Anda di halaman 1dari 19

I.

Judul Percobaan
Termokimia

II. Hari dan Tanggal Mulai Percobaan


Kamis, 24 Oktober 2019 Pukul 07.00 WIB

III. Hari dan Tanggal Selesai Percobaan


Kamis, 24 Oktober 2019 Pukul 07.00 WIB

IV. Tujuan Percobaan


1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau
pelepasan kalor
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia

V. Dasar Teori
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan kalor
(panas) dalam reaksi kimia. Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Beberapa istilah dalam
termokimia yang harus diketahui adalah sistem dan lingkungan. Sistem adalah
sekumpulan elemen atau unsur yang saling mempengaruhi antara satu dengan
yang lain. Misalnya tabung reaksi yang berisi larutan yang bereaksi. Lingkungan
adalah segala sesuatu di luar sistem. (Foliatini, 2008)
Kajian tentang kalor dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
termokimia. Termodinamika merupakan cabang dari termokimia karena tabung
reaksi dan isinya membentuk sistem. Kita dapat mengatur (secara tak langsung,
dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang dihasilkan
oleh reaksi dengan kalor dan dikenal sebagai q, bergantung pada kondisinya,
apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya jika
kita tahu ΔU atau ΔH suatu reaksi, kita dapat meramalkan jumlah energi yang
dihasilkan sebagai kalor. (Altkins, 1999)
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepas)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami
perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi
termal antara dua benda yang suhunya berbeda walaupun kalor diserap atau kalor
dibebaskan. Ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses
tersebut. Ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia disebut termokimia (thermochemistry). (Chang, 2004)
Panas dan kerja, kaduanya adalah bentuk perpindahan energi ke dalam
atau keluar sistem, maka dapat dibayangkan sebagai energi dalam keadaan
singgah, jika perubahan energi disebabkan kontak makamik sistem dengan
lingkungannya, maka kerja dilakukan : jika perubahan itudisebabkan oleh kontak
kalor menyebabkan perubahan suhu, maka kalor dipindahkan. Dalam banyak
proses, kalor dan keduanya menembus batas sistem, dan perubahan energi dalam
sistem adalah jumlah dan kontribusi itu. Pernyataan ini disebut hukum pertama
yang mempunyai rumus matematika :
E=q+W

Suatu sistem dapat dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan
kalor keduanya mengacu bukan pada keadaan sistem, tetapi pada proses yang
mengubah suatu keadaan-keadaan lainnya. Perubahan keadaan yang sama dari
sitem daat dilakukan dengan memindahkan kalor ke sistem tanpa melakukan kerja
sehingga: E=w+w. Karena q dan w tergantung pada proses tertentu atau (lintasan)
yang menghubungkan keadaan, maka mereka bukanlah fungsi keadaan. (Oxtoby,
2001).

Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan atau pembentukan ikatan


kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepas panas. Reaksi
eksotermik adalah suatu reaksi yang melepaskan energi. Jika reaksi berlangsung
pada suhu tetap berdasarkan perjanjian ∆ H akan bernilai negatif karena
kandungan panas dari sistem menurun. Sebaliknya pada reaksi endotermik yaitu
reaksi yang membutuhkan panas berdasarkan perjanjian ∆ H akan bernilai positif.
Namun kadang-kadang buku menggunakan tanda sebaliknya ari yang telah
diuraikan di atas. Karena itu dalam penulisan di bidag termodinamika dianjurkan
untuk selalu mencantumkan penggunaan tanda yang akan digunakan. (Bird,
1993).
Panas pelarutan ada dua macam, yaitu proses pelarutan integral dan panas
pelarutan differensial. Besarnya panas pelarutan bergantung pada jumlah mol
pelarut dan zat terlarut. (Sukardjo, 2002).

Panas pelarutan adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutkan
dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam tabel panas pelarutan.
Panas pelarutan biasanya terdapat tabel merupakan panas. Pengenceran dari
keadaan jenuh menjadi encer. (Sukardjo, 2002).

Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat
dengan sedikit air ternyata seharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat
dan basa kuat akan mudah terionisasi sempurna dalam bentuk ion di dalam
larutan. Panas penetralan merupakan jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol
air terbentuk akibat reaksi dalam asam dan basa atau sebaliknya. (Subowo dan
Sanjaya, 1983)

Di dalam termokimia terdapat 3 jenis sistem antara lain: sistem terbuka,


sistem tertutup, dan sistem terisolasi. Sistem terbuka yaitu sistem dimana terdapat
pertukaran energi dan massa dengan lingkungannya. Sistem tertutup yaitu sistem
dimana hanya terjadi pertukran energi dengan lingkungannya, massa tidak
berubah, sedangkan pada sistem terisolasi ialah kedaan yang tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran energi maupun dengan lingkungannya. (Altkins, 1999).

Humus Hess menyatakan bahwa “entalpi suatu reaksi tidak dipengaruhi


oleh jalannya reaksi, akan tetapi hanya tergantung pada kedaan akhir”. Artinya
menentukan entalpi suatu reaksi tunggal maka kita bisa mengkombinasikan
berbagai reaksi sebagai jalan untuk menentukan entalpi reaksi tunggal tersebut.
(Oxtoby, 2001).

Kalorimeter ialah suatu alat yang digunakan untuk mengukur perubahan


kalor. Salah satu jenis kalorimeter adalah kalorimeter bon. Sistem termodinamika
adalah ini dari kalorimeter tersebut: reaktan dan residu bom itu sendiri, air tempat
bos, termometer, dan pengaduk perhitungannya. (Petrucci, 1987).
Pada awalnya pengukuran termal dibatasi oleh kesedian instrumen
kalorimetrik, komersial yang dapat beroperasi pada tekanan tinggi. Namun dengan
adanya perkembangan dan ketersediaan dari aliran panas dan kekuatan yang
diimbangi jenis kalorimeter pada tekanan tinggi (yaitu sampai 40 Mpa), sifat
termal pengukuran dalam dilakukan pada kondisi skala yang diperkecil dari
sebenarnya (Gupta, 2008)

Entalpi, entropi dan kapasitas kalor

Sifat lain yang digunakan dalam mekanisme genetik adalah entalpi (H),
entropi (S), dan kapasitas kalor (JP) sebagai fungsi, temperatur, sifat semacam ini
diperoleh dengan menggunakan statistik mekanik. Energi internal (E0), entropi
(S) dan kapasitas kalor (Cp). Dapat ditulis dalam bentuk fungsi partisi. (Q).
(Barreto, 2005)

Terkadang beberapa orang cenderung menilai rekasi termokimia dari segi


entalpi (misalnya, panas reaksi), hal ini menyatakan bahwa energi bebas dari
sitem yang mendorong reaksi membagi spesies molukel. C1H3N1O2 menjadi dua
atau lebih spesies meruangkan energi bebas. Terutama pada suhu byang lebih
tinggi, contohnya, Ag dan CH3+NO2 lebih stabil dibandingkan CH3NO2 sendiri,
dan paangannya CH3NO2 menjadi produkn yang kecil, C0, H20, N dan H2.
Membentuk tiga molekul dari satu molekul. Reaktan sangat. Dengan demikian,
perlu untuk memiliki lebih dari termotasibilitas untuk melonggar ikatan yang ada
untuk membuat energi sensitif karena itu perlu untuk memiliki jalur reaki yang
mencegah konveni langsung dari bahan energi untuk produlk. (Melius, 1995).

Kebanyakan reaksi berlangung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap.


(tekanan atmosfir). Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap
( dimana volume dapat berubah). Dapat berbeda dari perubahan energi dalam
(segitiga). Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap
mendefinisika muatu besaran termodinamika. Yaitu entalpi (H). Entalpi
menyatakan kadungan kalor zat atau sitem perubahan entalpi (H) dari uatu reaki
berama debgan jumlahkalor yang diharap atau yang diberikan oleh reaki itu.
(Chang, 2004)
Hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi kekal itu artinya
energi awal ama dengan energi akhir. Dimana energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Energi hanya dapat di rubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
hukum kekekalan energi ini akan mengawasi apa yang terjadi pada energi pada
saat terjadi proses kimia dan bisni. Atom, molekul atau ioa adalah benda-benda
seperti juga beban lonceng atau magnet. Oleh karena itu, benda-benda tersebut
juga mempunyai bentuk energi yang sama yaitu, energi kinetik dan potensial.
Salah satu bentuk energi yang lazim dipentuhi ijuik ya energi kalor apabila e batu
yang panas kita tempatkan di ebuah benda yang dingin. Kalor akan mengalir dari
benda yang pana ke benda yang dingin. Kalor merupakan energi kinetik dari
sesuaatu atau dan molekul hampr sama reaki kimia hapir ada energi yang diambil
dan dijauhkan. (Brady, 2008).

Ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai reaki kimia


disebut termokimia. Untuk mengambil perubahan reaksi pada suatu reaksi kimia.
Pertama-tama kita harus mendefinisikan sistem, atau berbagai lainnya dari atom
yang menjadi perhatian kita. Istem biasanya mencakup zat-zat yang terlibat dari
perubahan fisika atau kimia. Sisa atom yang berada di luar sistem disebut
lingkungan. setiap proses yang melepaskan kalor yaitu perpindahan energi termal
ke lingkungan disebut proses endotermik dimana kalor disalurkan oleh sistem
lingkungan (Chang, 2004).

Kalor reaksi adalah kuantitas kalor yang dipertukarkan antara sistem


dengan lingkungannya, jika reaksi berlangsung dalam sistem kondisi kontan. Jika
suatu reaksi terjadi dalam sistem teriolasi, artinya tidak terjadi pertukangan
material energi dengan sekelilingnya, maka reaksi itu menghasilkan perubahan
termal sistem. Kalor reaksi ditentukan melalui percobaan dari ruang kalorimeter,
yaitu perantara untuk mengukur kuantitas kalor. Kita campurkan reaktan dalam
cangkir stirofom dan mengukur perubahan suhu stirofoam adalah ibbalator calor
yang baik sehingga sangat sdikit terjadi transfer kalor cangkir dan udara skwliling.
Namun secara fisik kalorimeter tidak dapat dikembalikan ke kondisi awalnya.
Kita hanya mengambil kalor reaksi sebagai negatif dari kuantitas kalor yang
menghasilkan perubahan suhu dalam kalorimeter. Artinya kita gunakan
persamaan q (Petrucci, 2008)
Panas reaksi merupakan selingan antara kandungan panas, hasil dan
kandungan hasil reaktan

∆H= H produk- Hreaktan

Huruf reaksi delta (∆) dipakai sebagai simbol perbentukan para pakar
kimia memakai itikah untuk kandungan panas suatu zat atau pana suatu reaksi,
maka H dalam persamaan sebelumnya berarti. Bentuk perubahan dalam entalpi
selama reaksi sama dengan entalpi, entalpi dapat bernilai positif atau negatif.
Senyawa-senyawa yang melepaskan panas ketika dibentuk dari unsu2nya
memiliki ental negatif dan zat-zat yang memerlukan panas untuk proses
pembentukannya memiliki entalpi positif. (Nathan, 2004).

VI. Alat dan Bahan

Alat :

- Kalorimeter 1 buah
- Gelas ukur 10 ml 1 buah
- Gelas kimia 100 ml 2 buah
- Spatula 1 buah
- Termometer 1 buah
- Kaki tiga 1 buah
- Bunsen 1 buah

Bahan :

- CuSO4 0,2 M
- NaOH 1M
- HCl 1M
- Serbuk Zn 0,3 gram
VII. Alur Percobaan
1. Percobaan pertama : Penentuan tetapan kalorimeter

15 ml H2O 15 ml H2O

20Dimasukkan
ml CuSO4 0,2
keMdalam 0,3Dipanaskan
gram serbukdalam
Zn gelas kimia

kalorimeter
Dimasukkan ke dalam sampai ± 10°C darikesuhu
Dimasukkan awal
dalam
Dicatat temperaturnya (T1)
kalorimeter Dicatat temperaturnya
kalorimeter yang (T 2)
berisi
Dicatat temperaturnya (T3) larutan CuSO4
Dikocok dan dicampur
Dicatat temperatur maksimum yang
Dikocok
konstan
ΔT Dicatat temperatur maksimum yang
konstan (T4)
Dihitung
Dihitung kalor reaksi yang terukur
K

ΔHr

2. Percobaan kedua : Penentuan kalor reaksi Zn - CuSO4

3. Percobaan ketiga : Penentuan kalor penetralan HCl – NaOH

15 ml HCl 1 M 15 ml NaOH 1 M

Dimasukkan ke dalam Diatur suhunya hingga sama


kalorimeter dengan HCl
Dicatat temperaturnya (T5) Dimasukkan ke dalam
kalorimeter

Dicampur
Dicatat temperaturnya (T6)
T6

Dihitung kalor penetralan yang


terukur
ΔHn
VIII. Hasil Pengamatan
IX. Analisis Data dan Pembahasan
1. Pada percobaan pertama, yaitu menentukan tetapan kalorimeter.
Langkah – langkah yang dilakukan yaitu dengan cara memasukkan 15
ml air kedalam kalorimeter, kemudian mengukur suhunya. Kemudian
memanaskan air hingga naik 10 derajat Celsius dari suhu awal. Setelah
itu kedua air tersebut dicampur hingga mendapatkan suhu campuran.
Setelah mendapatkan suhu campuran, kemudian dapat mencari tetapan
kalorimeter dengan rumus
Q3
K=
∆ T −T 1
m
ρ =
V
m =ρ.V
= 1 gr/cm3 . 15 ml
= 15 gram
= 0,015 kg
 q2 = m . c . ΔT
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (T2 – ΔT)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (39°C – 33°C)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . 6°C
= 378 Joule
 q1 = m . c . ΔT
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (ΔT – T1)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (33°C – 29°C)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . 4°C
= 252 Joule
 q3 = q2 – q1
=378 Joule – 252 Joule
= 126 Joule
q3
 K =
ΔT – T 1
126 Joule
=
33° C – 29° C
126 Joule
=
4 °C
= 31,5 Joule/°C

2. Pada percobaan kedua, yaitu menetukan kalor reaksi Zn dengan


CuSO4. Cara yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan larutan
CuSO4 dalam calorimeter sebanyak 20 ml. setlah itu menentukan suhu
pada CuSO4. Setelah mengukur suhu larutan, kemudian ditambahkan
Zn sebanyak 0,3 gram. Setelah itu digoyang goyangkan sampai larutan
CuSO4 tidak menjadi warna biru. Setelah digoyangkan, warna larutan
CuSO4 berubah menjadi warna keabuan dengan endapan Cu berwarna
hitam kecoklatan. Setelah itu menghitung kalor reaksi dengan rumus
Q6
∆ H=
n CuSO 4

CuSO4 + Zn Zn SO4 + Cu

m 0,02 mol 0,004 mol - -

r 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol

s 0,016 mol - 0,004 mol 0,004 mol

 Massa ZnSO4 = mol . Mr ZnSO4

= 0,004 x 161

= 0,644 gram

= 6,44x10-4 kg

 q4 = K (T4 – T3)
= 31,5 Joule/°C . (29°C – 27°C)
= 31,5 Joule/°C . 2°C
= 63 Joule
 q5 = m . c . ΔT
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (T4 – T3)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (29°C – 27°C)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . 2°C
= 4,5 Joule
 q6 = – (q5 + q4)
= – (4,5 Joule + 63 Joule)
= – 67,5 Joule
q6
 ΔHr =
mol pembatas

−67,5
=
0,004

= -16,875 Joule/mol

3. Pada percobaan ketiga, yaitu menetukan kalor kenetralan HCl


dengan NaOH. Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan
larutan HCl 15 ml pada calorimeter, kemudian mengukur suhunya.
Yang keduan mengukur 15 ml larutan NaOH pada gelas kimia
kemudian diukur suhunya. Setelah itu, mencampur kedua larutan
tersebut dalam calorimeter dan mengukur suhu campurannya. Umtuk
mengetahui kalor penetralan larutan HCl dan NaOH dilakukan dengan
rumus
Q9
∆ H=
n NaCl
NaOH + HCl NaCl + H2O

m 0,15 mol 0,15 mol - -

r 0,15 mol 0,15 mol 0,15 mol 0,15 mol

s - - 0,15 mol 0,15 mol

 q7 = K (T6 – T5)
= 31,5 Joule/°C . (31°C – 30°C)
= 31,5 Joule/°C . 1°C
= 31,5 Joule
 q8 = m . c . ΔT
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (T6 – T5)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (31°C – 30°C)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . 1°C
= 32,379 Joule
 q9 = – (q8 + q7)
= – (32,379 Joule + 31,5 Joule)
= – 63,879 Joule
q9
 ΔHr =
mol pembatas

−63,879
=
0,15

= – 425,86 Joule/mol

X. Diskusi

Pada percobaan kedua yaitu penentuan kalor reaksi Zn – CuSO4 memiliki


hasil yang berbeda dengan teori. Berdasarkan teori, endapan Cu yang berasal dari
reaksi CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s) seharusnya berwarna
merah bata. Tetapi, pada percobaan kami endapan Cu tidak berwarna
merah bata melainkan berwarna kehitaman. Hal ini dikarenakan oleh larutan
CuSO4 yang sebelumnya telah terkontaminasi. Larutan CuSO4 yang seharusnya
berwarna biru, berbeda dengan larutan CuSO4 yang kita gunakan yakni berwarna
hijau toska. Sehingga berakibat kepada hasil akhir percobaan (endapan Cu) yang
hasil warnanya berbeda dengan teori. Tetapi perbedaan hasil warna percobaan
kami dengan teori tidak terlalu berdampak besar pada percobaan. Karena
meskipun hasil warna endapan Cu berbeda tetapi tetap bereaksi dan memiliki hasil
yang sama sesuai reaksi dalam teori.
XI. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan pertama, yaitu penentuan tetapan kalorimeter terjadi reaksi
endoterm dan reaksi eksoterm sehingga terjadi kesetimbangan termal. Dan
melalui perhitungan, diperoleh nilai tetapan kalorimeter sebesar 31,5°C
2. Pada percobaan kedua, yaitu penentuan kalor reaksi Zn - CuSO 4 terjadi
reaksi eksoterm karena terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan
ditandai dengan adanya kenaikan suhu. Dan melalui perhitungan diperoleh
kalor reaksi yang dihasilkan dalam 1 mol larutan (ΔHr) sebesar -16875
Joule/mol.
3. Pada percobaan ketiga, yaitu penentuan kalor penetralan HCl – NaOH
terjadi reaksi eksoterm karena terjadi pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan ditandai dengan adanya kenaikan suhu. Melalui perhitungan
diperoleh nilai kalor penetralan (ΔHn) sebesar - 425,86 Joule/mol.

XII. Daftar Pustaka


Altkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Edisi 4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Barreto, Patricia R.P. 2005. Thermochemistry of Molecules in the System. Brasil :
Universidade Brasilia
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta : Binarupa Aksara
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga
Foliatini. 2008. Buku Pintar Kimia. Jakarta : Wahyu Media
Gupta, A. 2008. Measurement of Methane Hydrate Heat of Dissociatin Using
High Pressure Differential Scanning Calorimetry. USA : Department of
Chemical Engineering Colarado School of Mines
Melius, C.F. 1995. Thermochemistry and Reaction Mechanism of Nitromethane
Ignition. USA : Combustion Research Facility
Nathan, Harold. 2004. Cliffs Quick Review Kimia. Bandung : Pakar Raya
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga
Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Edisi 4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Edisi 9 Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Subowo T. Dan Sanjaya A. 1983. Kimia Fisika. Bandung : CV Armico
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

XIII. Lampiran
a. Lampiran dokumentasi

Percobaan pertama : Penentuan tetapan kalorimeter

15 ml H2O dimasukkan kalorimeter dan diukur suhunya

Memanaskan 15 ml H2O kedua dan mengukur suhunya


Dicampur dan dikocok, lalu dicatat temperaturnya

Percobaan kedua : Percobaan kedua : Penentuan kalor reaksi Zn - CuSO4

20 ml CuSO4 dimasukkan kalorimeter dan diukur suhunya

0,3 gram serbuk Zn dimasukkan ke dalam kalorimeter dan dicampur dengan


larutan CuSO4, lalu diukur suhunya
Percobaan ketiga : Penentuan kalor penetralan HCl – NaOH

15 ml HCl dimasukkan dalam kalorimeter dan diukur suhunya

Ditambah 15 ml NaOH dalam kalorimeter, dikocok dan diukur suhunya

b. Lampiran perhitungan
1. Percobaan Pertama
T1 = 29°C Cair = 4200 Joule/kg°C

T2 = 39°C C ZnSO4 = 3520 Joule/kg°C

ΔT = 33°C CNaCl = 3690 Joule/kg°C


m
ρ =
V
m =ρ.V
= 1 gr/cm3 . 15 ml
= 15 gram
= 0,015 kg
 q2 = m . c . ΔT
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (T2 – ΔT)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (39°C – 33°C)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . 6°C
= 378 Joule
 q1 = m . c . ΔT
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (ΔT – T1)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . (33°C – 29°C)
= 0,015 kg . 4200 Joule/kg°C . 4°C
= 252 Joule
 q3 = q2 – q1
=378 Joule – 252 Joule
= 126 Joule
q3
 K =
ΔT – T 1
126 Joule
=
33° C – 29° C
126 Joule
=
4 °C
= 31,5 Joule/°C

2. Percobaan kedua

CuSO4 + Zn Zn SO4 + Cu

m 0,02 mol 0,004 mol - -

r 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol

s 0,016 mol - 0,004 mol 0,004 mol

 Massa ZnSO4 = mol . Mr ZnSO4

= 0,004 x 161
= 0,644 gram

= 6,44x10-4 kg

 q4 = K (T4 – T3)
= 31,5 Joule/°C . (29°C – 27°C)
= 31,5 Joule/°C . 2°C
= 63 Joule
 q5 = m . c . ΔT
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (T4 – T3)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . (29°C – 27°C)
= 6,44x10-4 kg . 3520 Joule/kg°C . 2°C
= 4,5 Joule
 q6 = – (q5 + q4)
= – (4,5 Joule + 63 Joule)
= – 67,5 Joule
q6
 ΔHr =
mol pembatas

−67,5
=
0,004

= -16,875 Joule/mol

3. Percobaan ketiga
NaOH + HCl NaCl + H2O

m 0,15 mol 0,15 mol - -

r 0,15 mol 0,15 mol 0,15 mol 0,15 mol

s - - 0,15 mol 0,15 mol

 q7 = K (T6 – T5)
= 31,5 Joule/°C . (31°C – 30°C)
= 31,5 Joule/°C . 1°C
= 31,5 Joule
 q8 = m . c . ΔT
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (T6 – T5)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . (31°C – 30°C)
= 8,775x10-3 kg . 3690 Joule/kg°C . 1°C
= 32,379 Joule
 q9 = – (q8 + q7)
= – (32,379 Joule + 31,5 Joule)
= – 63,879 Joule
q9
 ΔHr =
mol pembatas

−63,879
=
0,15

= – 425,86 Joule/mol

Anda mungkin juga menyukai