NIM: 1913041021
Kelas : Pendidikan Kimia A
Mata Kuliah : Kimia Pangan
PROTEIN
c) Nugget ikan
d) Ikan kering
e) Ikan asap
f) Tompi- tompi
g) Terasi
2. Diskusikan dengan teman anda cara pembuatan tempe dan tahu, kemudian buatlah
artikel perbedaan gizi antara tempe dan tahu, dengan memperhatikan reaksi perubahan
nilai gizi kedua produk tersebut selama pengolahan.
Jawaban :
Cara Pembuatan:
a. Dimulai dari proses penimbangan ikan tenggiri sebanyak 500 gr
b. kemudian di potong- potong dan dicuci bersih dalam air mengalir untuk menghilangkan
darah, lendir, maupun kotoran.
c. Setelah itu, ikan dikukus selama 20 menit kemudian ditiriskan. Tulang, kulit dan
sisik ikan dibuang pada saat daging ikan masih dalam keadaan panas.
d. Daging ikan kemudian dicabik- cabik dan diremas dengan tangan hingga terbentuk serat
daging yang halus.
e. Kemudian semua bumbu dihaluskan.
f. Setelah itu, bumbu halus dan daging ikan dimasukkan ke dalam wajan.
g. Lalu diaduk rata sampai kering menjadi abon.
h. Abon siap disajikan dan disimpan dalam wadah tertutup.
Ikan tenggiri mengandung omega 3 yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan serta
perkembangan otak manusia. Selain itu, ikan tenggiri memiliki kandungan air sebanyak 76,5%,
protein 21,4%, lemak 0,56%, karbohidrat 0,61%, dan kadar abu 0,93%.
a. Kadar air merupakan presentase air yang terikat oleh suatu bahan terhadap bobot kering
ovennya. Penetuan kadar air dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang terikat oleh
komponen padatan bahan tersebut. Kandungan air dalam suaut bahan pangan dapat
menentukan penampakan, tekstur dan kemampuan bertahan bahan pangan tersebut
terhadap mikroorganisme. Ketika proses penggorengan menunjukkan penurunan
kandungan air yang paling besar dibandingkan dengan proses pengukusan. Pada saat
proses penggorengan ini, suhu minyak akan meningkat yang menyebabkan tingginya
kandungan air bahan pangan yang menguap. Penurunan kandungan air disebabkan
terlepasnya molekul air dalam bahan pangan salama proses pemanasan. Sedangkan ketika
proses pengukusan menggunakan media uap sebagai penghantar panas. Uap air
terperangkap di dalamwadah sehingga hanya sedikit kehilangan kandungan air.
b. Kadar protein abon ikan dapat digunakan sebagai petunjuk berapa jumlah daging yang
digunakan. Kadar protein abon di bawah 15% menunjukkan kemungkinan penggunaan
daging yang sedikit atau kurang dari semestinya atau menggantibahan lain. Kadar protein
terlarut yang turun menunjukkan bahwa kualitas protein pada ikan juga mengalami
penurunan. Penurunan kadar protein selama proses pengolahan terjadi pada proses
penggorengan, hal ini disebabkan karena penggorengan menggunakan suhu >175°C. Suhu
ini lebih besar dibandingkan dengan suhu pengukusan, sehingga penurunan kandungan
protein pun lebih besar.
c. Kadar lemak, kandungan asam lemak di dalamnya adalah lemak tidak jenuh yang
berperan sebagai penjaga kestabilan kadar kolesterol di dalam tubuh. Pada umumnya
setelah proses pengolahan bahan pangan akan terjadi kerusakan lemak yang terkandung di
dalamnya. Makin tinggi suhu yang digunakan, maka semakin intens kerusakan lemak.
Terjadinya penurunan kadar lemak setelah perebusan disebabkan karena sifat lemak yang
tidak tahan panas selama proses pemasakan lemak mencair bahkan menguap. Sedangkan
kenaikan kadar lemak pada saat penggorengan disebabkan karena adanya minyak goring
yang terserap yang mengakibatkan kadar lemak bertambah.
- Tingkat kesukaan terhadap produk olahan ikan
Tingkat kesukaan terhadap abon ikan ini cukup digemari oleh konsumen baik
dari kalangan anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Uji tingkat kesukaan terhadap
aroma, rasa, tekstur, dan warna produk abon ikan tenggiri. Abon ikan
tenggiri memiliki aroma yang khas, rasa yang enak. Tektur yang renyah, dan
berwarna kecoklatan. Bumbu yang digunakan dalam pembuatan abon dapat
memberikan aroma yang khas. Bawang merah memiliki bau dan cita rasa yang khas
yang ditimbulkan oleh adanya senyawa yang mudah menguap dari jenis sulfur seperti
propil sulfur. Kombinasi gula, garam dan bumbu- bumbu menimbulkan bau yang khas
pada produk akhir. Rasa yang menentukan penerimaan konsumen yaitu tingkat
kegurihan, keasinan dan rasa daging ikan. Rasa khas yang terdapat pada abon berasal
dari ketumbar yang menimbulkan rasa pedas dan mempunyai aktivitas lipolitik dan
aktivitas antioksidan.
Rasa enak pada abon ikan disebabkan oleh adanya asam- asam amino pada
protein serta lemak yang terkandung di dalam ikan. Tekstur merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap penilaian karena tekstur suatu makanan akan terasa saat
konsumen memakannya. Abon ikan pada umumnya memiliki tekstur yang lembut,
bumbu- bumbu yang menempel pada daging ikan saat diolah dapat menyebabkan
tekstur abon menjadi kasar. Warna merupakan salah satu parameter yang penting
dalam menilai tingkat penerimaan konsumen. Warna abon dipengaruhi oleh perlakuan
sebelum dan sesudah penggorengan. Timbulnya perubahan warna pada saat
penggorengan diakibatkan oleh reaksi Milliard.
2. Pembuatan Tempe
Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai
“ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian
menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna. Tempe merupakan olahan
kedelai dengan fermentasi kapang Rhizopus. Kapang yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe, adalah Rhizopus microsporus dan R. oryzae. Kedua kapang
tersebut mempunyai aktivitas enzim β-glukosidase berbeda. Aktivitas enzim β-
glukosidase R. microsporus var. chinensis lebih kuat daripada R. oryzae.
Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup
lama. Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24
jam dan maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses
fermentasi. Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi
suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam (±4-5). Waktu
fermentasi memberikan pengaruh dalam kualitas produk suatu produk, produk
fermentasi adalah produk yang dapat diterima baik secara kenampakan, aroma serta
nutrisi yang dihasilkan. Fermentasi dibantu oleh mikroorganisme yang memiliki fase
hidu logaritmik. Sehingga untuk mendapatkan produk fermentasi yang terbaik harus
mengetahui fase pertumbuhan optimal dari mikroorganisme yang dimanfaatkan
tersebut.
Tempe mengandung protein, karbohidrat, vitamin, mineral, lemak,
isoflavon, prebiotik. Proses pembuatan tempe dimulai dari proses penyortiran dan
pencucian, perebusan, pengupasan kulit, perendaman, pencucian, perebusan,
penambahan ragi, dan pengemasan. Adapun perubahan gizi selama proses pengolahan
tempe yaitu:
a. Perubahan karbohidrat
Gula utama dalam kedelai pada pembuatan tempe adalah oligosakarida
(sukrosa, stakhiosa, dan rafinosa). Stakhiosa, rafinosa, melibiosa merupakan
senyawa gula kedelai tergolong keluarga senyawa rafinosa yang menjadi salah
satu faktor penghambat konsumsi kedelai. selama proses fermentasi jenis senyawa
karbohidrat, termasuk oligosakarida mengalami degradasi (hidrolisa) oleh sistem
enzimatik mikroorganisme, yaitu dalam hal ini adalah enzim α- galaktosidase oleh
aktivitas Rhizopus olyhosporus.
Selama proses fermentasi, gula heksosa cepat terfermentasi, sementara
sukrosa turun sebesar 84 % sedangkan stakhiosa, rafinosa, dan melibiosa secara
bersama – sama turun sebesar 65% dari dalam biji sebelum perendaman. Pada
proses fermentasi tempe, terjadi pencernaan enzimatik pada protein, lemak, dan
karbohidrat. Peristiwa ini terjadi karena pada pertumbuhan kapang memerlukan
energi yang diperoleh melalui pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat. Enzim-
enzim tersebut adalah enzim protease,amilase, lipase, dan fitase serta α-
galaktosidase. Pada masa inkubasi 12 jam peryama enzim yang aktivitasnya tinggi
adalah enzim α-galaktosidase oleh aktivitas Rhizopus olyhosporus yang
mendegradasi oligosakarida pada kedelai kemudian menguraikan karbohidrat
menjadi gula sederhana.
Selama fermentasi, perubahan karbohidrat dalam bentuk heksosa sangat
lambat dan hidrolisis stakhiosa secara lambat. Kapang akan hidup dalam inorganic
salt dengan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogennya ketika glukosa,
fruktosa, dan galaktosa digunakan sebagai sumber energi, tetapi tidak
memanfaatkan sukrosa dan rafinosa pada kondisi yang sama.