Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH FISIKA MEDIK

KALORIMETER

OLEH

Citra Saskia Masri


1018011048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


PERSIAPAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010/2011
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum kekekalan energi menyatakan energi didak dapat dimusnahkan dan dapat
diciptakan melainkan hanya dapt diubah dari satu bentuk kebentuk lain.di alam ini bnayak
terdapat energi seperti energi listri,energi kalor,energi bunyi,namum energi kalor hanya dapat
dirasakan seperti panas matahari Dalam kehidpan sehari-hari kita sering melihat alat-alat
pemanas yang menggunakan energi listrik seperti teko pemanas, penanak nasi, kompor listrik
ataupun pemanas ruangan. Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki cara kerja yang sama
yaitu merubah energi listrik yang mengalir pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas.
Sama halnya dengan kalorimeter yaitu alat ayang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan. Kalorimeter banyak jenisnya, diantaranya calorimeter
makanan dan calorimeter larutan

Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya
kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya
melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan
sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini
ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah
pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari
tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan
ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi
sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung
kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu
berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat
kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping
asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat
nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah
yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan
terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.

Kalorimeter larutan

Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan utama dari dilaksanakannya praktikum ini adalah mahasiswa dapat
memahami sistem kerja kalorimeter dan arti fisis tara panas listrik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kalorimeter

Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke
tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999).

Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan
eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi
kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi
ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu
tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. (Petrucci,1987).

Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut
termodinamika. Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi
kimia dan dalam perubahan keadaan (Keenan, 1980).

Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan
suhu (?T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut

q = m . c . ?T (Petrucci, 1987)

Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 0C pada air
dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987). Dalam proses ini berlaku
azas Black yaitu:
q lepas = q terima

q air panas = q air dingin + q kalorimeter

m1 c (Tp – Tc) = m2 c (Tc – Td) + C(Tc – Td)

keterangan:

m1 = massa air panas m2 = massa air dingin

c = kalor jenis air C = kapasitas kalorimeter

Tp = suhu air panas Tc = suhu air campuran

Td = suhu air dingin

Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan (Keenan, 1980).

Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu proses


termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang
dipindahkan kesistem (Petrucci, 1987)

Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak spontan.
Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangakan reaksi tidak
spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari kristal sempurna murni pada
suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan
keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan
sedikit diatas 0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif (Petrucci,
1987)

Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan
suhu (∆T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut

q = m . c . ∆T (Petrucci, 1987).

Keterangan :

q = jumlah kalor (Joule)

m = massa zat (gram)

Δt = perubahan suhu takhir - tawal)

c = kalor jenis

Kalorimetri

Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atau perubahan
fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan calorimeter. Kata kalorimetri berasal dari bahasa
Latin yaitu calor, yang berarti panas.

Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry) menghitung panas pada makhluk


hidup yang memproduksi karbondioksida dan buangan nitrogen (ammonia, untuk organisme
perairan, urea, untuk organisme darat) atau konsumsi oksigen. Lavosier (1780) mengatakan
bahwa produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen dengan menggunakan
regresi acak. Hal itu membenarkan teori energi dinamik. Pengeluaran panas oleh makhluk
hidup juga dapat dihitung oleh perhitungan kalorimetri langsung (direct calorymetry), dimana
makhluk hidup ditempatkan didalam kalorimeter untuk dilakukan pengukuran.

Jika benda atau system diisolasi dari alam, maka temperatur harus tetap konstan. Jika energi
masuk atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya yang disebut dengan panas dan kalorimetri mengukur perubahan suhu
tersebut, bersamaan dengan kapasitas panasnya, untuk menghitung perpindahan panas.

Kalorimetri adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama proses
kimia. Kalorimeter adalah alat untuk mengukur panas dari reaksi yang dikeluarkan. Berikut
adalah gambar calorimeter yang kompleks dan yang sederhana. Kalorimetri adalah
pengukuran kuantitas perubahan panas. Sebagai contoh, jika energi dari reaksi kimia
eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang
ditambahkan. Kalorimeter digunakan untuk menghitung energi dari makanan dengan
membakar makanan dalam atmosfer dan mengukur jumlah energi yang meningkat dalam suhu
kalorimeter.

Bahan yang masuk kedalam kalorimetri digambarkan sebagai volume air, sumber
panas yang dicirikan sebagai massa air dan wadah atau kalorimeter dengan massanya dan
panas spesifik. Keseimbangan panas diasumsikan setelah percobaan perubahan suhu
digunakan untuk menghitung energi tercapai.

Kapasitas Panas dan Panas Spesifik

Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya perubahan
temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan sejumlah panas. Istilah umum
untuk sifat ini disebut kapasitas panas yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang
diperlukan untuk mengubah temperatur suatu benda sebesar 10C.

Kapasitas panas bersifat ekstensif yang berarti bahwa jumlahnya tergantung dari besar
sampel. Misalnya untuk menaikkan suhu 1 g air sebesar 10C diperlukan 4,18 J (1 kal), tapi
untuk menaikkan suhu 100 g air sebesar 10C diperlukan energi 100 kali lebih banyak yaitu
418 J. Sehingga 1 g sampel mempunyai kapasitas panas sebesar 4,18 J/0C sedangkan 100 g
sampel 418J/0C.

Sifat intensif berhubungan dengan kapasitas panas adalah kalor jenis (panas spesifik)
yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 g zat
sebesar 10C. Untuk air, panas spesifiknya adalah 4,18 Jg-1C-1. Kebanyakan zat mempunyai
panas spesifik yang lebih kecil dari air. Misalnya besi, panas spesifiknya hanya 0,452 J g-1
0C-1. Berarti lebih sedikit panas diperlukan untuk memanaskan besi 1 g sebesar 10C daripada
air atau juga dapat diartikan bahwa jumlah panas yang akan menaikkan suhu 1 g besi lebih
besar dari pada menaikkan suhu 1 g air.

Besarnya panas spesifik untuk air disebabkan karena adanya sedikit pengaruh dari laut
terhadap cuaca. Pada musim dingin air laut lebih lambat menjadi dingin dari daratan sehingga
udara yang bergerak dari laut ke darat lebih panas daripada udara dari darat ke laut. Demikian
juga dalam musim panas, air laut lebih lambat menjadi panas daripada daratan.
BAB III

METODA PRAKTIKUM

2.1.Alat dan Bahan

Ø Sebuah kalorimeter dilengkapi dengan kumparan pemanas dan pengaduk.

Ø Termometer

Ø Sebuah voltmeter

Ø Sebuah amperemeter

Ø Sebuah gelas ukur

Ø Sebuah Stopwatch

Ø 5 kabel penghubung

2.2.Prosedur Praktikum

1. Dengan menggunakan gelas ukur yang tersedia, isilah kalorimeter dengan air suling
sebanyak 50 mlL.
2. Timbang massa air suling.

3. Susunlah alat-alat percobaan seperti pada gambar. Sebelum sumber tegangan diaktifkan ,
periksalah pada asisten.

4. Hubungkan arus dalam waktu yang singkat dan atur arusnya sebesar 0,3 A, kemudian
sumber tegangan DC dimatikan lagi.

5. Aduklah air dan catat suhu sebagai suhu awal T1.

6.Alirkan kembali arus listrik (sumber tegangan DC diaktifkan). Catat tegangan yang terukur
pada voltmeter.

7. Catatlah suhu pada saat 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit dan 15 menit. Isikan sebagai
suhu akhir T2. Setelah 15 menit, matikan sumber tegangan DC.

8. Gantilah air didalam kalorimeter dan ulangi percobaan diatas dengan besar arus yang
mengalir 0,5 A. Isikan pada data tabel yang tersedia.

9. Hitunglah tara panas listrik untuk mesing-masing percobaan dan hitung rata-ratanya.

10. Hitunglah hambatan dan daya listrik kumparan.

11. Hitung ketelitian percobaan anda dengan literatur (1 kalori=4,2 Joule).

12. Berikanlah kesimpulan berkaitan dengan praktikum ini.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Kalorimeter merupaka suaatu alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Adapun kalor merupakan energi yang
berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Hukum pertama termodinamika menghubungkan
perubahan energi dalam suatu proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan
pada sistem dan jumlah kalor yang dipindahkan kesistem.

Pada kalorimeter terjadi perubahan energi dari energi listrik menjadi energi sesuai
dengan hukum kekekalan energi yang menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan energi
tidak dapat dimusnahkan. Pada percobaan ini kita tidak membuat energi kalor / panas
melainkan kita hanya merubah energi listrik menjadi energi kalor / panas.

Prinsip kerja dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat
penghantar yang dimasukan ke dalam air suling. Pada waktu bergerak dalam kawat
penghantar (akibat perbedaan potenial) pembawa muatan bertumbukan dengan atom logam
dan kehilangan energi. Akibatnya pembawa muatan bertumbukan dengan kecepatan konstan
yang sebanding dengan kuat medan listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan akan
menyebabkan logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu energi kalor / panas.

Berdasarkan data hasil praktikum diketahui bahwa semakin besar nilai tegangan listrik
dan arus listrik pada suatu bahan maka tara panas listrik yang dimiliki oleh bahan itu semakin
kecil. Dalam data hasih praktikum seolah terlihat bahwa pengukuran dengan menggunakan
arus kecil menghasilkan nilai yang kecil. Hal ini merupakan suatu anggapan yang salah
karena dalam pengukuran pertama ini perubahan suhu yang digunakan sangatlah kecil
berbeda dengan data yang menggunakan arus besar.
BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuki mengetahui besar energi yang
dibebaskan pada suatu sistem. Pada kalorimeter terdapat energi disipasi. Energi disipasi dapat
berarti energi yang hilang dari suatu sistem. Hilang dalam arti berubah menjadi energi lain
yang tidak menjadi tujuan suatu sistem (dalam percobaan, energi listrik berubah menjadi
energi kalor) . Timbulnya energi disipasi secara alamiah nggak dapat dihindari

5.2.Saran

Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat, sebaiknya mahasiswa lebih teliti
dalam mengamati termometer, amperemeter dan voltmeter . Selian itu juga mahasiswa
sebaiknya menggunakan alat penunjang praktikum yang kondisinya masih baik dan
menyusunnya dengan benar sesuai modul dan arahan dari asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Zaida, Drs., M.Si. Petunjuk Praktikum Fisika. Bandung:Dosen Unpad

Keenan, 1980, Kimia untuk Universitas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Petrucci, Ralph. H, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4, Erlangga,
Jakarta.

Syukri, S, 1999, Kimia Dasar 1, ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai