Anda di halaman 1dari 19

KONSEP ENERGI DAN MACAM-MACAM ENERGI

Energi dibutuhkan untuk beraktivitas sehari-hari. Misal saja, ketika berolahraga tentu kita merasa
lelah. Setelah merasa lelah, kita tentunya beristirahat, mulai dari duduk, minum atau bahkan mengkonsumsi
makanan. Semua kegiatan di atas memerlukan energi. Waktu bergerak setiap detik membutuhkan energi dari
alat yang kita sebut baterai. Baterai pun juga harus diganti seiring waktu, karena mereka hanya mempunyai
energi untuk jangka waktu tertentu. Energi, dalam fisika, adalah satuan kapasitas untuk melakukan
pekerjaan atau usaha. Ada beberapa macam bentuk energi, kinetik, termal, listrik, kimia, nuklir, dan
berbagai bentuk energi lainnya. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi dapat diubah
bentuknya, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Satuan pengukuran dalam Sistem Satuan
Internasional (SI) energi adalah joule, yaitu energi yang dipindahkan ke suatu benda dengan cara
memindahkannya sejauh satu meter melawan gaya satu newton. Semua bentuk energi berhubungan dengan
gerak, misalnya, setiap benda memiliki energi kinetik jika bergerak. Perangkat yang dikencangkan seperti
busur atau pegas, meskipun dalam keadaan diam, memiliki potensi untuk menciptakan gerakan. Hal itu juga
mengandung energi potensial karena konfigurasinya. Demikian pula, energi nuklir adalah energi potensial
karena dihasilkan dari konfigurasi partikel subatom dalam inti atom.Bentuk energi yang umum termasuk
energi kinetik dari benda yang bergerak, energi potensial yang disimpan oleh posisi benda dalam medan
gaya gravitasi, listrik atau magnet, energi elastis yang disimpan dengan meregangkan benda padat, energi
kimia yang dilepaskan ketika bahan bakar terbakar , energi radiasi yang dibawa oleh cahaya, dan energi
panas karena suhu suatu benda.
Jenis-jenis Energi:
-Energi panas -Energi Listrik -Energi Suara
-Energi Kimia -Energi Cahaya -Energi Elastis
-Energi Nuklir -Energi Gerak -Energi Gravitasi

HUKUM TERMODINAMIKA
A. Pengertian Termodinamika
Jadi, ilmu ini menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan
perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika berhubungan erat dengan
fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Selain itu, Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu Fisika ini
mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja, sistem pembatas dan lingkungan.
Aplikasi dan penerapan Termodinamika bisa terjadi pada tubuh manusia, peristiwa meniup kopi panas,
perkakas elektronik, Refrigerator, mobil, pembangkit listrik dan industri, adalah peristiwa Termodinamika
yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.
1. Hukum Termodinamika I
Hukum Termodinamika I, juga dikenal sebagai Hukum Kekekalan Energi, menyatakan bahwa energi
tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Energi hanya dapat ditransfer atau diubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya. Misalnya, menyalakan lampu listrik tampaknya adalah proses menghasilkan energi. Namun,
sebenarnya hanya mengubah energi listrik menjadi energi cahaya.
2. Hukum Termodinamika II
Menyatakan entropi suatu sistem tidak dapat berkurang, namun akan cenderung bertambah. Entropi
merupakan tingkat “keacakan” atau “ketidakteraturan” dalam suatu sistem. Penerapan hukum ini terjadi
pada perpindahan panas (kalor) secara spontan dari benda panas ke benda dingin. Perpindahan panas tejadi
karena entropi akan bertambah akibat pergerakan partikel yang meningkat seiring perpindahan kalor.
Entropi merupakan sifat termodinamika yang penting dimana harganya meningkat letika ada
penambahan kalor dan akan menurun jika ada pengurangan kalor. Semakin teratur suatu benda, entropi akan
semakin kecil.
B. Prinsip-Prinsip Termodinamika
Penerapan prinsip-prinsip termodinamika yang meliputi Mekanika, Panas dan Kalkulus Diferensial pada
ilmu pengetahuan lain ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 2 menunjukkan bahwa penyelesaian suatu
masalah/problema secara termodinamika dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Formulasi problem ke dalam besaran & bentuk termodinamika. Hal ini yang dikatakan sebagai
mengubah bahasa dalam problem ke dalam bahasa termodinamika, kemudian merumuskannya
dengan menggunakan besaran-besaran termodinamika.
2. Evaluasi sifat dan fungsi termodinamika, berarti melakukan analisis terhadap formulasi yang telah
disusun pada langkah pertama (1). Tahap ini membutuhkan pemahaman pengetahuan termodinamika
yang memadai agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap arah atau tujuan problema tersebut.
3. Penyelesaian problem termodinamika. Pada tahap ini dibutuhkan dukungan pengetahuan
matematika/kalkulus (deferensial, integral) sehingga dapat diperoleh jawaban yang valid atau bisa
dipertanggungjawabkan.
Ketiga langkah penyelesaian termodinamika tersebut harus berpijak pada dalil-dalil atau kaidah-kaidah
dalam termodinamika.
Intinya, prinsip termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika direkayasa sedemikian rupa
sehingga menjadi suatu bentuk mekanisme yang bisa membantu manusia dalam kegiatannya. Aplikasi
termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena adanya perkembangan ilmu termodinamika sejak
abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik yakni perilaku
umum partikel zat yang menjadi media pembawa energi.
C. Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata
atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem
termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi
antara sistem dan lingkungan. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem
dan lingkungan:
1. Sistem tertutup
Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran benda dengan lingkungan.
Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi
pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau keduanya
biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
- Pembatas Adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas
- Pembatas Rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

2. Sistem terisolasi
Tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari sistem terisolasi adalah
wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
3. Sistem terbuka
Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan lingkungannya. Sebuah pembatas
memperbolehkan pertukaran benda disebut permeabel. Samudra merupakan contoh dari sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada
terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem
terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.
D. Keadaan Termodinamika
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti
(atau keadaan sistem). Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan.
Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi
keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang
merupakan fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem tertentu
ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti sistem yang lebih besar,
dari jumlah minimal tersebut. Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan
dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.
E. Hukum Dasar Termodinamika
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
1. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum awal menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka
ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya. Hukum ini dimasukkan setelah hukum pertama.
2. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum yang sama juga terkait dengan kasus kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup, sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke
dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem. Hukum ini dapat diuraikan menjadi beberapa
proses, yaitu proses dengan Isokhorik, Isotermik, Isobarik, dan juga adiabatik.
3. Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk hukum kedua
termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental yang dikeluarkan oleh kelvin-plank
dan clausius.
Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu sistem apapun bekerja sedemikian rupa sehingga hasil satu-
satunya adalah perpindahan energi sebagai panas dari sistem dengan temperatur tertentu ke sistem dengan
temperatur yang lebih tinggi.
Pernyataan kelvin-planck: tidak mungkin suatu sistem beroperasi dalam siklus termodinamika dan
memberikan sejumlah netto kerja kesekeliling sambil menerima energi panas dari satu reservoir termal.
(sumber Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. – 6th ed. – 2007 – Wiley)
Bab5).
Total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya hal ini disebut dengan prinsip kenaikan entropi”
merupakan korolari dari kedua pernyataan diatas (analisis Hukum kedua termodinamika untuk proses
dengan menggunakan sifat entropi)(sumber Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J.,
Shapiro N.M. – 6th ed. – 2007 – Wiley) Bab6).
4. Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada
saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan
mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna
pada temperatur nol absolut bernilai nol
F. ENERGI BEBAS GIBBS
Potensi termodinamika yang digunakan untuk memprediksi apakah reaksi kimia spontan atau non-
spontan.. Berdasarkan perubahan energi bebas, reaksi kimianya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
eksergonik dan endergonik.

1. Reaksi Endergonik  adalah reaksi dengan energi bebas Gibbs positif yang menunjukkan itu adalah
reaksi non spontan. Reaksi non-spontan juga dapat disebut sebagai reaksi yang tidak menguntungkan.
Energi bebas Gibbs dari reaksi endergonik adalah nilai positif ketika dihitung menggunakan hubungan
termodinamika berikut.

ΔG = ΔH – TΔS

Di mana,

ΔG adalah energi bebas Gibbs

ΔH adalah perubahan entalpi


T adalah suhu sistem
ΔS adalah perubahan dalam entropi .

Dalam reaksi non-spontan, energi harus disediakan dari luar untuk perkembangan reaksi. Kemudian,
energi produk mendapat nilai lebih tinggi daripada energi reaktan. Karena alasan itu, perubahan entalpi
adalah nilai positif (perubahan entalpi adalah perbedaan antara entalpi produk dan reaktan). Karena produk
baru terbentuk, entropi sistem menurun. Kemudian, menurut persamaan di atas, ΔG adalah nilai positif.
Reaksi Endergonik  termasuk reaksi endotermik.

2. Reaksi Eksergonik adalah reaksi dengan energi bebas Gibbs berharga negatif. Ini menunjukkan
bahwa reaksi eksergonik adalah reaksi spontan karena reaksi spontan memiliki nilai negatif untuk energi
Gibbs ketika dihitung menggunakan hubungan termodinamika yang diberikan di bawah ini.

ΔG = ΔH – TΔS

Dalam reaksi eksergonik, energi dilepaskan ke sekitarnya. Oleh karena itu, produk memiliki energi
yang lebih rendah daripada reaktan. Karena alasan itu, perubahan entalpi adalah nilai negatif untuk reaksi
eksergonik. Entropi meningkat karena gangguan sistem. Menurut hubungan di atas, energi bebas Gibbs
adalah nilai negatif. Reaksi eksergonik termasuk reaksi eksotermik.

Perbedaan Antara Reaksi Endergonik dan Eksergonik

1. Endergonik  adalah jenis reaksi yang memiliki energi bebas Gibbs yang positif. Eksergonik adalah
sejenis reaksi yang memiliki energi bebas Gibbs negatif.
2. Energi bebas Gibbs adalah nilai positif untuk reaksi endergonik. Energi bebas Gibbs adalah nilai
negatif untuk reaksi eksergonik.
3. Pada reaksi endergonik, energi reaktan lebih rendah dari pada produk. Dalam reaksi eksergonik,
energi reaktan lebih tinggi dari pada produk.
4. Entropi menurun dalam reaksi endergonik. Entropi meningkat dalam reaksi eksergonik.
5. Reaksi Endergonik  tidak spontan. Reaksi eksergonik bersifat spontan.
6. Reaksi endotermik adalah reaksi endergonik. Reaksi eksotermik adalah reaksi eksergonik.
7. Reaksi Endergonik  selalu membutuhkan energi untuk memulai reaksi. Reaksi eksergonik tidak
memerlukan energi untuk memulai reaksi.
8. Endergonik  reaction menyerap energi dari sekitarnya. Reaksi eksergonik melepaskan energi ke
sekitarnya.

Semua reaksi kimia yang terjadi di sekitar kita dapat dikategorikan sebagai reaksi endergonik atau reaksi
eksergonik. Kedua jenis reaksi ini memiliki definisi dan sifat yang berbeda. Perbedaan utama antara
endergonik  dan eksergonik  adalah bahwa reaksi endergonik  membutuhkan energi dari luar sedangkan
reaksi eksergonik melepaskan energi ke luar.

ATP
ATP atau Adenosin Trifosfat merupakan molekul organik jenis nukelotida yang berfungsi sebagai
pembawa energi. Nukleotida merupakan molekul organik penyusun DNA yang tersusun atas nukleosida dan
gugus fosfat. Sedangkan nukleosida adalah molekul organik yang tersusun atas gula pentosa dan basa
nitrogen. Basa nitrogen terdiri dari dua jenis, yaitu Purin (Adenin dan Guanin) yang memiliki dua cin-cin
karbon nitrogen serta Pirimidin (Timin dan Cytosin) yang hanya memilki satu cin-cin karbon nitrogen.
Sedangkan pentosa adalah gula sederhana yang tersusun dari lima atom karbon.
ATP tersusun dari ikatan adenin, yaitu purin (basa nitrogen) dan terikat pada gula yang mengandung
5 atom C, yaitu ribose dan tiga gugus fosfat.
Pada saat sel membutuhkan energi, ATP dapat segera dipecah melalui reaksi hidrolisis (reaksi
dengan air). Perombakan ini dapat mengubah ATP menjadi ADP (Adenosin Diphosphate). Hidrolisis satu
mol ATP menghasilkan 7,3 kkal energi. Reaksi ini juga termausk dalam eksergonik. Sedangkan
pembentukan ATP dari ADP disebut dengan reaksi sintesis dehidrasi, yaitu pembentukan molekul yang
lebih besar dengan pelepasan molekul air dan termasuk reaksi endergonik. Karena fungsi ATP sebagai
penyimpan energi yang sewaktu-waktu siap digunakan dan bersifat universal (reaksi bolak balik), maka
disebut sebagai universal energy carrier.

METABOLISME
A. Pengertian
Sel mengekstraksi energi dari lingkungan autotrof : mengambil energi dari sinar matahari pada proses
fotosintesis → tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme berkhlorofil. Heterotrof : mengambil molekul
berenergi/organik dari substrat/makanan diantaranya dari sel autotroph. Sel mensintesis makromolekul
untuk menunjang aktifitas hidupnya (gerak dinamik, pembelahan sel, reaksi-reaksi spesif. Kedua proses tsb
dilakukan melalui reaksi-reaksi yang terintgrasi & terorganisasi → metabolism
Metabolisme: keseluruhan reaksi yang terjadi di dalam sel, meliputi proses penguraian & sintesis molekul
kimia yang menghasilkan & membutuhkan panas (enegi) serta dikatalisis oleh enzim
Metabolisme meliputi:

1) Jalur sintesis (anabolisme/endorgenik) ⇒ menggabungkan molekul-molekul kecil menjadi makromolekul


yang lebih kompleks; memerlukan energi yang disuplai dari hidrolisis ATP

2) Jalur degradatif (katabolisme/eksorgenik) ⇒ memecah molekul kompleks menjadi molekul yang lebih
sederhana; melepaskan energi yang dibutuhkan untuk mensintesis ATP
B. Fungsi
Ada banyak fungsi tubuh yang dipengaruhi oleh metabolisme, yaitu bernapas, mencerna makanan,
mengalirkan darah, serta memperbaiki dan memperbarui sel. Tak hanya itu, metabolisme juga
mengendalikan suhu tubuh, memicu kontraksi otot, menghilangkan limbah melalui urine dan feses, serta
menjaga fungsi otak dan saraf
C. Komponen sel
- Makromolekul:
1. Nukleat
2. Protein
3. Karbohidrat/ polisakarida
4. Lemak/ lipid
- Bahan Makanan sbg Sumber Energi 4 jenis nutrien utama, yaitu:
1. Makronutrien (karbohidrat, protein, lipid) menyuplai energi bagi tubuh
2. Vitamin membantu penggunaan makronutrien dan mempertahankan jaringan tubuh.
3. Mineral mempertahankan homeostasis, dan
4. Air sbg pelarut dalam tubuh, dan sbg alat transport untuk mendistribusikan nutrien ke jaringan.

ENZIM
A. Pengertian Enzim
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi
tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Bila zat ini tidak ada maka proses-proses tersebut akan
terjadi, lambat, atau tidak berlangsung sama sekali. Hampir semua enzim merupakan protein. Enzim adalah
biokatalisator, yang artinya dapat mempercepat reaksi- reaksi biologi tanpa mengalami perubahan struktur
kimia.

B. Struktur Enzim

C. Sifat-sifat Enzim

1. Enzim aktif dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam reaksi biokimia hanya sejumlah kecil enzim
yang dibutuhkan untuk mengubah sejumlah besar substrat menjadi produk hasil.
2. Enzim tidak terpengaruh oleh reaksiyang dikatalisnya pada kondisi stabil. Karena sifat protein dan
enzim, aktivitasnya dipengaruhi antara lain oleh pH dan suhu. Pada kondisi yang dianggap tidak
optimum suatu enzim merupakan senyawa relatif tidak stabil dan dipengaruhi oleh reaksi yang
dikatalisisnya.
3. Walaupun enzim mempercepat penyelesaian suatu reaksi, enzim tidak mempengaruhi kesetimbangan
reaksi terse but. Tanpa enzim reaksi dapat balik yang biasa terdapat dalam sistem hid up berlangsung
ke arah kesetimbangan pada laju yang sangat lambat. Suatu enzim akan menghasilkan
kesetimbangan reaksi itu pada kecepatan yang lebih tinggi.
4. Kerja katalis enzim spesifik. Enzim menunjukkan kekhasan untuk reaksi yang dikatalisnya. Suatu
enzim yang mengkatalisis satu reaksi, tidak akan mengkatalis reaksi yang lain.

D. Mekanisme Kerja Enzim


Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat- zat yang bereaksi dan dengan
demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim
bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa
atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap.
Sebagai contoh, enzim a-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi
glukosa. Ada dua cara kerja enzim, yaitu: model kunci gembok dan induksi pas.

Ada dua cara kerja enzim, yaitu:

a) Model kunci gembok (block and key)

 suatu enzim hanya dapat bekerja untuk satu jenis substrat saja. Enzim diibaratkan sebagai gembok
dan substrat diibaratkan sebagai kunci. Dimana dari cara kerja kunci dan gembok yaitu sebuah kunci
hanya akan berfungsi pada gembok pasanganya, dan tidak akan berfungsi di gembok lain.
b) Induksi Pas (Model Induced Fit)

Pada model ini sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel atau dapat berubah bentuk sesuai
dengan bentuk substratnya.

E. Faktor yang mempengaruhi kerja enzim

1. Suhu (Temperatur)
Sifat Sifat Enzim seperti Enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu.
Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu tertentu. Enzim tersusun dari protein, maka enzim
sangat peka terhadap tem- perature. Temperature yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein.
Temperature yang terlalu rendah dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim
adalah 3 0 - 400C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai Oc , namun enzim
tidak rusak, bila suhu normal maka enzim akan aktif kembali. enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak
diatas suhu SOOc.

2. Derajat Keasaman (pH)


Karena molekul enzim pada umumnya adalah protein globular, bentuk dan fungsinya dapat
dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam
amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. pH
optimum yang diperlukan berbeda - beda tergantung jenis enzimnya.

3. Konsentrasi Enzim dan Substrat


Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi. Peningkatan kecepatan
reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh
enzim.

4. Zat – zat Penggiat (Aktivator)


Aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk memacu atau mempercepat reaksi
enzim.

5. Zat – zat Penghambat (Inhibitor)


Inhibitor merupakan sutau molekul yang dapat menghambat aktivitas enzim. Terdapat dua macam
inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
a. Inhibitor kompetitif.
Pada penghambatan ini zat- zat penghambat mempunyai struktur yang mirip dengan struktur
substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bersatu
dengan sisi aktif enzim, jka zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim, maka substratnya
tidak dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
b. Inhibitor nonkompetitif
Pada penghambatan ini, substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks enzim- inhibitor,
karena sisi aktif enzim berubah

F. Struktur Enzim

Enzim terdiri dari dua komponen, yakni bagian pro (apoenzim) dan bukan bagian dari protein (gugus
prostetik). Apoenzim tersusun atas protein dan mudah berubah tergantung faktor lingkungan, misalnya pH
dan suhu. Sedangkan, gugus prostetik adalah gugus yang tidak aktif. Zat ini terdiri dari unsur logam, seperti
besi, mangan, magnesium atau natrium yang disebut kofaktor. Namun, gugus prostetik juga dapat berupa
bahan organik dan bukan protein, seperti vitamin B (koenzim).

G. CIRI-CIRI ENZIM

1. Sebagai biokatalisator. Berfungsi untuk mempercepat reaksi tetapi tidak ikut bereaksi
2. Thermolabil karena dipengaruhi faktor lingkungan (suhu dan PH). Tiap enzim memerlukan suhu dan
PH optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan
bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau PH yang sesuai dengan enzim tidak dapat
bekerja optimal, sehingga enzim kehilangan fungsinya sama sekali

3. Tersusun dari protein. Enzim merupakan protein yang tersusun atas asam-asam amino

4. Dibuat di dalam sel. Enzim dibuat di dalam sel hidup melalu proses anabolisme berupa sintesa
protein
5. Bekerjanya spesifik ; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan tempat
melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu.
6. Bekerja bolak-balik. Maksud dari sifat ini, enzim akan terbentuk kembali setelah reaksi seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya

7. Bekerja di dalam dan di luar sel. Enzim yang bekerja di dalam sel disebut enzim intraseluler
* enzim yang bekerja di luar sel disebut enzim ekstraseluler

8. Memiliki sisi aktif. Di dalam enzim terdapat sisi aktif yang tersusun dari sejumlah kecil asam amino.
Bentuk sisi aktif sangan spesifik sehingga hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi
substrat bagi enzim

9. Diperlukan dalam jumlah sedikit. Karena enzim hanya sebagai katalisator, maka enzim tidak ikut
bereaksi sehingga tidak diperlukan dalam jumlah banyak

KATABOLISME
Katabolisme atau disebut juga disimilasi merupakan rangkaian reaksi kimia yang berkaitan dengan
proses pembongkaran, penguraian atau pemecahan molekul/senyawa kompleks menjadi molekul/ senyawa
yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.

A.Katabolisme karbohidrat: respirasi seluler


 Istilah respirasi sama dengan bernafas yaitu pertukaran oksigen (O2) dan karbodioksida (CO2) antara
organisme dan lingkungannya.
 Respirasi selular yaitu pemanenan atau proses menghasilkan energi secara aerobik (perlu O2) dari
molekul makanan oleh sel.
Rumus umum untuk respirasi seluler adalah
CH12O6+6026CO₂+6H2O + Energi (ATP + panas)
 Respirasi seluler diawali dengan reaksi glikolisis.
 Reaksi glikolisis terjadi dalam sitoplasma sel tanpa peranan oksigen.

Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, katabolisme dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah respirasi yang membutuhkan oksigen bebas dari udara untuk menghasilkan
energy. Secara sederhana dituliskan:
C6H12O6+602 → 6H₂O + 6CO₂ + 675 kkal
Contoh respirasi aerob adalah Respirasi Sel.
Respirasi bertujuan menghasilkan energi dari sumber nutrisi yang dimiliki. Semua makhluk hidup
melakukan respirasi dan tidak hanya berupa pengambilan udara secara langsung. Respirasi dalam kaitannya
dengan pembentukan energi dilakukan di dalam sel. Oleh karena itu, Prosesnya dinamakan respirasi sel.
Organel sel yang berfungsi dalam menjalankan tugas pembentukan energy ini adalah mitokondria. Respirasi
termasuk ke dalam kelompok katabolisme karena didalamnya terjadi penguraian senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana, diikuti dengan pelepasan energi. Energi yang kita gunakan dapat berasal dari
hasil metabolisme tumbuhan. Respirasi aerob dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu:

a. Glikolisis adalah serangkaian reaksi yang menguraikan satu molekul glukosa menjadi:
• 2 Asam Piruvat
• 2 NADH (Nikotinamid Adenin Dinukleotida)
• 2 ATP (Adenosin Triphospat)

b. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung dalam matriks mitokondria dan merupakan reaksi
kimia yang mengawali siklus krebs. Setiap asam piruvat yang dihasilkan kemudian akan diubah menjadi
Asetil-KoA (koenzim-A). Asam piruvat ini akan mengalami dekarboksilasi sehingga gugus karboksil akan
hilang sebagai CO2 dan akan berdifusi keluar sel. Dua gugus karbon yang tersisa kemudian akan mengalami
oksidasi sehingga gugus hydrogen dikeluarkan dan ditangkap oleh akseptor elektron NAD+. Gugus yang
terbentuk, kemudian ditambahkan koenzim-A sehingga menjadi asetil-KoA. Hasil akhir dari proses
dekarboksilasi oksidatif ini akan menghasilkan 2 asetil-KoA dan 2 molekul NADH. Pembentukan asetil-
KoA memerlukan kehadiran vitamin B1.

c. Siklus Krebs
Siklus krebs merupakan tahap ketiga respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama orang yang
menemukan reaksi respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus
krebs berlangsung didalam mitokondria pada kelompok eukariota sedangkan pada kelompok prokariota
berlangsung didalam sitoplasma.
Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap ketiga dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk Kembali oksaloasetat.
Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus Krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs, dari setiap 1 molekul glukosa
akan dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.

d. Transpor Elektron
Transpor elektron merupakan serangkaian peristiwa pemindahan electron dan ion hidrogen (H+).
Selama tiga proses sebelumnya, dihasilkan beberapa reseptor elektron yang bermuatan akibat penambahan
ion hidrogen. Reseptor-reseptor ini kemudian akan masuk ke transfer elektron untuk membentuk suatu
molekul berenergi tinggi, yaitu ATP. Reaksi ini berlangsung di dalam membran mitokondria. Reaksi ini
berfungsi membentuk energi selama oksidasi yang dibantu oleh enzim pereduksi. Reaksinya kompleks,
tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul khusus,
seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa sitokrom, yaitu
sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari NADH, kemudian ditransfer ke
FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H
yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa selama proses respirasi aerob dihasikan sekitar
38 ATP dengan rincian sebagai berikut:

Proses Masukan Energi Hasil


Glikolisi 2 ATP +2 NADH (2x3ATP) 8 ATP
Dekarboksilasi Oksidatif 2 NADH (2x3 ATP) 6 ATP
Siklus Kreb 2 ATP + 6 NADH (6x3 ATP) +2 FADH2 (2x2 24 ATP
ATP)

Jumlah yang dihasilkan 38 ATP

2. Reaksi anaerob
Respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi.
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen sebagai penerima akhir pada saat
pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa sebagai substrat. Respirasi anaerob sering
disebut juga fermentasi.
Persamaan sederhananya:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO₂ + 21 kkal
Pada fermentasi, glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan terbentuk 2 ATP.
Tetapi, fermentasi tidak bereaksi secara sempurna memecah glukosa menjadi karbondioksida dan air, serta
ATP yang dihasilkan pun tidak sebesar ATP yang dihasilkan dari glikolisis.

Dari produk yang dihasilkan fermentasi dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Fermentasi asam laktat


Fermentasi asam laktat adalah fermentasi glukosa yang menghasilkan asam laktat. Fermentasi asam
laktat dimulai dengan glikolisis yang menghasilkan asam piruvat, kemudian berlanjut dengan perubahan
asam piruvat menjadi asam laktat. Pada fermentasi asam laktat, asam piruvat bereaksi secara langsung
dengan NADH membentuk asam laktat.

2. Fermentasi alkohol
Pada fermentasi alkohol, asam piruvat diubah menjadi etanol atau etil alkohol melalui dua langkah
reaksi, yaitu 1) pembebasan CO2 dari asam piruvat yang kemudian diubah menjadi asetaldehida, 2) reaksi
reduksi asetaldehida oleh NADH menjadi etanol. NAD yang terbentuk akan digunakan untuk glikolisis.
Pada respirasi anaerob energi yang diperoleh lebih sedikit di bandingkan dengan respirasi aerob. Energi
yang dihasilkan yaitu 2 ATP setiap molekul glukosa.

B . Katabolisme lemak
Metabolisme lemak adalah proses di mana asam lemak akan dipecahkan kemudian memecahkan
untuk menghasilkan energi atau disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Proses metabolisme lemak
terjadi di dalam usus dan dibantu oleh enzim lipase yang terkandung di dalam usus.
Rekasi sederhananya
Trigliserida + 3H2O ---→ gliserol + 3 asam lemak

C. Katabolisme Protein
 Protein diuraikan menjadi asam amino.
 Asam amino diubah menjadi asam piruvat dan asetil KoA.
 Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi amonia (NH3) dan
dibuang lewat urin.

D.Contoh Katabolisme
Berikut ini beberapa contoh katabolisme, diantaranya:
 Respirasi aerob
 Respirasi anaerob (fermentasi)
 Pencernaan karbohidrat dari nasi yang masuk ke dalam tubuh, karbohidrat akan diubah menjadi
disakarida dan dipecah lagi menjadi monosakarida (glukosa). Glukosa merupakan bagian terkecil
dari hasil katabolisme karbohidrat yang akan diserap tubuh masuk ke dalam aliran darah.
 Olahraga fisik aerobik yang bermanfaat membakar kalori dan lemak.

ANABOLISME

Anabolisme atau biosintesis atau disebut juga dengan asimilasi merupakan suatu proses penyusunan
senyawa kimia yang sederhana ke senyawa kimia atau pun juga molekul kompleks.Senyawa komplek
tersebut biasanya disebut dengan senyawa makromolekul. Makromolekul yang terbentuk tersebut dapat atau
bisa menjadi segala macam bentuk seperti misalnya asam nukleat, lemak, karbohidrat serta juga protein.
Peristiwa tersebut tetntu memerlukan energi dari luar, setelah itu energi tersebut kemudian digunakan untuk
mengikat senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks

Anabolisme ini ialah suatu lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik
sederhana tersebut menjadi senyawa kimia atau pun juga molekul kompleks. Proses tersebut membutuhkan
energi dari luar. Energi yang digunakan didalam reaksi ini dapat atau bisa berupa energi cahaya ataupun
juga energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk dapat mengikat senyawa-senyawa
sederhana itu dan menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, di dalam proses tersebut energi yang
diperlukan itutidak hilang, tetapi justru tersimpan di dalam sebuah bentuk ikatan-ikatan kimia disenyawa
kompleks yang terbentuk. Di dalam reaksi anabolisme dibutuhkan energi yang juga diperoleh dari reaksi
katabolisme.

Reaksi pada sel tersebut bisa atau dapat dikelompokkan menjadi dua kategori:

1. reaksi anabolisme tersebut ialah suatu reaksi pembentukan, yakni terjadi sintesis molekul besar dari
molekul sederhana atau pun kecil. Pada proses anabolisme tersebut membutuhkan energi, serta
prosesnya disebut dengan istilah reaksi endogenic.

2. reaksi katabolisme ini reaksi pemecahan. Katabolisme ini ialah pemecahan molekul besar itu
menjadi lebih sederhana yang disertai dengan pelepasan energi yang disebut dengan istilah reaksi
exergonic. Total penjumlahan dari reaksi anabolisme serta  katabolisme ini disebut dengan
metabolisme (pembentukan serta pemecahan). Contoh dari proses katabolisme ini ialah respirasi,
sedangkan untuk contoh proses anabolisme itu ialah fotosintesis (Green et al, 1988).

Contoh Reaksi Anabolisme


Anabolisme tersebut terjadi pada saat senyawa sederhana serta unsur-unsur tersebut  direaksikan
pada mkhluk hidup untuk kemudian menghasilkan senyawa organik yang lebih kompleks. Anabolisme
tersebut menggunakan sumber energi seperti halnya cahaya matahari atau pun juga zat kimia, supaya
senyawa serta unsur-unsur tersebut bisa atau dapat digabungkan menjadi senyawa kompleks.

Contoh dari anabolisme ialah fotosintesis yang terjadi pada tanaman.

Fotosintesis ini merupakan suatu proses yang digunakan oleh tanaman yangmana energi dari sinar matahari
tersebut digunakan untuk dapat mengubah karbon dioksida (CO2) serta air (H2O) itu menjadi molekul zat
gula atau juga glukosa (C6H12O6) yang dibutuhkan sebagai pertumbuhan. Proses tersebut kemudian
dibantu oleh enzim serta klorofil. Klorofil ini merupakan pigmen hijau daun yang terdapat di kloroplas,
organel di dalam sel tanaman.

Reaksi kimia fotosintesis diantaranya :

6 CO2 (Karbon dioksida) + 6 H2O (air) + cahaya matahari –> C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 (oksigen)

Contoh Anabolisme

Anabolisme ini merupakan suatu proses metabolisme yang mengubah senyawa sederhana itu menjadi
senyawa kompleks. Misalnya seperti

1. pembentukan glikogen dari glukosa,


2. pembentukan protein dari asam amino,
3. pembentukan trigliserida dari asam lemak dan
4. gliserol

Reaksi Terang dan Gelap pada Proses Fotosintesis

Proses fotosintesis oleh tumbuhan terdiri dari 2 reaksi yaitu reaksi terang dan gelap. Pada reaksi
terang terjadi dua proses fotofosforilasi yang meliputi fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi non siklik.
Sedangkan pada rekasi gelap memuat tiga proses yang terdiri dari fiksasi, reduksi, dan regenarsi. Hasil ATP;
NADPH; dan oksigen (O2), sementara pada reaksi terang menghasilkan produk PGA; PGAL; glukosa
(C6H12O6).

Reaksi terang dan gelap pada proses fotosintesis oleh tumbuhan sama-sama berlangsung pada bagian
daun yang disebut kloroplas namun pada bagian yang berbeda. Kloroplas tersusun atas membran luar,
membran dalam, tilakoid, grana (tumpukan membran tilakoid), lumen, dan stroma. Diketahui bahwa reaksi
terang fotosintesis berlangsung di grana (tumpukan tilakoid), sementara reaksi gelap berlangsung di stroma.
Ilustrasi bagian kloroplas daun yang menjadi tempat berlangsungnya reaksi terang dan gelap sesuai dengan
gambar berikut.

Fotosintesis merupakan contoh dari proses anabolisme yaitu reaksi penyusunan molekul kecil


menjadi molekul besar dan membutuhkan energi. Mekanisme sederhananya, fotosintesis adalah proses
mengubah karbondioksida (CO2) dari udara dan mineral/air (H2O) dari tanah menjadi glukosa (C6H12O6) dan
oksigen (O2).

Reaksi Terang (Reaksi Hill) Fotosintesis

Reaksi terang adalah reaksi yang terjadi pada proses fotosintesis di mana pada tahapan
ini dibutuhkan cahaya dalam prosesnya. Energi yang terdapat pada cahaya matahari akan digunakan oleh
pigmen fotosintesis pada grana atau tumpukan tilakoid.

Tujuan dari reaksi terang adalah menghasilkan ATP, NADPH, dan O2. Selanjutnya, hasil dari proses
reaksi terang berupa ATP dan NADPH2 digunakan pada reaksi gelap atau siklus Calvin. Sedangkan oksigen
(O2) akan dilepaskan ke udara sebagai hasil samping fotosintesis.

Reaksi terang fotosintesis terdiri dari dua reaksi yaitu fotofosforilasi non siklik dan fotofosforilasi
siklik. Proses reaksi terang fotosintesis diawali dengan penangkapan energi cahaya oleh klorofil. Energi
cahaya kemudian dipakai untuk reaksi fotolisis air serta fotofosforilasi baik jalur siklik maupun non siklik.

1) Fotofosforilasi Non Siklik

Komponen yang terlibat dalam fosforilasi non siklik adalah

 Cahaya sebagai sumber energi foton


 2 Jenis Fotosistem (pusat reaksi yang memiliki antena untuk menangkap cahaya):
Fotosistem I (P700) → mampu menyerap energi cahaya matahari dengan panjang gelombang 700
nanometer.
Fotosistem II (P680) → mampu menyerap energi cahaya matahari dengan panjang gelombang 680
nanometer.
 Akseptor elektron
 ADP
 NADP
 Air atau H2O

Bagan sederhana fotofosforilasi non siklik diberikan seperti gambar berikut.


Proses diawali dari energi foton yang berasal dari cahaya akan diserap fotosistem II atau P680,
khusunya cahaya merah biru nila. Selanjutnya, energi foton dari cahaya akan memicu P680 untuk
melepaskan elektron yang akan ditangkap  akseptor primer. Proses pelepasan elektron disebut sebagai
fotoeksitasi karena melibatkan cahaya.

Akibat eksitasi elektron, P680 mengalami kekosongan elektron yang menyebabkan fotolisis air yang
mengubah H2O menjadi hidrogen dan oksigen. Oksigen akan dilepaskan ke udara untuk kebutuhan respirasi.
Sedangkan hidrogen  akan bereaksi dengan NADP untuk membentuk NADPH.

Kembali pada elektron yang ditangkap oleh akseptor primer:


Elektron pada akseptor primer akan dialirkan ke fotosistem I atau P700 melalui rantai transpor elektron.
Akseptor yang terlibat Plastoquinon (PQ), Komplek Sitokrom (KS), dan Plastosianin (PC). Pada saat
melewati transpor elektron terjadi fotofosforilasi terhadap ADP sehingga dihasilkan ATP.

Selanjutnya, setelah P700 menerima foton kemudian akan melepaskan elektron yang ditangkap
akseptor primer. Berikutnya akan dipindahkan menuju ke Feredoksin (Fd) dan diterima NADP dengan
bantuan enzim NADP reduktase. Selanjutnya terjadi pembentukan NADPH yang berenergi tinggi karena
terjadi penambahan hidrogen dari fotolisis air.

Kekosongan elektron pada P700 akibat fotoeksitasi akan diisi oleh elektron yang berasal dari P680
sehingga tidak fotolisis air.

2) Fotofosforilasi Siklik

Komponen yang terlibat dalam fosforilasi siklik adalah

 Cahaya sebagai sumber energi foton


 1 Jenis Fotosistem (pusat reaksi yang memiliki antena untuk menangkap cahaya)
Fotosistem I (P700) → mampu menyerap energi cahaya matahari dengan panjang gelombang 700
nanometer.
 Akseptor elektron
 ADP
 NADP
 Air atau H2O

Bagan sederhana fotofosforilasi siklik diberikan seperti gambar berikut.


Fotofosforilasi siklik biasanya terjadi pada organisme yang hanya memiliki fotosistem I atau P700.
Reaksi pada fosforilasi siklik diawali ketika energi foton dari cahaya matahari ditangkap P700 dan
mengakibatkan eksitasi elektron. Elektron tereksitasi kemudian akan ditangkap akseptor primer yang akan
dikembalikan lagi ke p700 melalui transpor elektron.

Pada transpor elektron terjadi fotofosforilasi sehingga terbentuk ATP dari ADP. Karena elektron
kembali pada P700 maka tidak terjadi fotolisis air. Sehingga pada fotofosforilasi siklik tidak dihasilkan
oksigen dan NADPH seperti pada fotofosforilasi non siklik.

Sistem ini bersifat siklik artinya berputar, yaitu elektron yang dikeluarkan dari sistem transfer
elektron akan masuk ke pusat reaksi lagi pada fotosistem I. Hasil dari fosforilasi siklik adalah energi yang
berupa ATP.

Tabel Perbedaan Fosforilasi Non Siklik dan Fosforilasi Siklik:


Reaksi Gelap (Siklus Calvin) Fotosintesis

Reaksi gelap sering juga disebut sebagai Siklus Calvin merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang
dalam proses fotosintesis. Pada siklus Calvin reaksi yang berlangsung untuk memproses ATP dan NADPH
yang dihasilkan pada reaksi terang fotosintesis menjadi gliseraldehid – 3 fosfat.

Proses yang terjadi pada reaksi gelap fotosintesis tidak membutuhkan cahaya matahari secara
langsung. Maksud dari reaksi gelap fotosintesis bukan berarti berlangsung di tempat yang gelap atau malam
hari, namun proses berlangsung cahaya matahari secara langsung.

Bagian tumbuhan sebagai tempat terjadinya reaksi gelap adalah stroma yang terdapat pada kloroplas.
Energi pada reaksi gelap diperoleh dari ATP yang dihasilkan pada reaksi terang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa reaksi gelap tidak akan berlangsung tanpa adanya reaksi terang terlebih dahulu.

Komponen yang dibutuhkan pada reaksi gelap fotosintesis:


1) CO2 dari udara bebas
2) ATP dan NADPH dari reaksi terang

Reaksi gelap terdiri atas 3 fase yaitu fiksasi, reduksi, dan regenerasi. Bentuk bagan reaksi gelap
fotosintesis berbentuk siklus atau yang sering disebut siklus Calvin seperti yang terdapat pada gambar
berikut.

Proses diawali dari molekul CO2 (dengan jumlah 6 molekul untuk membuat 1 molekul glukosa) dari
udara masuk yang akan berikatan ribulosa 1,5 bifosfat (RuBP) dengan bantuan rubisco akan membentuk 6
senyawa C6 yang labil, yang kemudian pecah menjadi 12 molekul senyawa 3 asam fosfogliserat (PGA).
Kemudian, PGA dengan bantuan ATP mereduksi 1 P menjadi 1,3 bi fosfogliserat sebanyak 12 molekul.

Berikutnya, ion NADPH melepaskan ion H+ menjadi NADP+ untuk mereduksi 1,3 bifosfogliserat
mengalami proses reduksi menjadi senyawa fosfogliseraldehid (PGAL) sebanyak 12 molekul.
Sebanyak 10 molekul PGAL akan diubah menjadi RuBP yang digunakan pada proses selanjutnya.
Semanetara, 2 molekul yang tersisa akan disintesis menjadi glukosa.

Kesimpulan Perbedaan Reaksi Terang dan Gelap

Dua bahasan sebelumnya telah dijabarkan bagaimana proses yang terjadi pada reaksi terang dan
gelap. Ada beberapa perbedaan reaksi terang dan gelap pada proses fotosintesis oleh tumbuhan. Di mana
perbedaannya terletak pada tempat, bahan, hasil, dan proses yang terjadi.

Kesimpulan reaksi terang fotosintesis:
Tempat: tilakoid atau grana (tumpukan tilakoid)
Bahan: air (H2O), cahaya, dan klorofil
Hasil: oksigen (O2), ATP, dan NADPH

Kesimpulan reaksi gelap fotosintesis:
Tempat: stroma
Bahan: ATP, NADPH, dan CO2 (karbondioksida)
Hasil: glukosa (C6H12O6), ADP, dan NADP

Secara ringkas, perbedaan proses yang terjadi pada reaksi terang dan gelap sesuai dengan kondisi pada tabel
berikut.

Anda mungkin juga menyukai