Judul Percobaan
Termokimia
V. Dasar Teori
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan kalor
(panas) dalam reaksi kimia. Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Beberapa istilah dalam
termokimia yang harus diketahui adalah sistem dan lingkungan. Sistem adalah
sekumpulan elemen atau unsur yang saling mempengaruhi antara satu dengan
yang lain. Misalnya tabung reaksi yang berisi larutan yang bereaksi. Lingkungan
adalah segala sesuatu di luar sistem. (Foliatini, 2008)
Kajian tentang kalor dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
termokimia. Termodinamika merupakan cabang dari termokimia karena tabung
reaksi dan isinya membentuk sistem. Kita dapat mengatur (secara tak langsung,
dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang dihasilkan
oleh reaksi dengan kalor dan dikenal sebagai q, bergantung pada kondisinya,
apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya jika
kita tahu ΔU atau ΔH suatu reaksi, kita dapat meramalkan jumlah energi yang
dihasilkan sebagai kalor. (Altkins, 1999)
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepas)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami
perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi
termal antara dua benda yang suhunya berbeda walaupun kalor diserap atau kalor
dibebaskan. Ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses
tersebut. Ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia disebut termokimia (thermochemistry). (Chang, 2004)
Panas dan kerja, kaduanya adalah bentuk perpindahan energi ke dalam
atau keluar sistem, maka dapat dibayangkan sebagai energi dalam keadaan
singgah, jika perubahan energi disebabkan kontak makamik sistem dengan
lingkungannya, maka kerja dilakukan : jika perubahan itudisebabkan oleh kontak
kalor menyebabkan perubahan suhu, maka kalor dipindahkan. Dalam banyak
proses, kalor dan keduanya menembus batas sistem, dan perubahan energi dalam
sistem adalah jumlah dan kontribusi itu. Pernyataan ini disebut hukum pertama
yang mempunyai rumus matematika :
E=q+W
Suatu sistem dapat dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan
kalor keduanya mengacu bukan pada keadaan sistem, tetapi pada proses yang
mengubah suatu keadaan-keadaan lainnya. Perubahan keadaan yang sama dari
sitem daat dilakukan dengan memindahkan kalor ke sistem tanpa melakukan kerja
sehingga: E=w+w. Karena q dan w tergantung pada proses tertentu atau (lintasan)
yang menghubungkan keadaan, maka mereka bukanlah fungsi keadaan. (Oxtoby,
2001).
Panas pelarutan adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutkan
dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam tabel panas pelarutan.
Panas pelarutan biasanya terdapat tabel merupakan panas. Pengenceran dari
keadaan jenuh menjadi encer. (Sukardjo, 2002).
Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat
dengan sedikit air ternyata seharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat
dan basa kuat akan mudah terionisasi sempurna dalam bentuk ion di dalam
larutan. Panas penetralan merupakan jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol
air terbentuk akibat reaksi dalam asam dan basa atau sebaliknya. (Subowo dan
Sanjaya, 1983)
Sifat lain yang digunakan dalam mekanisme genetik adalah entalpi (H),
entropi (S), dan kapasitas kalor (JP) sebagai fungsi, temperatur, sifat semacam ini
diperoleh dengan menggunakan statistik mekanik. Energi internal (E0), entropi
(S) dan kapasitas kalor (Cp). Dapat ditulis dalam bentuk fungsi partisi. (Q).
(Barreto, 2005)
Huruf reaksi delta (∆) dipakai sebagai simbol perbentukan para pakar
kimia memakai itikah untuk kandungan panas suatu zat atau pana suatu reaksi,
maka H dalam persamaan sebelumnya berarti. Bentuk perubahan dalam entalpi
selama reaksi sama dengan entalpi, entalpi dapat bernilai positif atau negatif.
Senyawa-senyawa yang melepaskan panas ketika dibentuk dari unsu2nya
memiliki ental negatif dan zat-zat yang memerlukan panas untuk proses
pembentukannya memiliki entalpi positif. (Nathan, 2004).
Alat :
- Kalorimeter 1 buah
- Gelas ukur 10 ml 1 buah
- Gelas kimia 100 ml 2 buah
- Spatula 1 buah
- Termometer 1 buah
- Kaki tiga 1 buah
- Bunsen 1 buah
Bahan :
- CuSO4 0,2 M
- NaOH 1M
- HCl 1M
- Serbuk Zn 0,3 gram
VII. Alur Percobaan
1. Percobaan pertama : Penentuan tetapan kalorimeter
15 ml H2O 15 ml H2O
20Dimasukkan
ml CuSO4 0,2
keMdalam 0,3Dipanaskan
gram serbukdalam
Zn gelas kimia
kalorimeter
Dimasukkan ke dalam sampai ± 10°C darikesuhu
Dimasukkan awal
dalam
Dicatat temperaturnya (T1)
kalorimeter Dicatat temperaturnya
kalorimeter yang (T 2)
berisi
Dicatat temperaturnya (T3) larutan CuSO4
Dikocok dan dicampur
Dicatat temperatur maksimum yang
Dikocok
konstan
ΔT Dicatat temperatur maksimum yang
konstan (T4)
Dihitung
Dihitung kalor reaksi yang terukur
K
ΔHr
15 ml HCl 1 M 15 ml NaOH 1 M
Dicampur
Dicatat temperaturnya (T6)
T6
CuSO4 + Zn Zn SO4 + Cu
= 0,004 x 161
= 0,644 gram
= 6,44x10-4 kg
q4 = K (T4 – T3)
= 31,5 Joule/°C . (29°C – 27°C)
= 31,5 Joule/°C . 2°C
= 63 Joule
q5 = m . c . ΔT
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (T4 – T3)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (29°C – 27°C)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . 2°C
= 4,5 Joule
q6 = – (q5 + q4)
= – (4,5 Joule + 63 Joule)
= – 67,5 Joule
q6
ΔHr =
mol pembatas
−67,5
=
0,004
= -16,875 Joule/mol
q7 = K (T6 – T5)
= 31,5 Joule/°C . (31°C – 30°C)
= 31,5 Joule/°C . 1°C
= 31,5 Joule
q8 = m . c . ΔT
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (T6 – T5)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (31°C – 30°C)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . 1°C
= 32,379 Joule
q9 = – (q8 + q7)
= – (32,379 Joule + 31,5 Joule)
= – 63,879 Joule
q9
ΔHr =
mol pembatas
−63,879
=
0,15
= – 425,86 Joule/mol
X. Diskusi
XIII. Lampiran
a. Lampiran dokumentasi
b. Lampiran perhitungan
1. Percobaan Pertama
T1 = 29°C Cair = 4200 Joule/kg°C
2. Percobaan kedua
CuSO4 + Zn Zn SO4 + Cu
= 0,004 x 161
= 0,644 gram
= 6,44x10-4 kg
q4 = K (T4 – T3)
= 31,5 Joule/°C . (29°C – 27°C)
= 31,5 Joule/°C . 2°C
= 63 Joule
q5 = m . c . ΔT
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (T4 – T3)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (29°C – 27°C)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . 2°C
= 4,5 Joule
q6 = – (q5 + q4)
= – (4,5 Joule + 63 Joule)
= – 67,5 Joule
q6
ΔHr =
mol pembatas
−67,5
=
0,004
= -16,875 Joule/mol
3. Percobaan ketiga
NaOH + HCl NaCl + H2O
q7 = K (T6 – T5)
= 31,5 Joule/°C . (31°C – 30°C)
= 31,5 Joule/°C . 1°C
= 31,5 Joule
q8 = m . c . ΔT
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (T6 – T5)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (31°C – 30°C)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . 1°C
= 32,379 Joule
q9 = – (q8 + q7)
= – (32,379 Joule + 31,5 Joule)
= – 63,879 Joule
q9
ΔHr =
mol pembatas
−63,879
=
0,15
= – 425,86 Joule/mol