Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIKA DASAR

“Fluida”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANGGUN PRATIWI MEWAL

NIM : B1A119349

KELAS : I/019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGEREZKY

MAKASSAR

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Fisika

Dasar tentang fluida ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bias disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 5

D. Manfaat 5

Bab II Pembahasan 6

A. Defenisi dan Sifat Fluida 6

B. Prinsip Pascal dan Prinsip Archimedes 13

C. Vioskositas dan Tegangan Permukaan 18

D. Persamaan Kontinuitas 19

E. Persamaan Bernouli 20

F. Jenis Aliran dan Bil. Reynolds 21

Bab III Penutup 24

A. Kesimpulan 24

B. Saran 24

Daftar Pustaka 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika adalah salah satu ilmu pengetahuan alam dasar yang banyak digunakan

sebagai dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam

secara keseluruhan. Fisika mempelajari materi, energi, dan fenomena atau kejadian alam,

baik yang bersifat makroskopis (berukuran besar, seperti gerak Bumi mengelilingi

Matahari) maupun yang bersifat mikroskopis (berukuran kecil, seperti gerak elektron

mengelilingi inti) yang berkaitan dengan perubahan zat atau energi. Fisika menjadi dasar

berbagai pengembangan ilmudan teknologi. Kaitan antara fisika dan disiplin ilmu lain

membentuk disiplin ilmu yang baru, misalnya dengan ilmu astronomi membentuk ilmu

astrofisika, dengan biologi membentuk biofisika, dengan ilmu kesehatan membentuk

fisika medis, dengan ilmu bahan membentuk fisika material, dengan geologi membentuk

geofisika, dan lain-lain.

Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida. Cairan adalah

salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak partikelnya

lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas juga merupakan

fluida yang interaksi antar partikelnya sangat lemah sehingga diabaikan.

Fluida merupakan zat yang dapat berubah bentuk secara terus menerus jika terkena

tegangan geser meskipun tegangan geser itu kecil. Tegangan geser adalah gaya geser

dibagi dengan luas permukaan tempat adanya gaya geser tersebut. Gaya geser adalah

komponen gaya yang menyinggung permukaan.

Fluida mempunyai dua sifat fisik yaitu viskositas dan densitas. Dimana viskositas

adalah sifat fluida yang diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida

tersebut. Besar kecilnya viskositasn fluida tergantung pada suhu fluida tersebut. Untuk

4
fluida cair, makin tinggi suhunya, maka viskositas makin kecil, sedangkan untuk fluida

gas, makin tinggi suhunya, maka viskositasnya makin besar. Sedangkam densitas atau

kerapatan suatu fluida didefenisikan sebagai massa per satuan volume.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan defenisi dan sifat fluida !

2. Jelaskna prinsip Pascal dan prinsip Archimedes !

3. Jelaskan tentang vioskositas dan tegangan permukaan !

4. Jelaskan persamaan kontinuitas !

5. Jelaskan persamaan bernouli !

6. Jelaskan tentang jenis aliran dan bilangan Reynolds !

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi dan sifat fluida

2. Untuk mengetahui prinsip Pascal dan prinsip Archimedes

3. Untuk mengetahui tentang vioskositas dan tegangan permukaan

4. Untuk mengetahui persamaan kontinuitas

5. Untuk mengetahui persamaan bernouli

6. Untuk mengetahui tentang jenis aliran dan bilangan Reynolds

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi dan prinsip fluida

2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip Pascal dan prinsip Archimedes

3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang vioskositas dengan tegangan permukaan

4. Mahasiswa dapat mengetahui persamaan kontinuitas

5. Mahasiswa dapat mengetahui persamaan bernouli

6. Mahasiswa dapat mengetahui tentang jenis aliran dan bilangan Reynolds

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sifat Fluida

1. Definisi Fluida

Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida. Cairan

adalah salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak

partikelnya lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas

juga merupakan fluida yang interaksi antar partikelnya sangat lemah sehingga

diabaikan (Palupi, 2009).

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat cair dan gas

karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau

seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir

(Saripudin, 2009).

 Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair

itu dapat dikelompokkan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari

satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas

juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan

contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain (Saripudin, 2009).

Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di

dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung

di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya.

Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia

setiap saat meskipun sering tidak disadari (Saripudin, 2009).

6
Fluida mempunyai dua sifat fisik yaitu viskositas dan densitas. Dimana

viskositas adalah sifat fluida yang diberikannya tahanan terhadap tegangan geser

oleh fluida tersebut. Besar kecilnya viskositasn fluida tergantung pada suhu fluida

tersebut. Untuk fluida cair, makin tinggi suhunya, maka viskositas makin kecil,

sedangkan untuk fluida gas, makin tinggi suhunya, maka viskositasnya makin besar.

Sedangkan densitas atau kerapatan suatu fluida dedefenisikan sebagai massa per

satuan volume (Palupi, 2009).

Fluida ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni: (Saripudin, 2009).

a. Fluida statis

b. Fluida Dinamis

2. Sifat – sifat Fluida

Sifat fisis fluida dapat ditentukan dan dipahami lebih jelas saat fluida berada

dalam keadaan diam (statis). Sifat-sifat fisis fluida statis ini di antaranya, massa jenis,

tekanan, tegangan permukaan, kapilaritas, dan viskositas (Handayani, 2009).

a. Massa Jenis/Kerapatan

Pernahkah Anda membandingkan berat antara kayu dan besi? Benarkah

pernyataan bahwa besi lebih berat daripada kayu? Pernyataan tersebut tentunya

kurang tepat, karena segelondong kayu yang besar jauh lebih berat daripada

sebuah bola besi. Pernyataan yang tepat untuk perbandingan antara kayu dan besi

tersebut, yaitu besi lebih padat daripada kayu (Handayani, 2009).

Bahwa setiap benda memiliki kerapatan massa yang berbeda-beda serta

merupakan sifat alami dari benda tersebut. Dalam Fisika, ukuran kepadatan

(densitas) benda homogen disebut massa jenis, yaitu massa per satuan volume.

Jadi massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin

7
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap

volumenya (Handayani, 2009).

Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan

total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi

(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda

bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air)

(Handayani, 2009).

Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3). Massa

jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang

berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki

massa jenis yang sama (Handayani, 2009).

Secara matematis, massa jenis dituliskan sebagai berikut :

m
ρ=
v

Untuk volume (V) adalah m3, sehingga satuan SI untuk massa jenis () adalah

kg/m3 atau kg.m3. Satuan lain yang masih sering digunakan adalah g/cm3.

Massa jenis relatif adalah nilai perbandingan massa jenis suatu bahan terhadap

massa jenis air (Palupi, 2009).

Jenis beberapa bahan dan massa jenisnya dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel Massa Jenis atau Kerapatan Massa (Density) (Palupi, 2009).

Massa Jenis
Bahan Massa Jenis (g/cm3) Nama Bahan
(g/cm3)
Air 1,00 Gliserin 1,26

8
Aluminium 2,7 Kuningan 8,6

Baja 7,8 Perak 10,5

Benzena 0,9 Platina 21,4

Besi 7,8 Raksa 13,6

Emas 19,3 Tembaga 8,9


Es 0,92 Timah Hitam 11,3

Etil Alkohol 0,81 Udara 0,0012

Kerapatan berat didefinisikan sebagai Berat persatuan Volume, yang biasa

disimbolkan dengan “D”.

atau

Keterangan

D = Berat jenis (N/m3)

 w = Berat benda (N)

 V = Volume (m3)

 ρ = Massa jenis (kg/m3)

  g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Rapat massa relatif didefinisikan sebagai perbandingan dari rapat massa zat tersebut

terhadap rapat massa dari zat tertentu sebagai zat pembanding.

Zat pembanding biasa diambil air, pada suhu 40 C.

Rapat massa relatif biasa disimbolkan dengan : rho r.

9
Juga berlaku : 

Atau

Rapat massa relatif tidak mempunyai SATUAN

(Palupi, 2009).

b. Tekanan

Konsep tekanan identik dengan gaya, gaya selalu menyertai pengertian

tekanan. Tekanan yang besar dihasilkan dari gaya yang besar pula, sebaliknya

tekanan yang kecil dihasilkan dari gaya yang kecil. Dari pernyataan di atas

dapat dikatakan bahwa tekanan sebanding dengan gaya. Mari kita lihat orang

memukul paku sebagai contoh. Orang menancapkan paku dengan gaya yang

besar menghasilkan paku yang menancap lebih dalam dibandingkan dengan

gaya yang kecil (Kironoto, 2016).

Pengertian tekanan tidak cukup sampai disini. Terdapat perbedaan hasil

tancapan paku bila paku runcing dan paku tumpul. Paku runcing menancap

lebih dalam dari pada paku yang tumpul walaupun dipukul dengan gaya yang

sama besar. Dari sini terlihat bahwa luas permukaan yang terkena gaya

berpengaruh terhadap tekanan. Luas permukaan yang sempit/kecil

menghasilkan tekanan yang lebih besar daripada luas permukaan yang lebar.

Artinya tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan (Kironoto, 2016).

Penjelasan di atas memberikan bukti yang sangat nyata pada pengertian

tekanan. Jadi, tekanan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Pengertian

10
tekanan ini digunakan secara luas dan lebih khusus lagi untuk Fluida. Satuan

untuk tekanan dapat diperoleh dari rumus di atas yaitu 1 Newton/m2 atau

disebut dengan pascal. Jadi 1 N/m2=1 Pa (pascal). Bila suatu cairan diberi

tekanan dari luar, tekanan ini akan menekan ke seluruh bagian cairan dengan

sama prinsip ini dikenal sebagai hukum Pascal (Munson, 2004).

Jika gaya F bekerja tegak lurus bekerja pada benda seluas A, besarnya

tekanan secara matematis dituliskan sebagai berikut :

F
p = A
 Keterangan :

P = Tekanan (N/m2 atau pascal)

F  = Gaya (N)

A = Luas permukaan benda (m2) (Kironoto, 2016).

Persamaan diatas menyatakan bahwa tekanan p berbanding terbalik

dengan luas permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar gaya yang

sama, luas bidang yang kecil akan mendapatkan tekanan yang lebih besar

daripada luas bidang yang besar (Handayani, 2009).

Satuan lain yang digunakan adalah atmosfer (atm), cmHg, dan milibar

(mb) dimana

1 mb = 0,001 bar

1 bar = 105 Pa

1 atm = 76 cmHg = 1,01  105 Pa = 1,01 bar (Munson, 2004).

1) Tekanan gauge

Tekanan gauge (gauge pressure) adalah selisih antara tekanan yang

tidak diketahui dan tekanan atmosfer (tekanan udara luar). Nilai tekanan

11
yang diukur oleh alat pengukur tekanan sesungguhnya dikenal sebagai

tekanan mutlak (Kanginan, 2008).

Tekanan mutlak = Tekanan gauge + Tekanan atmosfer (Kanginan,

2008).

p = pgauge + patmosfer

Sebagai contoh, sebuah ban yang mengandung udara dengan

tekanan gauge 2 bar memiliki tekanan mutlak kira-kira 3 bar sebab tekanan

atmosfer pada permukaan laut kira-kira 1 bar (Kanginan, 2008).

2) Tekanan dalam Suatu Fluida

Tekanan adalah suatu besaran dari fluida (zat cair dan gas) yang

penting karena sifat-sifat fluida sebagai berikut (kanginan, 2008).

a) Gaya-gaya yang dikerjakan suatu fluida pada dinding wadahnya selalu

berarah tegak lurus terhadap dinding wadahnya.

b) Gaya yang dikerjakan oleh tekanan dalam suatu fluida pada kedalaman

yang sama adalah sama dalam segala arah

c) Suatu gaya luar yang bekerja pada suatu fluida diteruskan sama besar

keseluruh fluida.

Ini tidak berarti bahwa tekanan dalam suatu fluida adalah sama

dimana saja, sebab berat fluida itu sendiri mengerjakan tekanan yang

bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Tekanan zat cair yang hanya

disebabkan oleh beratnya sendiri disebut tekanan hidrostatis (Kanginan,

2008).

Tekanan hidrostatis zat cair (ph) dengan massa jenis  pada

kedalaman h dinyatakan dengan

(Kanginan, 2008).
ph =ρ gh
12
Dengan  adalah massa jenis fluida (kg/m3), g adalah percepatan

gravitasi bumi (m/s2), h adalah kedalaman fluida (m) dan ph adalah tekanan

hidrostatis (Pa). Dengan demikian, tekanan total (tekanan mutlak) pada

kedalaman h adalah (Kanginan, 2008).

p= pluar + p h

p= pluar + ρ gh

Jika fluida dalam suatu wadah terbuka yang berhubungan dengan

udara luar, maka udara luar (atmosfer) mengerjakan gaya luar pada fluida

pluar= p atm (Kanginan, 2008).

B. Prinsip Pascal dan Prinsip Archimedes

1. Prinsip Pascal

Seorang ilmuwan Prancis yang bernama Blaise Pascal (1623-1622). Pascal

mengemukakan prinsip yang kemudian dikenal dengan prinsip pascal, yaitu:

Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam suatu tempat akan menambah

tekanan keseluruhan dengan besar yang sama. (Mundilarto, 2008).

Prinsip Pascal ini berkembang menjadi Hukum Pascal yang dinyatakan:

Tekanan akan diberikan pada suatu zat cair yang tertutup diteruskan tanpa

berkurang ke tiap titik dalam zat cair dan ke dinding bejana (Mundilarto, 2008).

a. Dongkrak hidrolik

b. Pompa hidrolik ban sepeda

c. Mesin hidrolik pengangkat mobil

d. Mesin pengepres hidrolik

e. Rem piringan hidrolik pada mobil

13
Jika luas penampang kecil A1 ditekan dengan gaya input F1, maka pada luas

penampang yang besar akan dihasilkan gaya angkat output F2. Sesuai dengan

hukum Pascal diperoleh (Mundilarto, 2008).

p1 =p 2

F2 F1 A2
= F2 = ×F 1
A2 A1 atau A1

1 1
×πd 21 ×πd 22
Untuk luas penampang berbentuk silinder, A1 = 4 dan A2 = 4 ,

dengan d1 dan d2 adalah diameter masing-masing penampang sehingga diperoleh

1 2
πd
4 1
F2 = ×F 1
1 2
πd
4 2

d2 2
F2 =
d1 ( )
×F1

2. Prinsip Archimedes

Suatu benda dicelupkan ke dalam zar cair akan mendapat gaya angkat yang

sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan benda itu. Benda yang

dicelupkan sebagian atau seleruhnya akan mendapat gaya angkat oleh za cair.

Besarnya gaya angkat zat cair yang dipindahkan benda. Pernyataan ini merupakan

bunyi Hukum Archimedes. Oleh karena itu, gaya angkat oleh zat cair disebut juga

gaya Archimedes (Yaz, 2007).

Sebuah benda di dalam air terasa lebih ringan. Berat batu ketika di dalam air

sesungguhnya tidak berkurang. Akan tetapi ketika batu tercelup dalam air, air

memberikan pada batu dengan arah ke atas. Hal ini menyebabkan berat batu

berkurang. Gaya berarah ke atas yang dikerjakan fluida pada benda tercelup dalam

fluida tersebut juga dengan gaya apung (buoyancy). Gaya ini bergantung pad

14
kerapatan fluida dan volume benda, tetapi tidak pada komposisi atau bentuk benda,

dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Prinsip ini

pertama kali dikemukakan oleh Archimedes (287-212 SM) yang kemudian dikenal

dengan prinsip Archimedes (Yaz, 2007).

Hukum Archimedes berbunyi: benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya

ke dalam fluida mengalami gaya keatas sebesar berat fluida yang dipindahkan oleh

benda yang tercelup tersebut.(Mundilarto, 2008).

Gaya keatas = berat fluida yang dipindahkan

F a=m f⋅g

F a= ρf⋅V bf⋅g

Dengan
ρf = massa jenis fluida (kg/m3), V bf volume benda yang tercelup dalam

fluida (m3), dan g adalah percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

Volume benda yang tercelup dalam fluida adalah


V bf . Jika benda tercelup

seluruhnya dalam fluida maka


V bf = V ( V = volume benda). Jika benda tercelup
b b

setengah bagian dalam fluida maka

1
V bf = 2 V b

Penerapan Hukum Archimedes meliputi peristiwa mengapung, melayang, dan

tenggelam serta prinsip kerja kapal laut, kapal selam, dan galangan kapal

(Mundilarto, 2008).

a. Mengapung, melayang, dan tenggelam

1) Mengapung

ρ benda < ρ zat cair

15
Contoh benda mengapung di air antara lain pelampung, kapal, itik, dab

bangkai ikan. Perlu diketahui bahwa, mengapung dapat juga terjadi di udara

(gas). Coba perhatikan balon udara yang naik, hal ini karena balon berisi gas

ringan (umumnya nitrogen) yang massa jenisnya lebih kecil daripada massa

jenis udara (Mundilarto, 2008).

2) Melayang

Jika gabus ditancapkan paku padanya dimasukkan ke dalam air, maka

gabus tersebut akan melayang. Benda tersebut melayang karena gaya apung

sama dengan berat benda. Secara umum benda melayang di dalam zat cair,

jika massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair. Hal ini dapat ditulis

matematis, yaitu:

ρ benda = ρ zat cair

Contoh benda melayang antara lain telur dalam larutan air garam dan

ikan (Mundilarto, 2008).

3) Tenggelam

Jika paku dimasukkan ke dalam air akan tenggelam. Benda tersebut

tenggelam karena gaya apung leboh kecil daripada berat benda. Secara umum

benda yang tenggelam dalam zat cair, jika massa jenis benda lebih besar

daripada massa jenis zat cair. Hal ini dapat dituliskan secara matematis, yaitu:

ρ benda > ρ zat cair

Contoh benda tenggelam, antara lain batu di dalam kolam, uang logam

di dalam kolam, dan puin-puing kapal yang karam di laut (Mundilarto, 2008).

16
b. Kapal laut

Kapal laut yang sedang bergerak di lautan, tidak tenggelam walaupun bahan

pembuat kapal memiliki massa jenis lebih besar daripada massa jenis air laut.

Diketahui massa jenis besi 7.800 kg/m3, sedangkan massa jenis air laut sekitar

900 kg/m3. Kapal laut sengaja dibuat berongga sehingga volume kapal menjadi

besar. Akibatnya, volume air yang dipindahkan juga besar. Dengan demikian,

gaya apung kapal juga besar, maka kapal tidak tenggelam (Mundilarto, 2008).

c. Kapal selam

Kapal selam dilengkapi dengan rongga atau tangki yang dilengkapi dengan

katup air dan udara. Untuk dapat tenggelam, maka katup air pada tangki dibuka

sehingga air dapat masuk dan udara keluar melalui kutup udara. Akibatnya, kapal

bertambah berat sehingga gaya apung lebih kecil daripada gaya beratnya.

Sebaliknya untuk dapat muncul lagi permukaan, air dalam tangki di pompa keluar

dan udara masuk lewat kutup udara didalamnya. Dengan cara ini, gaya apung

kapal lebih besar daripada berat kapal sehingga kapal terapung (Mundilarto,

2008).

d. Gelangan kapal

Untuk memperbaiki bagian bawah kapal yang rusak, maka kapal perlu

diangkat di atas permukaan air. Untuk itu digunakan galangan kapal. Caranya,

setelah kapal diberikan penopang yang kuat, air laut di antara dinding dalam

gelangan dikeluarkan sehingga kapal reangkat ke atas permukaan air (Mundilarto,

2008).

17
C. Vioskositas dan Tegangan Permukaan

1. Vioskositas

Vioskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar

kecilnya gesekan dalam fluida. Gesekan dapat terjadi di antara partikel-partikel zat

cair atau gesekan antara zat cair dengan dinding permukaan zat cair. Semakin besar

vioskositas, semakin susah fluida itu mengalir dan semakin sulit pula suatu benda

bergerak dalam fluida tersebut. Fluida, baik zat cair maupun gas mempunyai

vioskositas. Zat cair lebih kental daripada gas sehingga gerak benda di dalam zat cair

akan memperoleh gesekan lebih besar daripada gas (Yaz, 2007).

Satuan vioskositas dalam sistem SI adalah Ns/m 2, sedangkan dalam sisitem

cgs adalah poise (Kironoto, 2018).

Hukum Stokes

Fluida ideal adalah fluida yang tidak memiliki vioskositas (kekentalan). Jika

sebuah benda bergerak dalam fluida ideal, benda tersebut tidak akan mengalami

gaya gesekan. Jadi, tekanan fluida sebelum dan sesudah melewati suatu penghalang

tidak akan berubah, atau besarnya tetap. Resultan gaya akan bekerja pada setiap titik

aliran fluida adalah nol (Koronoto, 2018).

F=6 πղvr
Dengan

F = gaya gesekan (N)

ղ = koefisien vioskositas (Nsm-2)

v = kelajuan bola (ms-1)

r = jari-jari bola (m) Persamaan tersebut disebut dengan Hukum Stokes (Kamajaya,

2007).

18
2. Tegangan Permukaan

Pada permukaan temu (antarmuka) antara zat dan gas, atau antara dua zat cair

yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya dipermukaan cairan yang menyebabkan

permukaan tersebut berperilaku seakan-akan merupakan suatu “kulit” atau

“membrane” yang membentang pada seluruh massa fluida (Munson, 2004).

Pengaruh tegangan permukaan, selain banyak dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari, juga banyak dijumpai dalam permasalahan mekanika fluida, seperti

pergerakan air di dalam tanah dan media-media porous lainnya, aliran melalui lapisan

tipis (thin film), pembentukan gelombang udara, serta pecahnya jet zat cair bebas

(Indrajit, 2007).

Dalam banyak persoalan bidang mekanika fluida, fenomena permukaan zat

cair yang dikarakteristikkan oleh gaya tegangan permukaan terkadang bias diabaikan

karena pengaruhnya yang relatif kecil dibandingkan dengan pengaruh gaya-gaya

yang lain, seperti gaya inersia, gaya gravitasi, dan gaya viskos (Indrajit, 2007).

D. Persamaan Kontinuitas

Persamaan kontinuitas berbunyi: pada fluida yang tak termampatkan, hasil kali

antara kelajuan aliran fluida dalam suatu wadah dengan luas penampang wadah selalu

konstan. Jika suatu wadah (pipa) memiliki penampang berbeda maka secara matematis

persamaan kontinuitas dinyatakan oleh :

A1v1 = A2v2

19
Atau

v2 A1
=
v1 A2

Misalkan penampang pipa berbentuk silinder, maka

πd 21 πd 22
A 1 =πr 21= A 2 =πr 22=
4 , 4

Masukkan persamaan diatas ke persamaan sebelumnya sehingga kita peroleh

πd 21
v 2 πr 21 4
= 2= 2 v 2 r 1 2 d1 2
v 1 πr 2 πd 2
4 sehingga
=
() ( )
v1 r2
=
d2

(Kanginan, 2008).

E. Persamaan Bernouli

Asas Bernoulli menyatakan bahwa “Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan

fluida paling besar adalah bagian yang kelajuan alirannya paling kecil dan tekanan yang

paling kecil pada bagian yang kelajuan alirannya paling besar” (Kanginan, 2008).

Persamaan Bernoulli

Persamaan Bernoulli berlaku untuk fluida ideal dan diturunkan dari hukum

1
p+ ρ gh+ ρv2
kekekalan energi menurut persamaan ini besaran 2 memiliki nilai yang

sama dengan setiap titik dalam aliran fluida dengan massa jenis  , dimana p adalah

tekanan mutlak, h adalah ketinggian diatas suatu bidang acuan, dan v adalah kecepatan

fluida. Dengan demikian, untuk dua kedudukan 1 dan 2, berlaku

1 1
p1 + ρ gh1 + ρv 21 =p 2 + ρ gh2 + ρv 22
2 2

20
(Kanginan, 2008).

1 2
ρv
Besaran gh adalah energy potensial fluida per satuan volume, dan 2 adalah

energi kinetik fluida per satuan volume. Kedua besaran ini memiliki satuan tekana

(Kanginan, 2008).

F. Jenis Aliran dan Bil. Reynlods

1. Jenis Aliran

Fluida disebut bergerak atau mengalir jika fluida itu bergarak terus terhadap

sekitarnya. Fluida mengalir diasumsikan sebagai fluida ideal, yaitu fluida yang tak

termampatkan (incompressible), tidak kental, dan memiliki aliran tunak (Kanginan,

2008).

Fluida tak kental adalah aliran fluida yang tidak mengalami gesekan. Pada

aliran fluida tak kental, antara satu lapisan fluida dengan lapisan fluida di dekatnya

tidak mengalami gesekan begitu pula antara fluida dengan dinding saluran (pipa)

sehingga gesekan antara fluida dengan dinding saluran tidak menghambat gerak

fluida (Kanginan, 2008).

Jenis-jenis aliran Fluida (Tim Kompas Ilmu, 2019).

Aliran dari fluida dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu

• Aliran Steady. Suatu aliran fluida disebut steady jika tidak ada perubahan

kecepatan terhadap waktu pada semua titik dalam aliran tersebut.

• Airan Unsteady jika terdapat perubahan kecepatan terhadap waktu dalam aliran

tersebut.

21
• Aliran Laminer jika gerakan dari partikel-partikel fluida membentuk lapisan yang

teratur dan juga memiliki bilangan Renault < 2000

• Aliran Turbulen jika gerakan partikel fluida acak atau tidak teratur dan juga

memiliki bilangan Renault > 3000

• Compressible jika ada perubahan besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida

di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida compressible adalah: udara, gas alam,

dll

• Incompressible jika tidak berubahan besaran kerapatan massa (densitas) dari

fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida incompressible adalah: air,

berbagai jenis minyak, emulsi, dll

• Aliran Uniform

• Aliran Non Uniform

2. Bilangan Reynolds

Jenis aliran suatu fluida dapat dilihat dari bilang reynold-nya. Ada empat hal

yang mempengaruhi nilai bilangan reynold yaitu massa jenis, kecepatan, diameter,

dan viskositas fluida. Rumus dari bilangan reynold dapat dihitung berdasarkan

persamaan
ρvD
NR =
ղ

Dimana

NR = bilangan Reynold

ρ = densitas (kg/m3)

v = kecepatan alir (m/s)

D = diameter pipa (m)

Ղ = vioskositas (Pa.s) (Fathuroya, 2017).

22
Jika aliran dari suatu fluida dapat ditentukn berdasarkan bilangan Reynold-

nya untuk bilangan Reynold < 2000 maka alirannya laminar, antara 2000-4000 maka

alirannya bersifat transisional, dan diatas 4000 alirannya bersifat terbulen

(Fathuroya, 2017).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

Fluida adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir misalnya zat cair dan gas.

Sifat kemudahan kemudahan mengalir dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan

tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida dengan zat benda tegar.

Dalam kehidupan sehari – hari, dapat ditemukan aplikasi Hukum Bernouli yang

sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan manusia

masa kini seperti untuk menentukan gaya angkat pada sayap dan badan pesawat terbang,

penyemprot parfum, penyemprot racun serangga dan sebagainya.

B. Saran

Semoga penerapan fluida dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari

semaksimal mungkin. Bagi masyarakat semoga dapat memanfaatkan penerapan fluida

dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Fathuroya, Vivien. 2017. Fisika Dasar Untuk Ilmu Pangan. UB Press : Malang.

Handayani, Sri. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XI. Pusat Pembukuan Departemen

Pendidikan Nasional : Jakarta.

Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Setia Budi Inves : Bandung.

Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Erlangga : Jakarta

Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Grafindo Media Pratama : Jakarta.

Kironoto, Bambang Agus. 2018. Statika Fluida. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Mundilarto. 2008. Seri IPA Fisika II. Yudhistira : Jakarta.

Munson, Bruce. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Erlangga : Jakarta.

Palupi, Dwi. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XI. CV Sahabat : Jakarta.

Saripudin, Arip. 2009. Praktis Belajar Fisika. Visiondo Media Persada : Jakarta.

Tim Kompas Ilmu. 2019. Rumus Pocket Fisika SMA/MA Kelas X XI XII. Grasindo : Jakarta

Yaz, Ali M. 2007. Fisika II. Yudhistira : Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai