LAPORAN LENGKAP
KIMIA FISIKA
“TERMODINAMIKA”
OLEH :
KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : STIFA A 2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Kalorimeter
Sistem adalah bagian dari suatu proses yang menjadi pusat perhatian atau sesuatu yang ingin
dipelajari. Sistem dapat berupa sebuah benda bebas yang sederhana atau sebuah kilang bahan
pengolahan bahan kimia yang kompleks. Sedangkan segala sesuatu yang berada di luar
sistem dikategorikan sebagai bagian dari lingkungan (surroundings) sistem (Moran, 2003).
Jika kita mempelajari termodinamika maka kita menyorot suatu bagian tertentu dari
alam semesta yang disebut sistem. Segala sesuatu yang berada di sekitar atau di luar sistem
disebut lingkungan. Sistem dan lingkungannya dipisahkan oleh batas-batas tertentu yang
dapat nyata atau tidak nyata. Pertukaran energi dan materi/massa dapat terjadi antara sistem
dan lingkungannya. Karena adanya pertukaran ini, sistem dapat dibagi atas tiga kelompok
yaitu (Kasim, 2011) :
a. Sistem tersekat
Sistem tersekat adalah apabila sistem dan lingkungan tidak terjadi pertukaran energy
dan/atau pertukaran materi misalnya termos air yang ideal (isolator berfungsi dengan
sempurna).
Contoh sistem semacam itu adalah termos tempat menyimpan es, dengan dinding berupa dua
kaca berlapis perak di bagian dalam dan bagian luar, dan diantara keduanya adalah ruang
vakum yang berperan sebagai penyekat.
b. Sistem tertutup
Sistem tertutup adalah jika pertukaran energy antara sistem dan lingkungan dapat terjadi
tetapi tidak terjadi pertukaran materi antara keduanya. Contoh, sejumlah gas dalam silinder
yang dilengkapi dengan pengisap.
c. Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah jika pertukaran energy dan pertukaran materi dapat terjadi,
misalnya zat atau campuran dalam gelas kimia terbuka. Contoh sederhana adalah sebutir
telur, yang dindingnya dapat tembus energi maupun zat, seperti oksigen untuk pernapasan
dan garam-garam yang berlangsung saat mengasinkan.
Terdapat beberapa hukum yang menjelaskan tentang termodinamika, yaitu (Kasim, 2011) :
1. Hukum ke nol termodinamika
Jika ada dua sistem, masing-masing setimbang dengan suatu sistem ketiga, maka kedua
sistem harus setimbang satu dengan yang lain.
2. Hukum pertama termodinamika
Jika sebongkah batu dijatuhkan, energi potensialnya diubah menjadi energy kinetik.
Sebaliknya “barbel” diangkat mak energi kinetiknya diubah menjadi energi potensial. Secara
umum, energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan. Energi total yang hilang oleh suatu sistem sama denagn energi total yang
diberikan oleh lingkungannya. Demikian juga, energi total yang diberikan oleh sistem sama
dengan energi yang hilang oleh lingkungan. Pernyataan penting ini juga biasa disebut dengan
hukum kekekalan energi.
3. Hukum kedua termodinamika
Hubungan antara entropi dan kespontanan reaksi dinytakan oleh hukum kedua
termodinamika : entropi dari alam semesta bertambah dalam proses spontan dan tidak
berubah pada proses kesetimbangan. Karena alam semesta terdiri atas sistem dan lingkungan,
perubahan entropi dalam alam semesta untuk setiap proses merupakan jumlah perubahan
entropi sistem (∆Ssis) dan perubahan entropi sistem (∆Slingk).
Proses spontan (∆Stotal) = (∆Ssis) + (∆Slingk) >0
Proses kesetimbangan (∆Stotal) = (∆Ssis) + (∆Slingk) = 0
Untuk proses spontan hukum ini menyatakan bahwa (∆Stotal) harus lebih besar dari nol,
tetapi tidak menjelaskan tentang (∆Ssis) atau (∆Slingk) akan negatif.
4. Hukum ketiga termodinamika
Hukum ketiga termodinamika berhubungan dengan penentuan nilai entropi. Susunan
yang paling teratur dari setiap zat dengan gerakan bebas atom atau molekul yang paling kecil
adalah Kristal sempurna pada nol mutlak (0 K). Menurut hukum ketiga termodinamika,
entropi zat kristal sempurna adalah nol pada suhu nol mutlak. Dengan naiknya suhu, gerakan
bebas juga naik. Jadi entropi setiap zat pada suhu di atas 0 K lebih besar nol. Perlu diketahui
bahwa jika kristal tidak murni maka entropi lebih besar daripada nol.
Hal penting dari hukum ketiga termodinamika adalah bahwa entropi mutlak dari zat
dapat ditentukan dengan hukum ini. Dengan pengetahuan bahwa entropi zat kristal murni
adalah nol pada suhu nol mutlak, kita dapat mengukur kenaikan entropi zat jika dipanaskan.
Perubahan entropi diberikan oleh :
∆S = Sakhir - Sawal
∆S = Sakhir – 0, jadi ∆S = Sakhir (karena Sakhir = 0)
Termodinamika melibatkan reaksi eksoterm dan edoterm, eksoterm adalah sistem yang
melepaskan kalor ke lingkungan (∆H=-) sedangkan endoterm adalah sistem yang menyerap
kalor dari lingkungan (∆H =+).
Termodinamika melibatkan reaksi eksoterm dan endoterm, eksoterm adalah sistem yang
melepaskan kalor ke lingkungan (∆H=-) contoh reaksi :
C(s) + O2(g) CO2(g) +393,5 kJ ; ∆H = -393,5 kJ.
sedangkan endoterm adalah sistem yang menyerap kalor dari lingkungan (∆H =+) contoh
reaksi :
CaCo3(s) CaO(s) + CO2(g) -178 kJ ; ∆H = +178,5 kJ
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu batang pengaduk, gelas beaker,
kertas perkamen, neraca analitik, pipet skala, sendok tanduk, thermometer.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aquadest (H2O), asam klorida
(HCl), asam sitrat (C6H8O7) dan kalsium karbonat (CaCO3).
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Panas Pelarutan (Endoterm)
a. Panas pelarut dengan penambahan variasi (H2O) air suling
1. Ditimbang asam sitrat (C6H8O7) yang setara dengan 0,001 mol (0,21 g).
2. Dimasukkan asam sitrat (C6H8O7) ke dalam gelas beaker.
3. Ditambahkan H2O sebanyak 0,5 ml (0,027 mol), 1 ml (0,055 mol) dan 2 ml (0,11 mol)
ke dalam gelas beaker.
4. Diukur suhu panas pelarut dengan termmometer.
b. Panas pelarut dengan penambahan variasi (C6H8O7) asam sitrat
1. Ditimbang asam sitrat (C6H8O7) yang setara dengan 0,001 mol (0,21 g), 0,002 mol
(0,42 g) dan 0,003 mol (0,63 g).
2. Dimasukkan asam sitrat (C6H8O7) ke dalam gelas beaker.
3. Ditambahkan H2O sebanyak 1 ml (0,055 mol) ke dalam gelas beaker.
4. Diukur suhu panas pelarut dengan thermometer.
BAB IV
HASIL
IV.1 Data Pengamatan
a. Endoterm
Tabel panas pelarut dengan variasi penambahan H2O
mol asam sitrat H2O (Mol) Suhu (oC)
0,001 0,5 mL (0,027 mol) 32oC
0,001 1 mL (0,055 mol) 31oC`
0,001 2 mL (0,11 mol) 29oC
Suhu (°C)
Mol
Suhu (°C)
Mol
Gambar 3.
Grafik panas Mol CaCO3 HCl Suhu (oC)
pelarut dengan 0,01 mol 1 mL (0,03 mol) 39oC
variasi 0,02 mol 1 mL (0,03 mol) 410C
penambahan
asam sitrat
c. Reaksi eksoterm
Tabel panas pelarut dengan variasi penambahan Asam sitrat
Suhu (°C)
Mol
Gambar 4. Grafik panas reaksi dengan variasi penambahan kalsium karbonat (CaCO3)
IV.2 Perhitungan
1. Perhitungan variasi penambahan H2O
Untuk memperoleh asam sitrat (C6H8O7) 0,001 mol terlebih dahulu dihitung berapa
banyak asam sitrat yang dibutuhkan. Dengan rumus :
Untuk mendapatkan berapa mol dalam tiap ml H2O dapat digunakan rumus :
Diketahui : BE H2O = 18 g
BJ H2O = 1
Ditanyakan : Mol H2O 0,5 ml = …. ?
Mol H2O 1 ml = …. ?
Mol H2O 2 ml = …. ?
Penyelesaian :
a. H2O 0,5 ml
b. H2O 1 ml
c. H2O 2 ml
2. Perhitungan variasi penambahan Asam sitrat (C6H8O7)
Untuk memperoleh asam sitrat (C6H8O7) 0,001 mol, 0,002 mol dan 0,003 mol
terlebih dahulu dihitung berapa banyak asam sitrat yang dibutuhkan. Dengan rumus :
Diketahui : BE H2O = 18 g
BJ H2O = 1
Ditanyakan : Mol H2O 1 ml = …. ?
Penyelesaian :
Untuk mendapatkan berapa mol dalam tiap ml HCl dapat digunakan rumus :
BAB V
PEMBAHASAN
Termodinamika adalah ilmu yang mempengaruhi perpindahan atau perubahan kalor.
Dalam termodinamika dikenal dengan adanya sistem dan lingkungan yang terdapat pada
reaksi eksoterm dan endoterm. Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap reaksi
eksoterm dan endoterm. Endoterm ditandai dengan penurunan suhu suatu reaksi sedangkan
eksoterm ditandai dengan kenaikan suhu suatu reaksi.
Pada endoterm digunakan sampel asam sitrat ditambahkan H2O. Asam sitrat 0,001 mol
(0,21 g) ditimbang terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam gelas beaker. Setelah itu,
dimasukan H2O sebanyak 0,5 ml (0,027 mol), 1 ml (0,055 mol) dan 2 ml (0,11 mol) kedalam
gelas beaker. Kemudian, diukur suhunya pada penambahan 0,5 ml (0,027 mol) H2O
diperoleh suhu 32oC, pada penambahan H2O 1 ml (0,055 mol) diperoleh suhu 31oC dan
pada penambahan H2O 2 ml (0,11 mol) diperoleh suhu 29°C. Pada variasi penambahan H2O
0,001 mol (0,21 g) ditimbang terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam gelas beaker. Setelah
itu, ditambahkan H2O sebanyak 1 ml (0,027 mol) dan diperoleh suhu 31°C, hal yang sama
juga dilakukan pada penambahan asam sitrat 0,002 mol (o,42 g) diperoleh suhu 30°C dan
pada penambahan asam sitrat 0,003 mol (0,63 g) diperoleh suhu 26°C.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi eksoterm dan endoterm ialah konsentrasi
suatu larutan dan keadaan lingkungan sekitarnya.
Sebelum melakukan percobaan, gelas beaker terlebih dahulu dibungun dengan
steroform. Hal tersebut dilakukan agar lingkungan dan sistem tidak terpengaruh oleh keadaan
maupun panas dari luar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan panas pelarut (endoterm) didapatkan hasil bahwa semakin banyak
penambahan mol H2O maka suhu semakin menurun.
2. Pada percobaan panas reaksi (eksoterm) didapatkan hasil bahwa semakin banyak
penambahan mol HCl maka suhu akan semakin meningkat.
V.2 Saran
Sebaiknya metode pada percobaan praktikum juga dilakukan percobaan fisika bukan cuma
percobaan kimia agar kita dapat membandingkan percobaan dari segi fisika maupun kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Hani, A.R dan Handoko Riwidikko. 2007. Fisika Kesehatan. Nuha Medika :
Yogyakarta
Moran, M.J dan Howard N. S. 2003. Termodinamika Teknik Edisi ke-4.
Erlangga : Jakarta.
Kasim, S. 2011. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Rokhmad. 2005. Kimia. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Suhardjo. 1997. Kimia Fisika. Penerbit Renike Cipta : Jakarta.