Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FISIKA DASAR

“Hukum Termodinamika I Entropi dan Hukum Termodinamika

II”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANGGUN PRATIWI MEWAL

NIM : B1A119349

KELAS : I/019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGEREZKY

MAKASSAR

2020

Page 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan

Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Fisika Dasar tentang hukum

Termodinamika I, entropi, dan hukum termodinamika II ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bias disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga

kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya

makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

Page 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 6

D. Manfaat 6

Bab II Pembahasan 7

A. Hukum Termodinamika I 7

B. Entropi 15

C. Hukum Termodinamika II 18

Bab III Penutup 22

A. Kesimpulan 22

B. Saran 23

Daftar Pustaka 24

Page 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika adalah salah satu ilmu pengetahuan alam dasar yang banyak digunakan sebagai

dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam

secarakeseluruhan. Fisika mempelajari materi, energi, dan fenomena atau kejadian alam,

baik yang bersifat makroskopis (berukuran besar, seperti gerak Bumi mengelilingi Matahari)

maupun yang bersifat mikroskopis (berukurankecil, seperti gerak elektron mengelilingi inti)

yang berkaitan dengan perubahan zat atau energi. Fisika menjadi dasar berbagai

pengembangan ilmudan teknologi. Kaitan antara fisika dan disiplin ilmu lain membentuk

disiplin ilmu yang baru, misalnya dengan ilmu astronomi membentuk ilmu astrofisika,

denganbiologi membentuk biofisika, dengan ilmu kesehatan membentuk fisika medis,

dengan ilmu bahan membentuk fisika material, dengan geologi membentuk geofisika, dan

lain-lain.

Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan (equilibrium), yang dapat

digunakan untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah suatu sistem

keseimbangan, tetapi tidak dapat dipakai untuk mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan

itu terjadi karena selama proses sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu sistem

tersebut dapat berubah akibat dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Sementara untuk

aplikasi dalam materialnya, termodinamika membahas material yang menerima energi panas

atau energi dalam bentuk yang berbeda-beda.

Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat termodinamika.

Di dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus yang berbeda pula, sesuai dengan

Page 4
permasalahan yang ada. Ada Hukum 0 Termodinamika atau biasa disebut sebagai Hukum

awal Termodinamika, lalu ada Hukum 1 Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan

Hukum 3 Termodinamika.

Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang energi yang ada

dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum 1 Termodinamika mengenalkan hukum

Kekekalan Energi. Hukum Kekekalan Energi yaitu energi yang tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan, hanya dapat berubah bentuk energi dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Oleh

karena itu, Hukum 1 Termodinamika sering disebut Hukum Kekekalan Energi.

Ini berhubungan dengan beberapa proses termodinamika yaitu proses isotermik,

isokhorik, isobarik, dan adiabatik. Dari energi yang ada pada proses tersebut, dapat pula

dihitung berapa kapasitas panas kalornya, entalpi, dan kalor yang dihasilkan dari proses

tersebut.

Hukum keseimbangan / kenaikan entropi: Panas tidak bisa mengalir dari material yang

dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat keacakan energi. Jika satu

ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan tidak acak, karena ada

konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata menjadi hangat, dikatakan

entropinya naik.

Di dalam Hukum II Termodinamika, menjelaskan tentang entropi. Entropi merupakan

suatu ukuran kalor atau energi yang tidak dapat diubah. Dalam Hukum II Termodinamika,

terdapat sistem yang disebut Mesin Carnot/Kalor dan Mesin Pendingin.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hukum Termodinamika I ?

2. Bagaimana hukum Termodinamika I dalam proses termodinamika ?

Page 5
3. Bagaimana konsep entropi ?

4. Jelaskan tentang hukum Termodinamika II ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hukum Termodinamika I

2. Untuk mengetahui hukum Termodinamika I dalam proses termodinamika

3. Untuk mengetahui hukum

4. Untuk mengetahui hukum Termodinamika II

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian hukum Termodinamika I

2. Mahasiswa dapat mengetahui hukum Termodinamika I dalam proses termodinamika

3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang entropi

4. Mahasiswa dapat mengetahui hukum Termodinamika II

Page 6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Termodinamika I

1. Pengertian Hukum 1 Termodinamika

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai

dengan hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah

kalor, dan sebaliknya (Pauzali, 2008).

Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau

dimusnahkan, namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan

hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang

dilakukan ditambah dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperature (Pauzali,

2008).

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah

(sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil

dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa

lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari

hukum kekekalan energi (Pauzali, 2008).

Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang

mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang

diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami

perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam

termodinamika atau disebut Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan

akhir (2) dan keadaan awal (1)

Page 7
∆U = U2 – U1

Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam.

Tapi rumus itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan

kerja W pada lingkungannya (Pauzali, 2008).

Gambar 1. Sistem pada Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U), perpindahan

panas (Q), dan kerja (W)

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka

(Pauzali, 2008).

Page 8
1. Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika

1) Proses Isotermal

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-

perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu

konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan,

tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika

kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W) (Pauzali, 2008).

Dari persamaan umum gas :

PV = nRT

Karena suhu konstan, maka usaha yang dilakukan oleh gas adalah :

dW = P.dV

n.R.T
dW = dV
V
Vf
1
W= nRT∫ dV (Pauzali, 2008).
Vi
V

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang

dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Page 9
Grafik Proses Isotermal

Proses Isotermal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah :

Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan, sehingga :

(Pauzali, 2008).

2) Proses Isokhorik

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas

dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V

= 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan

perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada

volume konstan QV (Pauzali, 2008).

W = P dV = P.0 = 0

Page
10
Gambar 3. Grafik Proses Isokhorik

3) Proses Isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan,

gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas

melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada

tekanan konstan Qp (Pauzali, 2008).

Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = P dV = nR dT (Pauzali, 2008).

Gambar 4. Grafik Proses Isobarik

Page
11
4) Proses Adiabatik

Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang dilakukan oleh

gas adalah murni berasal dari perubahan energi internalnya. Tidak ada energi yang masuk

maupun yang keluar (Q) selama proses itu berjalan. (Hukum Termodinamika I

menyatakan : Perubahan energi internal gas (dU) adalah banyaknya energi kalor yang

disuplai (Q) dikurangi kerja yang dilakukan oleh gas (P.dV) (Pauzali, 2008).

Kondisi proses adiabatik adalah :

dU = Q - P.dV = - P dV

P Vƴ = K (konstan)

Gambar 5. Grafik Proses Adiabatik (Pauzali, 2008).

5) Kapasitas Kalor pada Gas Ideal

Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu

sistem sebesar satu derajat. Apabila tidak ada perubahan fasa, panas yang diberikan

kepada sistem akan mengakibatkan kenaikan temperatur. Ada 2 jenis kapasitas kalor,

yaitu ada kapasitas kalor saat volume tetap (C V) dan kapasitas kalor saat tekanan tetap

(CP). Sedangkan rumus kapasitas kalor itu sendiri adalah :

Page
12
ΔQ = C . ΔT  C = dQ/dT

Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif didefinisikan sebagai

besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 oC. Dengan

demikian kapasitas panas C memiliki satuan J/kal atau J/K. Sedangkan ΔT tidak lain

adalah menyatakan selisih suhu pada keadaan sebelum dan sesudah diberi energi panas Q

(Pauzali, 2008).

 Kapasitas Kalor pada Volume Tetap

dQv = Cv dT

dQv = n Cv dT

Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan rumus, tergantung pada

gas idealnya itu sendiri. Apakah monoatomik, diatomik, atau polyatomic.

Saat monoatomik Cv = 3/2R

Saat diatomik Cv = 5/2R

Saat polyatomic Cv = 5/2R

 Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap(Pauzali, 2008).

dQp = CP dT

dQp = n CP dT

Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah

Page
13
(Pauzali, 2008).

1. Proses Isotermal

Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :

Vf
ΔU =Q−W → Q=ΔU +W=nCV ΔT +nRT ln
Vi (Pauzali, 2008).

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

ΔU =nC V ΔT (Pauzali, 2008).

2. Proses Isokhorik

Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :

Q=nC V ΔT=nCV (T f −T i ) (Pauzali, 2008).

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

ΔU =Q−W → ΔU =nC V ΔT (Pauzali, 2008).

3. Proses Isobarik

Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :

Q=nC P ΔT =nC P (T f −T i )

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

ΔU =Q−W → ΔU =nC P ΔT− pΔV


pV =nRT → pΔV =nR ΔT
C P =C V +R → ΔU =nC P ΔT−nR ΔT=nC V ΔT (Pauzali, 2008).

4. Proses Adiabatik

Page
14
Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang terjadi karena kalor yang diterima

dan dikeluarkan sama besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang dihasilkan proses

Adiabatik : pV γ =kons tan adiabatik pada gas ideal yaitu :


C
p= γ =CV γ
V
V
f
V
f pV γ =C → p i V iγ = p f V γf
W=∫ pdV =∫ CV −γ dV W =C
Vi Vi

1 −γ +1 V
W=C V |V fi
−γ +1
C −γ +1 −γ +1
= ( V f −V i )
1−γ

C −γ+1 −γ +1
W= V −V i )
1−γ ( f
pV γ =C → p i V iγ = p f V γf
1 γ −γ+1 1
W= ( p f V γf V −γ
f
+1
− p i i Vi
V )=1−γ ( p f V f − pi V i )
1−γ
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

1
Q=0 ΔU =Q−W → ΔU =−W = (p V −p V )
γ−1 f f i i (Pauzali, 2008).

B. Entropi

1. Definisi Entropi

Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam

sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha.

Entropidari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi

panas berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu

Page
15
lebih rendah. Pada suatu sistem yang panasnya terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah

(bukan proses reversibel/bolak-balik) (Moran, 2004).

Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat

dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika. Proses-proses ini

hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah

menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu.

Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi

dalam bentuk panas buangan (Moran, 2004).

Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada hukum kedua

termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi dari sistem yang terisolasi selalu

bertambah atau tetap konstan. Maka, entropi juga dapat menjadi ukuran kecenderungan

suatu proses, apakah proses tersebut cenderung akan "terentropikan" atau akan

berlangsung ke arah tertentu. Entropi juga menunjukkan bahwa energi panas selalu

mengalir secara spontan dari daerah yang suhunya lebih tinggi ke daerah yang suhunya

lebih rendah (Young, 2002).

Entropi termodinamika mempunyai dimensi energi dibagi temperatur, yang

mempunyai Satuan Internasional joule per kelvin (J/K) (Young, 2002).

Dalam proses adiabatik, d’Q = 0, dan dalam proses adaibatik ireversibel d’Qr = 0. Oleh

karena itu dalam proses adibatik reversibel, ds = 0 atau ini berarti bahwa entropi S tetap.

Proses demikian ini disebut pula sebagai proses insentropik. Jadi:

d’Qr = 0 dan dS = 0 (Young, 2002).

Dalam proses isotermal reversibel, suhu T tetap, sehingga perubahan entropi

Page
16
Untuk melaksanakan proses semacam ini maka sistem dihubungkan dengan sebuah

reservoir yang suhunya berbeda. Jika arus panas mengalir masuk kedalam sistem, maka

Qr positif dan entropi sistem naik. Jika arus panas keluar dari sistem Qr negatif dan

entropi sistem turun (Young, 2002).

Contoh proses isotermal reversibel ialah perubahan fase pada tekanan tetap. Arus

panas yang masuk kedalam sistem per satuan massa atau per mol sama dengan panas

transformasi 1, sehingga perubahan entropi jenisnya menjadi :

Jika dalam suatu proses terdapat arus panas antara sistem dengan lingkungannya secara

reversibel, maka pada hakekatnya suhu sistem dan suhu lingkungan adalah sama. Besar

arus panas ini yang masuk kedalam sistem atau yang masuk kedalam lingkungan disetiap

titik adalah sama, tetapi harus diberi tanda yang berlawanan. Karena itu perubahan

entropi lingkungan sama besar tapi berlawanan tanda dengan perubahan entropi sistem

dan jumlahnya menjadi nol. Sebab sistem bersama dengan lingkungannya membentuk

dunia, maka boleh dikatakn bahwa entropi dunia adalah tetap. Hendaknya diingat bahwa

pernyataan ini berlaku untuk proses reversibel saja (Young, 2002).

Keadaan akhir proses irreversibel itu dapat dicapai dengan ekspansi reversibel.

Dalam ekspansi semacam ini usaha luar haus dilakukan. Karena tenaga dakhil sistem

tetap, maka harus ada arus panas yang mengalir kedalam sistem yang sama besarnya

dengan usaha luar tersebut. Entropi dalam gas dal proses reversibel ini naik dan kenaikan

ini sama dengan kenaikan dalam proses sebenarnya yang irreversibel, yaitu ekspansi

bebas (Young, 2002).

2. Penerapan Entropi

Page
17
Implikasi hukum kedua termodinamika pada lingkungan hidup adalah bahwa

setiap sistem cenderung akan mengalami peningkatan limbah atau ketidakberesan,

sehingga memerlukan pengelolaan atau bantuan energi dari luar. Prinsip ini terjadi dalam

pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia, terutama dalam pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Entropi dapat dikurangi dengan menjadikan limbah sebagai

sumber daya yang dapat didaur-ulang (Young, 2002).

Contoh:

Pemanfaatan limbah perkebunan kedele untuk pakan ternak. Jerami sebagai entropi dapat

digunakan lagi untuk bahan baku kertas, makanan ternak, dan keperluan lain. Manusia

menjadikan buah-buahan sebagai salah satu sumber energi. Entropi yang berupa kulit

buah adalah sumber bagi semut (Young, 2002).

C. Hukum II Termodinamika

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap

taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua

termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin

siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor

secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi" (Moran,

2004).

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses

terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik,

pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral

sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut

yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan

Page
18
sistem tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal

ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak

gayut proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut (Moran,

2004).

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses

alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu

keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari

sistem dan lingkungannya semakin besar" (Campbell, 2002).

1. Mesin Kalor (Campbell, 2002).

Mesin kalor atau yang biasa disebut dengan mesin carnot adalah suatu alat yang

menggunakan panas/kalor (Q) untuk dapat melakukan kerja (W). Alat ini tidak ideal,

pasti ada kalor yang terbuang walaupun hanya sedikit. Ada beberapa ciri khas yang

menggambarkan mesin kalor, yaitu :

 Kalor yang dikirimkan berasal dari tempat yang panas (reservoir panas) dengan

temperatur tinggi lalu dikirimkan ke mesin.

 Kalor yang dikirimkan ke dalam mesin sebagian besar melakukan kerja oleh zat yang

bekerja dari mesin, yaitu material yang ada di dalam mesin melakukan kerja.

 Kalor sisa dari input dibuang ke temperatur yang lebih rendah yang disebut reservoir

dingin

Page
19
Skema Mesin Kalor

Mesin kalor bekerja menurut siklus carnot, siklus carnot bekerja dalam 4 tahap proses,

tetapi hanya isotermal dan adiabatic (Campbell, 2002).

Siklus Carnot

 Tahap pertama yaitu isotermal reversibel secara ekspansi atau penurunan tekanan,

dengan melakukan kerja (W) dari keadaan A sampai B

Q=W
Vb
QH = W ab = nRT H ln
Va
 Tahap kedua yaitu adiabatik reversibel secara ekspansi, dengan melakukan kerja (W)

dari keadaan B sampai C

Page
20
W = Cv (T1 – T2) = Cv (TH – TC)

 Tahap ketiga yaitu isotermal reversibel secara kompresi atau penaikan tekanan,

dengan melakukan kerja (W) dari keadaan C sampai D

 Tahap keempat yaitu adiabatik reversibel secara kompresi, dengan melakukan kerja

(W) dari keadaan D kembali ke A

Ketika sistem tersebut melakukan siklus, tak ada perubahan energi dalam sistem.

Itu sesuai dengan Hukum I Termodinamika (Campbell, 2002).

ΔU =Q−W Q=Q H +QC =|Q H|−|QC|

0=Q−W W=Q=Q H +QC


Q=W W=|QH|−|QC|
QH : besarnya input kalor

QC : besarnya kalor yang dibuang

W : kerja yang dilakukan

Dalam mesin carnot, ada yang dinamakan efisiensi mesin. Efisiensi dari suatu

mesin didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dilakukan (W) dengan kalor

yang masuk (QH).

W Q H −Q C QC
W =Q H −QC → η= = =1−
QH QH QH

Atau bisa juga dalam bentuk

(Campbell, 2002).

Page
21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai

dengan hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah

kalor, dan sebaliknya. Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat

atau dimusnahkan, namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan

hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang

dilakukan ditambah dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.

Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat

dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika. Proses-proses ini

hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah

menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu.

Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi

dalam bentuk panas buangan.

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang

dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum

Page
22
kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu

mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari

menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada temperatur

yang lebih tinggi".

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai

bahan referensi dalam memahami dunia fisika khususnya mengenai termodinamika.

Makalah ini juga dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam memberikan pengajaran kepada

murid-murid Anda. Dan mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam kehidupan Anda.

Page
23
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2002. Biologi I. Erlangga : Jakarta.

Moran, Michael J. 2004. Termodinamika Teknik. Erlangga : Jakarta.

Pauzali, Osa. 2008. Fisika. Grafindo Media Pratama : Bandung.

Young, Hugh D. 2002. Fisika University Edisi Sepuluh Jilid Satu. Erlangga : Jakarta/

Page
24

Anda mungkin juga menyukai