Anda di halaman 1dari 9

ACARA I

KALORIMETRI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang
cenderung panas karena terletak di garis ekuator. Belakangan ini pun
udara terasa kering dan panas, jauh lebih panas dari tahun tahun
sebelumnya. Terutama di siang hari, panasnya bisa mencapai lebih
dari 35oC. Dengan konsep kalorimetri diharapkan bisa ditemukan
teknologi yang bisa memanfaatkan panas tersebut untuk semacam
konversi energi sehingga didapati efisiensi penggunaan energi dalam
kehidupan sehari hari.
Panas yang kita rasakan itu merupakan hasil transfer energi
kalor dari matahari ke kulit kita. Matahari yang memiliki kalor jauh
lebih besar dari kulit kita mampu menyengat kulit kita dengan
panasnya. Kalor adalah suatu energi panas suatu zat yang dapat diukur
dengan alat termometer dengan perantara air yang telah didihkan.
Kalor selalu berpindah dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur rendah. Ada tiga cara kalor berpindah dari
satu daerah ke daerah lain,. yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui zat perantara dan
energi molekul langsung berpindah dari daerah yang lebih panas ke
daerah yang lebih dingin. Konveksi merupakan perpindahan kalor
yang disertai dengan perpindahan zat perantaranya dan terjadi pada
aliran zat. Radiasi merupakan perpindahan kalor secara pancaran
dengan gelombang elektromagnetik.
Perpindahan kalor berlandaskan pada hukum kekekalan energi
yang pada kalorimetri dirumuskan oleh Black (Energi lepas = Energi
terima). Dengan konsep benda bersuhu lebih tinggi akan memberikan
kalor kepada benda yang bersuhu lebih rendah dan benda bersuhuu
lebih rendah akan menerima kalor dari benda yang bersuhu lebih

tinggi. Transfer energi kalor ini akan berujung pada tercapainya


kesetimbangan termal (kesamaan suhu akibat percampuran / koneksi
dua benda).
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara I. Kalorimetri ini adalah menentukan
nilai kapasitas panas jenis (C) suatu larutan tertentu dengan
menggunakan asas black.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara I kalorimetri dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 24 September 2012 pada pukul 13.00 15.00 WIB bertempat
di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Abad 18, para peneliti telah mengakui bahwa jumlah kalor, Q
yang dibutuhkan untuk mengubah suhu material tertentu berbanidng lurus
dengan massa m material dengan perubahan suhu T. Kesederhanaa yang
luar biasa di alam yang dapat digambarkan dalam bentuk:
Q -= m c T
Dengan c adalah besran karakteristik material yng disebut kalor spesifik
karena c = Q / m T, kalor spesifik ditetapkan dalam satuan J/kg oC atau kkal /
kgoC. Pertukaran energi, merupakan dasar untuk teknik yang dikenal sebagai
kalorimetri, yang merupakan penguapan kuantitatif dari pertukaran kalor
(Giancoli, 1997).
Bahang yang dipindahkan dari atau ke sistem diukur di dalam alat
yang dinamakan kalorimeter, yang terdiri dari sebuah wadah cuplikan yang
kecil yang dibenamkan dalam sebuah bejana air luar yang besar. Bejana luar
itu disekat dengan baik sekali di sebelah luar untuk menghalangi bahang
kamar mencapai air, sedamgkan wadah di dalam dibuat dari tembaga atau
suatu bahan penghantar bahang yang lain untuk mengizinkan bahang secara
mudah dipertukarkan antara wadah itu dan air. Dari kekekalan tenaga, bahang
yang diperoleh oleh sistem adalah harga negatif dari bahang yang hilang dari

lingkungan, dan sebaliknya. Dengan demikian kalorimeter mengukur bahang


yang

diperlukan

oleh

sistem

di

bawah

syarat

syarat

tertentu

(Prawirosusanto, 1994).
Kalor akan mengalir dari benda yang suhunya lebih inggi ke
benda yang suhunya lebih rendah jika kedua benda dicampur. Zat mempunyai
kalor jenis yang berbeda beda. Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor
yang diperlukan setiap kilogram zat untuk menaikkan suhunya satu derajat
Celcius. Banyaknya kalor yang diberikan kepada benda untuk menaikkan
suhunya sebanding dengan kalor jenis benda itu (Barus, 1994).
Faktor

paling

dominan

yang

menentukan

dalam

proses

pemanasan (pemanasan) adalah defrmasi termal yang berhubungan dengan


ukuran rata rata pori (porous) yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel. Bila dalam suatu sistem terdapat gradien temperatur, atau ada dua
sistem yang temperaturnya berbeda bersinggungan, maka akan terjadi
perpindahan kalor. Proses dimana sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah
sistem dan sekelilingnya akibat perbedaan temperatur ini berlangsung disebut
kalor (Halaudin, 2006).
Proses perpindahan kalor dapat terjadi bilamana adanya hubungan
dari duda daerah yang memiliki perbedaan temperatur. Kalor akan mengalir
dari daerah yang temperaturna relatif tinggi ke temperatur yang relatif rendah.
Keseimbangan pada masing masing daerah tercapai jika temperaturnya
telah sama. Di dalam prakteknya perpindahan panasi ini sekaligus
dimanfaatkan untuk penghematan energi, dimana panas yang terjadi pada
suatu fluida kerja ada kalanya harus dibuang dan pada fluida lainnya
memerlukan panas tersebut tanpa harus kontak langsung atau bercampur satu
sama lainnya. Dengan memanfaatkan panas buangan tersebut secara efisien
maka biaya operasi pabrik dapat ditekan sekecil mungkin (Thamrin, 2009).
Refrigerant heat recovery water heater merupakan teknologi tepat
guna dengan memanfaatkan panas terbuang dari mesin regrigerasi untuk
memandaskan air. Sebuah alat penukar panas (heat exchanger) ditambahkan
ke mesin pendingin untuk mengambil panas ini. Kalor yang dibuang oleh

refrigeran di kondensor sama dengan kalor yang diserap oleh refrigeran di


evaporator ditambah dengan kalor yang setara dengan kerja kompresi di
kompresor (Rasta, 2009).
Fase

gelembung

pada

bagian

pemanas

didesain

untuk

memproduksi gelembung dengan stabil walaupun dinding bagian pemanas


berukuran sangat keci. Dalam eksperimen sebelumnya, ditemukan bahwa
kerja fluida di pipa mengalir pada sekitar 10 cm/sekon, dam itu sudah dinilai
transportasi kalor praktis juga dominan walau dengan gerak fluida dalam
kecepatan tinggi. Angka penyaluran panas, Q (W), berada dalam kondisi tetap
yang bisa dinilai dari Eq (Nagai, 2010).
Titrasi isotermal kalorimetri {Isothermal titration calorimetry
(ITC)} menawarkan pengukuran paling akurat dari perubahan entalphi dari
semua reaksi dalam kondisi isotermal dan isobar. Ini juga merupakan satu
satunya cara untuk menemukan entalphi, entrophi, dan pembebasan energi
reaksi dari sebuah eksperimen titrasi. Bagaimanapun, ketepatan, akurasi, dan
kepastian

beberapa

data

kalorimetrik

(Baranauskiene, 2009).

C. Alat, Bahan dan Cara Keja


1. Alat
a. Kalorimeter
b. Termometer
c. Timbangan
d. Pemanas Air
2. Bahan
a. Air
b. Larutan Garam dan Kopi

3. Cara Kerja

masih

bisa

dipertanyakan

a. Mencampur air dengan garam untuk dicari nilai kapasitas


jenisnya
b. Tentukan nilai dari kapasitas massa jrnis air, massa air dan suhu
awalnya
c. Menentukan massa dan suhu larutan
d. Melakukan proses pencampuran dengan mendahulukan bahan
yang lebih rendah suhunya
e. Mencatat suhu akhir bila telah stabil
f. Mencari nilai kapasitas panas jenis larutan berdasarkan Asas
Black
g. Ulangi percobaan untuk mendapatkan data yang akurat

D. Hasil dan Analisis Hasil Percobaan


1. Hasil Percobaan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Suhu Larutan Garam

Massa
bejana +

No

termometer
(g)

1
2
3

125

Massa
larutan
(g)
71,5
88,5
106,6

Suhu

Suhu

awal

awal

Massa

akhir

larutan

air

air (g)

(oC)
31
32
32

(oC)
68
76
84

larutan
(oC)
50
44
50

Suhu

69
99,3
68,6

Kalor
jenis
(kal/goC)
0,914
2,992
1,216

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Suhu Larutan Kopi


Massa
bejana +

No

termometer

Massa
larutan
(g)

Suhu

Suhu

awal

awal

Massa

akhir

larutan

air

air (g)

larutan
(oC)
54
47
50

(oC)
1
68,1
32
2
125
75
33
3
79,2
32
Sumber : Laporan Sementara
(g)

(oC)
71
60
65

Suhu

175,1
97,7
105,6

2. Analisis Hasil Percobaan


Rumus Q = m . c . T
Qair = Qgaram
1.1.
m . c . T = m . c . T
69,1 . 1 . (68 - 50) = 71,5 . c . (50 - 31)
1242 = 1358,5 . c
c = 0,914 kal/goC
m . c . T = m . c . T
99,3 . 1 . (76 - 44) = 88,5 . c . (44 - 32)
3177,6 = 1062 . c
c = 2,992 kal/goC
m . c . T = m . c . T
68,6 . 1 . (84 - 50) = 106,6 . c . (50 - 32)
2332,4 = 1918,8 . c
c = 1,215 kal/goC
1.2.

Qair = Qkopi
m . c . T = m . c . T
175,1 . 1 . (71 - 54) = 68,1 . c . (54 - 32)
2976,7 = 1498,2 . c
c = 1,986 kal/goC
m . c . T = m . c . T
97,1 . 1 . (60 - 47) = 75 . c . (47 - 33)

Kalor
jenis
(kal/goC)
1,987
1,210
1,111

1262,3 = 1050 . c
c = 1,209 kal/goC
m . c . T = m . c . T
105,6 . 1 . (65 - 50) = 79,2 . c . (50 - 32)
1584 = 1425,6 . c
c = 1,111 kal/goC

E. Pembahasan
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa prakitikum ini dilakkukan
berdasarkan pada Azas Black. Azas Black yang berbunyi Q

lepas

= Qterima,

maksudnya adalah kalor yang dilepaskan oleh material bersuhu lebih tinggi
sama dengan kalor yang diterima oleh material bersuhu lebih rendah. Dengan
faktor faktor yang mempengaruhi nilai kalor adalah massa zat (m), kalor
jenis zat (c), besar perubahan suhu (T).
Dakan praktikum acara I. Kalorimetri ini, mempraktekkan Asa
Black dengan mencampurkan dua zat cair dengan jumlah (dalam hal ini
massa), jenis, dan suhu yang berbea. Karena kedua zat cair tersebut memiliki
suhu awal yang berbeda, terjadi interaksi di dalam wadah tempat mereka
dicampurkan, yaitu transfer energi kalor. Zat yang memiliki suhu lebih tinggi
akan memberikan (melepas) kalor yang dia punya kepadazat yang memiliki
suhu lebih rendah (karena suhunya lebih rendah, zat tersebut berperan sebagai
penerima kalor).
Dalam praktikum ini, tujuannya adalah mengetahui nilai kalor jenis
dari zat yang diujikan (larutan kopi dan garam). Faktor faktor yang
mempengaruhi nilai kalor jenis zat (c) adalah massa zat (m), besar perubahan
suhu (T), dan besar kalor yang terjadi (Q). Semakin besar nilai kalornya,
semakin besar pula nilai kalor jenis zat tersebut karena kalor jenis (c) dan

kalor (Q) berbanding lurus. Semakin besar nilai perubahan suhu (T) dan
massa zat (m), nilai kalor jenisnya (c) akan semakin kecil karena perubahan
suhu (T) dan massa zat (m) berbanding terbalik dengan kalor jenis (c).
Menurut teori yang sudah ada, kalor jenis larutan garam adalah
0,936 kal/goC, sedangkan kalor jenis kopi adalah 1,008 kal/goC. Jika dilihat
dari grafik 1.1. Larutan garam, dapat dilihat bahwa pada suhu 54oC tercatat
kalor jenis larutan kopi 1,986 kal/goC, pada suhu 47oC tercatat kalor jenis
larutan kopi 1,209 kal/goC, pada suhu 40oC tercatat kalor jenis larutan kopi
1,111 kal/goC. Sedangkan dari grafik 1.2. Larutan kopi, dapat dilihat bahwa
pada suhu 50oC tercatat kalor jenis larutan garam 0,914 kal/goC, pada suhu
44oC tercatat kalor jenis larutan kopi 2,992 kal/goC, pada suhu 50oC tercatat
kalor jenis larutan kopi 1,215 kal/g oC. Jika dirata rata, larutan jenis garam
yang didapat adalah 1,707 kal/goC relatif lebih tinggi dari teori yang ada
(1,008 kal/goC) dan rata rata kalor jenis larutan kopi yang didapat adalah
1,435 kal/goC relatif lebih tinggi` dari teori yang ada (0,936 kal/goC).
Terjadi perbedaan antara teori yang ada dengan hasil praktik yang
dilakukan oleh praktikan. Hal ini kemungkinan terjadi karena ada beberapa
kesealahan yang dilakukan oleh praktikan dalam hal ketelitian menghitung,
membaca skala suhu pada termometer, ada garam atau kopi yang tertinggal di
wadah sebelum dimasukkan ke dalam kalori meter, dll. Hal hal tersebut
perlu menjadi koreksi.
F.

Kesimpulan
Dari percobaan yang trelah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Menurut teori yang ada, kalor jenis larutan garam adalah
2.

0,936 kal/goC dan kalor jenis kopi adalah 1,008 kal/goC.


Menurut hasil praktikum, kalor jenis larutan garam 0,914
kal/goC, 2,992 kal/goC, 1,215 kal/goC adalah dan rata

3.

ratanya 1,707 kal/goC.


Menurut hasil praktikum, kalor jenis larutan garam 1,986
kal/goC, 1,209 kal/goC, 1,111 kal/goC adalah dan rata
ratanya 1,435 kal/goC.

4.

Nilai rata rata kalor jenis garam lebih besar daripada nilai

5.

rata rata kalo jenis kopi/


Faktor faktor yang mempengaruhi nilai kalor jenis suatu zat
adalah massa zat, besar perubahan suhu, dan nilai kalor.

Anda mungkin juga menyukai