Anda di halaman 1dari 31

FISIKA

HUKUM TERMODINAMIKA 2 , 3, DAN MESIN KALOR

Disusun Oleh :

Anjar Dwi Komara 41618320011

Sahrul Mauludin 41618320026

M Bagas Pratama Aji 41618320069

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2019
TERMODINAMIKA
 Pengertian Termodinamika

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke ben
tuk lain, baik secara  alami maupun hasil rekayasa teknologi.
Termodinamika (berasal dari kata thermos (panas) dan dynamic (gerak atau perubahan)
adalah salah satu cabang dari ilmu fisika yang mempelajari panas dan temperatur, serta
hubungan keduanya pada energi dan gerak. Inti dari pembahasan termodinamika adalah
bagaimana energi dalam bentuk panas dapat mengalir dari satu benda ke benda lain,
proses dari aliran energi tersebut, dan akibat yang dihasikan oleh perpindahan energi
tersebut.

 Hukum-Hukum Termodinamika
Pada termodinamika, terdapat 4 hukum yang berlaku secara universal :

 Hukum Termodinamika 0

Hukum termodinamika 0 menjelaskan kesetimbangan termal berlaku universal, dengan kata


lain apapun zat atau materi benda akan memiliki kesetimbangan termal yang sama bila
disatukan.

“Jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka
berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain”

 Hukum Termodinamika 1

Hukum termodinamika 1 menunjukkan hukum kekekalan energi.

“Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah
bentuknya saja”

Terdapat persamaan matematik yang menjelaskan hukum ini, yaitu:

Dimana Q adalah kalor/panas yang diterima/dilepas (J), W adalah energi/usaha (J), dan
adalah perubahan energi (J). J adalah satuan internasional untuk energi atau usaha, yaitu
Joule. Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa seluruh kalor yang diterima atau
dilepas oleh benda akan dijadikan usaha ditambahkan dengan perubahan energi.
 Hukum 2 Termodinamika

Hukum 2 termodinamika menunjukkan kondisi alami dari alur kalor suatu objek dengan
sistem.

“Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa dilakukan usaha”

 Hukum Termodinamika 3

“Entropi dari suatu kristal sempurna pada absolut nol adalah sama dengan nol,”

Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan
tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip tersebut juga dikenal
dengan istilah konservasi energi yang berlaku untuk sistem tertutup dan terbuka. Secangkir
kopi panas ditaruh dalam suatu ruangan, maka akan dengan sendirinya kopi tersebut
menjadi dingin. Dalam kasus tersebut Hukum Termodinamika I telah terpenuhi, karena
energi yang dilepaskan kopi sebanding dengan energi yang diterima oleh lingkungan. Tetapi
jika dibalik, secangkir kopi menjadi panas dalam sebuah ruangan yang dingin, tentu hal
tersebut tidak akan terjadi. Salah satu contoh diatas menjelaskan bahwa proses berjalan
dalam suatu arah tertentu, tidak sebaliknya. Suatu proses yang telah memenuhi Hukum
Termodinamika I, belum tentu dapat berlangsung. Diperlukan suatu prinsip selain Hukum
Termodinamika I untuk menyatakan bahwa suatu proses dapat berlangsung, yaitu Hukum
Termodinamika II. Dengan kata lain, suatu proses dapat berlangsung jika memenuhi Hukum
Termodinamika I dan Hukum Termodinamika II. Kegunaan Hukum Termodinamika II tidak
sebatas hanya pada mengidentifikasi arah dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk
mengetahui kualitas energi (Hukum Termodinamika I berhubungan dengan kuantitas energi
dan perubahan bentuk energi); menentukan batas teoritis unjuk kerja suatu sistem; dan
memperkirakan kelangsungan reaksi kimia (degree of completion of chemical reaction).
Sementara itu dalam bahasannya, Hukum Termodinamika II membahas tentang proses
reversibel dan irreversibel, mesin kalor, mesin pendingin dan pompa kalor, siklus carnot,
serta entropi.
HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya. 

Hukum keseimbangan / kenaikan entropi: Panas tidak bisa mengalir dari material yang
dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat keacakan energi. Jika
satu ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan tidak acak, karena ada
konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata menjadi hangat, dikatakan
entropinya naik.

Proses termodinamik yang berlangsung secara alami seluruhnya disebut


proses ireversibel(irreversibel process). Proses tersebut berlangsung secara spontan pada
satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.

Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlangsung secara bolak-balik.
Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan
kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya. Proses reversibel
merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process).

Sejarah awal dari AC (air Conditioner ) sudah dimulai sejak jaman Romawi yaitu dengan
membuat penampung air yang mengalir di dalam dinding rumah sehingga menurunkan suhu
ruangan , tetapi saat itu hanya orang tertentu saja yang bisa karena biaya membangunnya
sangatlah mahal karena membutuhkan air dan juga bangunan yang tidak biasa. Hanya para
raja dan orang kaya saja yang dapat membangunnya.

Kemudian pada tahun 1820 ilmuwan Inggris bernama Michael Faraday Image menemukan
cara baru mendinginkan udara dengan menggunakan Gas Amonia dan pada tahun 1842
seorang dokter menemukan cara mendinginkan ruangan dirumah sakit Apalachicola

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi. Hukum


Kekekalan Energi yang dinyatakan dalam Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa
energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Misalnya, perubahan usaha (energi
potensial) menjadi energi kalor atau sebaliknya. Akan tetapi, tidak semua perubahan energi
yang terjadi di alam ini prosesnya dapat dibalik seperti pada Hukum I Termodinamika.
Contoh, sebuah benda yang jatuh dari ketinggian h sehingga menumbuk lantai. Pada
peristiwa ini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi kalor (panas) dan sebagian kecil
menjadi energi bunyi. Mungkinkah energi-energi kalor dapat berubah menjadi energi kinetik
dan menggerakkan benda setinggi h? Jelas bahwa hal ini akan terjadi, meskipun benda kita
panaskan terus-menerus.

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang


mungkin terjadi dengan beberapa perumusan :

1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari
sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin
Planck).
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor
dari sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa
memerlukan usaha dari luar (Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah
ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).

Bunyi Hukum II Termodinamika

Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas para ilmuwan merumuskan prinsip baru, yaitu
Hukum II Termodinamika, dengan pernyataan : “kalor mengalir secara alami dari benda
yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda
dingin ke benda panas”.
Pengertian Entropi

Termodinamika menyatakan bahwa proses alami cenderung bergerak menuju ke keadaan


ketidakteraturan yang lebih besar. Ukuran ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem
entropi. Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap
keadaan, dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi entropi suatu
sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. Entropi sama seperti halnya tekanan dan
temperatur, yang merupakan salah satu sifat dari sifat fisis yang dapat diukur dari sebuah
sistem. Apabila sejumlah kalor Q diberikan pada suatu sistem dengan proses reversibel
pada suhu konstan, maka besarnya perubahan entropi sistem adalah :

dengan:

ΔS = perubahan entropi ( J/K)

Q = kalor ( J)

T = suhu (K)

Contoh Soal :

1. Suatu system menyerap kalor sebesar 60 kJ pada suhu 27°C. Berapakah perubahan
entropi system ini?

Penyelesaian:

Diketahui:

Q = 60 kJ = 60. 000J

T = 27°C = 300 K

Ditanyakan : Perubahan Entropi ?

Jawab:
Jadi, besar perubahan entropi adalah 200J/K

2. Secara spontan dialiri 1.200 J kalor dari reservoir menuju reservoir dingin yang
masing-masing bersuhu 600K menuju dan 300K. Berapa    jumlah entropi dari sistem
alat tersebut. (perubahan lain dianggap tidak ada)

Penyelesaian :

Diketahui

Q = 1.200 J, T1 = 600 K, T2  = 300 K.

Ditanyakan : ∆Ssistem  …?

Jawab :

Perubahan entropi reservoir panas:

∆S1 = – Q1/T = -1200/600 = -2 J/K

Perubahan entropi reservoir dingin:

∆S2 = Q2/T = 1200/300 = 4 J/K

Total perubahan entropi adalah :

∆Ssistem= ∆S1 + ∆S2 = -2 + 4 = 2 J/K

Hukum kedua termodinamika berpusat pada masalah entropi. Hukum kedua termodinamika
bisa dinyatakan sebagai berikut: “Entropi dapat diciptakan tetapi tidak dapat dimusnahkan.”
Berdasarkan postulat ini, entropi yang ada pada sebuah proses bisa tetap tidak berubah dan
bisa pula naik, namun tidak mungkin berkurang. Entropi hanya bisa tetap tidak berubah
pada sebuah proses reversible (s1 = s2). Contoh sebuah proses reversible adalah ayunan
bandul teoritis, dimana sama sekali tidak ada friksi yang menghambat ayunan. Dengan
demikian, jika bandul diayunkan ke arah kanan sejauh x maka bandul akan kembali ke
sebelah kiri sejauh x pula. Namun dalam kenyataannya, proses semacam ini sangat sulit
ditemui karena friksi – meski hanya sedikit – pasti akan ada. Dalam kenyataannya, hampir
semua proses yang terjadi di alam adalah irreversible. Dalam sebuah proses irreversible,
pasti akan terjadi kenaikan entropi (s2 > s1).

Dengan kata lain, dalam sebuah proses reversible, tidak ada perubahan entropi. Adapun
dalam sebuah proses irreversible, perubahan entropi tidaklah nol dan pasti bernilai positif.
Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaan antara sifat alami energi
dalam dan energi mekanik mikroskopik. Hasil percobaan menyimpulkan bahwa mustahil
untuk membuat sebuah mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja , yaitu
mesin dengan efisiensi termal 100% kemustahilan ini adalah dasar dari suatu pernyataan
Hukum Kedua Termodinamika (second law of thermodynamics) sebagai berikut :

“ adalah mustahil bagi sebuah sistem manapun untuk mengalami sebuah proses diamana
sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya
menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan
awalnya”

Pada benda yang bergerak, molekul memiliki gerakan acak , tetapi di atas semua itu
terdapat gerakan terkoordinasi dari setiap molekul pada arah yang sesuai dengan
kecepatan benda tersebut. Energi kinetik yang berkaitan dengan gerakan makroskopik
terkoordinasi adalah apa yang kita sebut sebagi energi kinetik pada benda bergerak. Energi
kinetik dan energi potensial yang berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi
dalam.

“ kalor mengalir secara alami dari benda yang panas kebenda yang dingin , kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas”.

A. Postulat hukum kedua termodinamika menurut Kelvin – Planck

Kelvin – Planck telah merumuskan satu rumusan yang merupakan manifestasi dari hukum
kedua termodinamika. Postulat Kelvin – Planck adalah rumusan hukum kedua
termodinamika yang berlaku pada semua heat engine:

“Sebuah mesin yang bekerja dalam sebuah siklus tidaklah mungkin menerima panas dari
sebuah reservoar termal lalu mengubah seluruh panas tersebut menjadi kerja.”

Postulat ini menegaskan bahwa tidak mungkin sebuah heat engine bisa memiliki efisiensi
100 persen.

Berikut ini adalah gambaran heat engine yang tidak mungkin bisa terjadi :
Setiap heat engine pasti bekerja sebagaimana dalam skema berikut:

Formulasi Kelvin-Planck

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu
seluruhnya menjadi usaha mekanik.” Dengan kata lain, formulasi kelvin-planck menyatakan
bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan dan menggunakan energi
ini untuk menjalankan generator listrik tanpa efek lebih lanjut, misalnya pemanasan
atmosfer. Oleh karena itu, pada setiap alat atau mesin memiliki nilai efisiensi tertentu.
Efisiensi menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang diperoleh dengan energi
panas yang diserap dari sumber suhu tinggi.

B. Postulat hukum kedua termodinamika menurut Clausius

Postulat Clausius untuk hukum kedua termodinamika merupakan landasan kerja semua
heat pump ataupun refrigerator:
“Sebuah mesin yang bekerja dalam sebuah siklus untuk memindahkan panas dari
temperatur rendah ke temperatur tinggi pasti membutuhkan asupan kerja (work input).”

Heat pump adalah mesin siklik yang berfungsi sebagai pemanas. Adapun refrigerator adalah
mesin siklik yang berfungsi sebagai pendingin.

Setiap heat pump pasti bekerja sebagaimana dalam skema berikut:

Demikian pula, setiap refrigerator pasti bekerja sebagaimana dalam skema berikut:
Berdasarkan postulat Clausius, berikut ini adalah gambaran sebuah refrigerator yang tidak
mungkin terjadi:

Formulasi Clausius

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke benda panas”. Dengan
kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber dingin (suhu rendah) dan
memindahkan seluruhnya ke sumber panas (suhu tinggi) tanpa memberikan energi pada
pompa untuk melakukan usaha.

Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai perumusan. Kelvin
mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck mengetengahkan perumusan lain.
Karena pada hakekatnya perumusan kedua orang ini mengenai hal yang sama maka
perumusan itu digabung dan disebut perumusan Kelvin-Planck bagi hukum kedua
termodinamika. Perumusan ini diungkapkan demikian : “Tidak mungkin membuat pesawat
yang kerjanya semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubahnya
menjadi usaha”.

Oleh Clausius, hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan ungkapan :


“Tidak mungkin membuat pesawat yang kerjanya hanya menyerap kalor dari reservoir
bertemperatur rendah dan memindahkan kalor ini ke reservoir yang bertemperatur tinggi,
tanpa disertai perubahan lain”. Memindahkan kalor dari temperatur rendah ke temperatur
tinggi kalau terus-menerus, akan membuat reservoir dingin menjadi lebih dingin lagi, dan
reservoir panas menjadi lebih panas lagi.

Hukum Ketiga Termodinamika

 Hukum Ketiga Termodinamika kadang-kadang dinyatakan sebagai berikut,


mengenai
sifat sistem dalam kesetimbangan pada temperatur nol mutlak, Entropi kristal sempurna
pada nol mutlak adalah tepat sama dengan nol.

Pada titik nol mutlak (nol kelvin), sistem harus berada dalam keadaan dengan energi
seminimum mungkin, dan pernyataan hukum ketiga di atas berlaku karena kristal sempurna
hanya memiliki satu keadaan energi minimum. Entropi berhubungan dengan
jumlah keadaan mikro yang mudah diakses, dan untuk sistem yang terdiri dari banyak
partikel, mekanika kuantum menunjukkan bahwa hanya ada satu keadaan unik
(disebut keadaan dasar) dengan energi minimum. Jika sistem tidak memiliki tatanan yang
terdefinisi dengan baik (jika ordenya adalah glassy, misalnya), maka dalam praktiknya masih
ada sedikit entropi karena sistem dibawa ke suhu yang sangat rendah akibatnya sistem
menjadi terkunci dalam konfigurasi dengan energi tidak minimal. Nilai konstan tersebut
dinamakan entropi residual.
Pernyataan Nernst-Simon tentang hukum ketiga termodinamika menyangkut proses
termodinamika pada suhu tetap dan rendah.

Perubahan entropi yang terkait dengan sistem kental akan menjalani proses isotermal
reversibel mendekati nol ketika suhu perlakuan mendekati 0 K.Sistem kental di sini mengacu
pada cairan dan padatan. Formulasi klasik oleh Nernst (sebenarnya merupakan
konsekuensi dari Hukum Ketiga) adalah:
Tidak mungkin bagi proses apapun, tidak peduli seberapa idealnya, untuk mengurangi
entropi suatu sistem sampai nilai nol mutlaknya dalam jumlah operasi yang terbatas.
Hal itu dibuktikan oleh Masanes dan Oppenheim pada tahun 2017.

Ada juga rumusan Hukum Ketiga melalui pendekatan subjek dengan mendalilkan perilaku
energi tertentu: gabungan dua sistem termodinamika merupakan sistem yang terisolasi,
maka pertukaran energi dalam bentuk apapun antara dua sistem tersebut dibatasi.

 SEJARAH
Hukum ketiga dikembangkan oleh ahli kimia Walther Nernst selama tahun 1906-12, dan
oleh karena itu sering disebut sebagai teorema Nernst atau postulat Nernst. Hukum ketiga
termodinamika menyatakan bahwa entropi sebuah sistem pada nol mutlak adalah konstanta
yang didefinisikan dengan baik. Ini karena sistem pada suhu nol berada dalam keadaan
dasarnya, sehingga entropinya ditentukan hanya oleh degenerasi dari keadaan dasar.
Pada tahun 1912 Nernst menyatakan hukumnya sebagai berikut: "Tidak mungkin untuk
setiap prosedur mengarah pada isotermal T = 0 dalam jumlah tahapan yang terbatas." Versi
alternatif dari hukum ketiga termodinamika seperti yang dinyatakan oleh Gilbert N.
Lewis dan Merle Randall pada tahun 1923:
Jika entropi setiap unsur di beberapa keadaan kristal (sempurna) adalah nol pada suhu nol
mutlak, setiap zat memiliki entropi positif yang terbatas; tetapi pada suhu nol mutlak, entropi
bisa menjadi nol, dan karenanya menjadi zat kristal sempurna.
Versi ini menyatakan tidak hanya ΔS yang akan mencapai nol pada 0 K, tetapi S sendiri
juga akan mencapai nol asalkan kristal memiliki keadaan dasar dengan hanya satu
konfigurasi. Beberapa kristal membentuk cacat yang menyebabkan entropi residual. Entropi
residual ini lenyap saat hambatan kinetik menuju transisi ke satu keadaan dasar teratasi.
Dengan perkembangan mekanika statistik, hukum ketiga termodinamika (seperti hukum
lainnya) berubah dari hukum fundamental (dibenarkan oleh eksperimen) mejadi
hukum derivatif (diturunkan dari hukum dasar yang lebih mendasar).

 Aplikasi Hukum Ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan
bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan
berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan
bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Teori termodinamika menyatakan bahwa panas (dan tekanan gas) terjadi karena gerakan
kinetik dalam skala molekular. Jika gerakan ini dihentikan, maka suhu material tersebut akan
mencapai 0 derajat kelvin. Aplikasinya yakni kebanyakan logam bisa menjadi
superkonduktor pada suhu sangat rendah, karena tidak banyak keacakan gerakan kinetik
dalam skala molekular yang mengganggu aliran elektron (Rahma, 2015).
 PENJELASAN
Secara sederhana, hukum ketiga menyatakan bahwa entropi kristal sempurna suatu zat
murni mendekati nol karena suhu mendekati nol. Penyelarasan kristal sempurna tidak
meninggalkan ambiguitas terhadap lokasi dan orientasi setiap bagian kristal. Seiring dengan
berkurangnya energi kristal, vibrasi individual atom berkurang hingga tiada, dan kristal
menjadi sama di mana-mana.
Hukum ketiga memberikan titik acuan mutlak untuk penentuan entropi pada suhu lainnya.
Entropi suatu sistem, yang ditentukan relatif terhadap titik nol ini, adalah entropi mutlak dari
sistem itu. Secara matematis, entropi mutlak setiap sistem pada suhu nol adalah log natural
dari jumlah keadaan dasar dikalikan konstanta Boltzmann kB = 1,38×10−23 J K−1.
Entropi kisi kristal sempurna seperti yang didefinisikan oleh teorema Nernst adalah nol
asalkan keadaan dasarnya unik, karena ln(1) = 0. Jika sistem terdiri dari satu miliar atom,
semuanya sama, dan terletak di dalam matriks kristal yang sempurna, jumlah permutasi dari
satu miliar hal identik yang dikurangi satu miliar pada satu waktu adalah Ω = 1. Maka:
Contoh sistem yang tidak memiliki keadaan dasar yang unik adalah sistem yang spin
bersihnya adalah bilangan setengah bulat, yang simetri pembalikan waktunya menghasilkan
dua keadaan dasar degeneratif. Untuk sistem semacam itu, entropi pada suhu nol
setidaknya kB × ln(2) (yang diabaikan pada skala makroskopis). Beberapa sistem kristal
menunjukkan frustrasi geometris, yaitu ketika struktur kisi kristal mencegah kemunculan
keadaan dasar yang unik. Helium pada keadaan dasar (kecuali di bawah tekanan) tetap
cair.
Selain itu, larutan kaca dan padat mempertahankan entropi besar pada 0 K, karena
merupakan kumpulan besar keadaan nyaris degeneratif, di mana mereka terjebak dalam
kesetimbangan. Contoh lain dari padatan dengan keadaan dasar nyaris degeneratif,
terjebak dalam kesetimbangan, adalah es Ih, yang memiliki "proton disorder".
Untuk entropi pada nol mutlak adalah nol, momen magnetik kristal yang tertata sempurna
harus ditata dengan sempurna; dari perspektif entropis, ini dapat dianggap sebagai bagian
dari definisi "kristal sempurna". Hanya bahan feromagnetik, antiferomagnetik, dan
diamagnetik yang dapat memenuhi kondisi ini. Namun, bahan feromagnetik sebenarnya
tidak memiliki entropi nol pada suhu nol, karena putaran elektron yang tidak berpasangan
semuanya selaras dan ini menghasilkan degenerasi spin keadaan dasar.

 Konsekuensi Hukum Ketiga


Hukum ketiga setara dengan pernyataan bahwa
Tidak mungkin bagi proses apapun, tidak peduli seberapa idealnya, untuk mengurangi suhu
suatu sistem sampai suhu nol dalam jumlah terbatas dari operasi terbatas.[10]
Alasan bahwa T = 0 tidak dapat dicapai sesuai dengan hukum ketiga dijelaskan sebagai
berikut: Misalkan suhu suatu zat dapat dikurangi dalam proses isentropik dengan mengubah
parameter X dari X2 menjadi X1. Seseorang dapat memikirkan pengaturan
multitahap demagnetisasi nuklir di mana medan magnet dinyalakan dan dimatikan dengan
cara yang terkendali.[11] Jika ada perbedaan entropi pada nol mutlak, T = 0 dapat dicapai
dalam jumlah langkah yang terbatas. Namun, pada T = 0 tidak ada perbedaan entropi
sehingga dibutuhkan jumlah langkah yang tak terbatas. Prosesnya diilustrasikan pada
Gambar di bawah ini :

Gambar 1 Kiri: Nol mutlak dapat dicapai dalam jumlah langkah yang terbatas jika S(0,X1)≠S(0, X2). Kanan:
Sejumlah langkah tak terhitung diperlukan karena S(0,X1)= S(0,X2).
MESIN PANAS

Gambar. ilustri mesin panas

1. MESIN KALOR

Mesin Kalor adalah mesin yang mengubah energi panas (kalor) menjadi energi dalam
bentuk lain (usaha), seperti energi mekanik. Mesin Kalor mampu menghasilkan usaha
karena menurut Hukum II Termodinamika, kalor mengalir secara spontan dari reservoir
panas ke reservoir dingin. Pada mesin kereta uap kuno misalnya, reservoir panas adalah
tungku pembakaran sementara reservoir dinginnya adalah lingkungan. Aliran gas dari
reservoir panas ke reservoir dingin ini mampu menghasilkan usaha berupa energi mekanik
untuk menggerakkan roda-roda kereta.

Dalam kehidupan sehari-hari konsep mesin kalor dapat kita temui pada mesin kendaraan
bermotor ( mesin bensin, mesin diesel, dll). Dimana mesin kalor, menggunakan energi
thermal untuk melakukan kerja mekanik, atau yang mengubah energi thermal menjadi
energi mekanik. Energi itu sendiri dapat diperoleh dengan proses pembakaran, proses fisi
bahan bakar nuklir, atau proses lainnya.

Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini, mesin kalor dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu mesin pembakaran luar dan dalam :

a. Mesin pembakaran luar (external combustion engine)

Pada mesin pembakaran luar, proses pembakaran terjadi diluar mesin; energi thermal dari
gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui beberapa dinding pemisah.
Contohnya mesin uap. Semua energi yang diperlukan oleh mesin itu mula mula
meninggalkan gas hasil pembakaran yang tinggi temperaturnya. Melalui dinding pemisah
kalor, atau ketel uap, energi itu kemudian masuk kedalam fluida kerja yang kebanyakan
terdiri dari air atau uap. Dalam proses ini temperatur uap dan dinding ketel harus jauh lebih
rendah dari pada temperatur gas hasil pembakaran itu untuk mencegah kerusakan material
ketel. Dengan sendirinya tinggi temperatur fluida kerja, jadi efisiensinya juga, sangat dibatasi
oleh kekuatan material yang dipakai.

Gambar. Mesin uap nyata Gambar. Konsep mesin uap

b. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine).

Mesin pembakaran dalam pada umumnya dikenal dengan nama motor bakar. Mesin
pembakaran dalam dapat dikelompokan menjadi:

1. Motor bakar piston,

2. Sistem turbin gas dan

3. Propulsi pancar gas.

Proses pembakaran berlangsung didalam motor bakar itu sendiri sehingga gas pembakaran
yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Motor bakar piston mempergunakan
beberapa silinder yang didalamnya terdapat piston yang bergerak translasi (bolak-balik).
Didalam silinder itulah terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara.
Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakkan piston yang
oleh batang penghubung (connecting rod) dihubungkan dengan poros engkol (crankshaft).
Gerak translasi piston tadi menyebabkan gerak rotasi (berputar) pada poros engkol dan
sebaliknya gerak rotasi poros engkol menimbulkan gerak translasi pada piston.
Gambar. Mesin Bensin
Nyata Dan Konsep
Mesin Pembakaran
Dalam

 Kekuatan Mesin Kalor & Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari


Mesin panas dapat dicirikan oleh mereka kekuatan tertentu, yang biasanya diberikan dalam
kilowatt per liter dari kapasitas mesin (di AS juga tenaga kuda per inci kubik). Hasilnya
menawarkan perkiraan output puncak-kekuatan mesin. Hal ini tidak menjadi bingung dengan
efisiensi bahan bakar, karena efisiensi tinggi sering membutuhkan rasio udara-bahan bakar
ramping, dan kepadatan daya sehingga lebih rendah. Sebuah mesin kinerja tinggi mobil
modern membuat lebih dari 75 kW / l (1,65 hp / di ³).

Contoh mesin kalor dalam kehidupan sehari-hari termasuk mesin uap, yang mesin diesel,
dan bensin (bensin) mesin dalam mobil. Sebuah mainan umum yang juga merupakan mesin
panas adalah burung minum. Juga mesin stirling adalah mesin panas. Semua mesin panas
familiar yang didukung oleh ekspansi gas dipanaskan. Lingkungan umum adalah heat sink,
menyediakan gas relatif dingin yang, ketika dipanaskan, berkembang cepat untuk
mendorong gerakan mekanis mesin.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun beberapa siklus memiliki lokasi pembakaran yang
khas (internal atau eksternal), mereka sering dapat diimplementasikan dengan lainnya.
Misalnya, John Ericsson mengembangkan mesin dipanaskan eksternal berjalan pada siklus
sangat mirip dengan awal siklus Diesel. Selain itu, mesin eksternal dipanaskan sering dapat
diimplementasikan dalam siklus terbuka atau tertutup. Apa ini intinya adalah bahwa ada
siklus termodinamika dan sejumlah besar cara untuk menerapkannya.
 Asal-usul Mesin Kalor / Carnot

Gambar. Nicolas Léonard Sadi Carnot

Asal-usul mesin carnot, Mesin Carnot adalah mesin kalor hipotetis yang beroperasi dalam
suatu siklus reversibel yang disebut siklus Carnot. Model dasar mesin ini dirancang oleh
Nicolas Léonard Sadi Carnot, seorang insinyur militer Prancis pada tahun 1824. Model
mesin Carnot kemudian dikembangkan secara grafis oleh Émile Clapeyron 1834, dan
diuraikan secara matematis oleh Rudolf Clausius pada 1850an dan 1860an. Dari
pengembangan Clausius dan Clapeyron inilah konsep dari entropi mulai muncul.

Setiap sistem termodinamika berada dalam keadaan tertentu. Sebuah siklus termodinamika
terjadi ketika suatu sistem mengalami rangkaian keadaan-keadaan yang berbeda, dan
akhirnya kembali ke keadaan semula. Dalam proses melalui siklus ini, sistem tersebut dapat
melakukan usaha terhadap lingkungannya, sehingga disebut mesin kalor.

Sebuah mesin kalor bekerja dengan cara memindahkan energi dari daerah yang lebih panas
ke daerah yang lebih dingin, dan dalam prosesnya, mengubah
sebagian energi menjadi usaha mekanis. Sistem yang bekerja
sebaliknya, dimana gaya eksternal yang dikerjakan pada suatu mesin
kalor dapat menyebabkan proses yang memindahkan energi panas
dari daerah yang lebih dingin ke energi panas disebut mesin
refrigerator.

Pada diagram di samping, yang diperoleh dari tulisan Sadi Carnot


berjudul Pemikiran tentang Daya Penggerak dari Api (Réflexions sur la
Puissance Motrice du Feu), diilustrasikan ada dua benda A dan B,
yang temperaturnya dijaga selalu tetap, dimana A memiliki temperatur
lebih tinggi daripada B. Kita dapat memberikan atau melepaskan kalor
pada atau dari kedua benda ini tanpa mengubah suhunya, dan
bertindak sebagai dua reservoir kalor. Carnot menyebut benda A
"tungku" dan benda B "kulkas".[1] Carnot lalu menjelaskan bagaimana
kita bisa memperoleh daya penggerak (usaha), dengan cara
memindahkan sejumlah tertentu kalor dari reservoir A ke B.
 Siklus Mesin Kalor / Carnot
Mesin carnot perlu menjalani empat buah langkah yaitu 2 proses isotermal dan 2 proses

adiabatic, seperti dibawah ini :

Gambar. Siklus Mesin Carnot

Dari gambar di atas. Pertama-tama, gas mengalami pemuaian isotermal. Pada saat ini, gas
menyerap kalor Q1 dari reservoir suhu tinggi T1 dan melakukan usaha. Kemudian, gas
mengalami pemuaian adiabatik. Pada proses ini, gas juga melakukan usaha. Setelah
melalui 2 proses pemuaian , gas mengalami kompresi/penyusutan isotermal. Gas
membuang kalor Q2 ke reservoir suhu rendah T2. Pada proses ini, gas mendapatkan
usaha. Akhirnya, di proses terakhir gas mengalami kompresi/penyusutan adiabatik. Pada
proses ini, gas mendapatkan usaha kembali, dan kembali ke bentuk semula. Berhubung
proses ini mengembalikan kondisi gas ke kondisi semula, maka siklus ini tidak mengalami

perubahan energi dalam.

Jika dalam bentuk grafik maka akan seperti ini,


Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan siklus Carnot sebagai berikut.

1. Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T1. Pada proses ini sistem
menyerap kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha WAB.
2. Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu sistem
turun dari T1 menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
3. Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini sistem
menerima usaha WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2.
4. Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem naik dari
T2 menjadi T1 akibat menerima usaha WDA.
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki efisiensi tertinggi
yang selanjutnya disebut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh sistem untuk satu
siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus pada diagram p – V. Mengingat selama
proses siklus Carnot sistem menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan
melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2, maka usaha yang dilakukan oleh sistem
menurut hukum I termodinamika adalah sebagai berikut

Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang penting. Untuk
mesin kalor, efisiensi mesin (η) ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan
terhadap kalor masukan yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

Untuk siklus Carnot berlaku


Keterangan :

η : efisiensi mesin Carnot


T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)

hubungan  , sehingga efisiensi


mesin Carnot dapat dinyatakan sebagai berikut.
Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena merupakan mesin
ideal yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin yang mempunyai efisien
melebihi efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan persamaan di atas terlihat efisiensi
mesin kalor Carnot hanya tergantung pada suhu kedua tandon atau reservoir. Untuk
mendapatkan efisiensi sebesar 100%, suhu tandon T2 harus = 0 K. Hal ini dalam praktik
tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, mesin kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal.
Hal ini disebabkan proses kalor Carnot merupakan proses reversibel. Sedangkan
kebanyakan mesin biasanya mengalami proses irreversibel (tak terbalikkan) tidak
seperti mesin carnot.

 Contoh Soal Dan Pembahasan :


1. Efisiensi suatu mesin Carnot yang menyerap kalor pada suhu 1200 Kelvin dan
membuang kalor pada suhu 300 Kelvin adalah…

Diketahui :

Suhu tinggi (T1) atau TH = 1200 K

Suhu rendah (T2) atau TL= 300 K

Ditanya : Efisiensi mesin Carnot (e)? kita ubah simbol yang ( n jadi e, supaya gampang)

Jawab :

2. Sebuah mesin Carnot bekerja dalam suatu siklus antara 727oC dan 127oC. Mesin
tersebut menyerap kalor 6000 Joule pada reservoir suhu tinggi. Efisiensi mesin dan
usaha yang dilakukan oleh mesin dalam satu siklus adalah…

Diketahui :
Suhu tinggi (TH) = 727oC + 273 = 1000 K
Suhu rendah (TL) = 127oC + 273 = 400 K
Kalor yang diserap (QH) = 6000 Joule
Ditanya : Efisiensi (e) dan usaha (W) yang dilakukan oleh mesin dalam satu siklus
Jawab :
Efisiensi mesin Carnot :
Usaha yang dilakukan oleh mesin Carnot :
W = e QH
W = (0,6)(6000)
W = 3600 Joule

3.  Tentukan efisiensi dan usaha yang dilakukan mesin Carnot dalam satu siklus
berdasarkan grafik di bawah…
Pembahasan

Diketahui :
Suhu tinggi (TH) = 800 K
Suhu rendah (TL) = 300 K
Kalor yang diserap (QH) = 1000 Joule
Ditanya : Efisiensi (e) dan usaha (W) yang dilakukan mesin Carnot
Jawab :

Efisiensi mesin Carnot :

Usaha yang dilakukan oleh mesin Carnot :


W = e QH
W = (0,625)(1000)
W = 625 Joule
MESIN PENDINGIN
Prinsip dasar mesin pendingin berlawanan dengan mesin kalor. Mesin pendingin pada
dasarnya mengambil (melepaskan) kalor dari sistem ke lingkungan atau memindahkan kalor
dari reservoir dingin ke reservoir panas. Usaha diperlukan atau dikerjakan pada sistem agar
mekanisme ini dapat berlangsung.

Contoh mesin pendingin yaitu AC, Kalau kita di dalam ruangan ber-AC, apa yang kita
rasakan? Sejuk kan? Nah, coba kalau kamu berdiri di samping benda ini yang sebenarnya
masih satu paket dengan AC yang kamu rasa sejuk itu, gimana rasanya?

Gambar. Kompresor dan kondensor AC mengeluarkan hawa panas

Panas kan? Itu dia. Mesin pendingin seperti AC itu kebalikan dari mesin carnot. Mesin
pendingin membuang kalor dari tempat dingin ke tempat panas dan membutuhkan usaha
supaya proses tersebut bisa berjalan. Mesin pendingin membutuhkan usaha.

Gambar. Konsep mesin pendingin

Kenapa perlu usaha? Ini karena proses pada mesin pendingin adalah tidak spontan, Sesuai
dengan bunyi hukum ke 2 termodinamika. Usaha yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin
pendingin dapat dihitung menggunakan persamaan.

W = Q1
-Q2
Nah, seperti mesin carnot, mesin pendingin juga tidak ideal, alias tidak dapat mengubah
semua usaha untuk membuang panas. Ada sebagian usaha yang dilakukan terbuang
menjadi panas lagi, menjadi bunyi, dan atau menjadi getaran. Berbeda dengan mesin kalor
yang dinilai berdasarkan efisiensinya, kinerja mesin pendingin dinilai berdasarkan
efisiensinya, kinerja mesin pendingin dinilai berdasarkan nilai koefisien kinerjanya. Koefisien
kinerja Cp adalah perbandingan antara kalor yang diserap di reservoir suhu rendah dan
usaha yang dikerjakan.

Jika mesin pendingin itu ideal, maka persamaan yang


berlaku adalah:

Nah, ketidakidealan mesin pendingin dapat dilihat dari koefisien performansi. Pada
dasarnya, ini adalah “efisiensi versi mesin pendingin”. Koefisien performansi ditunjukkan

dengan :

Karena W = Q1 - Q2, maka

Atau, karena , maka

 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN


1. Suatu pesawat pendingin Carnot mempunyai koefisien kinerja 6,5. Jika reservoir yang tinggi
27°C, maka reservoir yang bersuhu rendah adalah....
Pembahasan
Data dari soal adalah:
Tt = 27°C = 27 + 273 = 300 K
Cp = 6,5
Tr = .....
Dari rumus koefisien performansi mesin atau pesawat pendingin:

Dimana
Cp = koefisien performansi
Tt = suhu tinggi (Kelvin)
Tr = suhu rendah (Kelvin)

Masukan datanya:

2. Sebuah kulkas memiliki suhu rendah − 13°C dan suhu tinggi 27°C. Jika kalor yang
dipindahkan dari reservoir suhu rendah adalah 1300 joule, tentukan usaha yang diperlukan
kulkas!
Pembahasan
Data mesin pendingin
Tr = − 13°C = (− 13 + 273) K = 260 K
Tt = 27°C = 300 K
Qr = 1300 j
W = ....
Rumus koefisien performansi jika diketahui usaha dan kalor

Dimana
W = usaha yang diperlukan
untuk memindahkan kalor dari
suhu rendah
Qr = kalor yang dipindahkan dari suhu rendah
Sehingga jika digabung dengan rumus dari no
sebelumnya diperoleh :
Daftar Pustaka :
 https://www.studiobelajar.com/termodinamika/
 https://fisikazone.com/hukum-ii-termodinamika/
 https://gurumuda.net/contoh-soal-mesin-kalor-penerapan-hukum-ii-termodinamika.htm
 https://materiipa.com/contoh-soal-hukum-termodinamika-2
 http://fisikastudycenter.com/fisika-xi-sma/33-termodinamika
 https://tanya-tanya.com/rangkuman-contoh-soal-pembahasan-termodinamika/
 https://docplayer.info/62227056-Makalah-fisika-ii-hukum-termodinamika-ii.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_ketiga_termodinamika
 http://rahmanisfi.blogspot.com/2015/01/mesin-carnot-dan-mesin-pendingin.html
 http://rizalzaenul.blogspot.com/2013/04/efisiensi-mesin-carnot-rumus-dan-soal.html
Soal Untuk Audien

 Materi : Entropi
1. Secara spontan dialiri 2.400 J kalor dari reservoir menuju reservoir dingin yang
masing-masing bersuhu 800K menuju dan 400K. Berapa jumlah entropi dari sistem
alat tersebut (perubahan lain dianggap tidak ada)

 Materi : Mesin Carnot


2. Efisiensi suatu mesin Carnot yang menyerap kalor pada suhu 1800 Kelvin dan
membuang kalor pada suhu 600 Kelvin adalah…

 Materi : Mesin Pendingin


3. Suatu pesawat pendingin Carnot mempunyai koefisien kinerja 6,5. Jika reservoir
yang tinggi 30°C, maka reservoir yang bersuhu rendah adalah....

Anda mungkin juga menyukai