Anda di halaman 1dari 47

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar dengan judul “Termokimia” yang


disusun oleh:
nama : Risda Syahruni
nim : 200104500006
kelas / kelompok: Fisika Sains / 2 (Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, Desember 2020


Koordinator Asisten Asisten

Miftahul Haryani Haeruddin, S.Pd Sofiyah Auliyah

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Mohammad Wijaya, M.Si


NIP. 19730927 19903 1 003

i
A. JUDUL PERCOBAAN
Judul pada percobaan ini adalah termokimia.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari perubahan energi yang terjadi pada setiap reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mempelajari perubahan kalor yang diukur melalui percobaan
sederhana.
C. LANDASAN TEORI
Proses perpindahan energi dari objek yang lebih hangat ke objek yang
lebih dingin disebut perpindahan panas, atau transfer energi. Ilmu yang
mempelajari energi dan perubahannya dari suatu bentuk ke bentuk lainnya
disebut termodinamika. Selanjutnya, bagian dari termodinamika yang
berhubungan dengan perubahan energi dalam suatu reaksi kimia dikenal sebagai
termokimia (Sulakhudin, 2019: 71-72).
Termokimia berasal dari bahasa yunani Thermos yang berarti “panas” dan
kimia. Termokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari jumlah panas yang
dilepas atau diserap dari suatu reaksi kimia. Ilmu ini digunakan untuk
memperkirakan perubahan energi yang terjadi dalam proses reaksi kimia,
pembentukan larutan, maupun pada perubahan fase zat. Panas merupakan bentuk
energi yang dimiliki oleh benda yang mempunyai temperatur relatif tinggi.
Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya suatu benda, sedangkan
kalor merupakan jumlah atau kuantitas panas yang dilepas atau diserap oleh
sebuah benda karena adanya perbedaan temperatur (Sulakhudin, 2019: 71).
Istilah kalor dikemukakan pertama kali oleh seorang ahli kimia
berkebangsaan Prancis yang bernama Antonnie Laurent Lavoiser (1743-1794)
kalor berasal dari bahasa latin “caloric” yang berarti “panas” yang kemudian
digunakan sebagai nama dari satuan kalor yaitu kalori (Sulakhudin, 2019: 72).

1
Energi panas atau kalor adalah energi yang berkaitan dengan gerak acak
dari atom dan molekul. Semakin panas suatu materi maka akan menyebabkan
semakin kuat gerakan atom dan molekul dalam materi tersebut, sehingga energi
panas atau kalor dapat diketahui dari pengukuran temperatur (Sulakhudin, 2019:
73).
Termokimia adalah bagian dari pembahasan yang lebih luas yang disebut
termodinamika (thermodynamics), yaitu ilmu yang mempelajari perubahan
antara kalor dan bentuk-bentuk energi yang lain. Hukum termodinamika
menyediakan panduan yang berguna untuk pemahaman energetika dan arah
proses (Chang, 2005: 162).
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu
zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang
terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan
dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu
reaksi disebut perubahan entalpi reaksi diberi symbol ∆H (Elida, 1994).
Secara etimologi, termokimia berasal dari Termoyang berarti panas.
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia yang menyertai perubahan yang terjadi dalam suatu reaksi kimia
yang menyertai perubahan yang terjadi dalam suatu reaksi kimia. setiap zat
mempunyai energi yang tidak terlihat yang disebut energi potensial atau energi
dalam (entalpi) (H) yang apabila diberi gaya, energi ini dapat disarakan. Misal
pada kayu yang dibakar atau air yang disimpan dalam freezer. Kayu akan
menjadi arang dan air akan membeku menjadi es. Namun, apabila kayu dan air
ditempatkan pada suhu ruang, maka tidak ada perubahan yang terjadi (Sahara,
dkk, 2017: 118).

2
Perubahan dan transfer kalor merupakan peristiwa yanbg tidak mudah
diamati secara langsung sehingga untuk memudahkan pemahaman tentang kalor
perlu dipelajari dulu mengenai sistem dan lingkungan dalam studi termokimia.
Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari
kalor. Sedangkan hal-hal diluar sistem yang membatasi dan mempengaruhi
sistem disebut lingkungan. Sistem dapat berupa bagian alam yang besar misalnya
lautan dan tanah atau hanya sebesar tabung reaksi dan erlenmeyer dalam
laboratorium (Sulakhudin, 2019: 73).
Sistem menurut perpindahan kalor dan materi dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a. Sistem terbuka, yaitu system yang terjadi pertukaran materi dan kalor
b. Sistem tertutup, yaitu system yang hanya terjadi perpindahan kalor
c. Sistem terisolasi, yaitu system yang tidak terjadi transfer materi maupun
kalor (Sulakhudin, 2019: 74).
Istilah entalpi berasal dari bahasa Jerman yang berarti kandungan. Adapun
simbol H berasal dari heat content, yakni didefenisikan sebagai kandungan kalor
suatu zat. Entalpi suatu zat tidak berubah (tetap) selama tidak ada energi yang
masuk keluar. Jika sistem mengalami perubahan entalpi, maka:
∆H = H2 – H1
∆H = (U2 + PV2) - (U1 + PV1)
∆H = ∆U + ∆ (PV)
∆H = ∆U + P ∆V + V ∆P
Sebagian besar reaksi kimia dilakukan dalam tekanan udara luar sama dengan
tekanan udara didalam sistem (dilakukan pada ruang terbuka) sehingga ∆P = 0.
Hal ini mengakibatkan perubahan entalpi akan sama dengan kalor yang diserap
atau dilepaskan oleh sistem. Perubahan entalpi (∆H) dalam reaksi kimia disebut
entalpi reaksi. Nilai ∆H menyatakan jumlah kalor yang diterima atau dilepas (q p)
oleh suatu reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, sehingga ∆H = q p. Entalpi

3
digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi
penguraian standar, entalpi pembakaran standar dan entalpi pelarutan standar (
Sulakhudin, 2019: 77).
Perubahan entalpi dari senyawa-senyawa yang bereaksi hanya mempunytai
dua kemungkinan nilai yaitu bertanda positif (+) yang berarti menyerao kalor dan
bertanda negatif (-) yang berarti melepas kalor. Berdasarkan hal ini ada dua jenis
reaksi termokimia yaitu reaksi endoterm dan eksoterm. Reaksi endoterm terjadi
penyerapan kalor (kalor masuk dari lingkungan ke sistem) sehingga entalpi
produk (Hp) akan lebih besar dibandingkan dengan entalpi reaktan ( Hr)
akibatnya energi dalam sistem bertambah. Namun sebaliknya pada reaksi
eksoterm dilepaskan kalor dari sistem ke lingkungannya, sehingga entalp produk
akan lebih kecil dibandingkan entalpi reaktan karena energi pada sistem akan
berkurang (Sulakhudin, 2019: 78-79)
Suatu reaksi dapat terjadi karena adanya interaksi. Pada termokimia, adanya
interaksi antara sistem dan lingkungan akan menghasilkan dua jenis reaksi, yairu
reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm merupakan reaksi
pembebasan kalor dari sistem ke lingkungan yang menyebabkan suhu lingkungan
meningkat. Pembebasan kalor menyebabkan terjadinya penurunan entalpi
dimana entalpi produk lebih kecil dari entalpi reaktan, sehingga harga perubahan
entalpi (∆H) negatif. Reaksi endoterm merupakan reaksi penyerapan kalor dari
lingkungan berkurang. Penyerapan kalor menyebabkan terjadinya peningkatan
entalpi, dimana entalpi produk lebih besar dari entalpi reaktan, sehingga harga
perubahan entalpi (∆H) positif (Sahara, dkk, 2017: 118 -119).
Reaksi dapat berlangsung atau tidak bergantung pada nilai perubahan energi
bebas Gibbs standard (∆Go). Perumusan perubahan energi bebas Gibbs yang
tergantung temperatur yang diberikan oleh persamaan Gibbs-Helmholtz.
∆Go = ∆Ho T∆So

4
Jika nilai ∆Go adalah megatif maka reaksi tersebut dikatakan berlangsung
yang artinya adalah reaksi akan berlangsung ke arah produk. Sebaliknya ketika
nilai ∆Go adalah positif maka reaksi tidak berlangsung atau reaksi akan
berlangsung ke arah reaktan (Tarumingkeng, 2016: 2)
Perubahan kalor, dq adalah fungsi dari perubahan temperatur dan tergantung
pada kapasitas panas. Suatu contoh, dua buah benda yang masing-masing
memiliki massa m1 dan m2 dan memiliki temperatur awal T1 dan T2 dengan T2
lebih tinggi dibanding T1. Jika kedua benda dapat melebur menjadi satu secara
fisika dan tidak ada interaksi / reaksi kimia di dalamnya maka temperatur kedua
benda pada keseimbangan akan sama besar, katakanlah sebesar T f. panas yang
keluar atau yang diserap oleh masing-masing benda tergantung pada konstanta
yang kita sebut sebagai kapasitas panas atau kapasitas panas spesifik, c1 dan c2
untuk masing-masing benda. Oleh karena T2 > T1, maka panas mengalir dari
benda dua ke benda satu dan besarnya adalah:
m2 .c2 (T2 – Tf) = m2 .c2 (Tf – T1) = dq
besarnya kalor yang dilepaskan oleh benda dua adalah sama dengan kalor
yang diterima oleh benda satu untuk mencapai kondisi akhir/keseimbangan.
Jika suatu benda diketahui kapasitas panasnya dan perubahan temperaturnya,
maka perubahan kalor yang dialami oleh benda dapat dinyatakan sebagai:
Dq = m Cp ∆T
Dengan catatan bahwa Cp adalah suatu kapasitas panas yang bernilai kontan,
m dan ∆T berturut-turut adalah massa dan perubahan temperatur.
Jika perubahan berlangsung di dalam sistem tertutup dari temperatur T 1
menuju T2, maka besarnya perubahan kalor adalah:
dq = ∫ ( )

prinsip tersebut digunakan dalam termokimia untuk menentukan perubahan


kalor suatu reaksi atau perubahan fisika.

5
Dengan menggunakan prinsip ini pada kondisi sistem tertutup, perubahan
kalor suatu perubahan fisik atau perubahan kimia dapat digunakan untuk
menentukan perubahan entalpi berdasarkan pendekatan:
dU = dq + dw
dU = dq – d(pV)
dq = dU + d(pV)

sehingga karena entalpi adalah, H = U + PV, maka perubahan kalor suatu


reaksi/perubahan fisik dalam sistem tertutup adalah perubahan entalpi.
Pengukuran termokimia dilakukan menggunakan suatu alat yang kita sebut
sebagai kalorimeter. Alat terdiri dari satu termostat bertemperatur yang memiliki
suatu kapasitas panas tertentu.
Jika suatu reaksi atau suatu perubahan fisika berlangsung di dalam termostat,
maka panas yang dilepaskan atau yang diserap oleh perubahan akan diserap pula
oleh seluruh zat di dalam kalorimeter dan oleh kalorimeter itu sendiri (Fatimah,
2017: 28-29).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kalorimeter (2 buah)
b. Termometer (1 buah)
c. Gelas kimia 100 ml (2 buah)
d. Gelas ukur 25 ml (2 buah)
e. Pipet tetes (1 buah)
f. Stopwatch (1 buah)
g. Kompor listrik (1 buah)
2. Bahan
a. Natrium Hidroksida 2 M NaOH
b. Asam Klorida 2 M HCl

6
c. Aquades H2O
E. Prosedur Kerja
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Aquades (H2O) diukur dengan menggunakan gelas ukur sebanyak 20 ml.
b. Ukur temperatur awal 20 ml aquades dengan menggunakan termometer
lalu masukkan ke kalorimeter.
c. Tuangkan lagi aquades kedalam gelas ukur hingga mencapai 20 ml.
Panaskan 20 ml aquades hingga temperaturnya mencapai 10o C diatas
temperatur awal aquades yang tidak dipanaskan.
d. Masukkan aquades yang sudah dipanaskan kedalam kalorimeter kemudian
aduk agar bercampur dengan aquades yang tidak dipanaskan.
e. Amati dan catat temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu satu
menit.
f. Buat kurva pengamatan terhadap selang waktu untuk menentukan harga
penurunan temperatur air panas dan penaikan temperatur air dingin.
g. Hitung tetapan kalorimeter.
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
a. Masukkan HCl 2 M kedalam gelas ukur hingga mencapai 20 ml.
b. Ukur temperatur HCl kemudian masukkan kedalam kalorimeter.
c. Masukkan NaOH 2 M kedalam gelas ukur hingga mencapai 20 ml dan
ukur temperaturnya.
d. Masukkan kedalam kalorimeter kemudian aduk agar bercampur dengan
HCl.
e. Amati dan catat temperaturnya selama 5 menit dengan selang waktu 1
menit.
f. Buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi
tersebut.
g. Hitung ΔH penetralan.

7
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan tetapan kalorimeter

Perlakuan Hasil
20 ml H2O sebelum Suhu awal : 28°C + 273 = 301 K
dipanaskan
20 ml H2O sesudah Suhu akhir = 38°C + 273 = 311 K
dipanaskan
20 ml H2O sebelum 1 menit : 35°C + 273 = 308 K
dipanaskan + 20 ml H2O
2 menit : 34°C + 273 = 307 K
sesudah dipanaskan
3 menit : 33°C + 273 = 306 K
4 menit : 32°C + 273 = 305 K
5 menit : 32°C + 273 = 305 K
6 menit : 32°C + 273 = 305 K
7 menit : 32°C + 273 = 305 K
8 menit : 32°C + 273 = 305 K
9 menit : 32°C + 273 = 305 K
10 menit : 32°C + 273 = 305 K

2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH


a. Temperatur HCl = 28°C
b. Temperatur NaOH = 28°C

perlakuan Hasil
20 ml HCl Suhu awal : 28°C + 273 = 301 K
20 ml NaOH Suhu awal : 28°C + 273 = 301 K
20 ml HCl + 20 ml 30 sekon : 32°C + 273 = 305 K
NaOH
60 sekon : 32°C + 273 = 305 K
90 sekon : 31,5°C + 273 = 304,5 K
120 sekon : 31,5°C + 273 = 304,5 K
150 sekon : 31,5°C + 273 = 304,5 K

8
180 sekon : 31,5°C + 273 = 304,5 K
210 sekon : 31°C + 273 = 304 K
240 sekon : 31°C + 273 = 304 K
270 sekon : 31°C + 273 = 304 K
300 sekon : 31°C + 273 = 304 K

G. ANALISIS DATA
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Kalor yang diserap air dingin (q1)
Dik : Tair dingin = 28°C = 301 K
Tkonstan = 32°C = 305 K
V = 20 ml
s = 4,2 J/gr.K
= 1 gr/ml
Dit : q1 = …?
Peny : ∆T = Tkonstan – Tairdingin
= 305 K – 301 K
=4K
m = xV
= 1 gr/ml x 20 ml
= 20 gr
q1 = m x s x ∆T
= 20 gr x 4,2 J/gr.K x 4 K
= 336 J
Jadi, kalor yang diserap air dingin adalah 336 J.
b. Kalor yang diserap air panas (q2)
Dik : Tair panas = 38°C = 311 K
Tkonstan = 32°C = 305 K

9
V = 20 ml
s = 4,2 J/gr.K
= 1 gr/ml
Dit : q1 = …?
Peny : ∆T = Tair panas – Tkonstan
= 311 K – 305 K
=6K
m = xV
= 1 gr/ml x 20 ml
= 20 gr
q1 = m x s x ∆T
= 20 gr x 4,2 J/gr.K x 6 K
= 504 J
Jadi, kalor yang diserap air panas adalah 504 J
c. Kalor yang diterima kalorimeter (q3)
Dik : q1 = 336 J
q2 = 504 J

Dit : q3 =….?

Peny : q3 = q2 - q 1
= 504 J – 336 J
= 168 J
Jadi, kalor yang diterima kalorimeter adalah 168 J.
d. Tetapan Kalorimeter
Dik : q3 = 168 J
∆T =4K
Dit : K =….?

10
q3
Peny : K =
∆T
168 J
=
4K

= 42 J/K.
Jadi tetapan kalorimeternya adalah 42 J/K.

Grafik hubungan suhu (T) terhadap waktu (t)

308,5
308
307,5
307
Suhu (K)

306,5
306
305,5
305
304,5
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (menit)

2. Kalor Penetralan HCl dan NaOH


Mol HCl = 20 ml . 2M
= 40 mmol = 0,04 mol
Mol NaOH = 20 ml . 2 M
= 40 mmol = 0,04 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Mula-mula 0,04 mol 0,04 mol
Bereaksi 0,04 mol 0,04 mol 0,04mol 0,04mol

Setimbang - - 0,04mol 0,04 mol

11
Dik : Tlarutan = 32°C = 305 K
Tkonstan = 31°C = 304 K
ρ = 1,03 gr/ml
s = 3,96 J/gr.K
v = 40 ml
Dit : ∆Hn = …?
Peny : m =ρxV
= 1,03 gr/ml . 40 ml
= 41,2 gr
∆T = Tkonstan - Tlarutan
= 304 K – 305 K
= -1 K
a. Kalor yang diserap (q4)
q4 = m × s × ΔT
= 41,2 gr × 3,96 J⁄g.K × (-1) K
= -163,152 J
Jadi kalor yang diserap -163,152 J.
b. Kalor yang diserap kalorimeter (q5)
Dik : K = 42 J/K
ΔT = -1 K
Dit : q5 =…?
Peny : q5 = K × ΔT
= 42J/K × -1 K
= -42 J.
Jadi, kalor yang diserap kalorimeter adalah 126 J.
c. Kalor yang dihasilkan reaksi (q6)

Dik : q4 = -163,152 J
q5 = -42 J
Dit : q6 =…?
Peny : q6 = q4 + q5
12
= -163,152 J + (-42) J
= -205,152 J

d. Kalor penetralan (∆Hn)


Dik : q6 = -205,152 J
mol NaCl = 0,04 mol
Dit : ∆Hn =…?
Peny : ∆Hn = q6 / ∆Hn
= -205,152 J/ 0,04 mol

= -5.128,8 J/mol
= -5,1288 KJ/mol
Jadi, kalor yang dihasilkan reaksi adalah -5,1288 KJ/mol.
Grafik hubungan suhu (T) terhadap waktu (t)

305,2

305

304,8
Suhu (K)

304,6

304,4

304,2

304

303,8
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu (s)

13
H. PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan pada percobaan ini ada dua yaitu penentuan tetapan
kalorimeter dengan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH. Tujuan dari
percobaan ini yaitu mempelajari perubahan energi dan perubahan kalor pada
setiap reaksi kimia melalui percobaan sederhana. Penentuan tetapan kalorimeter
dilakukan dengan mereaksikan air panas dengan air dingin pada kalorimeter,
sedangkan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH dilakukan dengan
mencampurkan HCl dan NaOH pada kalorimeter.
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Pada percobaan, diperoleh temperatur air dingin yaitu 28oC atau 301 K
dan temperatur air panas yaitu 38oC atau 311 K. Kemudian air panas dan air
dingin tersebut dicampurkan didalam kalorimeter dan diaduk, serta dicatat
perubahan suhunya selama 10 menit dengan selang waktu setiap 1 menit.
Pengadukan bertujuan untuk mencampurkan air panas dan air dingin agar
keduanya homogeny. Air dingin dan air panas dalam percobaan ini berfungsi
untuk menentukan tetapan kalorimeter. Pada saat terjadi pencampuran, suhu
air panas dan air dingin mengalami perubahan. Suhu air panas akan menurun
dan suhu di air dingin akan meningkat akibat adanya pelepasan kalor air panas
dan penyerapan kalor pada air dingin. Namun, kalor yang diserap air dingin
tidak sama dengan kalor yang dilepas oleh air panas. Hal itu dikarenakan
kalori meter juga ikut menyerap panas yang dilepaskan oleh air panas.
Perubahan suhu ini menandakan bahwa waktu berpengaruh dalam
pencampuran larutan, apa bila suhu yang digunakan makin banyak maka
penurunan suhu larutan akan besar pula. Dari percobaan diperoleh tetapan
kalorimeter K sebesar +42 J/K. Tanda positif menunjukkan bahwa terjadi
reaksi endoterm yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem (kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya).

14
Grafik menunjukkan bahwa pencampuran air panas dan air dingin
mengalami penurunan suhu. Pada menit pertama suhunya 35 oC, menit kedua
34oC, menit ketiga 33oC, menit keempat dan seterusnya yaitu 32oC dan
dinyatakan sebagai suhu konstan. Hal ini sesuai dengan teori asas black yang
menyatakan bahwa pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas
zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat
yang suhunya lebih rendah.
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Pada percobaan kedua Pertama-tama asam klorida (HCl) dimasukkan
kedalam kalorimeter dan suhunya diukur, begitupun dengan natrium
hidroksida (NaOH). Kemudian keduanya dicampurkan kedalam kalorimeter
sehingga menghasilkan NaCl(garam) dan H2O(air), Setelah larutan sudah benar-
benar tercampur maka dimulailah pengukuran untuk melihat perubahan yang
terjadi pada suhu selama 5 menit dengan selang waktu 30 detik setelah
pencampuran. Grafik menunjukkan bahwa pencampuran air panas dan air
dingin mengalami penurunan suhu. Pada detik 30 dan 60 suhunya yaitu 32 oC,
pada detik 90 hingga 180 suhunya yaitu 31,5 oC, sedangkan detik ke 210
hingga 300 suhunya 31oC yang dapat dinyatakan sebagai suhu konstan.
Adapun reaksi yang terjadi dalam proses penentuan kalor penetralan
HCl dan NaOH sebagai berikut :
HCl + NaOH NaCl + H2 O
Nilai kalor penetralan yang dihasilkan reaksi tersebut sebesar -5,1288
KJ/mol. Tanda negatif menunjukkan terjadinya reaksi eksoterm terjadi
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Pada percobaan ini yang
bertindak sebagai sistem dalam reaksi ini adalah HCl dan NaOH dan yang
bertindak sebagai lingkungan adalah udara dan sebagai medium pelarut kedua
zat tersebut. Pada reaksi tersebut suhu larutan menurun, hal ini terjadi karena
pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan oleh sistem

15
reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan pelarut dan material lain
(Kalorimeter).
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Jumlah perubahan kalor dapat diukur dalam suatu kalorimeter dengan
cara mengukur temperaturnya. Proses penentralan kalorimeter
menunjukkan adanya temperatur konstan saat mengukur dan mengamati
temperatur selama 10 dengan selang waktu 1 menit, temperaturnya adalah
35oC atau 304 K. Suhu konstan digunakan untuk penentuan tetapan
kalorimeter. Tetapan kalorimeter adalah hasil bagi antara kalor yang
diterima kalorimeter dengan perubahan temperatur yang diserap air
dingin dan hasil bagi yang diperoleh sebesar 42 J/K.
b. Jumlah perubahan kalor sebagai reaksi kimia dapat diukur dalam suatu
kalorimeter dengan mengukur temperaturnya. Terdapat temperatur
konstan sebagai hasil yang diperoleh dari proses pengamatan selama 5
menit dengan selang waktu setengah menit yakni sebesar 31oC atau 304
J. temperatur konstan digunakan dalam penentuan kalor penetralan.
Kalor penetralan merupakan hasil bagi antara kalor yang dihasilkan reaksi
dengan jumlah mol hasil reaksi yang diperoleh sebesar -5,1288 KJ/mol.
2. Saran
Sebaiknya para praktikan berhati-hati dalam menggunakan alat
laboratorium, serta mengetahui semua prosedur kerja pada percobaan yang
akan di praktikan, selalu menjaga kebersihan laboratorium, dan diharapkan
kekompakan para praktikan dalam melakukan percobaan supaya proses
praktikum berjalan dengan lancar dan menghasilkan data yang akurat..

16
DAFTAR PUSTAKA

Chang. Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi 3 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Elida, Tety S. 1994. Pengantar Kimia. Jakarta : Gunadarma.

Fatimah, Is. 2015. Kimia Fisika. Yogyakarta : Deepublish.

Sahara, A.R., Khusna A.R, dan Nurul A.R. 2017. Kimia Dasar 1.

Bandung: CV.Rasi Terbit.

Sulakhudin, S.P.,M.P. 2019. Kimia Dasar Konsep Dan Aplikasi Dalam Ilmu Tanah.
Yogyakarta: Deepublish.

Caroles. J.D.S. 2019. Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) Melalui
Prototipe Kalorimeter. Journ. Of Chem Vol. 4 No. 1 ISSN 2598-1269.

Tarumingkeng, stephanie. dkk. 2016. Termodinamika dalam Memahami Proses


Pengolahan Mineral. Jurnal Kimia Vol. 5 No. p-ISSN: 2339-0654 (hlmn.1 – 6).

17
LAMPIRAN

Laporan Sementara
Jurnal Percobaan
Dokumentasi

(Masukkan 2 ml (Ukur temperatur H2O) (Masukkan 2 mL H2O


H2O) kedalam kalorimeter)

(Masukkan H2O yang (Panaskan H2O dan ukur (Masukkan 20 ml H2O


o
tidak dipanaskan dan temperaturnya hingga 10 C kedalam gelas ukur)
H2O yang telah diatas suhu awal)
dipanaskan)
(Masukkan 20 ml HCl (Ukur temperatur HCl) (Masukkan 20 ml NaOH
2 M) 2 M)

(Masukkan HCl dan NaOH (Ukur temperatur NaOH


kedalam kalorimeter dan ukur 2 M)
suhunya)

Anda mungkin juga menyukai