Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karna berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya melalui berbagai sumber.
Disadari makalah ini sangat jauh dari sempurna karna keterbatasan pengentahuan dan
pengalaman dari penulis.Oleh karna itu,kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan
untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat dimusnahkan dan dapat diciptakan
melainkan hanya dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain.Di alam ini banyak terdapat energi
seperti energi listrik,energi kalor,energi bunyi,namun energi kalor hanya dapat dirasakan seperti
panas matahari .Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat alat-alat pemanas yang
menggunakan energi listrik seperti teko pemanas, penanak nasi, kompor listrik ataupun pemanas
ruangan. Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki cara kerja yang sama yaitu merubah energi
listrik yang mengalir pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama halnya dengan
kalorimeter yaitu alat ayang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang
dibebaskan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat diidentifikasi permasalahan, sebagai
berikut :
C.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat memahami sistem kerja
kalorimeter dan arti fisis tara panas listrik.Memperluas pengetahuan pembaca tentang
kalorimeter.
BAB 2
TEORI PENDAHULUAN
2.1 TEORI DASAR
Apabila dua benda yang berlainan temperaturnya disentuhkan, maka benda yang lebih panas
akan memberikan sebagian panasnya kepada benda yang lebih rendah temperaturnya, sampai
akhirnya dicapailah temperatur akhir yang sama (kesetimbangan temperatur).
Satuan yang dipakai pada perpindahan panas adalah kalori, yang didefinisikan sebagai
“Jumlah panas yang dibutuhkan oleh setiap 1 gram air untuk menaikan temperatur 1ºC”.
Apabila ke dalam kalorimeter yang berisi air dimasukan benda yang berbeda temperaturnya
(misalnya lebih panas), akan terjadi aliran panas dari benda ke kalorimeter dan air. Setelah
dicapai keadaan setimbang, maka :
W1c1 (T4 - T1) +W2c2 (T4 - T2) = W3c3 (T3 - T4) (1)
Dimana :
W1c1 (T4 - T1) +W2c2 (T4 - T2) = P G - W3c3 (T3 - T4) (2)
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda
tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga
sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor berikut:
Ø Massa zat
Ø Perubahan suhu
Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari
satu tempat ke tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999). Pengukuran jumlah kalor reaksi yang
diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri.
Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan
adalah kalorimeter.
Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan
data perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam
kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar
ke dalam kalorimeter. (Petrucci,1987). Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter
sebesar 1ºC pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987).
Hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan.
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak spontan. Proses
spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangakan reaksi tidak spontan
tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari kristal sempurna murni pada suhu
nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan keteraturan
tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit diatas
0ºK, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif.
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu
(ΔT), yang dinyatakan dengan persamaan berikut :
q = m . c . ΔT
Keterangan :
c = kalor jenis
Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan
melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai
kesetimbangan termal.
q lepas = q terima
Kalor jenis suatu benda tidak tergantung dari massa benda, tetapi tergantung pada sifat dan jenis
benda tersebut. Jika kalor jenis suatu benda adalah kecil maka kenaikan suhu benda tersebut
akan cepat bila dipanaskan.
Ketika aliran panas terjadi antara dua benda yang terisolasi dari lingkungannya, jumlah panas
yang hilang dari satu benda harus setara dengan jumlah benda lainnya. Yang berpindah adalah
panasnya, jadi prinsipnya adalah prinsip kekekalan energi.Kuantitas panas yang ditambahkan
pada suatu benda sebagai positif dan pada kuantitas yang meninggalkan benda sebagai
negative.Ketika sejumlah benda berinteraksi, jumlah aljabar dari setiap kuantitas panas yang
dipindahkan pada semua benda harus sama dengan nol.Ini adalah Azas Black yang dasarnya
adalah kekekalan energi.
Kalor selalu berkaitan dengan dua hal yaitu proses pemanasan atau proses pendinginan yang
melibatkan perubahan suhu dan proses perubahan wujud zat yang terjadi pada suhu yang tetap.
Di dalam kalorimeter terdapat pengaduk yang terbuat dari bahan yang sama dengan bejana
kalorimeter ( P ). Tutup kalorimeter ( T ) terbuat dari bahan isolator yang berlubang di tengah
untuk memasang termometer.
Pada teknik yang dikenal dengan teknik pencampuran, satu sampel zat dipanaskan sampai
temperature tinggi yang diukur dengan akurat dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin
dalam kalorimeter.
Kalor yang hilang dari sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter (bejana dan
pengaduk). Thermometer digunakan untuk mengukur temperature awal air dan calorimeter serta
temperature akhir campuran.
Temperatur awal bejana, pengaduk, dan air diukur setelah seluruh bagian calorimeter dan air
tersebut berada dalam keseimbangan termal yang berarti memiliki suhu yang sama. Setelah
dicampur, suhu akhir diukur setelah dicapai keseimbangan termal antara air, sample
bejanakalorimeter.
BAB 3
LANGKAH PERCOBAAN
3. 1 Kalor Lebur Es
1. Timbang bejana kalorimeter dan bejana pengaduknya dengan ketelitian yang maksimal.
Bila pada pengaduk terdapat gagang yang terbuat dari bahan lain, harap dilepas dahulu.
2. Isikan air ke dalam bejana kalorimeter sampai ± ¾ nya. Timbang bejana kalorimeter dan
pengaduk yang telah berisi air dengan teliti.
3. Isikan air ke dalam bejana kalorimeter sampai ± ¼ nya. Timbang bejana kalorimeter dan
pengaduk yang telah berisi air dengan teliti.
6. Isikan gelas kimia dengan air, kemudian timbang berat keseluruhan gelas dan air
3. Isikan air kedalam bejana kalorimeter sampai ± ¼ nya. Timbang bejana kalorimeter dan
pengaduk yang telah berisi air dengan teliti.
5. Timbanglah massa benda yang akan diukur kalor jenisnya dengan neraca teknis.
6. Isilah gelas kimia dengan air, kemudian masukkan benda dan panaskan gelas hingga air
mendidih. Catat suhu air mendidih (sama dengan suhu benda).
W1 159,52 T1 25
W2 188,54 T2 25
W3 60,4 T3 3
T4 4,8
1 30 15,0
2 60 12,0
3 90 10,0
4 120 8,0
5 150 7,0
6 180 5,0
7 210 5,0
8 240 4,9
9 270 4,9
10 300 4,8
4.1.2 Percobaan 2 (Campuran Air dengan Air Panas)
W1 157,20 T1 25,8
W2 185,42 T2 25,2
T3 93,5
W3 50,28
T4 38,0
1 30 39,8
2 60 39,2
3 90 39,0
4 120 38,9
5 150 38,9
6 180 38,8
7 210 38,0
8 240 38,2
9 270 38,0
10 300 39,5
4.1.3 Percobaan 3 (Kalor Jenis Benda)
W1 128,54 T1 25,8
W2 207,84 T2 25,8
T3 94,0
W3 21,56
T4 -
1 30 27,8
2 60 27,1
3 90 27,0
4 120 27,0
5 150 27,0
6 180 27,0
7 210 27,0
8 240 27,0
9 270 27,0
10 300 27,0
4.2 ANALISA MATEMATIS
Diketahui:
W3 = 60,4 g T3 = 3,0oC
Ditanyakan:
Jawab:
a. Kalor Jenis Es
(-4469,02032) = -108,72 c3
c3 =
c3 = 41,1058
b. Kalor Lebur Es
W1x c 1(T4 - T1) + W2x c 2 (T4 – T2) = (PxG) - W3x c3 (T3 – T4)
(3-4,8)
P =
P = -147,9818
41,1058x(3-4,8)
-4469,078Kal = -4469,20Kal
Diketahui:
W3 = 50,28 g T3 = 93,5oC
Ditanyakan:
Jawab:
(93,5-38,0)
2766,5332 = 2790,54 c3
c3 =
c3 = 0,991397
(93,538,0)
2655,2812Kal = 2766,532984Kal
Diketahui:
W3 = 21,56 g T3 = 94,0oC
Ditanyakan:
(159,06 x 0,205 x (29 - 26)) + (207,84 x 1,000 x (27 - 25,8) ) = 21,56 c3 x (94-27)
347,2299 = 1444,52 c3
c3 =
c3 = 0,240377
(94-27)
Dari hasil perhitungan, membuktikan bahwa percobaan yang telah kami lakukan sudah
memenuhi Azas Black. Karena hasil percobaan yang kami lakukan, mendekati nilai yang
seharusnya, yang didapat dari hasil perhitungan.
Bila ada ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan nilai seharusnya, dikarenakan:
1. Kesalahan Instrument, seperti neraca dan thermometer yang tidak terkalibrasi. kebocoran pada
kalorimeter yang menyebabakan masuknya udara luar sehingga mempengaruhi suhu pada sistem
kalorimeter.
2. Kesalahan dari praktikan, seperti ketidaktelitian dalam pembacaan skala pada thermometer.
3. Proses yang terlalu lambat dalam percobaan sehingga berpengaruh pada hasil pengamatan.
Pada percobaan percobaan yang telah dilakukan T4 merupakan suhu akhir campuran
antara air dengan benda yang di masuk kan kedalam kalorimeter.
Hasil dari percobaan 1 didapat kalor jenis es yaitu 41,1058Kal/g°C dan kalor lebur es -
147,9818 Kal/g . Artinya pada saat air dan es disatukan, maka es memerlukan kalor sebanyak -
147,9818 Kal/g untuk melebur atau bercampur menjadi air pada titik kestabilan suhu
campurannya. Pada percobaan ini, idealnya memiliki suhu campuran sekitar 11-200C, tapi suhu
yang terukur sangat jauh dari ideal, diduga yang terukur hanya suhu es nya saja, sekitar 50C,
banyak faktor yang menyebabkan kesalahan pengukuran ini, bisa jadi dari alatnya yang kurang
sensitif mengukur perubahan suhu dalam jeda 30 detik, bisa juga dari faktor manusianya.
Pada percobaan 2 didapat kestabilan suhu yaitu 38,0oC. Perubahan suhu yang di dapat
meningkat lebih besar dibandingkan dengan perubahan suhu yang didapat pada percobaan 1
dikarenakan kalor yang dilepas dan kalor yang diserap lebih besar sehingga menyebabkan suhu
akhir yang didapat lebih besar. Jumlah kalor yang diserap dan diterima bisa dilihat dari hasil
perhitungan azas black. Kalor jenis air panas yaitu sebesar 0,991397 Kal/g°C.
Pada percobaan 3 suhu akhir yang didapat amat berbeda dibanding suhu awal hal ini berarti
benda yang digunakan pada saat percobaan sangat baik dalam menyerap kalor. Pada percobaan
ini didapat kestabilan suhu sekitar 270C, dan kestabilan didapat dalam waktu kurang dari 30
detik. Kalor jenis banda yang didapat sebesar 0,240377 Kal/g°C.
Dari ketiga data yang didapat kalor jenis es mendapat nilai yang tinggi dibandingkan percobaan
lainnya, hal ini dapat terjadi dikarenakan banyaknya jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikan suhu sehingga didapat kestabilan suhu. Indikator bahwa kalor yang telah dilepas dan di
serap pada suatu proses kalorimeter adalah tercapainya kestabilan suhu di mana telah sampai
pada suhu konstan yang tidak dapat berubah.
Bila ada ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan nilai seharusnya, dikarenakan:
1. Kesalahan Instrument, seperti neraca dan thermometer yang tidak terkalibrasi. kebocoran
pada kalorimeter yang menyebabakan masuknya udara luar sehingga mempengaruhi suhu pada
sistem kalorimeter.
2. Kesalahan dari praktikan, seperti ketidaktelitian dalam pembacaan skala pada thermometer.
5.1 Kesimpulan
Dari Hasil Praktikum yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut :
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Suhu Akhir = 27 °C
DAFTAR PUSTAKA
http://indahho.blogspot.com/2016/02/laporan-praktikum-kalorimetri.html?m=1
http://pipietend.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-fisika-kalorimeter_7.html?m=1
http://pipietend.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-fisika-kalorimeter_7.html?m=1