Anda di halaman 1dari 9

ACARA PRAKTIKUM K3-7 KIMIA DASAR

TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

Zahra Febi Amanda*


IAIN Syekh Nurjati Cirebon
*
email penulis: zahrafebi3927@gmail.com

A. Tujuan
1. Untuk menentukan tetapan kalorimeter
2. Untuk menentukan kalor netralisasi NaOH - HCl
3. Untuk mengetahui prinsip dari Hukum Hess

B. Dasar Teori
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai
suatu reaksi kimia. Termokimia mengenal sistem dan lingkungan, sistem adalah
bagian tertentu dari alam yang menjadi pusat perhatian dan lingkungan adalah bagian
diluar sistem atau yang berada di sekitar sistem (Chang, 2004).
Termokimia meliputi hukum kekekalan energi, hukum kekekalan energi
menyatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan akan tetapi
hanya dapat diubah dan dibentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain.
Nilai energi suatu materi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan energi
demikian juga dengan entalpi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan entalpi
nya saja. (Utami Budi, 2009:39)
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap.
Perubahan entalpi (∆H) pada reaksi endoterm merupakan selisih antara entalpi
produk dengan entalpi bereaksi (Hp - Hr) sehingga (∆H) bernilai positif. Sebaliknya
pada reaksi eksoterm entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi, oleh karena
itu perubahan entalpi (∆H) merupakan selisih antara entalpi pereaksi dengan entalpi
produk (Hr - Hp) sehingga (∆H) bernilai negatif (Justiana, 2009: 44)
Menurut Petrucci, et al (2007), secara umum sistem dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran
energi dan materi ke lingkungan. Contohnya suatu zat dalam gelas kimia.
2. Sistem tertutup merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran
materi ke lingkungannya, tetapi massa tidak berubah. Contohnya sejumlah gas dalam
silinder yang dilengkapi penghisap.
3. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran energi maupun
materi ke lingkungan.
Bentuk energi yang melewati sistem berupa sistem yang melepaskan kalor dan
sistem yang menerima kalor. Sistem yang melepaskan kaor disebut denga eksotermik
dan sistem yang menerima kalor disebut endodermik. Keadaan sistem dipengaruhi
oleh temperature atau suhu, tekanan, volume, massa dan konsentrasi. Menurut hukum
termokimia, perubahan energi yang menyertai perubahan wujud dinyatakan dengan
rumus :
∆E = Q + W
Dengan,
Q = kalor yang diserap oleh sistem (J/mol)
W = kerja atau usaha yang dilakukan oleh sistem (J)
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka kerja/usaha
(W) dirumuskan dengan persamaan :
W = P . ∆V
Dengan,
P = tekanan gas
∆V = perubahan volume untuk sistem gas
Oleh karena itu,pada tekanan tetap :
∆E = Q - P∆V
Bila ∆V = 0, maka ∆E = Q. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap
disebut enthalpi (∆H). Untuk rekasi kimia ∆H adalah kalor reaksi. ∆H suatu reaksi
kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang mnengiringi reaksi
sejumlah reagen tertentu. Lalu dikoreksi dengan kalor yang diserap oleh
kalorimeter(tetapan kalorimeter).
A. Reaksi eksoterm dan endoterm
1. Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
sistem kelingkungan. Dalam hal ini sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Pada
reaksi eksoterm umumnya suhu naik, adanya kenaikan suhu inilah yang
mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan dan reaksi eksoterm ∆H
bertanda negatif (-).
2. Reaksi endoterm
Reaksi endoterrm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini, kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya.
Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu. Adanya
penurunan suhu sistem inilah yang mengakibatkan terjadinya penyerapan kalor oleh
sistem (Unggul Sudarmo, 2004 : 37-38).
d. Persamaan termokimia
Persamaan termokimia menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi
tentang perubahan enthalpi (kalor) yang menyertai reaksi tersebut. Pada persamaan
termokimia terpapar pula jumlah zat yang terlibat pada reaksi yang ditunjukkan oleh
koefisien reaksi dan keadaan fase zat yang terlibat reaksi (Parning Horale, 2005 40).
Perubahan suhu yang menyertai reaksi kimia menunjukkan adanya perubahan
energi dalam bentuk kalor pada pereaksi dan hasil reaksi. Kalor yang diserap akan
dibebaskan oleh sistem menyebabkan suhu sistem berubah. Secara sederhana kalor
tersebut dapat dihitung dengan rumus :
q = m. c. ∆ t
Q = kalor reaksi (Q) m = massa sistem (gram)
∆t = perubahan suhu (oC, K) c = kalor jenis sistem (j/g.K)
ssss Perubahan entalpi (∆H) reaksi adalah q untuk jumlah mol pereaksi/hasil
reaksi sesuai persamaan reaksi, disertai tanda positif (reaksi endoterm) negatif atau
reaksi eksoterm(Kartimi. 2013:32).

e. Perubahan enthalpi standar (∆H°)


B. Beberapa jenis perubahan enthalpi standar (∆H°) yaitu :
1. Perubahan enthalpi pembentukan standar (∆H°f)
Perubahan enthalpi pembentukan standar merupakan enthalpi yang terjadi pada
pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada
keadaan standar.
2. Perubahan enthalpi penguraian standar (∆H°d)
Perubahan enthalpi penguraian standar merupakan enthalpi yang terjadi pada
pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada
keadaan standar.
3. Perubahan enthalpi pembakaran standar (∆H°c)
Perubahan enthalpi pembakaran standar merupakan enthalpi yang terjadi pada
pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada
keadaan standar.
Banyaknya kalor yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia dapat diukur dengan
menggunakan kalorimeter. Kalor dapat diukur dengan menggunakan jalan jumlah
total kalor yang disetiap lingkungan kalor yang diserap air merupakan hasil dari
perkalian antara massa, kalor jenis dan kenaikkan suhu, sedangkan kalor yang diserap
komponen lingkungan lain yaitu tom, pengaduk, termometer, dan lain sebagainya.
Merupakan hasil kali jumlah kapasitas kalor komponen-komponen ini dengan suhu.
Dari sini dapat diketahui bahwa penjumlahan kalor dapat diterapkan melalui hukum
Hess (Attkins, 1999).
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam
siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum
kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi dari keadaan ∆H).
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak
ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal
dan keadaan akhir suatu reaksi. Setelah itu hukum Hess juga menyatakan bahwa
entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total dari penjumlahan kalor reaksi tiap satu
mol dari masing-masing tahap atau orde reaksi. Sehingga besarnya H dapat
ditentukan hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar dari hukum Hess ini
adalah entalpi atau energi internal artinya bersaran yang tidak tergantung pada
jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu
jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah sama.
Hukum Hess menyatakan bahwa “entalpi suatu reaksi tidak dipegaruhi oleh jalannya
reaksi akan tetapi hanya tergantung pada keadaan akhir”. Artinya untuk menentukan
entalpi suatu reaksi tunggal maka kita bisa mengkombinasikan berbagai reaksi
sebagai jalan untuk menentukan entalpi reaksi tunggal tersebut (Oxtoby, dkk,2001).

C. Metodologi
1. Alat
a) Gelas ukur
b) Gelas kimia
c) Kalorimeter
d) Neraca digital
e) Spatula
f) Kaki tigs
g) Spirtus
h) Kassa
i) Korek api
j) Bak air
k) Penjepit gelas kimia
2. Bahan
a) Aquadess
b) HCl 1 M
c) HCl 0,5 M
d) NaOH 1 M
e) NaOH padat
3. Langkah Kerja
a) Dimasukkan 25 ml air kedalam kalori meter. Dihitung suhunya
dihasilkan suhu sebesar 32°C
b) Dinyalakan spirtus dan diletakkan dibawah kasa dan kaki tiga.
c) Diambil gelas 2 kemudian dipanaskan. Diukur suhunya sebesar 59°C
d) Diambil larutan pada gelas 2 kemudian dimasukkan ke dalam
kalorimeter. Kemudian diukur suhunya, dan dihaslkan suhunya sebesar
40°C
e) Suhu yang dihasilkan dari HCl 1 M dan NaOH 1 M sebesar 30°C
f) Dimasukkan kedua larutatn tersebut kedalam bak furfim yang berisi
dengan air. Suhu ynag dihasilkan HCl sebesar 29°C dan suhu yang
dihasikan NaOH sebesar 29°C juga
g) Diambil HCl 1 M, kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter
h) Diambil NaOH 1 M, kemudian dimasukkan kedalam kalori meter
i) Ditutup dengan rapat, kemudian diaduk-aduk agar larutan tercampur
j) Diukur suhu pada larutan yang berada dalam kalorimeter,dan dihasilkan
suhunya sebesar 36°C
k) Dimasukkn HCl kedalam kalorimter, suhunya dihasilkan 20°C
l) Dihitung NaOH padatan menggunakan neraca digital
m) Dimasukkan NaOH pada kedalam kalorimeter, diukur suhunya sebesar
79°C
n) Dihitug kembali padatan NaOH sebanyak 1 gr
o) Dimasukkan HCl 1 dan NaOH yang sudah ditimbang kedalam
kalorimeter
p) Ditutup rapat dan diaduk-aduk larutan tersebut, kemudian suhunya
dihasilkan sebesar 34°C
q) Larutan tersebut dinamakan larutan 2A. Masukkan larutan 2A dan HCl
1 M kdalam bak parafin yang berisi air
r) Diukur suhunya, larutan 2A sebesar 30 C dan larutan HCl 1 M suhunya
29 C
s) Diambil larutan 2A dan larutan HCl 1 M kemudian dimaukkan kedalam
kalori meter yang ditutup rapat dan diaduk-aduk. Dihasilkan suhu
larutan tersebut sebesar 32 C

D. Hasil Pengamatan

HASIL PENGAMATAN TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS


A. Termokimia
1. Percobaan 1 (Tetapan Kalorimeter)

No Sampel Volume Termometer (ᴼC)


1 2 3 4 5 6 7
1 Air biasa 25 ml 32 32 32 32 32 32 32
2 Air Panas 25 ml 59 59 59 59 59 59 59
3 Air panas 50 ml 42 41 41 40 40 40 40
+Air
dingin
Suhu t1: 32ᴼC
Suhu t2: 59ᴼC
Suhu t3: 40ᴼC

2. Percobaan 2 (HCl-NaOH)
No. Sampel Volume Termometer(ᴼC)
1 2 3 4
1 HCl 1 M 50 ml 29 29 29 29
2 NaOH 1M 50 ml 29 29 29 29
3 HCl 1 M + 100 ml 36 36 36 36
NaOH 1M

Suhu t4 : 29ᴼC
Suhu t5 : 36ᴼC
B. Hukum Hess

Percobaan Sebelum reaksi Sesudah reaksi Persamaan reaksi


1 HCl berwarna NaOH padat HCl + NaOH→
bening, dan NaOH terlarut didalam NaCl
padat berwarna HCl menjadi (Larutan garam)
putih suhunya larutan NaCl
adalah 29ᴼC berwarna keruh dan
E. Pembahasan banyak
mengeluarkan asap
dan ditunggu
selama 5 menit
suhunya menjadi 75
ᴼC
2a Air berwarna NaOH padat NaOH + H2O →
bening dan NaOH terlarut dalam air Na+ + OH-
padat berwarna menjadi larutan NaOH→Na + + Cl -
putih dengan suhu berwarna keruh dan
30ᴼC berbau menyengat
degan asap yang
sangat banyak dan
suhunya mencapai
34 ᴼC
2b Larutan 2a
Larutan tersebut NaOH + HCl→
berwarna keruh
semakin mengkeruh NaCl +H2O
dengan suhu 30ᴼC warnanya dengan
dan HCl berwarna suhu 32ᴼC
bening dengan
suhu 29ᴼC
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada Senin. 16 November 2020
tentang Termokimia dan Hukum Hess yang bertujuan untuk: 1.) Untuk menentukan
tetapan kalorimeter 2.) Untuk menentukan kalor netralisasi HCl dan NaOH 3.) Untuk
mengetahui prinsip dari Hukum Hess. Percobaan kali ini digunakan alat-alat berupa
kalorimeter, gelas kimia, gelas ukur, termometer, neraca digital, spatula, kaki tiga,
spirtus, kassa, korek api, bak air dan penjepit gelas kimia. Adapun bahan bahannya
berupa, Aquadess, NaOH 1 M, NaOH padat, HCl 1 M dan HCl 0,5 M.
Termokimia meliputi hukum kekekalan energi, hukum kekekalan energi
menyatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan akan tetapi
hanya dapat diubah dan dibentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain.
Nilai energi suatu materi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan energi
demikian juga dengan entalpi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan entalpi
nya saja. (Utami Budi, 2009:39)
Percobaan pertama dilakukan dengan menentukan tetapan kalorimeter dengan
menggunakan bahan dasar air yang diberi perlakuan beda. Air pertama tidak
dipanaskan, air kedua dipanaskan diatas spirtus, dan air yang ketiga dilakukan
pencampuran antara air panas dan air biasa. Langkah yang pertama dilakukan adalah
menyiapkan bahan-bahan dan alat alat yang akan digunakan kemudian dimasukkan
25 ml air ke dalam kalorimeter dengan menutup kalorimeter tersebut dengan
mengaduk air yang terdapat dalam kalori meter tersebut. Kemudian diukur
menggunakan termometer, berdasarkan pengamatan didapati suhu air tersebut
sebesar 32°C. Suhu pada air ini yang akan dijadikan sebagai t1.
Air kedua dipanaskan diatas spirtus, sampai suhu nya melebihi 50°C. Didapati
suhu air yang dipanaskan diukur menggunakan termometer menunjukan suhu sebesar
59°C, ini adalah t2. Setelah suhu air yang dipanaskan telah diketahui, maka
selanjutnya mengambil 25 ml air panas tersebut untuk di masukkan kedalam kalori
meter yang akan dicampurkan kedua air tersebut. Volume air yang dicampurkan
menjadi 50 ml. Dalam pencampuran ini kalorimeter ditutup rapat dan diaduk-aduk
larutan tersebut agar mempercepat reaksinya. Kemudian diukur suhunya
menggunakan termometer dan didapati suhu pencampuran air tersebut sebesar 40°C.
Setelah mendapatkan suhu konstan pada air tersebut, maka dijadikanlah sebagai t 3.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh didapati bahwa adanya penurunan pada reaksi
yang berlangsung yakni dari 42°C hingga akhir (konstan) 40°C. Hal tersebut
menunjukan bahwa pencampuran air panas dengan air dingin menyebabkan
terjadinya reaksi endoterm dan eksoterm. Adanya penyerapan kalor oleh air dingin
didalam kalorimeter terhadap air panas, dan ada pula kalor yang dilepas oleh air
panas didalam kalorimeter. Peristiwa diatas sesuai dengan pengertian reaksi endoterm
dan reaksi eksoterm yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan reaksi endoterm
adalah reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor dan reaksi eksoterm adalah reaksi
kimia dengan siste melepas kalor(Justiana, 2009:41)
Pada larutan HCl 1 M dan NaOH 1 M mula-mula suhunya 30°C sebelum
dimasukkan ke dalam bak yang berisi air. Tetapi setelah dimasukkan kedalam bak
yang berisi air suhu kedua larutan tersebut mengalami penurunan hingga 29°C. Hal
ini terjadi karena lingkungan dapat mempengaruhi sistem, yang menyebabkan
terjadinya kenaikan atau penurunan suhu suatu larutan tertentu. Kemudian ketika
kedua larutan tersebut dimasukkan kembali kedalam kalorimeter, yang mana
kalorimeter tersebut ditutup rapat dan campuran larutan diaduk-aduk guna
mempercepat reaksi, diamati dan dihitung suhunya menggunakan termometer, suhu
larutan tersebut menjadi 36°C. Hal ini terjadi karena adanya reaksi dalam sistem
tertutup yang menyebabkan pelepasan kalor dari kedua campuran sehingga
menyebabkan panas yang tinggi pada larutan larutan tersebut.
Percobaan selanjutnya yaitu dihtung suhu HCl 0.5 dengan memasukkannya
kedalam kalorimeter. Dijetahui suhunya sebesar 29°c yang kemudian ditambahkan
innallaha padatan yang dicampur kan dengan hcl 0,5 m sebanyak 50 ml saat dia mati
berubah. Saat diamati perubahan suhunya menjadi 75°C derajat celcius hal ini terjadi
karena adanya reaksi di dalam sistem yang menyebabkan kedua larutan tersebut
saling bereaksi sehingga menimbulkan manas yang tinggi. Selanjutnya pengamatan
pada larutan hcl 0,5 m yang di reaksi kan dengan padatan naoh sebanyak 1 gram
sebelumnya hcl 0,5 m tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan volume 50
ml kemudian kalorimeter ditutup rapat dengan mengaduk-aduk kedua larutan
tersebut. Kemudian suhunya diamati dan dihitung menggunakan termometer,
didapati bahwa kedua larutan tersebut suhunya sebesar 34° C. Larutan ini disebut
dengan larutan 2A. Kemudian diambil larutan 2A dari kalorimeter serta dihitung
suhu larutan 2A didapati suhu 30° C dan suhu pada HCl 1 m didapati suhu sejumlah
29°C. Pada proses ini terjadi proses penurunan suhu. Sehingga suhu tidak sepanas
sebelumnya.
Selanjutnya menghitung kedua larutan 2A. Untuk menghitung suhu dilakukan
dengan menambahkan HCl 1 molar sebanyak 50 ml yang akan dicampur kan ke
dalam larutan 2A. Setelah dicampurkan dan dimasukkan ke dalam kalori m maka
dihitung bitung suhunya ternyata 32°C . Di sini terjadi penyerapan kalor yang
menyebabkan suhu pada larutan semakin kecil atau biasanya reaksi ini disebut juga
sebagai reaksi endoterm dimana pada reaksi ini larutan akan menyerap kalor dari
dalam sistem.
Selanjutnya meerupakan reaksi penetralan HCl 1 M dan NaOH 1 M, sebelum
bereaksi NaOH padat berwarna bening dengan suhu 30°C. NaOH padat yang terlarut
dalam air warnanya menjadi keruh berbau menyengat serta terdapat asap. Terjadinya
reaksi pada proses ini dituliskan sebagai NaOH + H2O → Na+ + OH-, suhu mengalami
kenaikan menjadi 34°C. Sebelum dicampurnkan, larutan NaOH bersuhu 30°C dan
larutan HCl beruhu 29°C. Karena mengalami reaksi maka suhu dari kedua larutan
tersebut kembali mengalami kenaikkan menjadi 32°C dengan persamaan reaki NaOH
+ HCl→ NaCl +H2O. Pada percobaan ini yang bertindak sebagai sistem adalah HCl
dan NaOH dan yang bertindak sebagai bertindak lingkungan adalah air dan sebagai
media pelarut kedua zat tersebut. Pada reaksi tersebut suhu larutan meningkat dari
suhu awal, hal ini terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang
tidak dapat dilepaskan oleh sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan
pelarut dan material lain (kalorimeter). Akibatnya suhu lingkungan naik yang
ditunjukkan oleh kenaikan suhu larutan. Jadi dalam percobaan tersebut yang gagal
menilai suhu sistem, tapi suhu lingkungan tempat reaksi, sedangkan sistem pada
reaksi tersebut suhunya turun dan mencapai keadaan stabil membentuk NaCl dan
H2O. Pada didapat nilai ∆H sebesar 18.981 J / mol .

F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukaan yang bertujuan untuk 1.) Untuk
menentukan tetapan kalorimeter 2.) Untuk menentukan kalor netralisasi HCl dan
NaOH 3.) Untuk mengetahui prinsip dari Hukum Hess. Dapat disimpulkan bahwa :

1. Untuk menentukan tetapan kalorimeter diginakan rumus q = m. c. ∆ t


Di dapati q1 sebesar 836 J q2 = 1,985,5 J dan q3 =834,01 J dengan K sebesar 20,850
J/k
2. Kalor netralisasi HCl dan NaOH didapati sebesar 1,8991 J/mol dengan
menggunakan rumus perhitungan :
Qsekeliling = Qreaksi
= Qlar + Qkaloriimeter
= C x M(Tf-Ti) + W(Tf-Ti)
= 4,180 x 100(36-29) + (36-29) 3,80
- 37,962 J
HCl + NaOH→ NaCl +H2O
∆reaksi = Qkeliling
0,02 = 37, 962
= 1898,1 J/mol
3. Prinsip kerja Hukum Hess adalah besarnya sebuah entalpi dari suatu reaksi tidak
ditentukan oleh jalannya suatu tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan
awal dan keadaan akhir suatu reaksi.

Daftar Pustaka

Atkins, PW. 1990. Kimia Fisika . Jilid I. Edisi 6. Penerjemah: Kartohadiprojo.


Erlangga. Jakarta.
Kartimi . 2013 . Panduan Praktikum Kimia Dasar 2 . Cirebon : Pusat Laboratorium
IAIN Syekh Nurjati.
Keenan, dkk. 1998. Kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Utami, Budi. 2009. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Justiana Muchtardi, Sandri. 2009. Kimia 2. Jakarta: Yudistira.
Oxtoby, D.W., H.P. Gillis dan N.H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern
Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Lampiran

Penambahan air Dihitug suhu air Dihitung suhu air Pencapuran air
dalam kalorimeter tsb panas panas dan dingin

Perendaman di air Pengukuran suhu Pencampuran HCl Penimbangan


bak dan NaOH NaOH

Pemberian NaCl Pengukuran suhu


padatan setelah lar
dicampurkan

Anda mungkin juga menyukai