Anda di halaman 1dari 11

TUGAS LAPORAN PANCASILA

Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas individu mata kuliah Pancasila
Dosen Pengampu : Dr. Atiek Rohmayati M.Pd

Nama : Zahra Febi Amanda


Kelas : Biologi A/2
NIM : 2008106023

JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH


DAN KEGURUAN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,
sehingga laporan ini dapat saya selesaikan. Sholawat serta salam saya panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW atas perjuangan
dan pengorbanan beliau dalam memperjuangkan islam sehingga kita bisa merasakan indahnya
islam dalam kehidupan kita. Islam telah membawa kita pada suatu kebenaran yang hakiki.
Pembuatan laporan ini ditujukan sebagai syarat dalam penilaian tugas akhir secara
individu pada mata kuliah Pancasila “Pengenalan Sejarah Pancasila, Lambang Negara dan
Pengenalan Masing-Masing Sila Pancasila” di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan atas dasar itulah
saya mengharapkan semoga laporan ini bisa digunakan sebagai bahan penilaian tersebu
sebagaimana mestinya. Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar
tercapainya tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu atau pun
masalah kelompok.
Dalam penulisan laporan ini, saya menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, baik
pada teknik penulisan maupun materinya. Mengingat akan hakikat saya sebagai manusia biasa
yang tidak pernah luput dari kesalahan, karena sesungguhnya kebenaran itu hanya datangnya
dari Allah. Untuk itu, kritik, dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan demi kesempurnaan kedepannya. Mudah-mudahan laporan ini besar manfaatnya bagi
para pembaca dan khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan
kesuksesan dalam belajar.

Cirebon, 9 Juni 2021


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengenalan Sejarah Pancasila..........................................................................................................6
B. Lambang Negara..............................................................................................................................7
C. Pancasila Bukan Agama, Agama Bukan Pancasila..........................................................................7
D. Pengenalan Sila-Sila Pancasila........................................................................................................8
E. Pancasila Sebagai Paradigma Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara........................................9
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
Kesimpulan............................................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan bentuk
pemerintahan republic sehingga disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan pancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, masyarakat Indonesia mengenal pancasila sebagai dasar Negara, pedoman, dan
pandangan hidup, yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat sendiri. Pancasila
merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia sejak dahulu.
Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-
sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam
fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa.
Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu
meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain. Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan
sebagai pandangan hidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia,
yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Hal ini terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan
Naskah Proklamasi Indonesia. Pancasila juga merupakan ideology terbuka, yaitu bersifat khas
dan orisinil. Kelima sila dalam pancasila ini memang bersifat universal sehingga dapat
ditemukan dalam gagasan berbagai masyarakat lain. Letak kekhasan dan orisinilitasnya yaitu
sebagai falsafah dan ideologi Negara. Pancasila juga berperan dalam sejarah ketatanegaraan
Republik Indonesia yaitu yang berpusat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang benar- benar
harus dijiwai oleh seluruh masyarakat Indonesia. Negara yang berpaham kedaulatan rakyat, yaitu
Negara tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada rakyat karena rakyat adalah sumber dari
kekuasaan Negara. Sedangkan arah perumusan norma-norma hukum harus memberikan jaminan
kemudahan dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat untuk menunjukkan bahwa
rakyatlah yang berdaulat. Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab
seharusnya masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti pemaparan di atas
telah disebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum atau dasar Negara
yang harus dipatuhi. Karena dalam sila-sila pancasila tidak memihak kepada satu orang saja
melainkan keseluruh warga Negara Indonesia.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah Perumusan Pancasila?
b. Apa itu Lambang Negara Indonesia?
c. Apa yang dimaksud dengan Pancasila Bukan Agama, Agama Bukan Pancasila?
d. Bagaimana Bentuk Pengenalan Sila-Sila Pancasila?
e. Apa yang dimaksud dengan Pancasila Ssebagai Paradigma dalam Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara?
Tujuan
a. Mengetahui Sejarah Perumusan Pancasila
b. Mengetahui Lambang Negara Indonesia
c. Mengetahui maksud dari Pancasila Bukan Agama, Agama Bukan Pancasila
d. Mengetahui bentuk dari Pengenalan Sila-Sila Pancasila
e. Mengetahui maksud dari Pancasila Ssebagai Paradigma dalam Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegara
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan Sejarah Pancasila


Ende adalah tempat Soekarno diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda selama empat
tahun. Soekarno tiba di Ende pada 14 Januari 1934 dengan kapal Jan Van Riebeeck. Ende yang
adalah sebuah kota kecil di pesisir selatan Pulau Flores dan merupakan pusat pemerintahan
Belanda untuk daerah jajahan Pulau Flores dan pulau-pulau lain disekitarnya. Sebelum
meninggalkan Flores, Soekarno pernah menanam Pohon Kokara, yaitu sejenis pohon yang
berdaun lima. Kemudian oleh Soekarno, pohon tersebut diberi nama “Pohon Pancasila”. Di
bawah pohon sukun itu Soekarno merenungkan kemungkinan dasar negara yang kemudian diberi
nama Pancasila.
Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (Bahasa Brahmana India), Pancasila berasal dari
kata ‘Panca’ dan ‘Sila’. Panca artinya lima, sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar.
Kata sila bisa juga berasal dari kata susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara
kebahasaan dapat disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar. Atau
dapat juga berarti lima tingka laku yang baik. Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh
Bung Karno sejak sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip
dasar negara. Eksistensi Pancasila tidak dapat dipisahkan dari situasi menjelang lahirnya negara
Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Setelah mengalami pergulatan pemikiran, para pendiri
bangsa ini akhirnya sepakat dengan lima pasal yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup
dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila dirumuskan berbeda-beda oleh para perumusnya di masa lalu dan sempat
mengalami beberapa perubahan dari waktu ke waktu hingga mencapai rumusan yang sah secara
konstitusional dan dipakai hingga dewasa ini. Menurut Mr. Mohammad. Yamin sebagaimana
yang disampaikan dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut: (1)
Prikebangsaan (2) Prikemanusiaan (3) Priketuhanan (4) Prikerakyatan (5) Kesejahteraan rakyat.
Sedangkan menurut Soekarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI,
Pancasila memuat hal sebagai berikut: (1) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia (2)
Internasionalisme atau prikemanusiaan (3) Mufakat atau demokrasi (4) Kesejahteraan sosial dan
(5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Setelah usulan-usulan tersebut ditampung maka kemudian dibentuk panitia kecil yang
berjumlah delapan orang yang kemudian dikenal dengan ‘panitia 8’ yang bertugas untuk
menyusun dan mengelompokkan semua usulan tertulis. Anggota panitia delapan tersebut terdiri
dari: (1) Ir. Soekarno (Ketua) (2) Drs Moh. Hatta (3) M. Soetardjo Kartohadikoesomo (4) KH.
Wahid Hasyim (5) Ki Bagus Hadikusumo (6) Rd. Otto Iskandardinata (7) Mohammad. Yamin
(8) Mr. Alfred Andre Maramis. Setelah panitia kecil tersebut bekerja meneliti, dan berusaha
merumuskan, maka kemudian diketahui terjadi perbedaan pendapat diantara para anggota.
Anggota yang beragama Islam menghendaki bahwa negara berdasarkan syariat Islam, sedangkan
yang berhaluan nasionalis menghendaki bahwa negara tidak berdasarkan hukum agama tertentu.
Maka untuk mengatasi hal tersebut maka dibentuklah panitia yang terdiri dari sembilan orang
yang kemudian dikenal dengan ‘panitia 9’ yaitu: (1) Ir. Soekarno (Ketua) (2) Mr. Yamin (3) KH.
Wahid Hasyim (4) Drs. Moh. Hatta (5) KH. Abdul Kahar Moezakir (6) Mr. Maramis (7) Mr.
Soetardjo Kartohadikoesoemo (8) Abi Kusno Tjokrosoejoso (9) H. Agus Salim.
Pancasila dalam piagam Jakarta yang disahkan pada 22 Juni 1945 adalah sebagai berikut: (1)
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, (5) Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Rumusan piagam Jakarta tersebut kemudian mengalami perubahan, dan
perubahan ini yang kemudian dianggap sah secara konstitusional sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu: (1) Ketuhanan yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan
beradab (3) Persatuan Indonesia (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Lambang Negara
Setiap negara mempunyai lambang negara yang merupakan perwujudan identitas sekaligus
jati diri bangsa nya. Indonesia memiliki lambang negara yaitu Garuda Pancasila sebagai lambang
negara yang melambangkan kemegahan Indonesia. Lambang Garuda Pancasila ini dibuat oleh
Sultan Hamid II yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan
Pontianak. Sultan Hamid teringat ucapan Presiden Soekarno bahwa hendaknya lambang negara
mencerminkan pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar
negara yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
Seekor burung garuda yang berdiri tegak yang kepalanya menghadap ke kanan dengan
mengembangkan sayapnya ke kanan dan ke kiri. Pada sayap kanan dan sayap kirinya nya
terdapat 17 helai bulu, dengan ekor berelar 8 helai bulu, 19 helai bulu pangkal ekor dibawah
perisai dan leher yang berelar 45 helai bulu menunjukkan kepada waktu kemerdekaan bangsa
Indonesia yakni 17 Agustus 1945. Pada dadanya digantung sebuah perisai yang dibagi menjadi 5
ruang di tengah dan 4 di tepi. Bintang cermelang atas dasar hitam merupakan Sinar Cemerlang
abadi dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Rantai yang terdiri daripada gelang-gelang persegi dan
bundar yang bersambung satu sama lain dalam sambungan yang tiada putusnya adalah lambang
persatuan Indonesia. Pohon beringin adalah lambang kebangsaan. Banteng merupakan lambang
kedaulatan rakyat. Padi dan kapas adalah lambang kecukupan. Pada kaki burung garuda
mencengkram sebuah pita yang sedikit melengkung ke atas. Di mana pada pita tersebut tertulis
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sebagai semboyan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

C. Pancasila Bukan Agama, Agama Bukan Pancasila


Agama dan Pancasila adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya adalah merupakan
Kendali dan Pandangan Hidup yang memiliki porsi yang berbeda, karena Pancasila adalah
pandangan hidup (way of life) dalam Kita bernegara, Ideologi negara, sebagai pedoman Kita
dalam bernegara, yang diciptakan oleh para pendiri negara, agar bangsa yang memiliki berbagai
suku Dan agama ini memiliki landasan persatuan dalam bernegara. Sementara Agama adalah
keyakinan yang dianut oleh masing-masing warga negara, sesuai dengan apa yang diyakini,
sebagai pedoman hidup dalam menjalankan hidup Dan kehidupan, agar penganutnya memilki
akhlak Dan prilaku yang baik demi mencapai kehidupan yang baik dan diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa. Warga negara yang beragama dengan baik tentunya akan mampu menselaraskan diri
dengan Ideologi negara, maka dari itu tercapainya cita-cita bangsa ini jelas karena adanya
keselarasan tersebut, sehingga terciptalah persatuan Dan kesatuan Bangsa. Pancasila itu
merupakan sebuah konsesus, sebuah kesepakatan bersama yang dijadikan landasan dalam
bernegara, konsesus tersebut lahir dari kesepakatan seluruh elemen bangsa yang diwakili oleh
berbagai umat beragama Dan berbagai suku, dan konsesus itu tidak bisa diubah atau dianggap
hanya milik Umat Islam, dan tidak bisa dibilang hanya Agama Islam yang sejalan dengan
Pancasila, Agama lain diluar Islam bertentangan dengan Pancsila.
Pancasila bukanlah Agama, tapi ideologi negara yang tidak lahir begitu saja, melalui
perdebatan panjang dan tarik menarik berbagai kepentingan, negara yang majemuk tidak bisa
memenuhi ego segelintir kelompok, dan tidak bisa memaksakan Kehendak untuk kepentingan
bangsa yang besar, atas kesepakatan bersama maka dirumuskanlah pancasila yang unsur
didalamnya terkandung poin-poin yang dapat mewakili kepentingan bersama. "Titik temunya
adalah Pancasila yang disatukan oleh Bung Karno pada 1 Juni sebagai "Philosofiche
Grondslag" : ketuhanan, kebangsaan, perikemanusiaan, kedaulatan rakyat, dan demik sosial.
Dalam butir-isi Pancasila itu, Nilai-nilai dasar dan utama Islam inhern. Sehingga, tanpa negara
ini harus menjadi negara yang Islam, namun dengan Pancasilan sebagai ideologinya, negara ini
memiliki Islam secara substansial. Karena itu, ini menjadi kalimatun sawa '(platform umum)
yang diterima secara gegap gempita pada 1 Juni itu." Agama bukanlah seperti Ormas yang bisa
dibubarkan sesuai kehendak orang perorang, Tuhan menciptakan agama lain sebelum Islam Ada,
Islam hadir untuk menyempurnakan agama sebelumnya. Posisi agama dalam sebuah negara yang
majemuk haruslah setara, yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya hanya
kwantitas, namun yang mayoritas hendaknya menghargai minoritas, Dan minoritas menghormati
yang mayoritas.

D. Pengenalan Sila-Sila Pancasila


Dalam agama Islam disebutkan dalam surat al-ikhlas ayat 1 di mana artinya memiliki
kesesuaian dengan sila pancasila yang pertama, dimana memiliki arti bahwa Ketuhanan Yang
Maha Esa merupakan Indonesia memiliki beragam agama yang dianut oleh masyarakatnya dan
siapa pun tidak bisa memaksakan seseorang untuk menganut agama tertentu. Dalam surat An-
nisa ayat 135 memiliki kesesuaian dengan sila yang kedua kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang perlu digarisbawahi adalah bahwa kita tidak boleh memperlakukan orang lain dengan
semena-mena. Quran surat Al-hujurat ayat 13 memiliki kesesuaian dengan sila ketiga Pancasila
di mana Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki banyak keberagaman; bersuku-
suku, adat istiadat, agama, bahasa dan budaya. Kenyataan tersebut merupakan sebuah takdir
yang diberkahi Allah SWT terhadap NKRI, agar kita saling mengembangkan toleransi dan
bersikap tenggang rasa. Sila ke-4 yang berbunyi rakyat dipimpin artinya rakyat diatur oleh
pemimpin, dengan hikmat dengan nilai-nilai yang penuh dengan kebaikan hikmah kebijaksanaan
dengan penuh bijaksana, memperhatikan, mempedulikan terhadap kepentingan rakyat. Aturan
hukum yang ada di Indonesia dibuat dengan berdasar sila keempat Pancasila. Jika dalam
pandangan Islam seperti dalam surat Asy-syura ayat 38 yang artinya "sedangkan urusan mereka
diputuskan dengan musyawarah antara mereka" kita diperintahkan oleh Allah untuk memutuskan
sesuatu dengan bermusyawarah mulai dari ruang lingkup keluarga hingga urusan negara. Sila ke-
5 dalam Pancasila terkandung dalam surat An-nahl ayat 90 di mana artinya berbunyi
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan mengerjakan kebajikan" jika berlaku adil
maka kebajikan pun akan secara otomatis berjalan dengan semestinya.

E. Pancasila Sebagai Paradigma Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara


Paradigma bisa diartikan sebagai kerangka berfikir atau sebuah cara berfikir, asumsi, atau
cara pandang, sebuah prinsip dasar, sumber hukum dll. Bila kita kaitkan dengan pengertian tadi
bahwa yang dimaksud dengan pancasila sebagai paradigma bermasyarakat berbangsa dan
bernegara yaitu bagaimana pancasila dijadikan sebagai kerangka berfikir didalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam pelaksanaanya yaitu bagaimana kita dapat melakukan sosialisasi di
lingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan dan pengamalan pancasila sebagai paradigma
kehidupan berbangsa yaitu lebih menitikberatkan atau menekankan pada nasionalisme atau rasa
cinta kita terhadap bangsa dan negara sehingga tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari hari harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan dengan cara kita sebagai warna negara
indonesia harus menjaga NKRI sehingga tidak mudah dipecah belah, di propokasi, di diadu
domba oleh siapapun, dan juga sebagai pengamalan dalam sila ke-2 kita tidak boleh diksriminasi
atau membeda-bedakan kepada siapapun. Pancasila sebagai paradigma kehidupan bernegara
memiliki arti bahwa segala tindakan yang kita lakukan harus patuh dan tunduk terhadap aturan
hukum yang berlaku di negeri ini.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Sejarah perumusan Pancasila pertama kali terjadi ketika Ir. Soekarno melakukan
pengasingan diri di Pulau Ende. Beliau memikirkan sebuah dasar negara yang cocok untuk
keperibadian diri bangsa Indonesia hingga tercetuslah Pancasila. Karena para perumus Pancasila
berbeda-beda, sempat dilakukan rapat beberapa kali untuk menghasilkan perumusan yang final.
Hingga memperoleh hasil lima sila yang kita ketahui seperti saat ini. Disamping itu sebuah
negara pun memiliki lambang dasar negara sebagai identitasnya. Seperti diketahui, bahwa
Indonesia memiliki lambang negara berupa burung Garuda dengan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” yang mana memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Pancasila juga
dijadikan sebagai kerangka teoritis dalam berpikir dan bertindak sehingga dalam hal ini
Pancasila disebut juga sebagai paradigma dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana mestinya yang kita ketahui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, Pancasila memiliki nilai-nilai yang bisa dijadikan sebagai batasan dalam melakukan
sesuatu. Sehingga apa yang kita perbuat jika sudah memahami betul makna dari sila-sila
Pancasila akan sangat menghasilkan suatu identitas yang mencerminkan kepribadian Bangsa
Indonesia yang Pancasialis.

Anda mungkin juga menyukai