = 34°C = 307 K
Kalor jenis aquades = 4,2 Joule/grK
Ditanyakan: Tetapan kalorimeter = .... ?
Penyelesaian:
a. m aquades dingin = V aquades dingin × massa jenis aquades
= 20 mL × 1 gr/mL
= 20 gram
b. m aquades panas = V aquades panas × massa jenis aquades
= 20 mL × 1 gr/mL
= 20 gram
c. penaikan temperatur air dingin
∆T1 = suhu kostan suhu - aquades dingin
= 307 K – 302 K
=5K
q1 = massa aquades dingin × kalor jenis aquades × ∆T1
= 20 g × 4,2 J/grK × (5) K
= 420 Joule
d. penurunan temperature air panas
∆T2 = suhu air panas- suhu campuran
= 308 - 307
=1K
q2 = massa aquades panas × kalor jenis aquades × ∆T1
= 20 g × 4,2 J/grK × 1 K
= 84 Joule
Kalor yang diterima kalorimeter
q3 = q2 – q1
=84 - 420Joule
= -336 Joule
e. Tetapan Kalorimeter (K)
q3
K =
∆t
−336 J
K =
5K
K = −67,2J/K ( Menunjukan kalorimeter melepas kalor)

GRAFIK TETAPAN KALORIMETER


36
35
TEMPERATUR (T)

34
33
32
31
30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
WAKTU (t)

2. Penentuan kalor penetralan HCl-NaOH


Diketahui:
Kerapatan larutan = 1,03 g/mL
Kalor jenis larutan = 3,96 J/grK
Volume NaOH = 20 mL
Volume HCl = 20 mL
Volume larutan = 20 mL + 20 mL = 40 mL
Massa larutan = 40 mL × 1,03 gr/mL= 41,2 gram
Suhu NaOH = 30°C =303 K
Suhu HCl = 30 °C = 303 K
Suhu Campuran = 306,13 K
Ditanyakan: Kalor penetralan HCl-NaOH = .....?
Penyelesaian.
a. Penaikan temperature
∆T3 =Tcampuran – Tmula-mula
= 306,13K- 303J
= 3,13 K
b. Massa Larutan = V x kerapatan larutan
= 40 × 1,03
= 41,2 gram
c. Mol NACl = M. V
= 2 × 0,02mL
= 0,04 mol
d. Reaksi penetralan
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 0,04 mol 0,04 mmol - -
n reaksi = 0,04 mmol 0,04 mmol 0,04 mmol 0,04 mmol
n sisa = - - 0,04 mmol 0,04 mmol
e. Kalor yang diserap
q4 = m.c.ΔT3
= 41,2 g ×v 3,96 J/grK × 3,13K
= 510,66 J
f. Kalor yang diserap kalorimter
q5 = K × ΔT3
= -67,2 J/K × 3,13K
= -210,336 J
g. Kalor yang dihasilkan reaksi
q6 = q4 + q5
=510,66 J + (-210,336) J
=300,324 J
Kalor penetralan
q6
∆Hn =
mol NaCl
300,324 J
∆Hn =
0,04mol
∆Hn 7.508,1 J/mol

KURVA PENETRALAN HCL DAN NAOH


35
34
TEMPERATUR (T)

33
32
31
30
29
28
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
WAKTU (S)

H. PEMBAHASAN
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia. Kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda. Dimana, perpindahan energi terjadi
dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah. Dalam termokimia, dikenal yang
namanya system dan lingkungan. System adalah bagian tertentu yang menjadi
pusat perhatian kita, sedangkan lingkungan adalah bagian diluar sistem yang
dapat, mempengaruhi sistem.
Reaksi endoterem adalah reaksi yang disertai perpindahan kalor
dari lingkungan ke sistem (kalor yang diserap oleh system dari lingkungan)
yang ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan disekitar sistem,
sedangkan reaksi eksoterem adalah reaksi yang disertai perpindahan kalor dari
sistem ke lingkungan (kalor yang dilepaskan sistem ke lingkungannya)
ditandai dengan adanya kenaikan suhu di lingkungsn sekitar sistem.
Jumlah poperubahan kalor sebagai reaksi kimia dapat diukur dalam
suatu kalorimeter’ yaitu suatu tabung yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak ada pertukaran atau perpindahan kalor dengan sekelilingnya. Jumlah
kalor yang diserap oleh calorimeter.
Kegiatan yang dilakukan pada percobaan ini ada dua yaitu
penentuan tetapan calorimeter dan ppenentuan kalor penetralan HCL dan
NAOH. Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari perubahan energi
pada reaksi kimia dan mempelajari perubahan kalor yang diukur melalui
percobaan sederhana.
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu penentuan tetapan
kalorimeter. Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan tetapan
kalorimeter dan tercapainya kesamaan temperature dari dua benda yang
suhunya berbeda saat bercampur sesuai dengan asas black yaitu Qlepas = Qterima .
sedangkan prinsip kerja percobaan ini yaitu pemanasan, pencampuran,
pengadukan dan pengamatan. Dimana pertama yang yang dilakukan adalah
mengukur air sebanyak 20 ml dengan gelas ukur yang dimasukan kedalam
calorimeter,, dan temperaturnya dicatat. Setelah itu panaskan air dari gelas
kimia hingga mencapai suhu 10 °C diatas temperature kamar . barulah air
yang telah dipanaskan dicampur kedalan calorimeter yang berisi air dingin
kemudian diaduk dan dicatat temperaturnya selama 10 menit dengan selang
waktu 1 menit. Pada tahap memasukan air kedalam calorimeter seharusnya
kita menggunakan buuret, namun pada saat percobaan tidak ada buret
sehingga digunakan gelas ukur sebagai pengganti buret.
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu
suhu awal air dingin yaitu 29 °C dan suhu air panas 35 °C, setelah air panas
dan air dingin dicampurkan dalam calorimeter terjadi penutrunan temperature
air panas dan penaikan temperature air dingin menjadi 35°C. Kemudian
diaduk-aduk hingga 10 menit terjadi kenaikan suhu yang awalnya 32 °C
menjadi 33°C pada menit ke 2 hingga menit ke-4, kemudian naik lagi menjadi
35 °C pada menit ke-5 hingga menit ke-10. Berdasarkan teori yaitu prinsip
dasar asas black suhucampuran seharusnya turun dari awal sesui dengan asas
black “Qlepas -Qterima “ Dimana terjadi pelepasan kalor dari suhu tinggi ke suhu
rendah agar kalor tersebar merata dan tercapai kesetimnmbangan kalor.
Ketidaksesuaina ini ternyata dipengaruhi ketelitian praktikan dalam mencatat
waktu dan suhu. Alat calorimeter yang kurang baik dimana seharusnya alat
calorimeter tertutup rapat sehingga tidak trjadi perpindahan kalor, namun pada
saat praktikum tidak ada penyumbat sehingga calorimeter dibiarkan terbuka.
Factor lain yaitu pengaruh thermometer yang mungkin tersentuh oleh kulit
sehingga suhu badan ikut dalam pengamatan,pengadukan yang bkurang dan
tidak berlangsung continue, dan lain sebagainya.
Adapun hasil analisis data yang diperoleh yaitu pada awalnya suhu
air dingin = 29°C atau sama dengan 302 K, suhu air panas =35°C atau 307 K
penurunan temperature air panas yaitu 1K dan penaikan temperature air dingin
yaitu 5K. sehingga diperoleh kalor yang diserap air dingin adalah 470 J.
jumlahbkalor ini sesuai dengan reaksi eksoterem yaitu reaksi yang melibatkan
pelepasan kalor memiliki nilai ∆H = (-). Kalor yang diterima oleh calorimeter
adalah -336 J dan diperoleh tetapan kalorimeter sebesar -67,J/K.
Percoban kedua yang dilakukan yaitu penentuan kalor penetralah
HCL dan NAOH. Adapu prinsip dasar percobaan ini yaitu penentuan
perubahan entalpi penetralan dan tercapainya kesamaan temperature
pencampuran HCL dan NAOH yaitu :
HCl(aq)+ NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Adapun prinsip kerja percobaan ini yaitu pengukuran temperature dan
pencampuran dua zat pada kalorimeter yang telah ditentukan tetapannya.
Dimana langkah pertama yang dilakukan adalah memasukan 20 ml HCl 2M
kedalam kalorimeter, kemudian mengukur 20 Ml NAOH 2M kedalam
calorimeter dari gelas ukur lalu dimasukan kedalam calorimeter yang berisi 20
ml HCl 2M. diamati temperaturnya selama 5 menit dengan selang waktu
setengah menit.
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu tempratur awal
kedua larutan yairtu 30°C, setelah dilakukan pencampuran HCl dan NAOH
dalam calorimeter terjadi perubahan suhu yakni larutan hasil hasil
pencampuran mengalami kenaikan suhu dari suhu awal yaitu 30°C menjadi
33°C pada waktu 30 detik – 02:30, kemudian meningkat lagi menjadi 33.5°C
pada waktu 03:00 dan terjadi peningkatan konstan pada waktu 03:30-05:00
menjadi 34°C. peningkatan suhu ini terjadi karena pada saat reaksi, terjadi
pelepasan kalor (reaksi eksoterem). Kalor yang dilepaskan oleh system reaksi
(NAOH dan HCl) diserap oleh lingkungan, pelarut dan material lain.
Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukan oleh kenaikan suhu.
Adapun hasil analisis data yang diperoleh yaitu kalor yang diserap
(Q4) adalah 510,66 J. kalor yang diserap kalorimeter (Q2) adalah -210,336 J.
kalor yang dihasilkan reaksi adalah 300,324 J. dan kalor penetralan (∆Hn)
adalah 7508.1 J.mol-1

E.KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. pada percobaan mempelajari perubahan energy yang terjadi pada setiap
reaksi kimia dapat disimpulkan bahwa setiap reaksi akan selalu disertai
dengan perubahan energi dan perubahan energy dilihat dari perubahan suhu
yang terjadi.
b. pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perpindahan energi terjadi
dari suhu yang lebihtinggi ke suhubyang lebih rendah.
c. pada percobaan mempelajari perubahankalor penetralan HCl dan NAOH,
dapat disimpulkan bahwa setiap reaksi akan selalu disertai dengan perubahan
energi danj perubahan energi dilihat dari perubahan suhu yang terjadi.
d. percobaan penentuan kalor penetralan HCl dan NAOH merupakan salah
satu contoh reaksi eksoterem karena dalam reaksinya terjadi pelepasan kalor
dimana kalor nerpindah dari system ke lingkungan yang ditandai dengan
adanya kenaikan suhu.

2. saran
Sebaiknya dilakukan pengecekan alat-alat laboratorium sebelum praktikum,
sehingga apabila ada alat yang rusak mau[pun hilang dapat diganti dengan yang
baru, sepertin kalorimeter dan buret. Sebaiknya juga pada saat praktikum,
praktikan lebih tenang dan tidak rebut.

Daftar pustaka
Chang, Raymond. 2005. Jilid Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti jilid ketiga .
Jakarta: Erlangga

Petrucci, dkk. 2011. Prinsip-prinsip dan aplikasi modern edisi ke 9 jilid. Jakarta:
Erlangga

Oxtoby,dkk. 2001. Prinsip-prinsip kimia modern edisi keempat jilid 1. Jakarta :


Erlangga.

Respati, 1992. Dasar-dasar ilmu kimia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Supu, Idawati. Dkk. 2016. Pengaruh suhu terhadap perpindahan panas pada
material yang berbeda . Jurnal Dinamika : vol.07/2087-7889

Terumingkeng, Sthephanie, dkk. 2016. Termodinamika dalam memahami proses


pengolahgan mineral. V0l. V/2476-9398.

Ting, Chen. Ching, Chien. Chin Chen. 2011. Experimental analysis of heat
transfer behavior inside heat pipe integrated with cooling plates. Journal
Engineering : 959-964.

Anda mungkin juga menyukai