Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang
Termokimia membahas tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi
kimia yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi. Perubahan energi yang terjadi
dapat berupa pelepasan energi (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm).
Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus (1) kalor
pembentukan, (2) kalor pembakaran, (3) kalor pelarutan, dan (4) kalor netralisasi.

B. Rumussan Masalah

1. D

2. D

C. Tujuan

1.

2.

D. Manfaat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Termokimia

Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari perubahan energi, khususnya


perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia.Secara operasional termokimia berkaitan dengan
pengukuran dan penafsiran perubahan kalor.Perubahan keadaan, dan pembentukan
larutan.Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur dengan alat yang
bernama kalorimeter. Alat ini mengukur perubahan temperatur yang terjadi selama reaksi
kimia berlangsung (Basri, 2002 : 52).

Energi yang menyertai reaksi kimia lebih lazim dinyatakan dalam bentuk entalpi, sebab
banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan pada tekanan tetap, bukan pada volume tetap.
Suatu besaran yang sangat berguna dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi molar
standar, dilambangkan dengan ΔH⁰, yang menyatakan perubahan entalpi, jika satu mol
pereaksi diubah menjadi produk pada keadaan standar (Sunarya, 2010 : 136).

Dalam termokimia ada dua yang perlu diperhatikan menyangkut perpindahan energi,
yaitu sistem dan lingkungan.Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam
mempelajari perubahan energi.Sedangkan lingkungan adalah hal-hal diluar sistem yang
membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem (Hasanudin, 2015).

Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Berdasarkan adanya perpindahan energi dari sistem kelingkungan atau sebaliknya, rekasi
termokimia dikelompokkan menjadi reaksi eksoterm dan endoterm.

Reaksi Eksoterm

Rekasi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor.Pada reaksi eksoterm, kalor mengalir
dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi semakin berkurang, artinya entalpi produk (Hp)
lebih kecil dari entalpi reaksi (Hr).Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda
negatif.

Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ΔH = - 26,78 Kkal

2
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta mengeluarkan panas
pada proses reaksinya.

Reaksi Endoterm

Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi endoterm, sistem menyerap
energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih
besar dari entalpi reaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpinya ΔH) bertanda positif.

Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal

Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu serta memerlukan panas
pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).

Perubahan energi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang
hilang selama reaksi berlangsung, melainkan berubah bentuk dari bentuk energi yang
satu ke bentuk energi yang lain. Adanya kekekalan energi ini ditunjukkan oleh selisih
penyerapan dan pelepasan energi, yang disebut sebagai energi internal. Sebagai
gambaran, jika pada suatu sistem reaksi diberikan sejumlah energi dalam bentuk kalor
(q), maka sistem akan melakukan kerja (W) sebesar W = P × ∆𝑉. Setelah melakukan
kerja sistem masih menyimpan sejumlah energi yang disebut sebagai energi internal
(U). Secara sistematis perubahan energi dalam dapat dituliskan sebagai berikut:
∆U = ∆q ± P ∆V
Dalam percobaan ini akan ditentukan kalor reaksi yang menyertai suatu reaksi
kimia pada tekanan tetap (qp). Perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan tetap
disebut perubahan entalpi (∆H). Karena sistem yang diukur hanya melibatkan zat
padat dan zat cair, dimana perubahan volumnya kecil (∆V ≅ 0), maka besarnya kerja
yang dilakukan sistem dapat diabaikan (P ∆V = 0). Dengan demikian (∆U = ∆H).
Besarnya kalor yang terlibat dalam reaksi kimia dapat diukur dengan alat yang
disebut kalorimeter. Besarnya kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhu
satu derajat dinamakan tetapan kalorimeter atau harga air kalorimeter, dengan
satuan JK-1. Dalam percobaan ini akan digunakan suatu kalorimeter sederhana yang
disusun dari suatu wadah sederhana yang terbuat dari plastik.

3
A. Metode
Pengukuran kalor dilakukan dengan melangsungkan reaksi dalam kalorimeter.
Kalor reaksi dihitung dari perubahan temperatur larutan yang dikenali dengan berat
larutan dan kalor jenisnya, q = m . c. ∆T. Penggunaan kalorimeter ini, masih
memungkinkan terjadinya pertukaran kalor antara kalorimeter dengan sistem reaksi di
dalamnya. Oleh karena harus dilakukan koreksi terhadap kalor yang diserap atau
dibebaskan kalorimeter (perlu ditentukan besarnya harga air kalorimeter). Bila
perbedaan temperatur antara kalorimeter dan lingkungan cukup besar dan jika isolasi
tidak sempurna, catat temperatur kemudian ekstrapolasi grafik yang diperoleh
terhadap waktu pencampuran agar diperoleh perubahan temperatur yang tepat.

B. Alat dan Bahan


1. Alat-alat
a) Kalorimeter
b) Gelas Kimia 50 mL
c) Termometer 100℃
d) Pipet volumetrik 25 mL
e) Karet penghisap
f) Batang pengaduk
g) Wire gauze (kawat kasa)
h) Spiritus
i) Kaki tiga
j) Spatula
k) Gelas ukur

2. Bahan-bahan
a) NaOH 1,00 M
b) HCL 1,00 M

C. Langkah Kerja
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
a) Masukkan ml air ke dalam kalorimeter dengan menggunakan pipet
volumetri, catat suhunya selama 3 menit sampai konstan (t1).
b) Panaskan 25 ml air ke dalam gelas kimia sampai suhunya lebih tinggi di
atas suhu kamar (± 50° C). Catat suhunya (t2).
c) Masukkan air panas ini ke dalam kalorimeter yang telah berisi air
dingin, kemudian kocok sambil suhu campuran diukur setiap 30 detik.
d) Selanjutnya ukur juga temperatur pada air dingin, air panas, dan
campuran masing- masing setiap 30 detik sebanyak 7 kali. Catat
suhunya.
e) Buat grafik, dengan mengalurkan harga suhu sebagai sumbu Y dan
4
waktu oada sumbu X.
f) Lakukan interpolasi grafik sampai pada waktu 0 detik. Pada waktu
mendekati 0 detik menunjukkan suhu campuran (t3).
g) Hitung tetapan kalorimeter.

2. Penetapan Kalor Netralisasi HCl – NaOH


a) Masukkan 50 ml HCl 1 M ke dalam gelas kimia dan 50 ml NaOH 1 M ke dalam
gelas kimia yang lain.
b) Simpan kedua gelas kimia tersebut dalam bak berisi air selama lebih kurang 5
menit, kemudian ukur suhu salah satu pereaksi (t4). Dengan cara merendam kedua
gelas kimia yang berisi pereaksi diharapkan suhu kedua pereaksi itu sama.
c) Campurkan kedua larutan tersebut dalam kalorimeter, kemudian kocok.
d) Catat suhu campuran setiap 30 detik sampai suhu konstan sebanyak 7 kali. Buat
grafik suhu terhadap waktu dan tentukan suhu campuran reaksi yang maksimum
(t5), yaitu pada suhu mendekati 0 detik.
e) Hitung kalor netralisasi yang terukur.

D. Analisis Data
1. Tetapan kalorimeter
Sampel Berat Temperatur pada 30 detik ke (°C)
1 2 3 4 5 6 7
Air dingin 25 gram
Air panas 25 gram
campuran 50 gram

TDingin = °C + 273 = ……K

TPanas = °C + 273 = ….. K

TCampuran = °𝐶 + 273 =… 𝐾

a) Kalor yang diserap air dingin, q1


q1 = massa air dingin × kalor jenis air × perubahan suhu ( Tcampuran – Tdingin)
= 25 g x 4,18 J x (305 K – 302K)
= 313,5 J

5
b) Kalor yang diserap air panas, q2
q2 = massa air panas × kalor jenis air × perubahan suhu (Tpanas-Tcampuran)
= 25 g x 4.18 J x (324 K – 305 K)
= 25 x 4,18 J x 19 K
= 1.672 J

c) Kalor yang diserap kalorimeter


q3 = q2 – q1
= 1.985,5 J – 313,5 J
= 1.672 J

d) Tetapan kalorimeter, k
k = q3 / (Tcampuran – Tdingin)
= 1.672 J / (305-302)K
= 1.672 J / 3K
= 557,33 J/K

6
Bab III
Penutup

Kesimpulan

Saran

7
8

Anda mungkin juga menyukai