A. Tujuan
1. Untuk menentukan tetapan kalorimeter
2. Untuk menentukan kalor netralisasi NaOH - HCl
3. Untuk mengetahui prinsip dari Hukum Hess
B. Dasar Teori
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai
suatu reaksi kimia. Termokimia mengenal sistem dan lingkungan, sistem adalah
bagian tertentu dari alam yang menjadi pusat perhatian dan lingkungan adalah bagian
diluar sistem atau yang berada di sekitar sistem (Chang, 2004).
Termokimia meliputi hukum kekekalan energi, hukum kekekalan energi
menyatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan akan tetapi
hanya dapat diubah dan dibentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain.
Nilai energi suatu materi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan energi
demikian juga dengan entalpi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan entalpi
nya saja. (Utami Budi, 2009:39)
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap.
Perubahan entalpi (∆H) pada reaksi endoterm merupakan selisih antara entalpi
produk dengan entalpi bereaksi (Hp - Hr) sehingga (∆H) bernilai positif. Sebaliknya
pada reaksi eksoterm entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi, oleh karena
itu perubahan entalpi (∆H) merupakan selisih antara entalpi pereaksi dengan entalpi
produk (Hr - Hp) sehingga (∆H) bernilai negatif (Justiana, 2009: 44)
Menurut Petrucci, et al (2007), secara umum sistem dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran
energi dan materi ke lingkungan. Contohnya suatu zat dalam gelas kimia.
2. Sistem tertutup merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran
materi ke lingkungannya, tetapi massa tidak berubah. Contohnya sejumlah gas dalam
silinder yang dilengkapi penghisap.
3. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran energi maupun
materi ke lingkungan.
Bentuk energi yang melewati sistem berupa sistem yang melepaskan kalor dan
sistem yang menerima kalor. Sistem yang melepaskan kaor disebut denga eksotermik
dan sistem yang menerima kalor disebut endodermik. Keadaan sistem dipengaruhi
oleh temperature atau suhu, tekanan, volume, massa dan konsentrasi. Menurut hukum
termokimia, perubahan energi yang menyertai perubahan wujud dinyatakan dengan
rumus :
∆E = Q + W
Dengan,
Q = kalor yang diserap oleh sistem (J/mol)
W = kerja atau usaha yang dilakukan oleh sistem (J)
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka kerja/usaha
(W) dirumuskan dengan persamaan :
W = P . ∆V
Dengan,
P = tekanan gas
∆V = perubahan volume untuk sistem gas
Oleh karena itu,pada tekanan tetap :
∆E = Q - P∆V
Bila ∆V = 0, maka ∆E = Q. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap
disebut enthalpi (∆H). Untuk rekasi kimia ∆H adalah kalor reaksi. ∆H suatu reaksi
kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang mnengiringi reaksi
sejumlah reagen tertentu. Lalu dikoreksi dengan kalor yang diserap oleh
kalorimeter(tetapan kalorimeter).
A. Reaksi eksoterm dan endoterm
1. Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
sistem kelingkungan. Dalam hal ini sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Pada
reaksi eksoterm umumnya suhu naik, adanya kenaikan suhu inilah yang
mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan dan reaksi eksoterm ∆H
bertanda negatif (-).
2. Reaksi endoterm
Reaksi endoterrm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini, kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya.
Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu. Adanya
penurunan suhu sistem inilah yang mengakibatkan terjadinya penyerapan kalor oleh
sistem (Unggul Sudarmo, 2004 : 37-38).
d. Persamaan termokimia
Persamaan termokimia menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi
tentang perubahan enthalpi (kalor) yang menyertai reaksi tersebut. Pada persamaan
termokimia terpapar pula jumlah zat yang terlibat pada reaksi yang ditunjukkan oleh
koefisien reaksi dan keadaan fase zat yang terlibat reaksi (Parning Horale, 2005 40).
Perubahan suhu yang menyertai reaksi kimia menunjukkan adanya perubahan
energi dalam bentuk kalor pada pereaksi dan hasil reaksi. Kalor yang diserap akan
dibebaskan oleh sistem menyebabkan suhu sistem berubah. Secara sederhana kalor
tersebut dapat dihitung dengan rumus :
q = m. c. ∆ t
Q = kalor reaksi (Q) m = massa sistem (gram)
∆t = perubahan suhu (oC, K) c = kalor jenis sistem (j/g.K)
ssss Perubahan entalpi (∆H) reaksi adalah q untuk jumlah mol pereaksi/hasil
reaksi sesuai persamaan reaksi, disertai tanda positif (reaksi endoterm) negatif atau
reaksi eksoterm(Kartimi. 2013:32).
C. Metodologi
1. Alat
a) Gelas ukur
b) Gelas kimia
c) Kalorimeter
d) Neraca digital
e) Spatula
f) Kaki tigs
g) Spirtus
h) Kassa
i) Korek api
j) Bak air
k) Penjepit gelas kimia
2. Bahan
a) Aquadess
b) HCl 1 M
c) HCl 0,5 M
d) NaOH 1 M
e) NaOH padat
3. Langkah Kerja
a) Dimasukkan 25 ml air kedalam kalori meter. Dihitung suhunya
dihasilkan suhu sebesar 32°C
b) Dinyalakan spirtus dan diletakkan dibawah kasa dan kaki tiga.
c) Diambil gelas 2 kemudian dipanaskan. Diukur suhunya sebesar 59°C
d) Diambil larutan pada gelas 2 kemudian dimasukkan ke dalam
kalorimeter. Kemudian diukur suhunya, dan dihaslkan suhunya sebesar
40°C
e) Suhu yang dihasilkan dari HCl 1 M dan NaOH 1 M sebesar 30°C
f) Dimasukkan kedua larutatn tersebut kedalam bak furfim yang berisi
dengan air. Suhu ynag dihasilkan HCl sebesar 29°C dan suhu yang
dihasikan NaOH sebesar 29°C juga
g) Diambil HCl 1 M, kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter
h) Diambil NaOH 1 M, kemudian dimasukkan kedalam kalori meter
i) Ditutup dengan rapat, kemudian diaduk-aduk agar larutan tercampur
j) Diukur suhu pada larutan yang berada dalam kalorimeter,dan dihasilkan
suhunya sebesar 36°C
k) Dimasukkn HCl kedalam kalorimter, suhunya dihasilkan 20°C
l) Dihitung NaOH padatan menggunakan neraca digital
m) Dimasukkan NaOH pada kedalam kalorimeter, diukur suhunya sebesar
79°C
n) Dihitug kembali padatan NaOH sebanyak 1 gr
o) Dimasukkan HCl 1 dan NaOH yang sudah ditimbang kedalam
kalorimeter
p) Ditutup rapat dan diaduk-aduk larutan tersebut, kemudian suhunya
dihasilkan sebesar 34°C
q) Larutan tersebut dinamakan larutan 2A. Masukkan larutan 2A dan HCl
1 M kdalam bak parafin yang berisi air
r) Diukur suhunya, larutan 2A sebesar 30 C dan larutan HCl 1 M suhunya
29 C
s) Diambil larutan 2A dan larutan HCl 1 M kemudian dimaukkan kedalam
kalori meter yang ditutup rapat dan diaduk-aduk. Dihasilkan suhu
larutan tersebut sebesar 32 C
D. Hasil Pengamatan
2. Percobaan 2 (HCl-NaOH)
No. Sampel Volume Termometer(ᴼC)
1 2 3 4
1 HCl 1 M 50 ml 29 29 29 29
2 NaOH 1M 50 ml 29 29 29 29
3 HCl 1 M + 100 ml 36 36 36 36
NaOH 1M
Suhu t4 : 29ᴼC
Suhu t5 : 36ᴼC
B. Hukum Hess
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukaan yang bertujuan untuk 1.) Untuk
menentukan tetapan kalorimeter 2.) Untuk menentukan kalor netralisasi HCl dan
NaOH 3.) Untuk mengetahui prinsip dari Hukum Hess. Dapat disimpulkan bahwa :
Daftar Pustaka
Lampiran
Penambahan air Dihitug suhu air Dihitung suhu air Pencapuran air
dalam kalorimeter tsb panas panas dan dingin